Early wedding

By lestarie88

1.3M 21.7K 1.2K

More

Early wedding
Chapter 1a
Chapter 1b
Chapter 1c
Chapter 1d
Chapter 1e
Chapter 1f
Chapter 1g
Chapter 1h
Chapter 1i
Chapter 1j
Chapter 1k
Chapter 1l
Chapter 1m
Chapter 1n
Chapter 1o
Chapter 1p
Chapter 1q
Chapter 1r
Chapter 1s
Chapter 1t
Chapter 1u
Chapter 1v
Chapter 1w
Chapter 1x
Chapter 1y
Chapter 1z
Chapter 2a
Chapter 2b
Chapter 2c
Chapter 2d
Chapter 2e
Chapter 2f
Chapter 2g
Chapter 2h
Chapter 2i
Chapter 2j
Chapter 2k
Chapter 2m
Chapter 2n
Chapter 2 o
Chapter 2 o
Chapter 2p
Chapter 2Q
Chapter 2R
Chapter 2S
Chapter 2T
Chapter 2U
Chapter 2V
Chapter 2W
Chapter 2X
Chapter 2Y
Chapter 2 Z
Volume 3
Vol 3 halaman 2
Vol 3 halaman 3
Vol 3 halaman 4
Vol 3 halaman 5
Vol 3 halaman 6
Vol 3 halaman 7
Vol 3 halaman 8
Vol 3 halaman 9
Vol 3 halaman 10
Vol 3 halaman 11
Vol 3 halaman 12
Vol 3 halaman 13
Vol 3 halaman 14
Vol 3 halaman 15
Vol 3 halaman 16
Vol 3 halaman 17
Vol 3 halaman 18
Vol 3 halaman 20
Vol 3 halaman 21
Vol 3 halaman 22
Vol 3 halaman 23
Vol 3 halaman 24
Vol 3 halaman 25
Vol 3 halaman 26
Vol 3 halaman 27
Vol 3 halaman 28
Vol 3 halaman 29
Vol 3 halaman 30
Vol 3 halaman 31
Vol 3 halaman 32
Vol 3 halaman 33
Vol 3 halaman 34
Vol 3 halaman 35
Vol 3 end

Vol 3 halaman 19

12.3K 214 14
By lestarie88

Ternyata orang yang pendiam akan sangat menakutkan bila sedang kesal seperti ini, pikir Kobe.

Ia tidak berani berkata apa-apa lagi pada Ryu.

Ia hanya mampu memandangi kakak sepupunya itu yang tengah memijit keningnya sendiri dengan penuh kekhawatiran.

Ryu merasa kepalanya semakin berdenyut-denyut. Semua ini membuat perasaan cemasnya kembali mengganggu ketenangan hatinya.

Tadi pagi sekitar pukul sembilan, Ryu yang merasa jenuh dikamarnya berniat duduk-duduk diruangan santai.

Namun niatnya itu tidak jadi terlaksana karena tanpa sengaja matanya menangkap sesuatu yang ada di bawah sofa.

Betapa kagetnya saat melihat sesuatu yang ditemukannya itu adalah jaket kulit berwarna pink yang dipakai kesekolah oleh istrinya kemarin.

Jaket itu nampak sobek dibagian tengah belakangnya.

Langsung saja Ryu menjadi tegang karena memikirkan kira-kira apa yang telah terjadi pada istrinya kemarin, dan mengapa jaket istrinya itu bisa ada di bawah sofa yang merupakan tempat favorite Kobe menyembunyikan benda-benda sejak kecil.

Matahari semakin bergerak menuju ke arah barat.

Waktu sudah menunjukan pukul empat sore.

Yuri terbangun dari tidur siangnya.

Senyumnya langsung mengembang kala menyadari tangan suaminya masih melingkar erat dipinggangnya.

Hembusan napas yang agak terasa panas perlahan menerpa daun telinganya.

Pelan-pelan Yuri menengok untuk melihat wajah Ryu yang tepat berada dibelakangnya.

Sesaat keningnya berkerut-kerut saat melihat wajah suaminya itu agak memerah.

Dengan tidak sabar Yuri segera menyentuh kening suaminya itu.

Mata coklatnya membulat seketika, ternyata Ryu demam lagi.

Dengan panik ia segera membangunkan Ryu. Hatinya sangat cemas karena takut Ryu tidak sadarkan diri lagi seperti tadi malam.

"Ryu, Ryu ...?"

"Hmm ..." pelan-pelan mata Ryu yang agak memerah terbuka sayu.

"Kau demam lagi, ya ampun, bagaimana ini?" kata Yuri bingung.

"Aku tidak apa-apa."

"Huh ... masih saja berkata seperti itu, suhu badanmu panas begini. Ah ya, minum obat. Toru bilang kau harus minum obat sore ini, tapi kau harus makan dulu yah? Tunggu sebentar, akan aku ambilkan."

Yuri segera meloncat turun dari tempat tidur menuju dapur tanpa menunggu pendapat suaminya.

Ryu hanya bisa memandangnya, saat ini tubuhnya terlalu lemas untuk bergerak. Kepalanya pun terasa berat, sehingga ia tidak ingin banyak berbicara.

***

Keesokan harinya, sepulang dari sekolah, Yuri menepati janjinya pada Mine.

Mereka berdua pergi ke cafe didekat taman kota.

Hari ini jadwal Yoshi yang mengawal Yuri pulang sekolah. Karena ia melihat Yuri masih bersama temannya maka ia belum mendekati Yuri. Dari tadi diam-diam ia mengikuti Yuri.

"Yuri chan, mau pesan mocca latte juga?" tanya Mine penuh antusias sambil melihat-lihat buku menu.

Yang ditanya malah melamun, sibuk dengan pikirannya sendiri.

Yuri sedang memikirkan keadaan Ryu.

Mine menghela napas melihatnya.

Dari tadi pagi Yuri seperti ini.

Selama dikelas ia hampir tidak bersuara sedikitpun, membuat Mine menjadi binggung setengah mati.

"Yuri chan ...!" teriak Mine kesal.

Beberapa pengunjung cafe yang ada disekitarnya sampai menoleh pada mereka berdua.

Yuri jadi terkejut, "sstt ... ya ampun Mine, jangan bikin malu. Ini bukan hutan tahu?" bisik Yuri sambil melirik sekitar.

Mine mengambil napas mencoba bersabar. Temannya ini benar-benar tidak menyadari bahwa ia berteriak itu karena kesal kepadanya.

"Ehm ... yuri chan? Kau mau pesan mocca latte juga?" Mine mengulang pertanyaannya pelan-pelan.

Yuri mengangguk cepat, "tentu, aku pesan minuman itu."

"Baiklah," kata mine ceria, ia kembali melihat-lihat menu makanan kecil yang akan dipesannya, "emm ... Yuri chan, sepertinya aneka cup cake ini enak, kau mau pilih yang mana?" tanyanya sambil menunjukan gambar berbagai macam kue bolu pada Yuri.

Yang ditanya malah terlihat tengah melamun kembali.

Mine menundukan kepalanya dengan lemas.

Kesabarannya sudah mencapai puncak.

Dari pagi tadi sudah tidak terhitung berapa kali ia diacuhkan seperti ini oleh Yuri.

"YURI CHAN ...!" kali ini Mine berteriak keras sekali.

Seluruh pengunjung dan pegawai cafe sampai berhenti bergerak karena kaget.

Yuri kembali terkejut, "ah, Mine chan? Apa yang kau lakukan?" katanya sambil menutup wajahnya dengan tangan karena malu.

Mine nampak terengah-engah karena telah melampiaskan kekesalannya dengan cara berteriak.

Setelah menyadari keadaan sekitar yang berubah jadi hening oleh suara manusia. Mine mulai memberanikan diri melihat kesekelilingnya.

Wajahnya memerah karena malu, semua orang tengah menatap super aneh kepadanya.

"Mohon maaf, aku tidak sengaja, maafkan aku. Silakan dilanjutkan lagi, aku mohon, maafkan aku. Aku tidak akan berisik lagi," Mine membungkukan badannya berkali-kali kesegala arah.

Para pengunjung saling berbisik-bisik sebelum akhirnya kembali melakukan aktivitas mereka.

Mine menatap Yuri yang tengah tersenyum kaku kepadanya.

Yah, kejadian seperti ini memang bukan yang pertama untuk mereka.

Mine memajukan bibirnya sambil kembali duduk dikursinya.

Matanya diam-diam terus memandang Yuri yang nampak biasa-biasa saja tidak merasa berdosa. Padahal ia berteriak tadi gara-gara kesal kepadanya.

"Huh ..." Mine menghela napas.

Ia tidak bisa berdiam diri lagi.

Cukup sudah batas kesabarannya dikikis oleh Yuri hari ini.

"Mine chan, aku mau cup cake rasa stoberi ini, kalau kau mau yang mana?" tanya Yuri santai.

"Aku mau semua."

"Hah?!" seru Yuri kaget sambil melihat kesebelas rasa cup cake yang ada dibuku menu.

"Aku mau semuanya," ulang Mine agak berteriak.

Ia masih merasa kesal pada Yuri.

Continue Reading

You'll Also Like

19.7K 1.4K 5
"9 tahun kita sama-sama, apakah nggak ada kesempatan buat aku jadiin 9 tahun itu selamanya?" Tentang Ares dan Gia, serta 9 tahun persahabatan mereka.
280K 31.6K 22
Bagi Inggita, Tuhan pasti mengambil tulang rusuk Vikram ketika Sang Maha Pencipta itu menciptakan dirinya. Tetapi, siapa bisa menduga bagaimana alam...
6.8M 339K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
ICY By inno

Random

1.5K 188 8
Apa jadinya namja dingin nan swag menyukai yeoja tomboy yang tak kalah dingin darinya? Dan yeoja itu adalah saudara kembar sahabatnya sendiri. Apaka...