#1. The woman one billion ✔

By Ve_eeeeee

2.2M 46.1K 869

cerita di private!!!! [WARNING 21++] *** ^^I'll do anything for the sake of mother.^^ -Deana Hanna- ^^Semua w... More

*satu*
info private
*dua*
*tiga*
*empat*
*lima*
*enam*
*tujuh*
*delapan*
*sembilan*
*sepuluh*
*sebelas*
*dua belas*
*tiga belas*
*empat belas*
*lima belas*
*enam belas*
*tujuh belas*
*delapan belas*
*sembilan belas*
*dua puluh*
*dua puluh satu*
*dua puluh dua*
*dua puluh tujuh*
*dua puluh sembilan*
*tiga puluh*
*tiga puluh satu*
*tiga puluh dua*
*tiga puluh tiga*
Thankyousomuchgaezz😚
Extra part

*dua puluh delapan*

51.9K 1.1K 13
By Ve_eeeeee

#NEEDCOMMENT'S
#NEEDVOTE'S
#ABAIKAN TYPO'S!
#Rema in mulmed☝👆

***
Hari telah berlalu sangat cepat. Gosip sialan itupun sudah meredah, dan yang Hanna ketahui perusahaan stasiun tv itupun sudah bangkrut. Walaupun gosip murahan itu sudah meredah, tetapi masyarakat tetap saja membicarakan Hanna. Bahkan Hanna sering mendapat hujatan dari orang yang melihatnya ketika ia sedang pergi ke supermarket. Namun Hanna menanggapi dengan lapang dada, mereka tidak tau apa yang terjadi di kehidupan dirinya dan Brian.

***
Siang ini seperti biasanya, Hanna mendapatkan paket. Dan Hanna sudah hampir bosan membuka paket yang berisikan ancaman. Apakah dia takut dengan ancaman itu? Tidak!. Untuk apa dia takut dengan sebuah surat yang mengancamnya untuk menceraikan Brian. Tapi paket yang di kirim siang ini sungguh membuat Hanna syok. Didalam paket itu berisi foto Brian yang sedang tergeletak tak berdaya di atas brankar sambil memakai selang oksigen.

Dengan panik Hanna mencoba turun ke bawah dia tidak lagi
memperdulikan perutnya yang sudah membesar.

"Pak, bapak,"Hanna berlari menuju paviliun.

"Ada apa non?"

"Antar saya ke rumah sakit GLOBER sekarang!"ucap Hanna di sertai derai air mata.

"Baik non."supir Brian segera berlari menuju bagasi.

"Pak, Cepat sedikit pak, hiks..hiks.."
ujar Hanna kepada supir Brian.
Pak Narto segera menambah kecelatan mobil sesuai perintah Hanna.

"Angkat dong, kak!"Hanna kembali mendial nomer Daniel. "Please angkat telponku, kak!"sudah kesekian kali Hanna menelpon Daniel namun tetap tak di angkat.

***

"Rapat kita kali ini sampai di sini dulu, minggu depan akan kita bahas kembali. Trimakasih."Brian menutup rapat keuangan yang sempat di tunda. Para karyawannya pun sempat bingung, tidak biasanya boss mereka menutup rapat secepat ini.

"Gila, Bri. Miss call dari Hanna banyak banget."Daniel menunjukan hpnya.

"Coba gua liat,"Brian mengambil hp Daniel.

"Kok perasaan gua gak enak ya, Dan."Brian mengembalikan hp milik Daniel, dan segera mengaktivkan hp miliknya.

"Perasaan lo aja kali, Bri."ucap Daniel sembari merapikan file-file.

"Ya, Hallo..."

"..................."

"Ya, benar saya Brian. suaminya."

".................."

***

"Mih, gimana kondisi Hanna dan bayi ku, mih?"tanya Brian dengan nafas bergemuruh dan juga air mata yang sudah menggenang di sudut matanya.

"Hanna sedang di tangani para medis, nak. Kita tunggu saja."Azura menenangkan putrannya.

Beberapa menit kemudian Dokter keluar. "Bisa bicara dengan salah satu keluarga pasien?"tanya Dokter sambil melepas masker hijaunya.

"Saya suaminya, Dok,"Brian berdiri menghampiri sang Dokter.

"Mari ikut saya,"Dokter menyuruh Brian mengikuti kedalam ruangannya.

"Begini pak. Istri bapak banyak mengalami pendarahan, akibat benturan yang sangat keras di bagian perut dan keningnya. Dan kami harus melakukan operasi pengangkatan salah satu baby yang ada di rahin istri bapak."ucapan sang Dokter membuat Brian lemas seketika.

"Apa tidak ada jalan keluar lagi, Dok?"

"Maaf pak, hanya ini jalan keluarnya. Karena istri bapak mengalami benturan yang cukup parah."jelas sang Dokter."dan kami meminta persetujuan dari bapak untuk menandatangani surat persetujuan operasi pasien."Brian langsung menggeleng dengan kuat. Dia tidak sanggup untuk kehilangan calon babynya.

"Tapi pak ini demi kebaikan pasien dan janin lainnya. Jika tidak segera di tangani ini bisa berakibat fatal untuk ke-3nya."

"Saya bilang tidak ya tidak! Saya tidak mau kehilangan calon baby saya! Anda dengar tidak!"Brian mengebrak meja Dokter hingga sang Dokter terjengkit kaget.

Brian segera melangkah keluar ruangan Dokter.

Di remas rambutnya sekuat-kuatnya. Matanya sudah memerah
Memancarkan kobaran api. Dia tau ini murni bukan kecelakaan! Karena dia tau, pak Narto tidak akan membawa mobil dengan kecepatan penuh apalagi setiap akhir bulan pak Narto selalu mengecek keadaan mobilnya.

"Brian! Brian!"panggil sang mami tak di hiraukan. Brian tetap saja terus melangkah tak menghiraukan teriakkan Azura.

"Nak Daniel tolong kejar Brian, nak. Mami takut dia berbuat yang tidak-tidak."dengan membanjiri air mata Azura meminta Daniel mengejar Brian.

Flashback!

"Pak, Cepat sedikit pak, hiks..hiks.."
ujar Hanna kepada supir Brian.
Pak Narto segera menambah kecelatan mobil sesuai perintah Hanna.

"Angkat dong, kak!"Hanna kembali mendial nomer Daniel. "Please angkat telponku, kak!"sudah kesekian kali Hanna menelpon Daniel namun tetap tak di angkat.

"Pak, ini kenapa mobilnya?"tanya Hanna panik karena mobil terus saja berjalan tak tentu arah dengan kecepatan tinggi.

"Se-sepertinya rem mobil ini blong, nona."ucap Narto sambil terus berusaha memberhentikan mobilnya.

Keringat dinginpun sudah muncul di kening Hanna maupun Narto.

"Awas pak di depan ada orang!"teriak Hanna karena di depan ibu-ibu sedang menyebrang sambil menggendong anak kecil.

Pak Narto sontak membanting stir ke kiri. Dan dalam hitungan detik mobil mereka menabrak pembatas jalan.
Pak Narto pun seketika meninggal di tempat, dan Hanna mengalami pendarahan hebat.

ambulance segera datang dan membawa Hanna serta pak Narto ke rumah sakit terdekat.

Flasback off!

"Brian lo mau kemana?"Daniel menarik lengan Brian.

"Lepasin!"Daniel masih tetap memegang lengan Brian.

"Gua bilang lepasin ya lepasin! Bangsa*!"teriak Brian dan menghempaskan tangan Daniel yang mencengkram lengannya.

Daniel merampas kunci mobil Brian.

"Lo mau kemana? Jawab pertanyaan gua dulu!"ucap Daniel.

"Balikin gak? Apa mau gua bunuh lo!"seru Brian murka. Daniel benar-benar memancing emosi Brian saat ini.

"Terserah lo mau bunuh gua. Tapi, gua tanya lo mau kemana?"tanya Daniel.

"Arghhh.... anter gua ke TKP!"ucap Brian lalu naik ke kursi samping penumpang.

Namun Daniel tak kunjung masuk kedalam mobil. Akhirnya Brian kembali turun."kenapa masih disitu?"tanya Brian geram.

"Mending lo di sini nungguin Hanna. Uncle Darius sudah urus semuanya bersama polisi. Jadi lo gak perlu ke TKP! Jika orang yang sabotase sudah ketemu. Pasti pihak polisi akan memberitahu kita!"Daniel menepuk pundak Brian.

Akhirnya Brian dan Daniel masuk kembali ke dalam rumah sakit.

"Brian tolong tanda tangani ini nak."mohon Lidya kepada Brian sambil menangis. Hanya Brian lah yang bisa mendatangani surat izin melakukan operasi.

"Aku tidak mau, bu. Aku sayang kedua anakku! Aku tidak bisa hidup tampa salah satu anakku bu. Ku mohon jangan menyuruhku untuk menandatangani surat itu!"teriak Brian.

"Brian!"teriak Azura. "Kamu sudah gila hah!"Azura menampar pipi Brian."buka pikiranmu! Mami tau kondisimu saat ini. Tapi please, kamu tanda tanganilah surat ini nak. Ini menyangkut nyawa Hanna dan anak kamu satunya!"Brian tetap pada pendiriannya. Dia tidak mau kehilangan salah satu anaknya!

"Brian kenapa mih?"Darius datang dan bertanya kenapa istrinya berteriak-teriak di rumah sakit kepada Brian.

"Pih, tolong bujuk, Brian. Supaya dia mau menandatangani surat izin operasi pengangkatan salah satu baby yang di dalam kandungan Hanna, Pih."Azura memeluk Darius.

"Jika Brian tidak mau. Biar papi yang urus semuanya."Darius segera berjalan ke arah ruang dokter.

"Tidak! Papi tidak boleh mengambil anakku! Tidakkk...."teriak Brian mencoba mengejar Darius. Namun Daniel segera menahan Brian.

"Semua demi kebaikanmu dan Hanna, nak."

"Operasi akan di lakukan sekarang,"Darius berhasil meyakinkan bahwa Darius juga berhak atas menantunya karena dia ingin yang terbaik untuk Hanna dan janin lainnya.

"Kalian jahat! Kalian tega memisahkanku dengan calon babyku yang satunya!"teriak Brian seperti orang gila.

Azura mengahampiri Brian dan memeluk putranya. "Kami ingin Hanna dan janinmu yang satunya selamat, nak."Azura membawa anaknya kepelukannya. Hatinya teriris melihat anaknya meraung karena tak mau kehilangan salah satu janinnya.

'Ya tuhan. Apa ini hukuman yang kau berikan untuk anak hamba?'

***

"Gila gaeez rumah sih Hanni gede banget ya."ucap Bianca kepada Angel dan Viona.

"Yaiyalah gede, orang Hanni nikah sama CEO. Bego lo!"Viona menjentik kening Bianca.

Ting...tong...

Angel memencet bel.

"Eh kalian ayo masuk-masuk,"ajak Hanni. "Eh kenapa bengong?"Hanni melambaikan tangannya di depan wajah mereka.

"Hehe.. terpesona gua sama rumah lo yang sekarang,"jawab Bianca.

"Udah ayo masuk, apa mau berdiri aja di luar?"

"Masuklah, Nii."akhirnya mereka ber-3 pun mengikuti Hanni dari belakang.

"Tunggu sini ya, gua ambil minum dulu buat kalian."Hanni melangkah ke dapur untuk membawakan cemilan dan minuman buat ke-3 sahabatnya.

"Non, nona ingin apa?, biar bibi ambilkan."Nilli datang dengan tergopoh-gopoh. Nilli maid di mansion Colin di pindah tugaskan oleh Darius ke mansion anaknya, Barrak. Sedangkan kepala maid di mansion Colin di gantikan oleh Dewi.

"Saya cuma mau ambil minuman sama cemilan aja, Bi."Hanni masih sibuk dengan gelas dan juice.

"Biar saya saja Non yang menuangkannya. Lebih baik nona tunggu saja. Sekalian nanti saya antarkan."

"Baiklah."Hanni melepas kota juice dan Nilli lah yang menggantikan menuangkan juice ke 4 gelas kaca.

"Nii, katanya lo mau ambilin kita minum, mana minumnya? Tenggorakan gua dah kering nih."Viona mengelus-elus lehernya.

"Sabar apa, nanti juga datang,"setelah Hanni berucap keluarlah Nilli dari dapur sambil membawa cemilan berserta minuman.

"Trimakasih, Bi."

"Sama-sama, non. Kalau begitu bibi ke belakang lagi. Permisi."

"Gile lo ndrooo.... enak banget ya jadi lo, Nii."ucap Angel. "Apa-apa ada yang siapin."

"Pala lo enak."sewot Hanni. "Ini cuma karena gua lagi hamil. Coba kaga, apa-apa gua juga bakal ngerjain sendiri kali."

"Wessss... santai mbak broooo.."

"Lo pada mau ngapain nih kesini?"tanya Hanni ikut memakan kue kering yang Nilli sediakan.

"Gua kesini mau liat mansion lo aja, Nii. Sekalian gua mau pinjem flashdisk lo donk. Gua mau copy film-film."jawab Bianca.

"Dimana ya, gua dah lupa dimana naronya. Coba gua inget-inget,"Hanni mengetuk-ngetuk jarinya. "Ahh ya, di laci kamar. Gak kebawa."akhirnya Hanni mengingat Flashdisk miliknya.

"Yaudah yuk ambil lah sekarang keburu sore."Bianca bangkit dari sofa.

"Yaelah, sabar apa lo, Bii."Angel meminum juicenya. "Kue kering yang gua makan aja belom turun. Lo malah mau cabut."Angel melap mulutnya.

"Bawa aja,"suruh Hanni.

"Eh? Serius lo?"Angel mengedip-ngedipkan matanya.

"Iya, genit banget sih lo!"Hanni bergidik jijik melihat wajah Angel.

"Lo ikut kan, Nii?"tanya Bianca.

"Iya, sekalian ada novel yang ketinggalan di rumah."

Ke-4 nya sudah sampai di depan rumah Hanni. Rumah ini sepertinya akan di jual oleh ibunya. Mengingat ibunya sudah tinggal di mansion Colin.

"Nii, rumah lo mau di jual ya?"tanya Viona.

"Gak tau, Vii. Gua gak urusin nih rumah butut!"

"Butut-butut juga lo pernah tinggal di sini, Nii."celetuk Bianca.

"Udah yok masuk,"Hanni memutar kunci. "Kenapa emangnya kalo rumah gua mau di jual?"tanya Hanni kepada Viona.

"Kalo lo mau jual, mending jual ke gua aja, Nii. Bilang sama nyokap lo ya. Soalnya gua mau Tepe-tepe sama si cogan."

"Hemm."dehem Hanna.

"Di laci mana nih, Nii. Flashdisk nya?"tanya Bianca.

"Coba cari di laci dekat ranjang."ucap Hanni sambil mengambil beberapa novel favorite nya untuk di bawa bersamanya ke mansion.

Lalu Bianca membuka laci yang di suruh Hanni. "Surat apaan nih?"Bianca membolak-balikan kertas putih.

"Nii."

"Ya."

"Coba sini deh,"panggil Bianca.

"Ada apa?"Hanni menghampiri Bianca.

"Nih kayanya surat yang belom pernah lo baca deh. Tadi gua ketemu di laci. Hampir berdebu gile Nii."Bianca menyerahkan surat tampa amplop.

***

"Gimana? Tugas yang saya berikan sudah kamu kerjakan?"tanya Rema menelpon orang suruhannya.

"Beres, nona."jawab Pria itu.

"Bagus. Saya tunggu kabar bahagianya, Hahahahhaa..."Rema tertawa setan.

***

Dengan setia Brian menunggu proses operasi Hanna. Tak jarang dia berusaha melihat Hanna lewat kaca pintu.

3 jam sudah operasi pengangkatan janin Hanna.

Brian memandang jenaza calon bayinya. Tak terasa air mata Brian kembali keluar dengan deras. Dia tidak peduli dengan sekitarnya. Hatinya hancur karena harus kehilangan salah satu calona anaknya. Brian merasa dia telah gagal menjaga Hanna dan kedua calon anaknya.

Dengan langkah lunglai Brian mengikuti rombongan yang akan mengantarkan Pettra ketempat peristirahatan terakhirnya.

Petter Braxton Colin, nama yang di berikan Brian untuk alm. Anaknya.

Brian terus saja mengusap papan nama Petter. "Papa gagal, nak. Papa gagal menjagamu,"lagi-lagi air mata keluar dari kedua mata Brian.

Hujan mulai turun membasahi bumi. Pakaian Brian pun sudah penuh dengan tanah.

"Lebih baik kita pulang, Bri. Hujan semakin lebat."Daniel membujuk Brian.

"Gua mau disini! Gua mau nemenin anak gua, Dan."teriak Brian.

"Tempat lo bukan di sini, Brian!"teriak Daniel frustasi.

***

TBC?

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 69.8K 36
[WARNING 18+] Bijaklah dalam memilih bacaan Sekuel Night With CEO - BISA dibaca terpisah. William Davis, lelaki tampan, kaya, cerdas, juga seorang pr...
4.7M 175K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
63.6K 7K 16
Ini tentang Chan dan Seungmin yang menginginkan malaikat kecil hadir ditengah-tengah keluarga kecil mereka. Beri warna baru dalam kehidupan Seungmin...
562K 26.1K 48
[21+] "𝘞𝘩𝘢𝘵 𝘥𝘰 𝘺𝘰𝘶 𝘸𝘢𝘯𝘵 𝘵𝘰 𝘣𝘦, 𝘮𝘺 𝘨𝘪𝘳𝘭?" Mata bulat anak perempuan berusia 5 tahun itu menatap Ayahnya dengan polos. "𝘊𝘢...