Early wedding

By lestarie88

1.3M 21.7K 1.2K

More

Early wedding
Chapter 1a
Chapter 1b
Chapter 1c
Chapter 1d
Chapter 1e
Chapter 1f
Chapter 1g
Chapter 1h
Chapter 1i
Chapter 1j
Chapter 1k
Chapter 1l
Chapter 1m
Chapter 1n
Chapter 1o
Chapter 1p
Chapter 1q
Chapter 1r
Chapter 1s
Chapter 1t
Chapter 1u
Chapter 1v
Chapter 1w
Chapter 1x
Chapter 1y
Chapter 1z
Chapter 2a
Chapter 2b
Chapter 2c
Chapter 2d
Chapter 2e
Chapter 2f
Chapter 2g
Chapter 2h
Chapter 2i
Chapter 2j
Chapter 2k
Chapter 2m
Chapter 2n
Chapter 2 o
Chapter 2 o
Chapter 2p
Chapter 2Q
Chapter 2R
Chapter 2S
Chapter 2T
Chapter 2U
Chapter 2V
Chapter 2W
Chapter 2X
Chapter 2Y
Chapter 2 Z
Volume 3
Vol 3 halaman 2
Vol 3 halaman 3
Vol 3 halaman 4
Vol 3 halaman 5
Vol 3 halaman 6
Vol 3 halaman 7
Vol 3 halaman 8
Vol 3 halaman 9
Vol 3 halaman 10
Vol 3 halaman 11
Vol 3 halaman 12
Vol 3 halaman 13
Vol 3 halaman 14
Vol 3 halaman 16
Vol 3 halaman 17
Vol 3 halaman 18
Vol 3 halaman 19
Vol 3 halaman 20
Vol 3 halaman 21
Vol 3 halaman 22
Vol 3 halaman 23
Vol 3 halaman 24
Vol 3 halaman 25
Vol 3 halaman 26
Vol 3 halaman 27
Vol 3 halaman 28
Vol 3 halaman 29
Vol 3 halaman 30
Vol 3 halaman 31
Vol 3 halaman 32
Vol 3 halaman 33
Vol 3 halaman 34
Vol 3 halaman 35
Vol 3 end

Vol 3 halaman 15

12K 213 14
By lestarie88

Kepalanya jadi pusing sekarang karena melihat keakraban gadis itu dengan seorang pemuda yang duduk dibelakangnya.

Ia masih ingat, Ryu memanggil pemuda itu Kobe kemarin saat memintanya membawa gadis itu masuk kekelasnya.

Kemarin ia juga melihat dengan jelas, tanpa canggung orang yang di panggil Kobe menuntun gadis itu pergi.

"Aargh ...!" erangnya sambil berlalu dari sana.

Kepalanya seakan mau pecah, mungkinkah orang yang bernama Kobe itu kekasihnya? mungkinkah Ryu itu hanya sepupunya saja?

Tidak mungkinkan saudara sepupu saling jatuh cinta?

Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi kepalanya.

Hembusan udara dingin disekitarnya membuat ia merapatkan mantel panjangnya. Tidak ada jalan lain, ia harus mengakrabkan dirinya dengan gadis itu. Bagaimanapun caranya, toh itu akan menjadi keuntungan untuk dirinya bila gadis itu benar-benar sepupunya Ryu.

"Untung saja aku tidak melukainya kemarin."

Wanita itu berjalan menuju mobilnya sambil memandangi sebelah jari-jari tangannya yang terbalut perban.

Bel sekolah bunyi berkali-kali. Anak-anak disetiap kelas bersorak senang. Setelah memberi salam pada Sensei yang mengajar dikelas, para siswa-siswi saling berlomba untuk keluar dari ruangan.

Dengan sabar Mine menunggu Yuri memakai mantel tebal, sarung tangan, dan topi yang turut menutupi kedua daun telinganya.

Sesekali Mine menggosokan kedua telapak tangannya untuk mengusir hawa dingin yang terasa, padahal pakaiannya yang berlapis-lapis dan mantel tebal bertopi telah menutupi tubuhnya.

"Sudah?" tanya Mine.

Yuri mengangguk cepat kemudian menggendong tas kuningnya.

"Hari ini dingin sekali yah? Yuri chan, ayo kita mampir ke cofee shop di dekat taman kota, kabarnya mocca

Latte disana sangat ... enak."

"Emm ... lain kali saja ya Mine, hari ini aku harus segera pulang."

Jawaban Yuri membuat Mine heran.

"Kenapa harus segera pulang?"

Yuri berpikir cepat sebelum menjawab, "emm ... anaknya teman orang tuaku yang tinggal bersamaku di apartemen sedang sakit. Jadi ... aku harus segera pulang untuk menemaninya."

Yuri tidak berbohong, Ryu alias suaminya itu memang anak dari teman orangtuanya, dan sekarang hal yang paling diinginkannya adalah sesegera mungkin pulang ke apartemen.

Ia ingin cepat-cepat melihat keadaan Ryu.

"Oh ..." kata Mine kecewa.

Langkah kakinya jadi tidak seriang tadi.

Yuri yang menyadarinya segera menggenggam tangan sahabatnya itu.

"Mine chan, maafkan aku. Jangan marah yah? Hari ini benar-benar tidak bisa, besok saja pulang sekolah kita pergi kesana. Emm ... nanti aku yang traktir deh," kata Yuri membujuk.

Mine menganggukan kepalanya dengan malas.

Aneh, pikir Yuri, biasanya Mine langsung bersemangat bila mendengar kata traktir.

"Mine chan?"

"Hmm ..."

"Kau masih marah?"

Mine menggelengkan kepalanya.

"Lalu? Kenapa masih cemberut?"

"Emm ... kapan aku boleh main ke apartemenmu?"

Pertanyaan Mine yang tidak disangka-sangka membuat Yuri mematung ditempatnya.

"Huh ..." Mine menghela napas, selalu saja reaksi Yuri seperti ini setiap kali ia bilang ingin main ke apartemennya.

"Memangnya ada apa sih dengan apartemennya itu?" pikir Mine penasaran dihati.

"Yuri chan ... Sudah lupakan saja, ayo kita pulang. Rertoran mie ramen ayah pasti sedang ramai sekarang," Mine pura-pura riang.

Tangannya menarik Yuri yang masih saja terdiam dengan expresi aneh.

Sudah lama Mine merasa Yuri menyembunyikan sesuatu darinya.

Terkadang ia juga merasa sahabatnya ini jadi berubah. Sekarang Yuri jadi sering uring-uringan tidak jelas, kadang kala ia tersenyum-senyum terus, kadang juga ia diam melamun sepanjang waktu disekolah.

Benar-benar bukan Yuri yang dulu pikirnya.

Sejenak Mine melirik Yuri yang tengah menggigiti bibir bawahnya sebelum mereka berpisah di depan gerbang sekolah.

"Sampai jumpa besok Yuri chan, hati-hati dijalan. Kalau ada apa-apa telpon saja aku, yah?" Mine berusaha seceria biasanya.

Yuri tersenyum melihat sahabatnya ini kembali bersemangat, "ya, sampai bertemu besok Mine chan. Kau juga hati-hati yah, dah ..."

Yuri melambaikan tangannya.

Mereka berjalan kearah yang berbeda. Dahulu sebelum Yuri pindah ke apartemen, mereka selalu pulang bersama karena jalan menuju rumah mereka satu arah.

Yuri mendesah sambil membetulkan letak topinya sebelum melangkah pulang mencari taksi. Sampai kapan ia akan sanggup menyembunyikan ini semua dari Sahabatnya itu? Ada perasaan iri ketika mengingat ketiga sahabatnya Ryu saja sudah mengetahui rahasianya, lalu Mine sahabatnya sendiri bagaimana? Apa perlu ia memberitahunya?

"Huh ..." Yuri jadi bingung, ia merasa belum sanggup untuk melakukannya.

Yuri berjalan sendiri diantara teman-teman satu sekolahnya yang pulang searah dengannya. Sisa-sisa hujan salju semalam masih berantakan disekitarnya. Padahal jam sudah menunjukan pukul satu siang, tanpa sinar matahari seperti biasa tentunya.

"Hei ...."

Samar-samar Yuri merasa ada suara yang memanggilnya.

"Hei, kau," Yuri menghentikan langkahnya lalu berbalik.

Mata coklatnya membulat karena kaget.

Wanita yang sudah dua kali bertemu dengannya itu kini nampak tersenyum ramah kepadanya.

Yuri mengucek matanya tidak percaya, kemana perginya senyuman sinis yang kemarin-kemarin masih dilihatnya?

"Hei, kita belum kenalan bukan? Perkenalkan namaku Taniguchi Sachiko, kau boleh memanggilku Sachiko. Emm ... Siapa namamu?"

Yuri memandang heran melihat Sachiko mengulurkan tangannya.

Sejenak Yuri mengabaikan tangan itu, ia masih tidak percaya melihat sikap wanita itu yang jadi berubah drastis 180 derajat.

"Hei, kau mendengarku? Siapa namamu?" tanyanya sekali lagi.

Continue Reading

You'll Also Like

549K 44.6K 49
Yuvanka Maharani adalah seorang mahasiswi semester lima yang juga seorang foto model. Niat terbesarnya melakukan modeling di tengah jadwal kuliah yan...
280K 31.6K 22
Bagi Inggita, Tuhan pasti mengambil tulang rusuk Vikram ketika Sang Maha Pencipta itu menciptakan dirinya. Tetapi, siapa bisa menduga bagaimana alam...
1.6M 23.4K 41
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
13.6K 958 28
Pramudikta Wira tidak pernah jatuh cinta segila ini. Lalu pada Anastasia, gadis yang menderita depresi pasca gagal menikah dan tunangannya menghilang...