CRUSH ✔️

By Caaay_

255K 32.9K 3.8K

Punya crush itu dikasih perhatian dong! Bukan dijahilin! Kamu punya crush? Apa yang akan kamu lakukin buat na... More

Prolog
1. Boneka Santet
2. Kutub Es SMA Sakar
3. Upil
4. Kentut Rendy
5. Nyusahin!
6. Jatmi
7. Gue Suka Lo
8. Gosokan Ale-Ale
10. Bodoh
11. Gede-gedean
12. Tuan R
13. Kepergok
14. Hoodi
15. Untuk Reynan
16. PMS
17. Pengroyokan
18. Geng Motor
19. Sisi Lain Rendy
INSTAGRAM
20. Anak Mama
21. Mr. Protective Raka
22. Bimbang
23. Kisah Baru
24. Depresi
25. Bullying
26. Semotor Dengan Rendy
27. Pacar
28. Pulang Bareng
29. Upacara Bendera
30. Dihukum
31. Pengakuan
32. Meragu
33. Dugaan
34. Sayang
35. Bukan Prioritas
36. Bertemu Mama Rendy
37. Tidak Biasanya
38. Jaga Jarak
39. Terima Kasih Pacar
40. Sebuah Usaha Melupakan
41. Sebuah Kejujuran
42. Jadilah Rendy Seperti Dulu
43. Mantan Terindah
44. Masa Lalu Bersama
45. Minta Ijin
46. Dia Adalah Upilku
47. Tidak Sabar Ingin Bertemu
EPILOG

9. Getar Getir Cinta

5K 844 186
By Caaay_



Playlist : Broken Angel-Arash

Playlist kamu?

“JADI CEWEK JANGAN MURAHAN, JIJIK GUA!”

---000---

Dua minggu belakangan ini di laci meja Vania selalu ada kertas origami dengan berbagai bentuk lipatan lucu dari mulai bentuk hati, bunga sampai burung. Kertas-kertas origami itu jika dibuka lipatannya ada puisi. Itu semua adalah puisi dari seseorang yang Vania sebut sebagai 'Tuan R'

Sama seperti hari-hari sebelumnya, saat Vania tiba di tempat duduknya hal yang pertama dia lakukan adalah merogoh laci meja. Vania tersenyum ketika menemukan kertas origami berwarna merah dengan lipatan bentuk hati. Vania membuka lipatan kertas itu hati-hati karena takut sobek. Ada sebuah puisi di balik lipatannya.

Vania menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga lalu membaca puisi itu perlahan dengan penuh perasaan agar dapat mencerna makna di setiap baitnya.

Menyihirmu

Sayang, aku bukan Harry Potter
Jika aku menjadi dia
Maka pertama yang kulakukan
Menyihirmu menjadi,
Sampah
Lalu kusihir diriku menjadi lalat
Supaya aku bisa ada untukmu dan menemanimu
Meski semua membuangmu.

R.

“Puisinya aneh banget ih!” Vania terkekeh.

Puisi-puisi yang tertulis dalam kertas origami itu selalu tertera inisial ‘R’.

"Fahri lo tadi liat ada orang yang naruh sesuatu di laci meja gue?"

“Nggak.”

Hampir seluruh teman sekelasnya dia tanyai tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang tau. Vania menghela napas, kecewa. Vania benar-benar penasaran siapa orang yang selalu memberinya puisi-puisi di laci mejanya. Bisa dibilang ini semacam ‘secret admirer.’

Dari kata-kata dalam setiap puisi-puisinya Vania yakin Tuan R adalah seorang laki-laki. Vania terkekeh memikirkan cowok yang entah Vania tidak tahu siapa dia, misterius. Vania suka itu.

Vania menilai dari cara dia yang selalu mengirim puisi di laci mejanya secara diam-diam, dia itu orangnya unik, sederhana, dan dia memiliki rasa sayang yang dalam tetapi perasaannya itu selalu dia sembunyikan, semacam cinta dalam diam. Dia punya cara tersendiri dalam mengungkapkan perasaannya itu.

Vania berdecak, dia merasa aksi seseorang itu sangat tanggung sekali. Kenapa dia tidak langsung menemuinya untuk mengatakan sebenarnya apa yang ingin dia katakan dan malah meneror hatinya melalui puisi-puisinya itu?


"Van lo dapat puisi lagi ya?" Tanya Keyla yang tiba-tiba sudah duduk di sebelahnya.

Vania mengangguk mengiyakan.
Hanya Keyla yang tahu kalau beberapa minggu belakangan ini dia selalu mendapat puisi dari seseorang.
Vania mengakui kalau Keyla sangat perhatian denganya, dia teman yang baik. Keyla tidak pernah marah atau bahkan menjauh dari Vania meski Vania sering bersikap semena-mena kepadanya.

"Siapa sih tu cowok yang selalu naruh puisi di laci meja lo?"

"Enggak tau..." Vania menggelengkan kepala "Tapi gue penasaran banget siapa dia sebenarnya..."

"Gue iri!"

"Iri kenapa?"

"Tristan aja nggak pernah bikinin puisi buat gue sama sekali!"

Vania terkekeh “Kaciiiaaan…”

Sosok Tuan R telah membuat Vania merasa menjadi seorang putri raja yang diistimewakan dan didambakan setiap gadis mana pun. Vania merasa terbang tinggi ketika membaca kata-kata sederhana tapi penuh makna dalam setiap bait puisinya itu. Sederhana namun bisa membuat Vania tersenyum bahagia.

Vania berharap puisi-puisi dari Tuan R itu bukan sekedar bualan belaka, bukan modus, dan bukan hanya rangkaian kata yang disusun dengan tujuan untuk menaklukan hatinya lalu setelah hatinya takluk dia akan membuangnya.

Vania tidak tahu siapa dia, darimana dia, dan seberapa besar harta yang dia miliki. Persetan dengan semua itu. Vania merasa senang dan selalu merasa dipedulikan dengan cara-cara yang dia lakukan itu. Sederhana tapi terkesan manis.

"Hati-hati nanti kecolongan Van."

"Apanya?"

"Hati lo." Keyla tertawa setelah menggoda Vania dengan kata-kata recehnya itu.

"Gue berani jamin kalau si R itu bakalan buat lo jatuh cinta."

Keyla menoel pipi Vania. Vania tersenyum, hatinya menghangat dan pipinya terasa memanas. Vania menangkup kedua pipinya menutupi senyumnya yang sudah mengembang.

Bel masuk berbunyi nyaring. Semua murid di kelas menempatkan diri di tempat duduknya masing-masing. Rendy berjalan menuju tempat duduknya tetapi dia berhenti ketika di samping Vania. Rendy mencondongkan tubuhnya dan membisikan sesuatu di telinga Vania.

"Reynan nyuruh lo ke taman istirahat nanti," bisiknya.

Mendengar hal itu Vania menghangat. Rendy duduk di tempatnya seiring dengan hembusan napas beratnya. Tidak ada yang tahu ataupun peduli dengan apa yang dirasakannya saat ini.

Bu Esi datang dari balik pintu sambil menenteng laptop dan buku paket di tangannya. Vania mengeluarkan buku paket IPA dari dalam tasnya. Bu Esi mulai menerangkan pelajaran melanjutkan bab kemarin.

Mata Vania memang melihat Bu Esi yang sedang menerangkan pelajaran di depan sana tetapi tidak dengan pikirannya.

Vania memikirkan tentang puisi yang selalu ada di laci mejanya. Dia sangat ingin tahu siapa si pengirimnya. Vania tahu ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan semua itu, ini waktunya memperhatikan materi yang diterangkan Bu Esi. Tapi pikirannya itu datang dengan sendirinya tanpa diminta susah juga untuk mengeyahkannya.

Keyla menyenggol lengan kanan Vania dengan lengannya "Gue tahu lo pasti mikirin si R kan?"

Vania menoleh "Kok lo tahu?"

"Elo mulai jatuh cinta." Kata Keyla yang bagi Vania itu ngaco dan menjurus ke sotoy.

"Kalau gue nggak mau jatuh cinta?"

"Ada ilmuan yang bilang ‘Tak ada orang yang bisa melarikan diri dari cinta’ "

“Sotoy lu!”

Vania menatap kertas origami berisikan puisi di tangannya yang berada di laci meja.

"Lo mau tahu nggak tanda tanda orang jatuh cinta?" Bisik Keyla.

"Apaan?"

"Hati lo bakalan jedag jedug saat lo mikirin dia dan tanpa lo sadari, lo jadi salting." Keyla menoel pipi kanan Vania "Itu namanya getar-getir cinta."

"Teori lu ngaco!"

Vania menahan sudut-sudut bibirnya agar tidak tertarik membentuk senyum.

Vania meringis saat tiba-tiba rambutnya dijambak dari belakang hingga membuat kepalanya ikut tertarik. Tangan usil yang menjambak rambutnya adalah tangan Rendy. Vania berharap rambut indahya tidak rontok. Vania menoleh dengan geram. Rasanya Vania ingin menonjok mata Rendy.

"Apaan sih?! Jangan pakai jambak rambut! Sakit tau nggak?!" Sentak Vania dengan nada sepelan mungkin agar Bu Esi tidak mendengarnya.

"Lu diem! Tau tempat kek kalo mau ngobrol. Ganggu konsentrasi aja!”

Keyla menarik pundak Vania hingga membuatnya menghadap depan lagi. Vania berdecak kesal. Kalau saja Keyla tidak menarik pundak Vania pasti Vania sudah menjambaki rambut Rendy hingga botak kepalanya.

Vania kembali memerhatikan apa yang diterangkan Bu Esi di depan sana. Selang beberapa menit kemudian bel istirahat berbunyi nyaring, mengakhiri jam pelajaran Bu Esi.

"Oke, anak-anak setelah istirahat nanti ulangan."

“YAAAH BUUU!”

Bu Esi keluar kelas tanpa peduli dengan jeritan-jeritan muridnya yang meminta agar tidak ulangan.

Vania menghela napas berat “Itu guru gendut hobi banget ulangan!”

"Van gue duluan ya!"

"Eh--kemana?"

"Ke kantin bareng yayang Tristan." Keyla tersenyum geli.

"Alay lu! udah buru sana pergi!" Vania mendorong Keyla pelan seraya terkekeh.

"Dasar Keyla, apel mulu tiap hari!" Gerutu Vania sembari membereskan buku-buku yang berserakan di atas meja dan menatanya dengan rapi.

Kelas perlahan sepi karena penghuninya pada keluar kelas, palingan mereka semua pada makan ke kantin kalau tidak ya pasti lagi nonton kakak kelas main basket.

Vania mengeluarkan puisi pemberian 'Tuan R' yang dia simpan diselipan bukunya. Vania membaca puisi itu, lagi. Vania tidak ada bosan-bosannya membaca puisi ini meski sudah kali ketiga ini. Vania bahkan senyum-senyum sendiri layaknya orang stress.

Ketika Vania berjalan mau keluar kelas dia hampir saja terjungkal karena menginjak tali sepatunya yang terlepas dari ikatannya. Vania meletakan kertas origami merah itu di atas meja Mesi yang tidak jauh dari tempatnya berdiri lalu mengikat kembali tali sepatunya.

"Loh puisi gue mana?" Tanya Vania ketika tidak dia dapati kertas origami yang tadi ditaruhnya di meja.

“Ketiup angin kali ya?”

Vania celingak-celinguk mencari kertas origami yang tiba-tiba menghilang. Namun sama sekali tidak dia temukan kertas itu. Vania menghela napas berat lalu melangkah keluar kelas siapa tau kertasnya terbang sampai keluar.

Vania menggigit bibir bagian bawah.“Jangan sampe ilang kertasnya, plis jangan sampe jangan sampe...”

Vania fokus pada deretan-deretan ubin. Matanya berbinar saat melihat sesuatu yang dia cari menempel di bawah sepatu seseorang yang sedang duduk di bangku depan kelasnya. Vania menyeringai senang. Cepat-cepat dia berjalan menghampiri kertas itu. Vania jongkok dengan tangan yang terulur mengambil kertas berwarna merah itu.

Vania tidak bisa mengambil ketas itu karena kertasnya melekat di bawah sepatu, seperti ada sebuah permen karet di sepatu itu yang membuat kertasnya menempel. Vania mendongak menatap si empunya sepatu. Vania berdecak, dia adalah Rendy. Sialan!

"Angkat-kaki lo-Upil !" Ucap Vania penuh penekanan.

Rendy menunduk menatap Vania yang sedang jongkok di bawahnya.

"Minggir!" Vania mengangkat kaki kanan Rendy.

"Eh- anjir kaki gua." Rendy bangkit dari duduknya, membuat kaki kanannya yang diangkat Vania kembali berpijak di lantai.

Rendy berkacak pinggang tanpa melepas injakan kakinya pada kertas milik Vania seolah-olah dia tidak punya dosa. Vania berdiri tegap menatap tajam Rendy seperti tatapan seekor elang yang menukik menerkam mangsanya.

"Minggir!” Vania mendorong dada Rendy hingga membuatnya terhuyung ke belakang.

“Apaan sih lo Tet?” Rendy memegang tangan Vania “Dateng-dateng main dorong!”

“Makanya lo minggir, itu kertas gue nempel di sepatu lo!”

Rendy menurunkan pandangannya ke sepatunya lalu mengangkat kaki kanannya dan mengambil kertas yang masih setia menempel di bawah sepatunya itu. Rendy membaca kertas itu sekilas sebelum menyerahkannya pada Vania.

"Nih!" Rendy menyodorkan kertas origami itu.

Vania mencebikan bibir "Yah lecek kan gara-gara lo sih!"

Kertas origami itu berubah lecek dengan jejak sepatu di atasnya dan juga ada permen karet yang menempel di ujungnya. Iyuh menjijikkan!

"Puisi jelek gitu masih aja lo simpen.” Rendy menatap Vania heran “Harusnya tuh dibuang ke tempat sampah!"

Vania mengusap-usap bekas tapak kaki di kertas origami itu agar hilang dan juga menyobek ujung kertas yang tertempel permen karet.

"Sama kayak tema puisinya, tentang sampah!" Lanjut Rendy dengan penuh penekanan pada kata sampah.

"Eh diem ya lo! Gue robek juga mulut lo lama-lama!”

"Duuuh gueee takuuut….” Ucap Rendy dengan ekspresi mengejek.

"Kalo sampe lo ngejelek jelekin puisi ini lagi awas lo!" Vania menunjuk mata Rendy.

"Awas apaan Tet?!"

"Gue gergaji gigi lo!"

Rendy terkekeh.

"Lo nggak bakalan ngerti kalo puisi ini spesial buat gue karena ini tuh dari Tuan R." Vania menatap Rendy. "Ngapain juga gue jelasin ke elo, percuma!"

Rendy terdiam, dia menatap manik mata Vania lekat.

"Kenapa lo natap gue gitu?"

Rendy senyum-senyum lalu tertatawa kecil.

"Ih setres ya lo?!"

Rendy menyenderkan punggungnya ke tembok dengan senyum yang tercetak jelas di wajahnya.

“Lo kenapa sih Pil?”

Vania menyentuh pundak Rendy lalu mengguncang-guncangkan Rendy.

"Upil lo masih napaaaas? Halooooo! Lo kerasukan?! Apa perlu gue ruqyaaaaah…?”

“Tauah!” Vania melangkahkan kaki meninggalkan Rendy yang sudah menunjukan tanda-tanda depresi.

Rendy menarik pergelangan tangan Vania hingga membuat tubuh Vania menubruknya dan hampir memeluknya "Gue suka sama elo." Bisik Rendy tepat di telinga Vania lalu dia tersenyum.

Seketika itu juga Vania tertegun. Mulutnya terkatup rapat. Vania menelan ludah dengan susah payah.

Deg deg deg deg!

Entah kenapa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Ada binar keseriusan di mata Rendy. Tidak ada ekspresi ketengilan di wajahnya.

"L-lo suka sama gue?" Tanya Vania dengan gugup dan sedetik kemudian bibirnya tersenyum.

"Suka bikin lo kesel. Hahaha...!" Ucap Rendy disusul tawanya yang meledak.

Senyuman Vania seketika luntur disusul "Gak lucu!"

Vania balik badan dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Malu!

"Lo baper Tet?"

“Bodoooooo!” Vania lari ngacir tanpa menjawab pertanyaan Rendy.

Demi Tuhan Vania benar-benar sebal sekaligus malu akan kebodohannya sendiri. Bisa-bisanya dia senang? Cuma karena ungkapan cinta dari Rendy? Damn!

---000---

Vania melihat Reynan sedang duduk di kursi taman seorang diri dengan kaki terbuka, kepala menunduk memandang jam tangannya dan satu tangan memegang sebuah map. Vania tersenyum ceria lalu berjalan mengendap-mengendap agar Reynan tidak bisa mendengar langah kakinya. Setelahnya Vania menutup erat kedua mata Reynan dengan telapak tangannya dari belakang. Reynan terkejut.

“Lepasin.”

“Tebak siapa hayooo…” Ucap Vania dengan suara yang sengaja dia buat cempreng. Vania tertawa kecil.

“Gue bilang lepas!” Reynan memegang pergelangan tangan Vania.

“LEPAS!” Sentak Reynan kemudian memelintir lalu menepis keras tangan Vania.

“AWWW!”

Reynan menatap Vania nyalang.

Sementara Vania mengusap pergelangan tangannya yang memerah dan terasa perih.

“Sakit tau Rey…” Ucap Vania manja “Obatin doong… kan kamu PMR”

Reynan berdiri lalu melemparkan map di tangannya ke wajah Vania dengan kasar. “Urus proposal diklat yang bener!”
Reynan berlalu meninggalkan Vania.

Saat langkah Reynan sudah lumayan jauh, “SATU LAGI.” Reynan menoleh.

Vania menatap Reynan dengan tatapan teduh “APA SAYAAANG…?” Tanyanya dengan suara tak kalah lantang.

“JADI CEWEK JANGAN MURAHAN. JIJIK GUA!” Reynan berjalan pergi.

Mulut Vania terkatup rapat. Beberapa murid yang mendengar teriakan lantang Reynan tadi menatap Vania kasihan dan juga berbisik-bisik. Air mata Vania menetes. Apa yang dikatakan Reynan benar-benar sangat menyakiti hati Vania hingga membuat Vania menjadi susah bernapas. Kaki Vania melemas.

Vania duduk di bangku yang tadi di duduki Reynan. Air matanya menetes semakin deras dan bahunya berguncang karena tangis. Kalau Reynan membencinya setidaknya dia tidak perlu merendahkannya seperti itu kan? Berteriak dan mengatainya sebagai cewek murahan? Tau apa dia tentang dirinya?

"Brengsek!"

Vania masih bisa menerima atas sikap cuek Reynan selama ini padanya, sikap bodoamat Reynan yang menganggapnya seolah-olah tidak ada. Vania masih bisa menerima itu. Tapi Vania tidak bisa terima direndahkan seperti itu.

Beberapa murid yang mendengar makian Reynan menatap Vania penuh selidik. Sosok Reynan Fernando Torres yang jarang bicara-kecuali urusan OSIS- terlebih kepada orang asing dan melayangkan hinaan seperti itu kontan saja membuat mereka menghardik Vania. Mereka menatap Vania seolah-olah Vania adalah makhluk paling menjijikkan di muka bumi.

“Hiks… hiks…” Bahu Vania bergunjang karena tangis.

---000---

Satu kata untuk Vania?

Satu kata untuk Rendy?

Satu kata untuk Reynan?

Dan satu vote untuk part ini

Continue Reading

You'll Also Like

16.3K 2.5K 53
"Lihat dia tertidur" "kan kau yang bius" "ahaha aku lupa" "Lupakan itu, gadis ini sudah mengetahui tentang kita" • • • • "Padahal Cuma Gabut" Gen...
5.4M 228K 54
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
615K 24.6K 52
(COMPLITED) Jangan pernah jatuh cinta saat hujan. Karena ketika besok lusa kamu patah hati, setiap kali hujan turun, kamu akan terkenang dengan kejad...
Illusion By Tan

Teen Fiction

258K 13.5K 67
Bagiku ilusi adalah hal yang tak bisa kumiliki, dan bagian dari ilusi itu adalah harapan dan kamu. - Marsha Agnessia Aurellia. Maafkan aku yang tak b...