Vol 3 end

23.4K 455 144
                                    

Epilog

Empat minggu kemudian.

Yuri membuka pintu ruangan perawatan tanpa suara. Sambil mengendap-ngendap ia berjalan menghampiri seorang pria muda yang tengah berdiri memandangi pemandangan diluar jendela. Jari telunjuk kanan pria itu terlihat bergerak-gerak membuat coretan di kaca jendela yang tertutup uap.

"Sudah siap?" tanya Yuri seraya tiba-tiba memeluknya dari belakang.

Pria itu segera menghentikan gerakannya, ia tersenyum kemudian mengangguk pelan.

"Kalau begitu, ayo. Ibu dan ayah sudah menunggu di mobil," Yuri memakaikan mantel panjang yang dibawanya.

Sudah empat minggu Ryu melewatkan hari-harinya dirumah sakit. Gips di lengan kanannya baru saja dilepas pagi tadi. Kini tinggal lengan kiri sampai telapak tangannya saja yang gips.

"Huh ... Ryu, kenapa badanmu tinggi sekali?" Yuri sedikit kesusahan ketika hendak memakaikan topi pada Ryu.

"Kalau seperti ini, apa aku masih terlihat tinggi?" Ryu mengsejajarkan wajahnya dengan istrinya.

"Lumayan," Yuri mencolek ujung hidung Ryu dengan menggunakan telunjuknya sebelum memakaikan topi dan melilitkan syal dileher Ryu. "Selesai, ayo berangkat ...!" seru Yuri sambil meletakan tangan kanan Ryu dibahunya.

Mereka berdua berjalan beriringan, melewati lorong rumah sakit menuju pintu utama. Diam-diam Ryu melirik Yuri. Sungguh melegakan pikirnya. Phobia yang di derita Yuri sekarang sudah hilang. Memang kebanyakan untuk menghilangkan suatu ketakutan, kita harus melawan ketakutan itu sendiri. Ryu tersenyum mengingat hari-harinya selama di rumah sakit. Ia tidak pernah jenuh karena Yuri selalu menemani dan menghiburnya.

Tidak jauh dari pintu utama rumah sakit. Dua buah mobil sedan tampak sudah menunggu mereka.

Kedua orang tua Ryu langsung berhambur memeluknya saat melihatnya keluar dari gedung bercat putih itu.

Jarak antara kota Kyoto dan Shinjuku yang cukup jauh, di tambah dengan kesibukan ayahnya sebagai pengusaha membuat ibunya tidak dapat menemani Ryu setiap hari selama dirinya dirawat.

Maka dari itu hari ini ia dan Yuri menuruti permintaan mereka untuk tinggal di Kyoto sampai kesehatannya benar-benar pulih. Kebetulan Yuri baru saja menyelesaikan ujian akhirnya. Sehingga ia libur sampai pengumuman kelulusannya nanti.

Sesampainya di Kyoto, Ryu langsung mengajak Yuri melihat-lihat taman yang ada dirumahnya.

"Selamat datang ...!"

Ryu melonjak kaget saat masuk kedalam rumah. Kobe dan ketiga teman Ryu sibuk dan berebut menyambut kedatangannya.

Setelah matahari tenggelam, mereka semua berkumpul diruang makan. Sebuah meja pendek berbentuk panjang tampak penuh dengan aneka rupa makanan.

"Kobe, mana pacarmu?" tanya Ryu seraya menyikut pelan perut adik sepupunya. "Katanya kau mau mengajaknya kemari." sudah lama sepupunya itu mengatakan bahwa dia sudah berhasil menyatakan cintanya pada seseorang.

Kobe jadi salah tingkah, berkali-kali ia melirik kakak iparnya.

"iya, mana dia? Ayo cepat, kenalkan dia padaku," Yuri berkata penuh semangat.

Kini mereka semua tengah duduk melingkari meja. Kenzie dan Yoshi tampak sudah tidak sabar ingin segera mencicipi hidangan yang ada diatas meja. Sedang Toru sibuk berbincang dengan ayah dan ibunya Ryu.

"E..." Kobe menggaruk kepalanya sambil senyum-senyum. "Tunggu sebentar," katanya seraya berlari melewati pintu geser ruang makan yang terbuat dari serat kain dengan lukisan sebuah naga.

Tidak lama kemudian ia kembali sambil menuntun tangan seorang gadis.

Ryu tersenyum kemudian merangkul bahu istrinya.

"ehm..." Kobe meminta perhatian. Kini semua mata memandang kearahnya. "Paman, bibi dan semua. Emm... Perkenalkan, ini pacarku," Kobe tersenyum lalu melirik gadis yang dituntunnya.

Mulut Yuri jadi terbuka selebar-lebarnya. Ia sangat kaget dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Mi-Mi-Mine chan?" katanya tergagap. "Ka-kau dan Kobe...? Ah, apa aku sedang bermimpi?" kini ia mencubiti pipinya sendiri.

Mine tertawa kecil melihat expresi dan tingkah sahabatnya itu.

"Apa aku perlu menciummu disini supaya kau yakin ini bukan mimpi?" bisik Ryu pelan ditelinga Yuri. Senyum jahil terukir sempurna di wajahnya yang tampan.

Yuri mendelik kesal. tidak dimana-mana, setelah suaminya itu bisa kembali duduk dari sakitnya setiap ada kesempatan pasti ia curi-curi alasan untuk menciumi wajahnya. "DASAR GENIT...!!!" teriaknya gemas.

Orang-orang disekitarnya jadi kaget mendengar teriakan yang tiba-tiba itu.

Berbeda dengan Ryu. Ia malah tertawa-tawa sambil berusaha menghindari cubitan istrinya.

Yuri jadi tambah kesal karena serangannya meleset. Ia langsung bangkit untuk mencubitnya lagi. Mereka berdua malah jadi berisik dan asik sendiri.

Kedua orang tua Ryu yang awalnya keheranan hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihatnya. Toru heboh sendiri sedangkan Kenzie dan Yoshi memandang mereka sejenak kemudian sibuk berebut sepotong sashimi dengan sumpit.

"Hei...! Aku kan sedang memperkenalkan pacarku...!" seru Kobe kesal sendiri.

Mereka semua tertawa mendengar seruan itu sebelum akhirnya mengucapkan selamat dan memberi banyak pertanyaan pada Kobe dan Mine.

Acara makan malam pun berlangsung sampai larut malam.

Berbagi cerita memang tiada habisnya.

_The end_

A story by Enci Lestari

Senin 4 Juni 2012

Pukul 23:27 wib

Early weddingWhere stories live. Discover now