Himnaeseyo [BTS Fanfiction]

By dhedingdong95

131K 12.6K 3.9K

aku benci..... benci ketika kejadian itu terjadi, semuanya berubah..... kehidupanku..... masa depanku..... se... More

#1: Alasan Untuk Bertahan
#2: Keras Kepala
#3: Kecewa
#4: Curahan Hati
#5: Hal Tak Terduga
#6: Bimbang
#7: Mengubah Takdir?
#8: Sebuah Pilihan
#9: Awal Dari Perjuangan
#10: Selangkah Lebih Maju
#11: Keraguan
[FF SELINGAN - DELSOON]
#13: Sebuah Permulaan
#14: Jatuh Bangun
#15: Belum Berakhir (1)
#16: Belum Berakhir (2)
#17: Belum Berakhir (3)
#18: Perasaan Sebenarnya
#19: Ketakutan (Sendiri)
#20: Teman Lama
#PENGUMUMAN
#21: Pergumulan
#22: Rahasia
#23: Hadiah
#24: Penggemar
#25: Semangat Tanpa Henti
#26: Fanmeeting (1)
G.A.L.A.U
#27: Fanmeeting (2)
#28: Fanmeeting (3)
[SPOILER #29]
#29: Petuah
#30: Buah Dari Penantian
#31: Pengakuan
#32: Perdebatan Kecil
#33: Terbongkar (1)
#34: Terbongkar (2)
#35: Keputusan

#12: Kilas Balik

3.8K 346 189
By dhedingdong95

December 25th, 2016
.
.
Seokjin's Apartment
.
.
.
.
.
"taehyung-ah!!" waktu masih menunjukkan pukul setengah delapan pagi. tapi suara jimin sudah menggema di seluruh ruangan apartemen milik seokjin. tak perlu bertanya, mengapa sepagi ini jimin sudah sampai di kediaman kim bersaudara. karena faktanya hari ini adalah hari natal, otomatis jimin mendapatkan hari liburnya. dan ya! khusus tahun ini, jimin memutuskan untuk merayakan natal bersama seokjin dan taehyung dengan mengantongi izin dari orang tuanya tentu saja.

"eoh? apa yang sedang kau kerjakan, seokjin hyung?" sebelum berhasil menemui taehyung di kamarnya, pandangan jimin tertuju pada seokjin yang tampak sibuk.

"ahhh! jimin-ah!" entah karena terlalu fokus, atau ada hal lainnya... seokjin baru menyadari kedatangan jimin. ia tersenyum lebar sebagai tanda sapaannya, lantas melanjutkan kembali kegiatannya.

"aku sedang menyiapkan sarapan untuk taehyung. kebetulan ini hari natal, jadi aku ingin memasaknya sendiri" seokjin melanjutkan kalimatnya sembari mencuci beberapa wadah bekas memasak. sudah menjadi hal yang wajar, bila seokjin ingin memanfaatkan waktu luangnya demi memberi kesan baik pada sang adik. toh akhir-akhir ini sebagian besar waktunya ia habiskan di rumah sakit bersama para pasiennya. maka dari itu.. seokjin memutuskan untuk melakukan hobi terpendamnya yang sudah lama tidak ia tekuni, yaitu memasak. bahkan seokjin menyiapkan seluruh masakannya seorang diri, tanpa bantuan dari bibi lee pastinya.

"perlu kubantu hyung?" jimin menawarkan diri. meski tak pandai memasak, namun ia masih bisa membantu dengan memotong sayur atau sekedar mencuci bahan-bahan mentah.

"tak perlu jimin-ah. temui saja taehyung. bujuklah ia agar mau keluar dari kamarnya" secara tak langsung, seokjin menyampaikan salah satu keinginan terbesarnya selama ini. tahu sendiri jika si sulung tak dapat berbuat banyak, lebih-lebih saat sang adik kesayangannya bersikeras untuk melakukan apa yang ia mau. menolak keluar dari kamar, contohnya. tak masuk akal juga, bila ia harus mengancamnya dengan jarum suntik.

hanya ingin mengingatkan.... dari pertama taehyung datang di apartemen ini, ia lebih memilih untuk melakukan segala aktivitasnya di dalam kamar. tak heran jika kulitnya semakin memucat, karena sudah hampir satu tahun ia tak pernah terkena paparan sinar matahari secara langsung. eum, mungkin bisa dibilang ia hanya mengandalkan sinar matahari yang masuk ke apartemen melalui celah-celah gordyn jendela. selebihnya? tak pernah sama sekali.

"hng. akan kucoba membujuknya lagi!" jimin menyanggupi permintaan seokjin, meski ia tahu bahwa tugas itu tidaklah mudah. namun satu hal yang patut ia syukuri. sikap taehyung yang semakin hari semakin berubah menjadi lebih baik. mungkin saja dengan perubahan sikapnya ini, hatinya juga akan mudah luluh dan mau menuruti permintaan tak langsung dari seokjin.
.
.
.
.
"ya! taehyungie! apa yang kau lakukan, huh?" sesampainya di kamar taehyung, jimin sedikit merengut karena sang sahabat tak memberi sambutan selamat datang padanya. sungguh tak biasanya. karena sesibuk apapun kegiatan yang dilakukan oleh taehyung, minimal ia akan tersenyum simpul sebagai bentuk dari sambutannya.

taehyung nampak berbaring di atas ranjang sembari memasang headset di kedua telinganya. ah, pantas saja ia tak menjawab ocehan jimin. piyama bermotif kotak-kotak pun masih melekat di badannya. kedua matanya juga tertutup. apa anak ini benar-benar tertidur? tapi kenapa terlihat damai sekali seolah-olah begitu menghayati apa yang tengah didengarnya?

"hey!" panggil jimin lagi. ia goyangkan bahu kanan taehyung bertujuan untuk membangunkannya.

"eoh? jimin-ah.." taehyung sedikit terkejut kemudian buru-buru melepas headset dari salah satu telinganya. benar saja, ia tak tertidur. um... terlalu menikmati alunan musik yang didengarnya, mungkin? dengan menumpu siku tangan kanannya, taehyung berusaha keras untuk merubah posisinya menjadi duduk.

"apa yang sedang kau dengar, eoh? sampai-sampai tak menyadari kedatanganku" tanya jimin penasaran. pria berpostur mungil itu sedikit memanyunkan bibirnya. tidak, jimin tidak marah. ia sengaja melakukan itu hanya untuk menarik perhatian taehyung. lantas dengan santai, jimin mendudukkan dirinya di tepian ranjang king size tersebut.

"lagu kesukaan jungkook.........." taehyung tersenyum tipis sambil membayangkan saat dimana ia menyanyikan lagu ini bersama jungkook beberapa waktu silam.

"............lagu kesukaan jungkook? tak biasanya, hm?" jimin kembali memancing. pasalnya.. selama jimin mengunjungi taehyung di apartemen seokjin, ia tak pernah melihat sahabatnya ini melakukan aktivitas yang menyangkut hal-hal favorit jungkook. bukankah kalian tahu sendiri? hampir seluruh waktu, taehyung menyibukkan dirinya untuk berselancar di dunia maya demi menemukan keberadaan jungkook. bukan yang lain.

"um, ntahlah. saat aku menoleh ke jendela dan melihat salju turun dengan lebatnya, tiba-tiba aku teringat lagu ini. apalagi aku baru menyadari, bahwa ini adalah hari natal" taehyung berkata jujur. wajahnya sedikit murung, ketika teringat natal tahun ini tak dirayakannya bersama jungkook.

tepat dua tahun yang lalu, taehyung membiarkan jungkook merayakan natalnya seorang diri. saat itu ia lebih mementingkan persiapan debutnya daripada pulang ke rumah, yang baginya hanya sekedar membuang-buang waktu. hhhh, dasar bodoh. ia bahkan tak memikirkan bagaimana perasaan adiknya kala itu. di saat sebagian besar keluarga menghabiskan waktu natal dengan makan bersama atau mungkin mengobrol sepanjang hari, taehyung bahkan tak tahu apa yang dilakukan adiknya waktu itu. malang sekali.

tak disangka, natal yang menyedihkan masih berlanjut di tahun berikutnya. ya. tahun lalu, taehyung juga tak menikmati hari natalnya karena masih belum bisa menerima kondisi kedua kakinya. selain itu jungkook juga sibuk dengan kerja part time nya hingga larut malam, membuat ia harus rela meninggalkan hyungnya sendirian di flat demi sesuap nasi. apalagi di hari natal, cafe maupun kedai makanan dapat dipastikan ramai pengunjung. akibatnya, jungkook tak diperbolehkan untuk mengambil hari libur dan terpaksa terus bekerja. yaaah... walau demikian, taehyung tak pernah mempermasalahkan hal itu. baginya, semenjak ia dinyatakan cacat... semua hari terasa sama saja.

dapat disimpulkan bahwa tahun ini adalah tahun ketiga taehyung merayakan natal tanpa kehadiran sang adik. tak terasa pula, sudah tiga kali mereka melewatkan perayaan natal bersama. jadi...... seharusnya ia sudah terbiasa, bukan? tapi sayang sekali, motto itu tak berlaku bagi taehyung. karena rasanya.. kekosongan yang ada di dalam hatinya semakin menjadi. lubang virtual yang ada dalam dadanya semakin menganga lebar. um, menyesal? ya. tentu saja. jika taehyung tak keras kepala, jika ia tak mementingkan egonya... mungkin tahun ini ia masih dapat merayakan salah satu hari spesialnya bersama jungkook. tetapi............... semua sudah terlambat, bukan? hhhh, kenapa ia hobi sekali menyesali hal-hal yang sudah terlanjur terjadi? kenapa pula ia selalu mengungkit kebodohannya di masa lalu?

"boleh......... aku ikut mendengarnya?" suara tenor milik jimin membuyarkan lamunan sesaat taehyung. intonasinya terdengar sedikit tak yakin. terang saja, jika itu sudah menyangkut hal mengenai jungkook.. lebih baik jimin bersikap hati-hati daripada membuat masalah baru.

"tentu saja" taehyung melepas headset dari lubang ponselnya, kemudian membiarkan alunan suara itu terdengar hingga ke seluruh ruang kamar.
.
.

oh the weather outside is frightful
(oh cuaca di luar menakutkan)
but the fire is so delightful
(namun apinya begitu menyenangkan)
and since we've no place to go
(dan karena kita tak memiliki tempat untuk pergi)
let it snow! let it snow! let it snow!
(biarkan bersalju! biarkan bersalju! biarkan bersalju!)

.
.
nyatanya lagu yang mereka dengar bukanlah dari si penyanyi asli, melainkan lagu yang dinyanyikan kembali oleh taehyung sendiri bersama dengan jungkook. kualitas suaranya tak begitu jernih, karena mereka hanya mengandalkan alat perekam dari ponsel. selain itu pula mereka bernyanyi tanpa diiringi musik, memberi kesan bahwa lagu tersebut dinyanyikan tanpa adanya persiapan. terlepas dari itu semua, rekaman tersebut sukses membuat jimin terkagum atas kemampuan bernyanyi mereka berdua. jujur, jimin tak pernah menyangka jika kedua jenis suara tersebut akan terdengar sangat indah bila dipadukan.

hhhh.. tuhan memang selalu bertindak adil. setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, tergantung bagaimana cara mereka dalam menyikapinya. begitu pula dengan taehyung maupun jungkook. bagaimanapun itu, jimin sangat berharap agar mereka mau mensyukuri semua yang telah didapatnya. karena sudah menjadi hukum alam... bahwa manusia hanya bisa berusaha dan meminta yang terbaik pada tuhan, namun hasil akhir? siapa yang tahu?
.
.

it doesn't show signs of stopping
(ini tak menunjukkan tanda berhenti)
and i've brought some corn for popping
(dan aku telah membawa beberapa jagung untuk popping)
the lights are turned way down low
(lampu pun berubah menjadi redup)
let is snow, let it snow, let it snow
(biarlah bersalju, biarlah bersalju, biarlah bersalju)

.
.
"suara kalian sangat indah" jimin memuji disela-sela lagu.

"apa kau baru pertama kali mendengar jungkook bernyanyi?" tanya taehyung tersenyum. senyum yang tak dapat diartikan namun memiliki ribuan arti di baliknya. jimin melihat ada perasaan bangga dari dalam diri taehyung. tapi sayangnya, ia juga melihat raut kekecewaan dan juga penyesalan di wajah sahabatnya.

"hng" jimin bergumam lantas mengangguk kecil tanda mengiyakan.

"kenapa jungkook menyukai lagu ini?" yang jimin tahu, lagu ini bukanlah lagu kesukaan para remaja seusia mereka. bahkan bisa dibilang bahwa lagu tersebut merupakan sebuah lagu lama yang sangat populer di masanya. jimin tak sungkan untuk bertanya lebih jauh. selain karena dilanda penasaran, pria muda itu dapat melihat ketertarikan taehyung untuk membahas topik ini lebih lanjut.

"aku tak tahu bagaimana awalnya. bagaimana pula ia dapat menemukan lagu klasik itu. tapi jungkookie sering berkata... melalui lagu itu ia dapat merasakan suasana natal, meski kami hanya merayakannya dengan memakan masakan sederhana. dulu. beberapa tahun lalu, ketika anak seusianya merengek untuk meminta kado natal atau mungkin memasang pohon natal bersama keluarganya... jungkook hanya mengucap satu keinginan sederhana yang selalu membuatku tertegun. ia hanya memintaku untuk menemaninya menyanyikan lagu let it snow milik dean martin setelah kami selesai makan malam di hari natal. bisa dibilang jika itu merupakan salah satu rutinitas kami setiap tahun----" taehyung menghela nafas panjang. ia seperti menggantungkan kalimatnya.

".................sebelum aku pergi meninggalkannya ke seoul" begitu kalimat tersebut berhasil dilanjutkan, taehyung tersenyum miris. pikirannya masih dipenuhi dengan begitu banyak pengandaian. tak lama kemudian ia lempar pandangannya ke arah jendela apartemen, memandangi butiran-butiran salju yang turun semakin lebat.

sekali lagi. jimin memberikan respon sebuah anggukan kecil layaknya memahami seluruh penjelasan dan perasaan taehyung.

"kau sangat beruntung taehyung-ah. jungkook............... anak yang baik" jimin berucap pelan lantas tersenyum lebar, memberi sedikit penghiburan pada taehyung yang sekiranya tengah merasa kesepian.

"hm. kau tahu sendiri, saat tubuhku masih normal ia tak pernah menuntutku membelikan ini dan itu. ia sangat tahu kondisi finansial kami. ia sangat memahami situasiku saat itu. sungguh, aku merasa bangga dengan sifat dewasa yang dimilikinya. kuharap....... jungkook selalu diberi kebahagiaan dalam hidupnya" taehyung membalas senyuman jimin.

"itu pasti, taehyung-ah! kau tak perlu cemas, ia berhak mendapat kebahagiaannya setelah melewati perjuangan hidup yang sangat berat. jungkookie sosok yang hebat. kelak, kau pasti akan sangat bangga padanya" jimin tak bosan memberikan motivasi untuk taehyung. dengan cara tersebut, jimin ikut membangun kembali rasa kepercayaan diri taehyung dan terus mendorongnya untuk tidak menyesali segala yang telah diperbuatnya di masa lampau.

"eum....... jimin-ah" taehyung berucap kembali setelah terdapat jeda di tengah pembicaraan mereka.

"ya?"

"terima kasih"

".......untuk?" mendengar ucapan terima kasih tersebut, jimin hanya membulatkan kedua matanya heran. boleh percaya boleh tidak, jimin sama sekali tak mengira bahwa kata itu keluar dari mulut taehyung sendiri. selama ini jimin ikhlas melakukan semuanya untuk kebaikan sang sahabat. karena bagi jimin, taehyung merupakan satu-satunya teman yang rela ia perjuangkan.

"semuanya. sama seperti yang kau katakan tadi. aku memang sangat beruntung. salah satunya........... karena memiliki sahabat terbaik, sepertimu" taehyung tersenyum kembali. entahlah, saat mengatakan hal ini............. hatinya terasa tenang dan hangat.

"bukankah sahabat memang harus saling membantu?" jimin menjawabnya dengan sedikit salah tingkah. sungguh, ia tak butuh ucapan terima kasih itu. saling memberi pengertian dan dukungan satu sama lain, itu sudah cukup bagi pertemanan yang didambakan oleh jimin.

"ya. tapi aku selalu merepotkanmu" pria muda bermarga kim itu mengucap kalimatnya dengan nada menyesal. taehyung sadar, dengan kondisi tubuhnya yang cacat ia tak bisa melakukan apapun seorang diri. terlebih tak jarang perilakunya ini kerap kali membuat kesal orang lain. tapi percayalah, itu semua diluar kendalinya. emosi-emosi dan keegoisan itu keluar dari dalam dirinya begitu saja. dan taehyung selalu kalah untuk menaklukkannya.

"aku tahu bagaimana sifat dan sikap sahabatku. aku juga sangat memaklumi apa yang kau alami saat ini" jimin menepuk bahu kiri taehyung seolah-olah sedang membagikan energi positif pada pria di depannya ini.

"........semua butuh proses taehyung-ah. sungguh! aku merasa sangat senang begitu tahu kau mau berinteraksi kembali dengan kami. itu sama seperti........ mimpi? jujur, kupikir aku tak pernah lagi melihat sosok taehyung yang rela berjuang keras demi tujuan hidupnya. asal kau tahu. baik aku maupun seokjin hyung, kami merasa sudah kehilangan harapan bila memikirkan kondisimu" jimin terus berbagi mengenai apa yang telah dialaminya selama ini. ia sengaja menceritakan kesulitannya, dengan tujuan membangun kembali semangat sang sahabat. membuat sosok yang rapuh itu perlahan memiliki kekuatan untuk menopang seluruh permasalahan di hidupnya.

"um......... aku tahu itu tidaklah mudah. karena kuyakin, kau harus mengalahkan dirimu sendiri demi menjadi sosok yang lebih baik. meskipun begitu... kumohon, dengarkan kata-kataku! jadilah kim taehyung apa adanya. jika kau merasa kesal, luapkan emosimu. jika kau merasa kecewa, kau tak perlu malu untuk menangis di depanku. tapi satu hal yang harus kau tanamkan di dalam otak. kau harus menjadi kim taehyung yang kuat dan tidak menyerah pada keadaan. jangan biarkan emosi terus menguasaimu, karna itu tak akan membantumu. itu akan membuatmu semakin terjatuh, dan kau juga tak mendapat hasil yang sesuai dengan keinginanmu" jimin memberikan pengertiannya kembali. membagikan pendapatnya, demi mengubah arah berpikir taehyung menjadi lebih terbuka.

taehyung terdiam. hampir seratus persen yang jimin katakan adalah benar. jika ia terus dikuasai emosi yang tak terkendali, masalah ini akan semakin runyam. dan ia akan semakin menderita, karena merasa bahwa masalah ini tak akan ada ujungnya. meski sangat sulit, taehyung akan berjuang untuk memperbaiki sifat sensitifnya. taehyung juga harus menerima apapun kenyataan yang nantinya akan ia dapat dengan kepala dingin.

"aku.... akan berusaha. um... tapi, aku butuh waktu. aku tak yakin bisa langsung mengubah sifat buruk itu" taehyung berkata jujur. ia tak berani menatap kedua mata jimin karena malu, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menunduk menghindari kontak mata dengan sahabatnya.

jimin terkekeh pelan membuat kedua matanya sedikit tertutup membentuk garis lurus.

"bukankah aku sudah berkata bahwa itu semua membutuhkan proses, taehyung-ah? aku tak memaksamu untuk mengubah sifat itu hanya dalam sekejap. aku juga memerlukan proses. aku yakin orang lain pun tak ada bedanya dengan kita. jadi, mari kita sama-sama belajar untuk memperbaiki diri" jimin tersenyum kembali.

.

taehyung-ah, jangan pernah kecewakan sahabatmu satu-satunya ini. sangat tidak mudah untuk menemukan sahabat yang sangat baik seperti jimin. ia bahkan lebih sering menemanimu di saat sedih dibandingkan dengan saat-saat kau merasa senang. jimin....... ialah tipe sahabat yang dicari oleh hampir seluruh orang di muka bumi ini. sekali lagi. kau. sungguh. beruntung!

.

"taehyung-ah, apa kau tak bosan terus menerus menghabiskan waktu di dalam kamar? tak ingin menghirup udara segar di luar, hng? kupikir itu bagus untuk kesehatanmu! .....hmmm, yaaa minimal menonton siaran tv di ruang keluarga atau.... sarapan bersama di meja makan, mungkin?" perlahan jimin memasuki inti dari salah satu tujuannya menemui taehyung. pemuda park itu memang sengaja tak memintanya secara to the point, karena ia mengenal baik bagaimana karakter taehyung. sekedar informasi... kim taehyung tak bisa dipaksa, oleh karena itu jimin harus pintar mencari cara lain hingga tak jarang memberikan perilaku spesial agar tak membuat si sahabat tersinggung.

"kupikir tak ada yang bisa dilakukan di luar sana, chim" taehyung berucap sekenanya. tapi memang benar, itulah alasan utamanya. daripada merepotkan orang lain, lebih baik taehyung berdiam diri saja atau melakukan hal-hal yang mampu ia lakukan di atas ranjang.

"heeey. keterbatasan tak berhak membatasi ruang gerakmu taehyungie! kau masih memilikiku, seokjin hyung, bibi serta paman lee! sampai-sampai seokjin hyung rela membayar mahal bibi dan paman lee, khusus untuk mengurusimu. kau tak perlu malu atau sungkan, karena itu semua telah menjadi tugas mereka sepenuhnya. kau juga bebas melakukan apapun yang kau mau menggunakan kursi roda canggih yang sudah dibeli oleh seokjin hyung" jimin senang, taehyung menjadi kembali lebih terbuka padanya. secara tak langsung.. itu bisa membuatnya lebih memahami apa yang dirasakan sahabatnya, kemudian ia tinggal memutar otak demi mendapat solusi terbaik.

di lain pihak.. taehyung diam, tak tahu harus berargumen seperti apa. jika jimin sudah menasehatinya, mulut taehyung seakan terkunci rapat dan terus membenarkan seluruh perkataan pemuda di depannya.

"karena ini hari spesial, bagaimana jika kau ikut sarapan bersama kami di ruang makan?" seru jimin bersemangat. ia pun beranjak dari tempat duduknya semula, demi mengambil posisi tepat di sebelah taehyung. tanpa basa-basi lagi, ia rangkul bahu sang sahabat.

"tapi.........." taehyung tampak berpikir. ia berada di ambang keraguannya hingga tak bisa memberikan satu keputusan, ya atau tidak. aneh rasanya bila ia melakukan segala sesuatu di luar ruangan ini. karena sejujurnya, ia merasa asing dan tidak terbiasa.

"apa yang kau ragukan eoh? mulai sekarang.. kau harus membiasakan diri untuk berinteraksi kembali dengan pihak luar. kau harus menghancurkan dinding-dinding tebal yang menghalangimu untuk bersosialisasi, taehyung-ah!" jimin terus mendorong sang sahabat untuk memulai rutinitas baru, bukan hanya melakukan semua kegiatannya di dalam ruang kamar ini. life must go on, right?

"........kau ingat? cepat atau lambat, JK yang kita anggap sebagai jungkook akan debut di layar kaca. kau tak bisa hidup hanya melalui ponselmu saja. kau juga membutuhkan tv untuk memantau setiap penampilannya" sambung jimin lagi. benar. selain memanfaatkan dunia maya, taehyung juga memerlukan tv untuk mengikuti setiap penampilan JK nantinya.

sayangnya.. di apartemen ini hanya terdapat satu tv berukuran 65 inch yang terpasang di ruang keluarga. sehingga pada akhirnya pun harus memaksa taehyung untuk keluar dari ruang kamarnya. lagipula, taehyung sendiri juga tak berniat untuk meminta seokjin membelikan tv baru yang bisa dipasang dalam kamarnya. hmm.. walau mungkin ia sedikit beradaptasi dengan kehadiran seokjin di kehidupannya yang sekarang, tapi taehyung............ cukup tahu diri.

taehyung menghembuskan nafas panjang. ya. benar. semua yang dikatakan jimin selalu benar.

"bawakan kursi roda itu" pinta taehyung malas sembari mendengus tanda keberatan.

jimin hanya tertawa kecil melihat tingkah taehyung. wajah pemuda kim itu jelas sekali menunjukkan rasa kesal, tapi ia tetap tak bisa menolak perkataan sahabat karibnya.

"tak masalah, jika tak ingin menggunakan kursi roda itu. um, atau mungkin kau mau memintaku untuk......... menggendongmu?" jimin semakin terkikik geli.

"tidak! tidak!" taehyung menolak tawaran tersebut mentah-mentah. oh ayolah, bagaimana ceritanya jimin menggendong taehyung? jelas-jelas postur tubuh taehyung jauh lebih tinggi dari pemuda bermarga park itu.

"ya sudah, tunggu sebentar. aku akan mengambilkan kursi roda untukmu" setelah sekian lama kursi roda yang dibeli seokjin mendekam di sudut ruangan, kini akhirnya benda itu dapat difungsikan sebagaimana mestinya.

dengan sedikit kesusahan, jimin memindahkan kursi roda elektrik itu dan membawanya ke arah ranjang taehyung.

"sini, kubantu" jimin menawarkan bantuannya. ia singkap selimut tebal berwarna putih yang menutupi sebagian tubuh taehyung. lantas ia bantu taehyung untuk membenarkan posisi duduknya terlebih dahulu. dengan sabar jimin mulai memindahkan kaki taehyung satu per satu, lantas memberi topangan tubuh kurus itu hingga berhasil memindahkannya ke atas kursi roda.

"bagaimana? sudah merasa nyaman?" jimin memastikan keadaan sang sahabat sebelum mengajaknya ke luar ruangan.

"hng" taehyung menjawab dengan sebuah gumaman singkat.

"dengan kursi roda ini, kau tak perlu bersusah payah memutar rodanya secara manual. cukup kau gerakkan pegangan ini, kursi roda itu akan berjalan sesuai dengan perintahmu" jimin membagi informasi-informasi penting pada taehyung yang sama sekali tak peduli dengan benda tersebut.

"mengapa kau terlihat begitu membenci kursi roda, sampai-sampai tak mau menggunakan alat secanggih ini eoh?" jimin terheran. seharusnya taehyung bersyukur, karena di luar sana banyak pihak yang sangat menginginkannya. mengingat harga kursi roda semacam ini terbilang cukup mahal, maka dapat dipastikan bahwa tak semua kalangan memilikinya. tapi taehyung? ia hanya menyia-nyiakan barang tersebut layaknya sebuah rongsokan.

"hanya tak ingin memakainya" taehyung menjawab acuh.

"benarkah? tapi aku melihat ada alasan lain yang tergambar di wajahmu" sepintar apapun taehyung berbohong, jimin pasti mengetahuinya. maka dari itu, selama mereka berdua menjalin pertemanan... tak ada rahasia yang bisa disimpannya.

taehyung berdecih kesal. kenapa jimin selalu bisa membaca raut wajahnya? sebodoh itukah dirinya menyimpan rahasia, hingga setiap gerak-geriknya terbaca oleh jimin?

"setiap kali melihat kursi roda, aku selalu teringat jungkook. dulu, hampir setiap hari ia menjanjikanku untuk membelikannya. tapi aku tahu. gaji yang didapatnya dari kerja part time, bahkan tak mencukupi kehidupan sehari-hari kami" taehyung menghela nafas panjang sebelum meneruskan kalimatnya.

"..............pernah suatu ketika aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, jungkookie sedang memasukkan sisa-sisa uangnya di dalam kaleng bekas. aku sampai tak habis pikir bagaimana caranya ia menyisihkan uang. yang membuatku sedih, aku hampir tak pernah melihatnya makan malam di rumah. ia selalu membelikanku seporsi makanan, tapi dia tak pernah ikut menyantapnya. ia selalu memberikan berbagai macam alasan hingga tak dapat kuelak. aku........ aku takut jika uang yang ia sisihkan merupakan jatah makan malamnya"

jimin mendengarkan curahan hati taehyung tanpa berniat untuk menyela atau memberikan interupsi. ia sengaja membiarkan sahabatnya itu menuangkan seluruh isi hati hingga benar-benar merasa lega.

"bodohnya, aku tak bisa berbuat banyak. aku tahu persis bagaimana kerasnya dunia yang ia hadapi di usia belia, membuatku merasa tak pantas untuk menegurnya. apalagi aku tak bisa meringankan bebannya. jadi aku merasa tak memiliki hak untuk melarangnya melakukan ini dan itu. aku......... terlalu pengecut untuk memarahinya. dan dari situlah, aku semakin merasa malu dan tak pantas. di saat uang tersebut dapat ia gunakan untuk membeli barang-barang yang diidamkannya, ia malah harus membelikannya untuk keperluanku" taehyung berbicara terus terang. kilasan-kilasan masa lalunya bersama jungkook, tak sengaja terputar lagi di otaknya. membuat hati taehyung semakin diselimuti rasa bersalah.

"jadi kau merasa tak menghargai kerja keras jungkook?" jimin bertanya seraya menyimpulkan seluruh perkataan yang diucapkan taehyung.

"ya, bisa dibilang begitu. aku merasa telah menyia-nyiakan perjuangan jungkook untuk menyisihkan uang setiap harinya. dan sekarang kau lihat? dengan mudahnya aku menggunakan kursi roda canggih pemberian orang lain" taehyung tersenyum masam. hhh, lucu sekali fase-fase di kehidupannya ini.
.
.
.
.
.
suara gesekan antara roda dengan lantai kayu apartemen, kembali memecah keheningan di pagi hari itu. seokjin yang terlihat sedang menata beberapa wadah di atas meja makan, bahkan menghentikan aktivitasnya sesaat demi mencari sumber suara.

"eoh? taehyung-ah?" seokjin sedikit termangu mendapati taehyung duduk di atas kursi roda yang dulu pernah dibelinya, diikuti dengan jimin yang mendorongnya dari belakang.

taehyung masih merasa tak familiar. ia hanya memasang sebuah senyum paksaan, sebelum jimin benar-benar membawanya ke arah meja makan.

"hey! bagaimana perasaanmu setelah keluar dari kamar?" seokjin tak mampu menyembunyikan rasa senangnya. pria muda berprofesi dokter itu berlari kecil meninggalkan aktivitasnya, lantas berjongkok tepat di depan taehyung.

"tidak buruk" taehyung menjawab apa adanya.

"ah, senang mendengarnya" seokjin tersenyum lebar. sepertinya peristiwa langka ini akan membuat mood seokjin di hari natal semakin membaik.

setelah percakapan singkat itu, seokjin bangkit dari posisi jongkoknya lalu berjalan menuju belakang kursi roda. jimin yang dapat membaca situasi tersebut, langsung menggeser tubuhnya demi memberikan ruang untuk seokjin.

"aku telah memasak begitu banyak makanan untukmu. jja, makanlah! ambil sesuka hatimu!" seokjin mengambil alih posisi jimin untuk mendorong kursi roda taehyung. seokjin arahkan kursi roda tersebut ke tempat kosong di sisi kiri meja makan yang sengaja ia desain jauh-jauh hari.
.
.
.
.
.
.
.
Big Hit Entertainment Office
.
.
"kau tak merayakan natal, jungkookie?" seharusnya, hari spesial di penghujung tahun membuat banyak kantor memberikan libur panjang bagi para karyawannya. namun sepertinya, hal semacam itu tak berlaku di kantor agensi ini. meski kantor tersebut terkesan lebih sepi dari hari-hari biasa, tapi masih ada beberapa aktivitas yang terlihat disana. bahkan beberapa karyawan masih nampak sibuk wara-wiri dengan membawa berkas-berkas seperti aktivitas kantor pada umumnya.

"ah, tidak ssaem. aku akan menghabiskan waktu sepanjang hari untuk berlatih" pemuda bernama jungkook itu menjawab seraya berjalan menuju studio tempatnya berlatih.

"bukankah kau telah mempersiapkan semuanya dengan matang? heey, ini adalah kesempatan terakhir mengunjungi keluarga dengan bebas sebelum kau benar-benar tenggelam dalam kesibukanmu!" salah satu pelatih jungkook memberikan salah satu nasehat penting.

.

ya ssaem, itu memang benar. tapi.......... siapa yang harus kutemui? aku sudah tak memiliki keluarga lagi disini. bahkan aku tak tahu dimana keberadaan hyungku sekarang. aku juga tak yakin, apa mereka masih tetap mencariku? atau sudah memulai kehidupan barunya tanpaku? lagipula................. aku tak peduli. bagiku, natal sama seperti hari-hari biasa. tak ada pengaruhnya lagi dalam kehidupanku.

.

jungkook tak menjawab. ia hanya tersenyum lalu menundukkan sedikit badannya tanda undur diri. lebih baik ia segera menghindar dari pembahasan tersebut daripada harus menambah beban pikirannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
December 31st, 2016
.
.
Seokjin's Apartment
.
.
.
"jimin-ah! apa tak ada baju lain?"

"tidak taehyungie. kau justru tampak keren!"

penghujung tahun bisa dibilang sebagai hari penting bagi sebagian besar manusia. banyak orang berlomba-lomba untuk membuat kenangan indah sebagai penutup tahun agar tak mudah dilupakan. begitu juga di kediaman seokjin.

apartemen yang biasanya sunyi, kini tampak berbeda dengan ocehan-ocehan salah satu penghuninya. di ruang tamu juga telah disiapkan berbagai hiasan sederhana yang dapat menciptakan kesan perayaan ulang tahun. tak lupa pula sebuah cake bulat dengan lilin-lilin yang telah terpasang, sebagai simbol utama.

tak lama berselang, keluarlah pria muda dengan mengenakan setelan jas dan dasi kupu-kupu dari dalam kamarnya. dengan bantuan kursi roda, pria itu nampak sedikit tak percaya diri. walau begitu, pria yang tak lain adalah taehyung.. telah berdandan rapi layaknya sedang menghadiri suatu pesta.

"........apa ini tidak berlebihan?" taehyung memandangi baju yang dipakainya, juga sesekali mencuri pandang ruang tamu yang telah didesain sedemikian rupa.

"tidak sama sekali! anda sangat tampan tuan muda!" bibi lee menyambutnya dengan suka cita. meskipun di ruangan ini hanya ada empat orang, tapi berhasil membuat taehyung terhanyut dalam suasana pesta. eh? tunggu. empat orang? siapa yang tidak datang di ruangan ini?

taehyung menyadari bahwa seokjin belum menampakkan batang hidungnya. dimana dia? apa ia belum pulang kerja? atau ia harus melakukan operasi mendadak pada pasiennya? ..........loh? kenapa tiba-tiba taehyung jadi begitu peduli padanya?

.

"selamat ulang tahun taehyungie!" tanpa diduga, suara seokjin terdengar dari sisi belakang. pria muda dengan outfit serba hitam itu mulai berjalan membawa sebuah cake ulang tahun ke hadapan taehyung.

taehyung tak memberikan respon berarti. ntah apa yang ada di pikirannya, ia hanya menampilkan senyuman tipis. seokjin sengaja menyerahkan cake tersebut ke kedua tangan taehyung, lantas merekam momen-momen berharga ini menggunakan ponselnya.

"sebelum kau tiup lilinnya, ucapkan permohonanmu terlebih dulu" seokjin berujar di balik ponselnya.

taehyung menurut. sembari membawa cake ulang tahun, ia tutup kedua matanya guna mengucap satu pemohonan terbesar............ minimal untuk saat ini.

.
kumohon hilangkan setiap rasa sakit baik yang ada di hatiku maupun hati jungkook. aku tak akan memaksa keadaan agar kami bisa berkumpul bersama seperti dulu. tapi................ berilah aku kesempatan untuk menemuinya. jangan biarkan aku hidup dengan rasa penyesalan yang selalu menghantui. setidaknya, biarkan kami hidup dengan diliputi kebahagiaan................ tanpa ada satupun pihak yang merasa tersakiti.
.

setelah selesai mengucapkan permohonan, taehyung membuka kelopak matanya dan langsung meniup lilin-lilin yang masih menyala.

"terima kasih semuanya" meski tak ingin menunjukkan rasa bahagianya, taehyung memilih tersenyum sebagai wakil dari perasaannya sekarang. paling tidak tuhan masih memberinya kesempatan sampai detik ini untuk merayakan ulang tahun ke-18 nya.

"selamat ulang tahun, taehyung-ah. um................ aku, membawakan satu kabar yang mungkin akan menjadi hadiah ulang tahun terindah yang pernah kau dapat" jimin berseru kegirangan.

"kabar? tentang apa?" masih dalam posisi memangku cake nya, taehyung sedikit mengernyit tak mengerti. hal itu menjadi bukti bahwa ia sama sekali tak memiliki petunjuk mengenai ucapan jimin.

jimin berjalan mendekati taehyung. ia sodorkan ponselnya tepat di depan mata sahabatnya. lebih seperti meminta taehyung untuk membaca sendiri apa yang baru saja ia dapatkan. begitu juga dengan taehyung. ia tajamkan penglihatannya demi menangkap setiap huruf yang tertera di layar ponsel.
.
.
.
@BigHitEnt A New Member of BIG HIT ENTERTAINMENT FAMILY! #JK #SOLODEBUT
MV drops tomorrow at 12AM(KST) #CHRISTMASDAY #170101

.
heol! christmas day? apa ia tidak salah memilih lagu?
.
.
jadi..... beginikah wajah JK sebenarnya? heol! daebak! dia jauh lebih muda dari bayanganku!
.
.
apa lagu ini akan bergenre hip hop juga?
.
.
sepertinya, konsep debutnya tidak sesuai dengan keinginan publikㅜㅜ
.
.
heol! ㅋㅋㅋㅋ apa ini serius? lihat! wajahnya berbanding terbalik dengan kemampuan rappnya ㅋㅋㅋㅋㅋㅋ
.
.
.
.
.
taehyung memandangi layar ponsel jimin dengan seksama. ia membaca setiap kata demi kata, mengamati setiap gambar sosok familiar yang ditampilkan. bahkan ia masih sempat melihat beragam komentar dari netizen. demi tuhan, ia tak tahu harus berekspresi seperti apa. bukankah ia sudah berjanji untuk menerima apapun kenyataannya?
.
.

tidak taehyung-ah. kau harus menerima kenyataan bahwa itu memang kim jungkook. kau harus merelakannya. apapun yang terjadi kau harus mendukungnya. dia adikmu, dia berhak menemukan kesuksesannya. biarlah dia bebas melakukan apa yang menjadi keinginannya. cukup! berhentilah membuat hidup jungkook terkekang!

.
.
"adikku................. sangat tampan" taehyung berujar lirih lantas tersenyum perih. hingga tak sadar setetes air mata lolos dari pelupuk matanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Big Hit Entertainment Office
.
.
ini sudah hampir tengah malam, tapi seorang pemuda masih berkeliaran di kawasan kantor agensi. ia tak sendirian, karena masih banyak karyawan lain yang sedang lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya. lebih-lebih beberapa jam lagi, terdapat satu video baru yang harus dirilis. membuat aktivitas kantor semakin sibuk meski di malam hari.

pemuda dengan pakaian hingga beanie serba putih itu membawa tas punggung hitam di salah satu bahunya, kemudian menenteng sebuah paper bag cokelat di tangan kanannya.

pemuda itu nampak terburu-buru memasuki lift gedung seakan dikejar waktu. hingga pada akhirnya ia memasuki sebuah studio dance utama yang dimiliki oleh agensi. studio itu tampak gelap gulita. selain karena waktu sudah menunjukkan tengah malam, hampir sebagian besar trainee berlatih di studio lain. um, lebih tepatnya studio ini digunakan oleh artis yang telah debut seperti Hope Monster atau artis lainnya. beruntunglah jungkook memiliki akses untuk dapat menggunakannya, toh dalam hitungan jam ia juga akan debut secara resmi. kalau boleh dikatakan secara jujur, studio ini jauh lebih besar daripada studio khusus untuk trainee. juga, fasilitasnya pun serba canggih. membuat siapa saja pasti betah berlama-lama di sini.

.
.
.
jungkook sengaja tidak menyalakan lampu. ia hanya mengandalkan cahaya dari ponselnya untuk menerangi penglihatannya. ia letakkan tas hitam dan paper bag yang sedari tadi ia bawa di atas lantai.

setelah itu ia memilih untuk duduk di tengah ruangan. ia buka paper bag berukuran sedang tersebut lantas mengeluarkan isi di dalamnya yang tak lain ialah sebuah cake bundar dengan topping buah-buahan. jungkook juga meraih tas hitamnya, mengambil beberapa buah lilin dan menancapkannya di atas cake tersebut. setelah dirasanya pas, ia nyalakan korek api dan menyalurkan api ke ujung lilin tersebut.

jungkook termenung beberapa saat. ia terus memandangi api yang kerap kali bergoyang terkena hembusan nafasnya. cahaya yang dihasilkan dari lilin tersebut berhasil membuatnya larut dalam keheningan. pemuda itu masih belum beranjak dari posisi semula. hm.......... ada yang aneh dengan raut wajahnya. semakin lama, wajah datar itu berubah menjadi wajah yang begitu sendu. ia gigit bagian bawah bibirnya, seolah melampiaskan perasaannya yang tak karuan. apa yang sedang dipikirkan oleh bocah itu? kenapa ia diam saja seperti patung?

setelah beberapa menit berlalu, jungkook masih menerawang jauh menggunakan cake sebagai objek pandangannya. tak terasa pula lilin tersebut sudah menyisakan 3/4 dari ukuran sebenarnya. tapi jungkook masih enggan melakukan sesuatu.

"saengil... chukha hamnida... (selamat ulang tahun)" jungkook mulai mengeluarkan suaranya. suara itu terdengar lirih dan sedikit bergetar.

"saengil chukha hamnida... saranghaneun... (selamat ulang tahun, yang terkasih.......)" di tengah ia bernyanyi, suaranya semakin memudar. digantikan dengan isak tangis pelan.

"saranghaneun..... taehyungie hyung.......... (yang terkasih taehyungie hyung)" jungkook kembali mengulang satu kalimat terakhir yang tak sempat ia selesaikan. dibiarkannya pula air mata itu turun dengan deras, membasahi wajah tampannya.

"saengil chukha.... hamnida.......... (selamat ulang tahun)" setelah menyelesaikan lagu ulang tahun tersebut, jungkook tak langsung meniup nyala api dari lilin. tak peduli betapa kacau wajahnya, ia masih memandangi cake tersebut. benar, kalian tak salah menebak. jungkook memang sedang merayakan ulang tahun taehyung, seorang diri. ya. seorang. diri.

"hyung-ah, selamat ulang tahun" jungkook mengulang ucapannya kembali. ia terus menggigiti bibir bagian bawah, menahan isak tangis yang sewaktu-waktu bisa meledak. bahkan ia sudah tak dapat menggambarkan perasaan apa yang ada di hatinya sekarang. yang jelas rasa sesak di dada kembali menghampirinya. rasa sesak ini terasa sama persis saat ia memutuskan pergi meninggalkan taehyung bersama seokjin.

"pukul dua belas kurang lima belas menit. taehyung hyung... bukankah aku menjadi orang terakhir yang memberi ucapan selamat ulang tahun padamu? sayang ya, kau tak mungkin bisa mendengarnya" jungkook masih terisak. ia eratkan gigi-giginya, salah satu cara ampuh untuk menahan isak tangis. yahh meskipun ia gagal melakukannya.

"hyung........ biarkan sekali ini aku merayakan ulang tahunmu, ne? tak apa jika aku seorang diri, yang penting aku bisa merasakan kehadiranmu di dalam ruangan ini" jungkook masih bermonolog dengan cake di depannya. seolah-olah cake tersebut adalah lawan bicaranya. sesekali cegukan kecil pun mengganggu isakannya.

"taehyungie hyung, lihat! pada akhirnya aku bisa membeli cake ulang tahun yang layak untukmu. sayang, kau tak bersamaku sekarang.............. hhh, aku ingat tahun lalu aku hanya membelikanmu empat buah hotteok sebagai simbol kue ulang tahun. itu pun aku menggunakan jatah uang yang harus kusisihkan" jungkook tersenyum di tengah tangisnya, teringat masa-masa sulit yang pernah dilalui. lantas ia gunakan lengan jaketnya untuk mengusap air matanya dengan kasar. yang penting air mata itu tak mengganggu pandangannya.

"um............. hyung, aku akan debut sebentar lagi. kau pasti sudah melihat beritaku di banyak media. apa kau membenciku, hyung? apa berita itu berhasil menjadi kado ulang tahun terburuk yang pernah kau dapat hng? maafkan aku............. aku tahu, pasti kau sangat terpukul dengan kenyataan ini. kau pasti kecewa padaku. tenang saja, kau boleh membenciku hyung, kau boleh melupakanku"

".....................aku kan memang adikmu yang paling tak tahu diri. aku.............. sudah gagal menjadi adik yang bisa menyenangkanmu. maaf..... maaf...... maaf............" jungkook terisak semakin keras. ia kepalkan kedua telapak tangannya seerat mungkin, hingga memperlihatkan buku-buku jarinya yang memutih.

"hyung-ah, mungkin ini akan menjadi terakhir kalinya aku merayakan ulang tahunmu seperti ini. asal kau tahu hyung, seberapa besar niatku untuk melupakanmu, melupakan keluarga kita, melupakan kenangan-kenangan di masa lalu........................ itu masih terlalu sulit untuk kulakukan. aku..................... benar-benar merindukan hyungku" setelah menyelesaikan monolognya, ia tiup nyala api yang ada di lilin. ntah berapa lama ia berbicara, namun lilin tersebut meninggalkan sisa 1/4 bagian saja.

pada akhirnya pertahanan jungkook melebur. terlihat jelas bahwa bocah itu tak bisa menahan tangisnya. ia menangis keras, sendirian di dalam ruangan gelap. ia lipat kedua lututnya, dan menenggelamkan kepalanya disana. siapapun yang melihat kondisi jungkook, pasti akan merasa iba. anak itu menangis tanpa ada yang menenangkan. anak itu menangis dalam kesepiannya. anak itu tenggelam dalam arus kesedihannya. lihat...... jungkook tak selalu terlihat kuat. sekeras apapun ambisi dan tekadnya, ia pasti memiliki titik terlemah dalam hidupnya. hhh.. pergantian tahun ini, sungguh membawa perubahan besar bagi jungkook.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC/END?
.
.
setelah bergumul dengan nih chapter, akhirnya menghasilkan 5500++ words. gimana? ga greget ya? membosankan? kepanjangan? ceritanya muter-muter? tapi emang chapter ini yang godaannya PALING besar. bikin ga pede ngepublish karena menurutku ancur banget. lol

bagi yang ga suka, langsung back aja. bagi yang udah baca sampe akhir, ditunggu vote dan komennya. beri aku semangat karena otak mulai eror tiap nulis nih FF lol

oiya mungkin isi di FF ini 2/3nya kisah taehyung, chapter depan gantian jungkook yang banyak diulik ya. hahahaha
see you next!

p.s: banyak orang yang mempermasalahin cara nulisku terutama bagian EYD. iyaaah, aku menyadari kesalahanku. bukannya aku ga mau merubah, tapi aku ngetik langsung dari laptop yg huruf kapitalnya ga otomatis. itu bener2 menyulitkanku buat ngetik dengan EYD yg baik dan benar. kalo aku fokus di kapital, typoku malah semakin bertebaran. dan ntar semakin ga enak buat dibacaㅜㅜ pernah terbukti di ff2 lamaku. jadi untuk sementara aku ambil aman.
jadi dimohon pengertiannya ya. terima kasih atas saran kalian ttg ini. aku sangat terbuka dengan saran yg lain:****
kalo ff ini udah tamat, akan kuusahain ngedit EYDnya^________^

Continue Reading

You'll Also Like

51.7K 8.1K 50
Rahasia dibalik semuanya
473K 47.2K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
467K 4.9K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
46.9K 6.3K 38
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...