Himnaeseyo [BTS Fanfiction]

By dhedingdong95

131K 12.7K 3.9K

aku benci..... benci ketika kejadian itu terjadi, semuanya berubah..... kehidupanku..... masa depanku..... se... More

#1: Alasan Untuk Bertahan
#2: Keras Kepala
#3: Kecewa
#4: Curahan Hati
#5: Hal Tak Terduga
#6: Bimbang
#7: Mengubah Takdir?
#8: Sebuah Pilihan
#10: Selangkah Lebih Maju
#11: Keraguan
[FF SELINGAN - DELSOON]
#12: Kilas Balik
#13: Sebuah Permulaan
#14: Jatuh Bangun
#15: Belum Berakhir (1)
#16: Belum Berakhir (2)
#17: Belum Berakhir (3)
#18: Perasaan Sebenarnya
#19: Ketakutan (Sendiri)
#20: Teman Lama
#PENGUMUMAN
#21: Pergumulan
#22: Rahasia
#23: Hadiah
#24: Penggemar
#25: Semangat Tanpa Henti
#26: Fanmeeting (1)
G.A.L.A.U
#27: Fanmeeting (2)
#28: Fanmeeting (3)
[SPOILER #29]
#29: Petuah
#30: Buah Dari Penantian
#31: Pengakuan
#32: Perdebatan Kecil
#33: Terbongkar (1)
#34: Terbongkar (2)
#35: Keputusan

#9: Awal Dari Perjuangan

3.7K 346 88
By dhedingdong95

February 6th, 2016
.
.
.
.
.
"jungkook-ssi? hey, kita sudah hampir sampai" suara sayup-sayup yang terdengar di kedua telinga jungkook, semakin lama semakin membawanya kembali ke alam sadar. perlahan kedua mata jungkook terbuka, lantas melirik ke kanan kiri guna memastikan situasi di sekelilingnya. ah, ternyata ini semua bukan mimpi. ia benar-benar menjalankan rencana gilanya.

"sudah merasa lebih baik?" bang sihyuk menoleh ke arah jungkook dan memberikan senyuman khasnya.

"hm" jungkook hanya memberi gumaman singkat. ia benarkan posisi duduknya, berdalih untuk mencari posisi yang lebih nyaman. tak lupa ia regangkan pula kedua tangannya ke atas, bermaksud untuk merilekskan otot-otot di tubuhnya.

"setelah sampai, kita akan langsung menuju kantor Big Hit untuk kesepakatan kontrak. apa kau keberatan?" tawar bang sihyuk santai. ia memang tak mau membuat jungkook merasa lebih canggung dari sebelumnya. karna cepat atau lambat ia dan jungkook akan mulai menjadi rekan kerja, atau bahkan lebih dari itu.

"terserah kau saja" jungkook menjawab sekenanya, diikuti dengan senyum terpaksa. tidak, ia sama sekali tidak keberatan dengan keputusan bang sihyuk yang ingin langsung membawanya ke kantor Big Hit. toh dia pun sudah membulatkan tekad. tapi jungkook hanya merasa........ aneh? ya, ia merasa ada satu hal pada cara hidupnya yang berubah. namun jujur, ia tidak tahu pastinya.
.
.
.
.
.
Big Hit Entertainment Office
.
.

"masuklah" bang sihyuk mempersilakan jungkook memasuki sebuah gedung berwarna putih kecokelatan yang berukuran tak begitu besar. gedung itu tidak terlihat mewah. bahkan cenderung biasa saja, dengan coretan-coretan fans sebagai hiasannya di bagian depan. jauh berbeda bila dibandingkan dengan kantor agensi lain yang berdiri megah di kawasan gangnam.

jungkook tak banyak bicara. ia hanya menuruti bang sihyuk, berjalan pelan di belakang pria tambun itu sembari menunduk. karna pada dasarnya jungkook ialah seorang yang pemalu, terlebih pada orang yang tak dikenalnya. atau mungkin............ ia beralasan agar tak mau berurusan dengan orang lain?

"selamat pagi pd nim" tak jarang jungkook mendengar berbagai sapaan yang diucapkan oleh para karyawan yang tak sengaja berpapasan dengan mereka.

bang sihyuk tak menjawab. ia hanya sedikit menganggukkan kepalanya diikuti dengan senyuman tipis. benar saja, aura pria tersebut sangatlah berbeda dengan sosok bang sihyuk yang jungkook temui sebelumnya. perlahan, jungkook mulai menelan salivanya menahan rasa gugup. ia bingung harus berbuat apa, karna jungkook sadar..... bahwa ia sungguh keterlaluan dan berperilaku tak sopan pada calon bos nya.
.
.
.
"duduklah" bang sihyuk mempersilakan jungkook duduk di salah satu sisi sofa yang terletak di tengah ruangan. jungkook menurut. ia masih dalam posisi menunduk, bahkan ia masih sempat memainkan kedua jari telunjuknya. sama sekali tak ada niatan untuk memandang pria yang lebih tua darinya itu.

"hey, mengapa kau diam saja?" bang sihyuk mulai tertarik pada bocah di depannya. ia putuskan untuk mengambil posisi duduk tepat di samping jungkook.

jungkook tak bergerak. ia masih menundukkan kepalanya. canggung. satu kata itulah yang memenuhi pikirannya. jadi........ ia harus bagaimana?

"apa kau menyesal telah ikut bersamaku ke seoul?" tanya bang sihyuk penasaran. ia tak habis pikir dengan perubahan sikap jungkook yang terkesan tiba-tiba.

jungkook menggeleng pelan dan masih bertahan untuk tidak menatap kedua mata bang sihyuk.

"lalu?" tanya bang sihyuk semakin memancing.

jungkook tetap tak bergeming. ia beranikan diri untuk mengangkat kepalanya. dan benar saja, nampaklah wajah pucat dan keringat dingin bercampur menjadi satu.

"hey jungkook-ssi. apa kau sakit? haruskah aku mengantarmu ke rumah sakit?" bang sihyuk semakin panik ketika melihat wajah pucat jungkook. ia bahkan telah mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi sang sekretaris.

"maaf" satu kata meluncur dari mulut jungkook.

".........maaf?" bang sihyuk semakin tak mengerti. ia kerutkan dahinya, mencoba mencerna satu kata ambigu yang diucapkan sang calon artis.

"maaf karna aku bertindak tak sopan padamu sebelumnya" jungkook berucap pelan ditengah keraguannya. tanpa diperintah, jungkook segera berdiri menghadap bang sihyuk yang sedang terperangah tak percaya.

".............kumohon bimbinglah aku untuk kedepannya. um, setidaknya.......... buat aku menjadi sosok yang lebih baik" jungkook melanjutkan perkataannya kembali. ia pun berinisiatif untuk membungkuk 90° sebagai tanda permintaan maaf, juga permohonan sederhananya.

"sudahlah, tak perlu mencemaskan hal itu. aku tahu kau tak punya kerabat di seoul. di sisi lain, akulah yang membawamu kesini. dan ya, itu sudah menjadi kewajibanku untuk membuatmu terkenal. kau akan menjadi aset terpenting bagi perusahaan ini. percayalah, kau tak akan pernah menyesal mengambil keputusan ini" bang sihyuk beranjak dari tempat duduknya, lantas menepuk bahu kanan jungkook sebagai salah satu cara untuk menyemangatinya.

"terima kasih.......... bang pd nim" sekali lagi, jungkook membungkukkan badannya.

sebenarnya, jungkook juga tak mengerti dengan keputusannya yang terbilang tak masuk akal. ia masih tak memiliki obsesi untuk menjadi seorang artis. semacam.......... hal ini seperti mengalir begitu saja? tak ada rencana atau motif apapun dibalik keputusan gilanya. ia bisa saja diam-diam membunuh bang sihyuk, karena telah membuatnya menanggung begitu banyak penderitaan. seperti membuat hyung yang dulunya sangat ia sayangi kehilangan masa depannya, dan membuat jungkook sendiri kehilangan masa mudanya. namun sayang, ia tak bisa melakukan rencana bodoh itu. hatinya terus memerintahkan hal-hal yang berada di luar kendali otaknya. ini............... sangat aneh bukan?

.

bahkan jungkook sempat berpikir... apakah ini semua berkaitan dengan mimpi yang sudah lama ia pendam, sehingga tak mau lagi kehilangan kesempatan emasnya? atau mungkin rasa kecewa berat yang ia dapatkan karena taehyung, dan semakin mendorongnya untuk menjadi manusia yang lebih baik? ah! persetan dengan pikiran liarnya.

.

"jja, kau baca dulu surat kontrak ini. jika kau menyetujui semua perjanjian yang sudah tertulis, kau bisa menandatanganinya" bang sihyuk menyodorkan beberapa lembar kertas putih, dan langsung diterima oleh jungkook.

jungkook tak membaca seluruh tulisan pada kertas tersebut. ia hanya melihat sekilas, kemudian membalik ke halaman selanjutnya. ia tak begitu tertarik akan isi di dalamnya. karena menurutnya, isi surat perjanjian itu tidaklah penting. toh ia juga masa bodoh dengan jumlah uang yang akan didapatnya kelak.

"hm.... 7 tahun ya?" kedua mata jungkook menangkap hal yang menarik di poin terakhir dalam surat perjanjian.

"ya, 7 tahun adalah kontrak yang wajar dalam industri hiburan negeri ini. 7 tahun ini akan dihitung dari hari pertama kau debut. jadi masa traineemu tak termasuk dalam kontrak" bang sihyuk mulai menjelaskan hal-hal detail yang sekiranya tak dipahami oleh jungkook.

"berapa lama aku harus menjadi trainee?" tanya jungkook datar. kedua matanya pun masih tak lepas dari halaman terakhir surat itu.

"itu semua tergantung kesiapanmu, jungkook-ssi. jika kau dapat menerima setiap pelajaran dari sonsaengnim dengan baik, dan memang layak untuk dipublikasikan... tak perlu menunggu 1 tahun, kau bisa debut menjadi penyanyi" jawab bang sihyuk yakin, yang secara tak langsung membangkitkan semangat jungkook tadinya sedikit memudar.

"untuk pembagian royalti--"

"kupercayakan seluruhnya kepadamu" sambar jungkook tanpa memberi kesempatan bang sihyuk untuk menyelesaikan kalimatnya. toh sama seperti sebelumnya, jungkook tak peduli dengan uang. tak ada lagi sosok yang perlu ia biayai. yang penting jungkook bisa membiayai kehidupan sehari-harinya sendiri, itu sudah lebih dari cukup.

tak mau menunda lebih lama lagi, jungkook segera meraih sebuah pena yang tergeletak di atas meja. ia goreskan ujung pena tersebut di atas kertas putih yang sedari tadi ia bawa, dan membuat sebuah pola yang tak bisa ditiru oleh orang lain. setelah selesai, ia berikan kembali surat kontrak itu kepada bang sihyuk.

"selamat datang di Big Hit Entertainment, jungkook-ssi. mari kita bersama-sama melakukan yang terbaik di masa depan" bang sihyuk mengulurkan tangan kanannya ke arah jungkook. menyadari hal tersebut, pemuda itu membalas jabatan tangan sang CEO agensi dan memberikan senyum hangatnya. ya, kalian benar. itu adalah senyuman tulus pertama yang jungkook berikan di depan bang sihyuk. sepertinya hubungan mereka berdua mulai membaik. hm, semoga saja.
.
.
.
.
.
.
Fatima Hospital
.
.
sinar matahari yang masuk melalui tirai jendela, berhasil membangunkan pria muda yang kini terbaring di atas ranjang. pria tersebut sedikit mengernyitkan dahi, memfokuskan pandangannya yang masih buram. sepi. hanya suara elektrodiagramlah yang terdengar. tak ada orang yang menyambutnya ketika ia kembali membuka mata. hanya suara beberapa dokter dan perawatlah yang terdengar, meski itupun tak begitu jelas.

pria muda itu menutup matanya, ia berusaha sangat keras untuk kembali tertidur. jujur saja, ia tak siap menghadapi kenyataan pahit yang sedang menunggunya. mungkin alangkah lebih baik jika ia tertidur panjang, dan bangun ketika keadaan kembali normal. hhh, pikiran konyol macam apa itu.

"taehyung-ah? kau sudah bangun?" suara yang terkesan familiar, menghiasi gendang telinga pria muda itu. namun sang pria muda itu tetap memutuskan untuk menutup mata, sengaja tak ingin memberikan tanggapan.

"hyung tahu kau sudah bangun" pemilik suara yang tak lain ialah seokjin, mengulurkan tangannya ke atas dahi taehyung. bukan tanpa alasan ia melakukannya, itu karena seokjin ingin memastikan bahwa suhu tubuh taehyung dalam keadaan normal.

merasa risih dengan kehadiran seokjin, taehyung sedikit membuka matanya dan disambut oleh tawa kecil dokter muda yang menanganinya.

"tidurlah jika kau masih mengantuk. sekitar satu jam lagi, dokter lain akan kembali memeriksa kondisimu" seokjin berujar sembari memeriksa cairan infus yang tergantung di sisi kiri taehyung. tak lupa juga seokjin memastikan tabung oksigen --salah satu penopang hidup taehyung saat ini-- bekerja dengan baik, sehingga dapat membantu pernafasan sang adik.

taehyung tetap terdiam dengan posisi mata kembali tertutup. asal kalian tahu.. ia tidak tidur, ia masih sangat sadar dan merasakan bahwa seokjin masih berada di sampingnya. anehnya, emosinya tak bergejolak hebat seperti kemarin. tapi sebagai gantinya, ada rasa sakit di dalam dadanya. seperti ada lubang yang menganga lebar, namun taehyung tak tahu bagaimana cara mengobatinya. rasa sakit ini bahkan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. dan taehyung benci akan hal ini. bahkan tak terasa, dibalik kelopak matanya yang tertutup.... air matanya mulai mengalir dengan pelan.

"hyung tak akan mengganggumu, tidurlah dengan nyenyak tae" seokjin undur diri. bahkan taehyung mendengar dengan jelas, semakin lama derap langkah kaki itu kian menjauhinya. mengapa rasa sakit di dadanya semakin menjadi-jadi, saat ia tahu seokjin berusaha untuk mulai menjauhinya?

tidak, taehyung tak ingin seokjin pergi.
.
.
tetaplah disini hyung, kumohon jangan pergi.
demi tuhan, aku sangat membencimu, aku tak ingin melihatmu lagi.
tapi, kenapa hati ini terus memaksa untuk memintamu tetap berada disini?
aku........... aku tak mau sendiri.
.
.
taehyung merasa hatinya sedang bergumul tiada henti. ia bahkan tak tahu apa yang salah dengannya saat ini. yang jelas, taehyung merasa bahwa hati dan otaknya tidak saling terhubung dengan baik. dengan kata lain, apa yang otaknya perintahkan tidak sesuai dengan apa yang hati taehyung rasakan.

belum ada lima langkah, seokjin tiba-tiba berhenti. ia menolehkan kepalanya ke arah taehyung kembali. seokjin menatap taehyung dengan lekat, kemudian ia pasang senyum mirisnya.

"......oh iya, sebentar lagi jimin akan kemari. jadi kau tak akan kesepian" setelah memberikan jeda yang cukup lama, seokjin kembali melanjutkan kalimatnya seakan mengerti apa yang menjadi kekhawatiran taehyung.

tanpa menunggu respon dari taehyung, seokjin mulai melanjutkan langkahnya dan bergegas meninggalkan ruangan.

".........hyung" satu kata yang memiliki seribu arti, meluncur begitu saja dari mulut taehyung. suara itu bahkan terdengar seperti lirihan, mengingat kondisi taehyung saat ini tergolong cukup lemah. tapi berterima kasihlah pada situasi ruang yang cukup lengang, sehingga berhasil membuat seokjin diam terpaku ketika mendengarnya.

seokjin masih dalam posisi terdiam membelakangi ranjang taehyung. ia masih ingin membuktikan, bahwa ia tak salah dengar.

".........hyung" benar! seokjin sungguh tak salah dengar. lirihan taehyung kembali mengalun, dan seokjin bukan seorang hyung bodoh yang tak mengenali suara adiknya sendiri. tak menunggu lama seokjin segera menghampiri taehyung. ia sedikit tertegun ketika melihat kedua mata adiknya basah.

"hey, kau menangis?" seokjin mengambil sebuah sapu tangan berwarna abu-abu dari saku celananya. ia usapkan sapu tangan tersebut dengan pelan ke kedua ujung mata taehyung.

"sssh... kau tak boleh terlalu stress dan tertekan, taehyung-ah" rasa senang di hati seokjin, karena setidaknya taehyung mau memanggilnya dengan sebutan hyung.. kini harus tergantikan oleh rasa iba. lihat saja. dalam hitungan jam, perubahan emosi taehyung sudah terjadi selama beberapa kali.

taehyung terisak dibalik masker oksigennya. ia tak ingin menangis. ia tak ingin dilihat sebagai sosok yang lemah. namun itu tak semudah yang orang lain pikirkan. mereka tak pernah tahu apa yang taehyung rasakan. mereka tak pernah peduli dengan penderitaan taehyung selama ini. mereka hanya bisa mengkritik dan memaki, tanpa pernah memberikan solusi.

"ssshhh... apa yang kau inginkan hm?" tanya seokjin lembut.

taehyung tetap terisak, tak mengindahkan pertanyaan dari seokjin.

"kau ingin aku membuka masker oksigennya?"

lagi. pertanyaan seokjin kembali diacuhkan taehyung. pasien sekaligus adik kedua dari dokter kim itu masih berusaha mengontrol tangisnya.

".....atau kau ingin aku memanggilkan dokter yang lain?" sadar dengan pertanyaan itu, taehyung langsung menggeleng dengan cepat.

seokjin menghembuskan nafasnya kasar. ia merasa sedang dipermainkan oleh keadaan. beruntunglah seokjin termasuk dokter muda yang sabar.

"........jungkook. kumohon, temukan jungkook" taehyung mulai membuka suara di tengah isak tangisnya.

mendengar hal itu, seokjin tersenyum simpul.

"tak perlu khawatir, hyung akan menemukan jungkook. cepat atau lambat, ia akan menemuimu. hyung berjanji" seokjin mengangkat tangan kiri taehyung, dan berusaha mengaitkan jari kelingking taehyung dengan miliknya. ya. anggap saja itu adalah suatu tanda perjanjian. hm, janji? benar, janji yang harus ditepati.

"jika perkembanganmu terus mengalami kemajuan, besok kau bisa dipindah ke ruang perawatan. jadi, hyung mohon... kontrol emosimu tae. semua akan baik-baik saja, percayalah" seokjin kembali menenangkan taehyung, diikuti dengan anggukan pelan sang adik. setidaknya ia harus bersyukur, sedikit demi sedikit taehyung dapat menerimanya. meskipun.... ya. itu pasti memerlukan proses yang lama.
.
.
.
.
.
.
.
.
1,5 months later
.
.
.
March 24th, 2016
Seokjin's Apartment
.

seperti pagi di hari-hari sebelumnya, tak ada aktivitas yang berarti di apartemen mewah milik seokjin. mungkin diantara kalian bertanya-tanya, bagaimana bisa seokjin mendapatkan apartemen mewah seperti ini? kim seokjin adalah dokter muda yang berprestasi. memiliki otak yang cerdas, membuatnya sering ikut melakukan riset bersama dokter senior di tempatnya bekerja. tentu saja itu membuat pundi-pundinya bertambah. selain itu juga... sebelum seokjin bertemu dengan adiknya setelah sekian lama, ia adalah seorang yang gila kerja. hal itu ia lakukan untuk menghilangkan stress karena tak kunjung menemukan kedua adiknya. oleh karena itu, apartemen ini hanyalah sebagian kecil yang dimiliki seokjin.

jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, dengan arti lain masih ada waktu 1 jam sebelum dokter muda itu berangkat ke rumah sakit. sembari menghabiskan waktu, seokjin duduk seorang diri di meja makan sambil menyantap sarapan yang dibuat oleh asisten rumah tangganya. bahkan aktivitas makan paginya terbilang cukup hening, hanya ada suara dentingan sendok, sumpit, dan piring yang sesekali terdengar.

sungguh, situasi yang sangat tidak menggambarkan bahwa apartemen ini nyatanya masih dihuni. ah. lagipula seokjin tak mau terlalu ambil pusing, toh ia sudah terbiasa dengan ini semua. setelah selesai sarapan, seokjin melanjutkan aktivitas baru yang sekiranya ia lakukan satu bulan ini. benar, mengunjungi kamar sang adik. kim taehyung.
.
.
"taehyung-ah, hari ini hyung akan pulang sedikit terlambat. kau harus menghabiskan makanmu, oke?" dengan menjinjing tas kerjanya, seokjin menghampiri taehyung yang masih meringkuk dibalik selimut tebalnya.

"jika ada apa-apa, segera panggil bibi atau paman lee. ia bekerja untuk mengurusimu, jadi kau tak perlu sungkan meminta bantuannya" seokjin masih menyempatkan sedikit waktunya untuk duduk di tepian ranjang taehyung, seraya mengusap pelan rambut sang adik. lagi. taehyung tak memberi respon. mungkin lebih tepatnya perkataan seokjin dianggap taehyung sebagai angin lalu.

.

setelah lebih dari satu bulan jungkook menghilang, keadaan taehyung tak kunjung mengalami perkembangan berarti. bukan, ini bukan masalah kesehatan fisiknya.. namun lebih ke mental. benar, hingga kini taehyung masih tak dapat berjalan. berita baiknya, ia sudah tak menuntut agar bisa berjalan kembali. setidaknya, lambat laun taehyung mau menerima keadaan.

saat ini taehyung menjalani sebagian besar hidupnya di atas ranjang. sosok taehyung yang sekarang tidaklah sama dengan kim taehyung yang dulu. kini...... taehyung menjadi sosok yang pemurung. emosinya tak stabil dan ia jarang berbicara. jadi suatu hal yang wajar, apabila ia mengacuhkan lawan bicaranya. hhh... rasanya kursi roda canggih yang seokjin beli untuk taehyung, terbuang sia-sia. bagaimana tidak, taehyung sama sekali tak mau turun dari kasur mewahnya. jika ia ingin pergi ke kamar mandi, ia akan memanggil paman lee untuk menggendongnya. sisanya? jangan harap. seluruh waktunya habis untuk mencari tahu keberadaan jungkook melalui ponsel pintarnya. taehyung seakan tak percaya lagi dengan janji manis seokjin maupun jimin, jadi ia harus turun tangan bagaimanapun caranya. dan hasilnya? nihil. ia sama sekali tak menemukan titik terang, dan itu berhasil membuat taehyung semakin frustasi.

.

"hyung masih memiliki waktu 45 menit sebelum berangkat kerja. jja, apa kau mau hyung suapi? bibi lee memasak masakan kesukaanmu pagi ini" tak bosan-bosannya seokjin mengajak taehyung terlibat pembicaraan, meskipun itu terkesan percuma.

".......mau ya?" tawar seokjin lagi, sembari mengambil sebuah mangkuk putih berisi japchae yang berada tak jauh darinya.

setelah beberapa menit menunggu, akhirnya terlihat pergerakan kecil taehyung di balik selimut. seokjin tahu, taehyung pasti mendengar kalimat yang diucapkannya. walau respon yang didapat selalu tak sesuai dengan apa yang ia harapkan.

"hey...... tidak mau bangun um?" seokjin tersenyum. dokter muda itu sadar, bahwa ia masih melakukan pembicaraan searah. karena pada kenyataannya, beberapa saat lalu taehyung hanya menggeliat pelan tanpa mengindahkan keberadaan seokjin di sampingnya.

"lihat, kau semakin kurus tae..." seokjin sengaja membuka sedikit selimut taehyung lalu mengambil pergelangan tangan kiri sang adik. ia bandingkan pergelangan tangan itu dengan miliknya, dibalas dengan decihan tak suka dari mulut taehyung.

"aku akan semakin merasa bersalah apabila kau tak pernah menghabiskan makananmu, kim taehyung" ujar seokjin seraya mengembalikan posisi tangan taehyung dengan hati-hati.

"apa bedanya kau hidup denganku atau bersama jungkook, jika kau sama-sama tidak makan dengan baik hm?" tanya seokjin pelan tanpa semangat. ia sudah cukup bersabar menghadapi taehyung. mungkin inilah saatnya seokjin mengeluarkan segala keluh kesah mengenai taehyung selama satu bulan ini.

mendengar pertanyaan semacam itu, taehyung membuka selimutnya secara kasar. dan dapat dilihat, bila wajahnya menampilkan ekspresi kemarahan. "tak usah kau bandingkan jungkook dengan dirimu sendiri!" taehyung mulai meninggikan suaranya.

"ah, baiklah maafkan hyung" seokjin sedikit meringis, menyadari bahwa ia melakukan satu kesalahan fatal.

taehyung bernafas cukup menggebu, menandakan bahwa ia sedang menahan emosinya. "jungkook memang tak bisa memberikanku makanan yang enak, tapi setidaknya..... DULU IA SELALU ADA UNTUKKU!" taehyung berteriak. tanpa sengaja ia melempar mangkuk putih yang sedari tadi seokjin bawa. taehyung tak peduli bagaimana pecahan mangkuk dan sisa japchae tersebut mengotori lantai kamarnya. yang jelas ia tak suka jika seseorang menjelek-jelekkan adiknya, termasuk seokjin sendiri. menurutnya, orang lain tak pernah tahu bagaimana jungkook membanting tulang demi dirinya. yang mereka tahu, jungkook hanyalah seorang pemuda biasa tanpa memiliki bakat dan kemauan untuk bekerja keras. bagi mereka yang tak mengenal jungkook, pasti menganggap bahwa bocah itu bodoh dan tak berguna.

"baiklah... baiklah, hyung mengaku salah. maafkan hyung, ne?" seokjin memegang kedua bahu taehyung, memaksa pria muda itu untuk memandang wajahnya. dengan begitu, seokjin ingin membuktikan bahwa ia serius dalam perkataannya.

.

seokjin tak pernah membayangkan bisa bertemu kembali dengan kedua adiknya yang telah lama menghilang. seokjin juga tak pernah membayangkan bisa tinggal bersama dengan salah satu adiknya. baginya, ini terlalu tidak nyata. pria itu tentu saja merasa sangat bersyukur atas apa yang didapatnya hingga sekarang. akan tetapi............. bukan ini yang ia mau. katakan seokjin juga memiliki sisi egois dalam dirinya, ia ingin menikmati segala pencapaian hidupnya bersama kedua adiknya dengan damai. ya. kalian tak salah dengar. damai. de-ngan-da-mai. bukan kehidupan yang semakin rumit seperti sekarang. namun apa daya, seokjin tak bisa mengontrol takdirnya. ia hanya bisa terus berharap dan melakukan yang terbaik.

.

lagi... dan lagi. taehyung tak mau menjawab permintaan maaf seokjin. ia hanya memalingkan wajahnya yang sempat memerah karena menahan marah. ini sudah menjadi hal biasa yang seokjin dapatkan selama ia hidup bersama taehyung, dan ia pun memakluminya.

"bagaimana jika kita makan di restoran sebagai tanda permintaan maaf hyung?" bujuk seokjin lagi. seokjin tahu, taehyung bukanlah anak kecil yang mudah luluh ketika dibujuk. tapi....... tak ada salahnya mencoba kan?

benar dugaan seokjin. taehyung tetap mengabaikannya, yang mau tak mau membuat ia harus menyerah untuk hari ini. dengan berat hati ia serahkan segala yang berkaitan dengan taehyung pada bibi dan paman lee.

"baik-baik di rumah ne? hyung pergi" seokjin beranjak dari ranjang, kemudian bergegas meninggalkan taehyung selama beberapa belas jam ke depan.
.
.
.
.
.

Big Hit Entertainment Office

Dance Studio
.
.
"langkahkan kakimu seperti ini jungkook-ah"

"tempomu terlalu cepat"

"ya, kali ini baru benar. ah, bukan! bukan begitu!"

di salah satu studio milik big hit entertainment, jungkook tengah mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlatih dance. dengan dibimbing oleh beberapa koreografer ternama, ia terus memforsir dirinya hingga tak kenal lelah dan waktu.

"ayo ulangi sekali lagi!" perintah salah seorang koreografer.

"baik, seonsaengnim" jungkook kembali melakukan gerakan diiringi sebuah lagu bertempo cepat. beberapa koreografer di depannya pun mengawasi setiap detail gerakan tubuhnya, hingga tak jarang mereka menginterupsi atau bahkan meminta jungkook mengulanginya dari awal. apakah jungkook merasa gugup? ............apalagi dia tipe orang yang malu untuk tampil di depan banyak orang? oh tentu saja!

di awal masa training, rasa-rasanya jungkook ingin kabur dari tempat ini. mungkin ia akan lebih memilih bekerja part time selama seharian penuh, daripada menjadi trainee di sebuah agensi. bayangkan, tanpa adanya latar belakang seniman atau pendidikan sekalipun... jungkook dipaksa untuk mengikuti aturan ketat perusahaan. selama satu hari dia harus mengikuti training menyanyi, dance, rapp, bermain alat musik, hingga menciptakan sebuah lagu. dan parahnya, itu ia lakukan setiap hari tanpa henti. ia tidak memiliki waktu tidur yang cukup, mungkin tak kurang dari...... 3 jam per hari? belum lagi jika dilakukan evaluasi yang diadakan setiap 2 minggu sekali. jungkook akan semakin ditekan untuk memberikan penampilannya semaksimal mungkin, hingga lebih memilih menggunakan waktu tidurnya untuk berlatih seorang diri. tapi syukurlah, kini jungkook menjadi terbiasa menjalani kegiatan barunya dengan dukungan bang sihyuk, juga para seonsaengnimnya. dengan rutinitas dan dorongan dari orang-orang di sekitarnya, jungkook mulai membangun rasa percaya diri. bukankah percaya diri adalah modal utama untuk menjadi seorang public figure? itulah salah satu kalimat penyemangat untuk jungkook.

"kau selalu salah di bagian ini. harusnya kau melompat di hitungan keempat. satu.. dua.. tiga.. lompat! satu.. dua.. tiga.. lompat!" salah seorang koreografer pria memberikan contoh gerakan yang benar. dengan nafas yang masih terengah, jungkook memperhatikannya dengan seksama sesekali mengikuti gerakannya.

"ulangi sekali lagi" pinta sang koreografer.

"ne seonsaengnim!" jungkook menjawab dengan mengumpulkan semangatnya kembali.

tak peduli dengan hoodie dan topi hitamnya yang basah karena keringat, jungkook terus menari. selelah apapun tubuh jungkook, sederas apapun keringat yang mengucur.... ia hanya bisa mengikuti perintah sang koreografer. semakin ia bermalas-malasan, tekanan yang dihadapinya semakin tinggi. tak ada jalan lain.... selain berlatih lebih keras.


sekali lagi. jungkook kembali menari. kali ini tak ada interupsi yang ia dapatkan di tengah tariannya. hal ini membuat jungkook sedikit mengulas senyum. paling tidak, para pelatihnya puas dengan cara menari jungkook hari ini.

"cukup untuk hari ini, jungkook-ah. masih ada beberapa gerakan yang harus kau perbaiki. aku tak mau tahu, besok pagi kau harus menunjukkan perkembangan yang signifikan" mendengar pendapat koreografer yang lain, membuat senyum jungkook memudar. ternyata perkiraannya salah. di mata para pelatih, tariannya jauh dari kata sempurna. sepertinya ia harus mengatakan selamat tinggal pada jatah tidurnya malam ini.

"baik seonsaengnim, aku akan berusaha lebih keras" jungkook membungkukkan badannya di depan para pelatih sebagai tanda hormatnya.
.
.
.
.
.
.
Music Studio
.
"selamat siang seonsaengnim" jungkook memasuki studio musik sambil sedikit merunduk. sudah menjadi rutinitas baginya, setelah berlatih dance ia langsung menuju studio musik untuk berlatih vokal. salah satu sesi favorit jungkook.

"bagaimana jungkook-ah? sudah siap dengan lagunya?" tanya pelatih vokal. sekedar informasi, jungkook diberikan waktu selama satu malam untuk mempelajari sebuah lagu berbahasa inggris. lagu tersebut telah ditentukan oleh sang pelatih, nothing like us milik justin bieber. kelemahan terbesar bagi jungkook berada pada lagu berbahasa inggris, terlebih untuk cara pengucapan. beruntunglah jungkook pernah beberapa kali mendengar lagu itu, sehingga ia hanya perlu menghafal lirik dan memperbaiki teknik-teknik bernyanyinya.

jungkook tersenyum sedikit tak percaya diri. ".......akan kucoba"

jungkook berdiri di depan pelatihnya sembari membuka catatan lirik miliknya, sedangkan sang pelatih sendiri mengiringinya menggunakan sebuah piano. jungkook mengambil nafas dan kemudian memulai untuk bernyanyi.

Lately I've been thinkin',
Thinkin' bout what we had,
I know it was hard,
It was all that we knew, yeah

jungkook terhanyut dalam nyanyiannya.

Have you been drinkin'
To take all the pain away?
I wish that I could give you what you deserve...

"hati-hati dengan tempo, jungkook-ah" sela sang pelatih di tengah jungkook bernyanyi.

mendengar arahan sang pelatih, jungkook hanya menganggukkan kepala sambil tetap melakukan aksi bernyanyinya.

'Cause nothing can ever,
Ever replace you.
Nothing can make me feel like you do, yeah.
You know there's no one
I can relate to.
And know we won't find a love that's so true..

"jangan pernah ragu ketika masuk ke bagian reff" pelatih vokal itu terus memberikan arahannya.

jungkook memberikan anggukkannya kembali. ia bernyanyi sambil menutup mata, menikmati setiap dentingan piano yang menjadi latar belakang musiknya. ia bernyanyi menggunakan hati. bagaimana tidak, sebagian arti dari lagu ini mengingatkan ia pada masa lalunya yang berat. setiap kata demi kata ia nyanyikan seraya membayangkan perjuangan beratnya bersama sang kakak.

There's nothing like us,
There's nothing like you and me,
Together through the storm.
There's nothing like us,
There's nothing like you and me,
Together, oh

"aku tak tahu apakah lagu ini memang berarti untukmu, atau ada alasan lain dibaliknya. menurutku ini salah satu cover lagu terbaik yang pernah kudengar. kau begitu menghayati hingga membuatku merinding" pelatih vokal wanita itu memberikan pendapat jujurnya.

mendengar hal itu, jungkook tersenyum sambil membungkuk dan mengucapkan rasa terima kasihnya. "terima kasih seonsaengnim"
.
.
.
.
.
tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 1 malam. dan jungkook masih berada di area kantor Big Hit.. ia baru saja menyelesaikan pelatihan menciptakan sebuah lagu, dan disinilah sekarang. kembali di studio dance. tak ada waktu untuk beristirahat. ia harus menyempurnakan gerakan dancenya untuk besok pagi. selama ia meminum beberapa tablet vitamin, ia tak akan jatuh sakit. begitu pikirnya.

jungkook memutar sebuah lagu dengan volume sedang. ia berdiri di depan kaca, dan memulai kembali aksi menarinya. ia terus mengulang gerakan tersebut hingga merasa tariannya layak untuk dilihat para pelatih.

"ayolah jungkook-ah, kau bisa!" serunya ditengah nafas yang memburu.

masih belum menyerah, ia kembali menarikan tarian yang sama hingga tenaganya benar-benar habis.

"belum saatnya untuk menyerah. lakukan lebih keras lagi!" jungkook terus menyerukan kalimat penyemangat untuk dirinya sendiri. hingga akhirnya ia jatuh terlentang di atas lantai kayu studionya. ia tidak pingsan, hanya kehabisan tenaga. dilihatnya langit-langit studio tersebut hingga tak menyadari bahwa pikirannya sudah terbang menjauh.
.
.
.
.
.
taehyung hyung, apa seperti ini yang dulu kau rasakan?

maaf.... kupikir kau melakukannya dengan perasaan senang tanpa terbebani.

kau begitu menikmati waktumu, hingga aku sempat berfikir bahwa kau telah mengabaikanku.

tapi ternyata aku salah. sebaik apapun bakat yang kita miliki, tetap saja ini terasa sangat berat.

maaf hyung, dulu aku menyepelekan kegiatan training yang kau ikuti.

dulu aku tak pernah mau mengerti ambisi besarmu.

padahal jelas-jelas kau mendambakan untuk menjadi seorang artis. tak sepertiku.

dengan latihan super keras yang kuikuti selama ini, berhasil membuatku memiliki mimpi dan ambisi.

aku ingin menyalurkan bakatku. aku tak mau kehilangan kesempatan ini.

dengan pengorbanan yang kulakukan hingga mencapai titik dimana aku berdiri sekarang, aku takut........... takut tak bisa meraih mimpi itu.

dulu..... aku memang berusaha mengerti apa yang kau rasakan. bagaimana perasaan kecewa yang kau alami saat itu.

tapi sekarang.......... pada akhirnya, aku tahu bagaimana hancurnya hatimu ketika mimpi itu lari dari kehidupanmu. karena aku sendiri tak bisa membayangkan jika itu terjadi padaku.

aku akan bekerja keras, dan membuktikan pada semua orang........ bahwa aku patut dibanggakan!

meskipun, mungkin nantinya aku harus menjadi orang lain................ aku akan mewujudkan mimpimu, hyung.
.
.
.
.
.
TBC
.
.
HAHAHAHAHAHA AKU BISA UPDATE CEPET TERNYATA!!!! *sambil mengusap keringat darah*
4400++ words! ini adalah chapter terpanjang di ff himnaeseyo. semoga kalian ga bosen bacanya hahaha
besok buat chapter depan, apa perlu kupangkas dibagi jadi 2 chapter?😏
ga banyak cincong deh, sangat ditunggu vote dan komennya. buatlah aku bersemangat untuk menyelesaikan ff ini. wkwkwkwk
see you next chap! :*********
P.s buat ending, pada mau happy ending atau sad nih? terus kenapa? kasih jawaban kalian di kolom komentar ya hihi. pengen tahu kesannya aja, thankyouuu!

Continue Reading

You'll Also Like

299K 26.4K 51
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...
43.6K 6K 29
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...
784K 57.9K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
724K 67.6K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...