DARKA (Update kembali)

By khairanihasan

21.3M 1.1M 113K

#1 in teenfiction 10.6.2017 [TELAH TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA] "Mulai sekarang lo jadi pacar gue... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
26
27
28
29
30
31a
31b
32
33 a
33b
34
35
36
37
38
39a
39b
40a
40b
41
42
43a
43b
44a
44b
45
46a
46b
46c
47
48
49
50

25

380K 23.6K 1.2K
By khairanihasan

Happy Reading...

Typo bertebaran...


Darka mengepal kuat salah satu tangannya sampai terlihat urat-urat tangannya. Darka terlihat sangat marah, bahkan dia tidak memperdulikan posisinya sekarang dan siapa orang yang berada di depannya. Karena sekarang Darka masih berada disalah satu MALL di Jakarta, dia sedang berada di sebuah cafe dengan seorang wanita yang berada di depannya. Amarah Darka benar-benar tidak dapat terkontrol ketika orang yang sedang ia tunggu sejak pukul tujuh malam tidak juga menampakan keberadaanya. Hingga tepat pukul sembilan malam dia melihat sosok wanita berbeda yang datang menemuinya.

Seperti janjinya yang akan menemani Chinta membeli buku. Sehabis maghrib Darka langsung bergerak dari rumahnya menuju salah satu mall di jakarta. Darka memilih menunggu Chinta disebuah cafe dan langsung mengirimi pesan kepada Chinta kalau dia sudah berada di mall dan sekarang dia menunggu Chinta disebuah cafe. Beberapa detik kemudian Chinta membalas pesan dari Darka kalau dia sedang dalam perjalanan menuju MALL. Darka tersenyum mendapati pesan Chinta, berarti tidak akan lama lagi Chinta akan segera sampai dan dia tidak harus berlama-lama menunggu Chinta. Namun hingga dua gelas minuman pesanannya habis Chinta belum terlihat juga, Darka mulai tidak sabar, berkali-kali dia menghubungi ponsel Chinta, tapi ponselnya selalu sibuk.

Hingga sampai pukul 9 malam Darka masih menunggu Chinta, padahal sudah dua jam dia menunggu. Bahkan Darka sudah mengecek toko buku yang akan didatangi Chinta, dia berpikir apakah Chinta sudah berada disana tapi nihil wanita yang ia cari tidak ada disana. Hingga dia memutuskan kembali menunggu di Cafe.

Malam semakin larut, Darka semakin bosan menunggu Chinta. Kemarahan Darka semakin memuncak ketika dia melihat sosok perempuan berbaju merah mendekati mejanya. Perempuan yang sedari tadi ia tunggu tidak pernah datang dan sekarang ia harus mendapati sosok perempuan lain yang sudah duduk didepannya. Siapa lagi kalau bukan Eca, Darka semakin marah saat dia mengetahui kalau Chinta yang menyuruh Eca untuk datang ke alamat cafe yang ia berikan kepada Chinta. Dan hal yang paling membuat Darka marah Eca juga mengatakan kalau Chinta sudah berjanji untuk bertemu dengan Eca dan Indah di cafe ini.

"Gue enggak tau kalau lo disini." Jelas Eca. Walau laki-laki yang berada di depannya terlihat sangat marah.

"Jadi dimana temen lo itu sekarang!" tanya Darka dingin. Matanya terus menatap marah kearah Eca.

"Gue enggak tau, gue hubungi nomornya enggak aktif." Jawab Eca.

Darka tersenyum samar mendengar jawaban Eca.

"Jadi temen lo itu sengaja menjebak lo sama gue disini, hebat!" ucap Darka tersenyum miring.

"Bilang sama temen lo itu, untuk hati-hati ketemu sama gue besok. Kalau dia ingin selamat!" Ucap Darka dingin penuh dengan nada ancaman.

Darka langsung pergi meninggalkan Eca yang hanya diam tidak berani mengatakan apa pun. Eca melihat kepergian Darka, wajahnya terlihat sangat cemas ketika ia melihat tangan kanan Darka yang dikepal sangat kuat hingga terlihat memerah. Darka benar-benar sangat marah.

***

Pagi di kediaman Chinta.

Darka sudah berada didepan gerbang rumah Chinta padahal masih pukul enam pagi. Tampaknya Darka sengaja pergi lebih pagi dari biasanya agar Chinta tidak dapat menghindar darinya.

Darka menyandarkan tubuhnya dimobil hitamnya. Matanya terus tertuju pada gerbang rumah Chinta yang masih tertutup rapat. Darka melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul enam lewat limabelas pagi berarti tidak akan lama lagi dia akan melihat sosok perempuan yang membuat emosinya memuncak sejak tadi malam.

Gerbang rumah Chinta bergeser. Terlihat Pak John sedang mendorong gerbang agar tidak menghalangi jalan mobilnya.

Darka tersenyum miring ketika gerbang terbuka sempurna dan sekarang dia dapat melihat Chinta yang telah berada disamping mobil siap akan masuk kedalamnya.

Mata Chinta membulat mendapati Darka yang sudah berada di depan gerbang rumahnya. Raut wajah Chinta berubah menjadi ketakutan ketika Darka yang sekarang sedang berjalan mendekatinya.

"Pagi!" ucap Darka menyapa Chinta seolah tidak terjadi apapun. "Mau berangkat kan, bareng sama gue aja." Lanjut Darka yang telah berada di depan Chinta.

Chinta tersenyum sekilas mendengar ajakan dari Darka. Kata-kata Darka terdengar biasa saja di telinganya. Tapi sejujurnya Chinta telah mengetahui ancaman yang diberikan Darka untuknya tadi malam. Karena pagi tadi Chinta telah mendapat pesan dari Eca.

"Enggak usah, gue diantar Pak John aja." Tolak Chinta mencoba setenang mungkin.

Mata Darka memancarkan kemarahan saat Chinta mencoba menolak ajakannya.

"Masuk kedalam mobil gue sekarang." Jelas Darka dengan suara dinginnya.

Darka menarik tangan Chinta untuk mengikuti langkahnya dan langsung memaksa Chinta untuk masuk kedalam mobilnya.

---

Mobil Darka melaju cepat menerjang jalanan kota. Suasana di dalam mobil Darka benar-benar sangat panas, AC di dalam mobil Darka seolah tidak berfungsi. Sepasang remaja yang berada didalam mobil hanya diam satu sama lain. Tidak ada diantara keduanya yang membuka pembicaraan. Kedekatan mereka beberapa minggu lalu seakan hilang. Darka yang memperlakukan Chinta dengan manis kemarin tidak terlihat lagi, karena yang terlihat sekarang hanya Darka yang dingin penuh kemarahan setiap kali berada didekat Chinta.

Chinta memberanikan diri melihat Darka yang sedang fokus mengemudi. Chinta tersenyum samar lalu kembali memalingkan wajahnya kejalanan raya.

Mobil Darka masuk kearea pakiran sekolah. Mesin mobil Darka berhenti setelah dia memastikan mobilnya terpakir dengan tepat. Chinta melepas seat belt yang sedari tadi melindungi dirinya dari kecepatan mobil yang dikemudi Darka. Dan langsung membuka pintu untuk keluar dari mobil Darka.

"Gue mau bicara sebentar." Ucap Darka menghentikan gerak tangan Chinta.

Chinta menoleh melihat Darka yang masih melihat lurus kedepan. "Gue ada urusan, bisa kita bicara nanti aja," Ucap Chinta mencari alasan. Karena dia tahu Darka akan membicarakan tentang apa.

"Enggak usah banyak alasan!" jawab Darka dingin melihat kearah Chinta.

Chinta haya diam mendengar perkataan yang keluar dari mulut Darka. Kini dia kembali duduk mencoba untuk tenang tanpa melihat kearah Darka, karena pandangannya sekarang sedang menatap lurus kearah depan. Sama halnya dengan yang dilakukan Darka.

"Semalem lo dimana?" tanya Darka memulai pembicaran.

Tebakan Chinta benar, Darka akan menanyakan kejadian semalam. Memangnya apalagi yang akan ditanyakan Darka kalau bukan tentang semalam. Tapi untuk saat ini dia tidak ingin membahas hal itu, karena percuma jika dia merespons semua pertanyaan Darka nantinya. Karena yang terlihat dari Darka hanya kemarahan sekarang.

Chinta tidak menjawab pertanyaan Darka. Dia hanya diam bahkan dia tidak berani untuk membuat tubuhnya bergerak.

"Gue tanya sekali lagi, semalem lo dimana?" tanya Darka lagi, kali ini suaranya terdengar sangat dingin. Seolah memaksa Chinta untuk menjawab pertanyaannya.

"Di rumah." Jawab Chinta singkat tanpa melihat Darka.

Darka tersenyum mendapati jawaban Chinta.

"Bagus, jadi maksud lo nyuruh gue temeni lo ke toko buku itu apa? Atau gue yang salah hari!" ucap Darka semakin dingin.

Chinta tidak menjawab pertanyaan Darka. Chinta terlihat sangat takut dengan suara Darka yang begitu mengintimidasinya, dia mencoba menenangkan dirinya dengan meremas kuat rok abu-abunya.

"Lo sengaja enggak dateng kesana atau semuanya udah lo rencanain sama Eca!"

"Jawab gue Chinta!" teriak Darka memalingkan wajahnya melihat Chinta.

"Kejadian semalem, enggak ada hubungannya dengan Eca." Jawab Chinta yang kali ini memberanikan diri melihat Darka.

"Terus karena siapa! Karena lo!" teriak Darka semakin keras.

Chinta terlihat begitu terkejut mendengar teriakan Darka yang mendominasi setiap ruang di mobil. Mata Chinta mulai berkaca-kaca mencoba menahan tangisnya. Tidak ingin berlama-lama di mobil Darka, dengan cepat Chinta langsung membuka pintu mobil dan melangkah dengan cepat keluar.

Darka semakin marah melihat Chinta yang dengan berani mengabaikan pertanyaannya dan malah meninggalkannya sendiri di dalam mobil. Darka memukul keras stir mobil dengan tangannya. Dengan cepat dia membuka pintu mobil dan langsung keluar menyusul Chinta. Dengan gerak yang sangat cepat Darka menarik tangan Chinta agar berhenti berjalan. Langkah Chinta terhenti tidak jauh dari mobil Darka karena sebelum dia berhasil meninggalkan pakiran Darka dengan cepat menghentikan langkah Chinta bahkan sekarang Darka menghadang jalan Chinta dengan berada tepat di depan Chinta.

Untungnya mereka pergi sekolah sangat pagi apalagi Darka yang mengendarai mobil sangat kencang. Hingga belum banyak anak yang berada di pakiran. Di Pakiran mobil juga hanya ada dua mobil, mobil Darka dan satu lagi bisa dipastikan mobil kepala sekolah. Karena tidak banyak diantara anak Chandrawasih yang membawa mobil ke sekolah. Seperti biasa di pakiran hanya ada empat sampai lima mobil saja, itu pun sudah terbilang banyak. Karena anak Chandrawasih kebanyakan membawa motor daripada mobil.

"Jangan pernah coba menghindar dari gue, kalau gue lagi bicara sama lo." Ucap Darka keras. Dengan tangan yang mencengkram kuat lengan tangan kiri Chinta.

Chinta tidak menjawab perkataan Darka. Kini Chinta sedang mencoba melepas cengkraman tangan Darka dari lengannya yang terasa sakit.

Chinta kembali mencoba melangkahkan kakinya ketika dia berhasil melepas cengkraman tangan Darka. Tapi Darka kembali menghalangi langkah Chinta.

"Jangan buat gue semakin marah Chinta!" ucap Darka dingin.

"Apa maksud lo ngerjain gue semalem!" tanya Darka lagi.

"Karena gue sengaja," jawab Chinta setengah berteriak. Darka semakin terlihat sangat marah.

"Gue sengaja nyuruh lo kesana, gue juga sengaja nyuruh Eca kesana."

"Eca enggak tau apa pun tentang semalem, karena gue semua yang rencanain." Jelas Chinta lagi.

Darka mencoba menenangkan dirinya mendengar setiap jawaban yang diberikan Chinta.

"Buat apa?" tanya Darka sangat tenang.

"Untuk nyatuin lo sama Eca lagi." Jelas Chinta cepat padahal jelas suaranya terdengar menahan tangis.

"Lo biarin gue nunggu dua jam, kayak orang gila di sana. Gue batalin acara gue sama temen gue di malam itu. Tapi dengan mudah lo enggak datang terus nyuruh temen lo untuk nemui gue. Gue coba telpon lo enggak pernah angkat, terus sekarang lo kasih alasan konyol itu."

"Konyol yang seperti apa yang elo maksud Dar, alasan konyol yang membuat gue harus menerima alasan lo membenci gue selama tiga tahun ini, iya?"

"Gue Cuma mau kembaliin apa yang harusnya elo miliki tiga tahun lalu. Setelah itu elo enggak akan punya alasan untuk membenci gue lagi." Jelas Chinta.

"Apa yang harus gue miliki tiga tahun lalu! Eca?"

"Cewek aneh, gue enggak pernah minta bantuan lo untuk hal konyol ini. Lo pikir gue senang, terus gue bakal bilang terimakasih. Enggak akan pernah Chinta." Teriak Darka.

"Asal lo tau, rasa gue ke Eca udah mati. Sejak tiga tahun lalu, saat lo sukses membuat hari-hari gue mati." Jelas Darka menatap Chinta sangat dingin.

Chinta membalas tatapan Darka dengan air mata yang hampir jatuh dari kelopak matanya.

"Itu yang ingin gue kembaliin Dar, hari-hari elo yang udah gue buat mati." Jelas Chinta mencoba menahan air matanya.

"Gue benci setiap kali lo mencoba membuat hari-hari gue seakan mati, dengan kebencian lo ke gue itu." Lanjut Chinta lagi.

"Cewek aneh! Kurang baik apa lagi gue, setelah beberapa hari ini gue perlakukan lo berbeda dari biasanya."

"Gue rasa gue udah cukup baik kemarin. Gue enggak pernah mau nemenin cewek ke toko buku. Tapi karena lo yang minta, gue cancel semua acara gue semalem."

"Masih lo bilang gue mencoba membuat hari-hari lo seakan mati Chinta?" tanya Darka. "Kalau gue berniat berbuat jahat sama lo kemarin, gue enggak bakal datang semalem. Gue pasti biarin lo disana nungguin gue kayak orang gila. Sama kayak yang lo lakuin sama gue semalem."

"Gue salah besar ternyata berbuat baik sama lo beberapa minggu ini. Lebih tepatnya gue harus berbuat jahat terus sama lo. Karena lo semakin berani melawan gue sekarang."

Mata Chinta semaki memerah, ingin sekali dia berlari menjauh dari Darka. Melepas air mata yang sedari tadi masih ditahannya.

Dikejauhan terlihat Dani yang baru saja memakirkan motornya. Pandangan Dani sekarang sedang tertuju kepada Darka dan Chinta yang berada di pakiran mobil. Suara teriakan yang keluar dari mulut Darka mampu membawa Dani untuk segera mendekati tempat Darka dan Chinta berada sekarang.

"Woi Dar, lo harus tenang." Ucap Dani menenangkan Darka, karena sekarang dia melihat Chinta sedang mencoba menahan air matanya agar tidak terjatuh.

"Setelah ini, gue enggak mau ngelihat lo mencampuri urusan gue, apalagi masa lalu gue sama Eca." Ucap Darka yang sudah terlihat tenang.

"Ini ancaman terakhir gue ingat itu." Ucap Darka lagi Sebelum dia melangkahkan kakinya meninggalkan Chinta.

***

Darka mendaratkan tinjuannya ke papan tulis setelah dia dan Dani berada di kelas. Dani juga menyuruh semua teman kelasnya untuk meninggalkan kelas bahkan Dani juga menutup pintu agar kemarahan Darka tidak dilihat semua temannya.

Darka terus memukuli papan tulis, bahkan sekarang ia menendang setiap meja dan bangku yang tadinya tersusun rapi hingga terlihat tidak seperti meja anak sekolahan, benar-benar berantakan. Dani yang berada di dalam bersama Darka hanya terlihat pasrah dengan apa yang dilakukan Darka walaupun sesekali Dani mencoba merapikan kembali meja yang baru ditendang Darka.

"Dar, lo inget apa yang gue bilang waktu itu. Dia itu cewek bukan cowok kayak kita-kita, lo enggak bisa memperlakukan dia kayak tadi." Dani memulai pembicaraan. Kali ini Darka menghentikan aksinya dan menoleh kearah Dani.

"Lo sama seperti mereka semua Dan, lo itu temen gue dari SMP. Tapi lo enggak pernah ngerti maksud dari apa yang gue lakuin selama ini." Ucap Darka membuat Dani bingung.

"Menurut lo, buat apa gue nyalonin diri sebagai ketua OSIS? Gue benci hidup dengan beban ketua OSIS ini Dan, tapi buat siapa gue lakuin ini. Kalian semua menganggap gue ngelakuin ini buat Eca, tapi gue lakuin ini semua buat itu anak. Terus lo pikir selama ini gue bawa mobil ke sekolah itu buat siapa, buat gue gaya-gayaan aja. Gue enggak suka bergaya dengan mobil Dan,"

Dani terdiam mendengar penjelasan Darka, kini dia telah mengerti maksud dari semua yang di lakukan sahabatnya ini.

"Kalian semua menganggap gue jahat karena gue mengumbar penyakit Chinta di depan teman-temannya. Gue enggak se jahat itu Dan, gue masih punya otak dan gue tahu perbuatan gue itu bakal buat dia malu. Tapi gue lakuin hal itu karena Cuma itu yang bisa gue lakuin untuk mencegah sifat keras kepalanya. Chinta enggak akan pernah berhenti ikut campur urusan OSIS kalau bukan gue sendiri yang mengakhirinya." Jelas Darka lagi.

"Sekarang gue lagi bayar perbuatan gue tiga tahun lalu Dan, gara-gara gue penyakit lambungnya semakin parah. Gue kasih sebagian waktu gue untuk dia sekarang."

"Tapi apa! Dia masih berpikir kalau gue masih membenci dia. Lo tau kenapa gue sangat marah tadi, karena dia sedang berusaha deketi gue sama Eca lagi. Gue berharap masalah gue sama dia berakhir setelah gue bersikap baik sama dia, tapi lo liat. Dia buat emosi gue meledak hari ini."

Dani semakin mengerti dengan maksud perkataan Darka.

"Lo cukup minta maaf, semua masalahnya kelar Dar." Saran Dani yang mendapat tatapan dari Darka.

"Lo minta maaf untuk selama tiga tahun ini lo lukai batin dia."

"Enggak mudah untuk tu anak nerima perlakuan lo tiga tahun ini Dar, lo buat batinnya terkejut tiga tahun lalu dengan tanpa alasan lo selalu menatap benci kearahnya."

"Sekarang saat dia tau alasan kenapa lo membenci dia, gue yakin dia enggak akan tinggal diam. Apa lagi itu menyangkut temannya, Eca."

"Kecuali kalau lo minta maaf sama dia Dar."

"Gue enggak percaya karma itu ada Dar, tapi sebelum terlambat. Lo harus minta maaf sama dia Dar."




Sampai disini aja ya...

Sebenarnya sih kejutannya enggak ada, aku bilang gitu sih biar kalian penasaran aja hehehehe.

Menurut kalian gimana cara Darka minta maaf ke Chinta???

Ini juga salah satu alasan kenapa aku enggak buat dari kemarin-kemarin Darka minta maafnya. Sengaja bikin mereka berdua sweet-sweet dulu. Terus Darkanya dingin lagi deh...

Kasih vomentnya jangan lupa...

Khairanihasan...

22 Maret 2017

Update kembali 5 Juni 2022

Continue Reading

You'll Also Like

325K 17.7K 28
Seandainya dulu ia tidak bertahan pada Gabriel, seandainya dulu ia menerima orang lain selain Gabriel, seandainya dulu ia memilih mendengarkan orang...
ROLANDARA By intanzs

Teen Fiction

14.2M 946K 46
⚠️PART MASIH LENGKAP Roland Gideon. Bad boy tapi suka susu strawberry. Emosian tapi pas dimarahin sama Adara malah kicep. Wajah nyalat tapi hati hell...
2.2M 52.7K 50
FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! TAMAT Dulu pernah berjudul: • Playboy Vs Playgirl • QUANDO *** Dia Rio. Laki-laki dengan wajah yang tampan. Perempuan m...
10.1M 452K 43
[Attention : Cerita ini dibuat saat saya belum paham soal bahasa kepenulisan, maka dari itu banyak kata-kata atau bahkan tidak sesuai EYD, untuk meng...