*empat belas*

62.1K 1.4K 20
                                    

Typo(s)? abaikan!

Karena sehari ini sudah upload, jadi part ini sedikit yaw😁😁

Vote+comment kalau mau next chapter😏😏😏

*Author POV*

"Kenapa lo gak lawan aja si Brian, Bro?"ucap Daniel geram kepada sahabatnya itu.

"Kalo gua tau dia mau tinju gua sih masih bisa gua tangkis. Nah lo kan tau si Brian dateng ninju tanpa aba-aba. Ya gua udah gak bisa ngelak lah, Bro,"ucapnya sambil sesekali meringis karena sang suster menekan sedikit lukanya.

"Sus, pelen-pelan dong. Sakit tau Sus!"ucap Fredik kepada sang Suster.

"Lagi gua rasa si Brian lupa sama gua nih, Dan,"lagi-lagi Feredik berucap.

"Kayanya sih gitu. Secara lo dulukan item dekil udah gituh ompong lagi,"Daniel berusaha mengingat fisik Fredik waktu sd.

"Ko lo jadi bahas aib gua ya, Dan?"tanya Fredik sinis.

"Hehe sekedar mengingat aja kok. Tapi tenang, lo sekarang ganteng kok. Tapi masih gantengan gualah hehe,"pede Daniel. "Lo di sini dulu deh. Gua mau ke rumahanya maminya si Brian. Mau minta bantuan, gua takut Hanna di apa-apain sama si gilakk.. Brian,"ucap Daniel. "Teken aja lagi Sus lukanya. Hahaha..."ucap Daniel sebelum melangkah keluar dari klinik.

***

Daniel memasuki perkarangan luas mansion milik keluarga Colin.

"Dimana Aunty Azura, bibi Nilli?"tanya Daniel kepada salah satu maid di mansion ini.

"Nyonya Azura sedang berada di ruang kerja Tuan Darius, Den."jawab bibi Nilli.

Tok... tok... tok....

Daniel mengetuk pintu yang terbuat dari baja anti peluru. Bukan hanya pintu ruang kerja uncle Darius saja yang terbuat dari baja anti peluru, Tapi setiap sudut mansion yang berhubungan dengan pintu, tembok, atap, jendela, semuanya terbuat dari bahan anti peluru.

"Apa!"teriak Azura shock mendengar cerita dari Daniel.

Dia tidak pernah mengajarkan anak-anaknya untuk berbuat kasar. Tapi mendengar cerita Daniel, Azura sudah dapat menyimpulkan bahwa Brian berbuat kasar secara fisik kepada wanita itu.

Azura segerah mengambil jubah berbulunya. Kalau sudah begini Darius turun tanggan untuk menghadapi putra keduanya. Mau bagaimana lagi Brian adalah cermin ketika Darius muda. Berbeda dengan putra pertamanya, Barrak orang yang sangat halus dan lembut tapi sikap playboy-nya itulah yang Darius sesali, kenapa Barrak harus playboy seperti dirinya?

***

"Jangan pernah halangi saya masuk. Karena saya ibu dari bos kalian!"Azura berkata tajam ketika langkahnya di hadang oleh ke-3 bodyguard milik putra keduanya.

"Ta-pi Nyonya, kami tetap tidak bisa memberikan Nyonya masuk kedalam. Ini perintah langsung dari Tuan Brian,"ucap Ali kekeh.

"Batu,"batin Azura sinis.

Azura dan Daniel tidak cukup bodoh untuk bisa masuk kedalam apartemen milik Brian.

10 orang bodyguard sudah di siapkan untuk melawan bodyguard anaknya.

Para bodyguard sibuk baku hantam.
Tak membuang waktu, Daniel segera membuka sandi dan menempelkan sidik jarinya.

Daniel bersama Azura berlari menuju kamar Brian ketika mendengar suara tangisan yang memilukan. Bahkan Azura pun meneteskan air matanya ketika melihat perempuan muda di ujung ruangan sedang meringkuk, dengan tubuh penuh cambukan dan beberapa bercak darah di sepanjang lantai putih.

Daniel berlari menuju lemari untuk mengambil selimut.

Satu kata yang akan dia ungkapkan untuk Brian ketika melihat kondisi Hanna. 'Psycho'

Azura membantu Daniel melilitkan selimut tebal itu di tubuh mungil wanita ini.

Di bawanya Hanna keluar dari ruangan terkutuk itu. Di rebahkan tubuh mungil di sofa merah.

Tubuh Hanna masih bergetar hebat, dia menatap Azura dan Daniel dengan tatapan takut.

"Jangan takut sayang, ini Mami. Kamu akan aman dari pria berengsek itu!"Azura memeluk tubuh ringkih milik Hanna.

"Daniel tolong telfon Dokter Sifa."

"10 menit lagi Dokter Sifa akan datang Aunty,"ucap Daniel setela menelpon Dokter keluarga Colin.

"Tolong ambilkan air dan kapas dan betadin,"pinta Azura. Dia akan membersih luka sobekan di sudut bibir gadis malang ini.

"Siapa namamu?"tanya Azura pelan.

Hanna tidak menjawab dan Azura memaklumkannya.

Daniel membantu menyisir rambut Hanna. Dia bisa mencium bau peju di sekita kepala Hanna.

Tidak ada nafsu saat Daniel melihat Hanna berbalut dengan selimut saja. Karena Daniel sudah mengaggap Hanna sebagai adiknya.

Brian tidak tau apa saja yang terjadi selama dia pergi. Namun Daniel yakin Brian pasti membayar mata-mata untuk memata-matai Hanna. Dan soal yang di cafe, Brian salah besar!

"Luka di tubuhnya sangat parah."ucap Dokter Sifa kepda Azura dan Daniel. "Apa yang terjadi dengan gadis manis itu? Apa dia mengalami penyiksaan parah?, sehingga banyak memar, cambukan dan bekas tetesan lilin di sekitar alat vitalnya. Atau dia mengalami pemerkosaan? sehingga terdapat luka di anusnya."lanjut Dr.Sifa.

Azura bingung menjawab apa.

"Tak hanya itu, mungkin gadis itu akan mengalami trauma, tapi tidak parah. Dia hanya akan merasa takut ketika melihat orang yang membuatnya seperti ini. Mungkin juga dia akan muda tersentak ketika ada seseorang di dekatnya, Tubuhnya juga akan bergetar hebat."jelas sang Dokter makin membuat Azura merasa bersalah kepada gadis polos yang sedang tertidur sesekali meringis karena sakit yang luar biasa di tubuhnya. "Ini resep yang harus anda tebus di apotik."

"Terima kasih, Dok,"ucap Azura.

"Tolong jaga dia baik-baik nyonya Colin."ucap Dr.Sifa.

"Pasti Dok,"ucap Azura.

TBC?

#1. The woman one billion ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang