EL

By Luluk_HF

32.4M 1M 79.8K

(NOVEL TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN SEGERA DIFILMKAN) "Kamu tau, Mario..." "Aku merasa seperti hujan dan kamu se... More

PROLOG - I'm KING
Pertemuan Singkat - the King -
Penyihir Kecil !!
I'm QUEEN
Pertemuan Singkat - the queen -
" LO-!!! "
Penculikan
Guardian
Don't Do That Again, Ify !!
Anak Baru!!
Gue bukan Tuan Putri !!
Freedom for 5 Days !
Kita Tetanggan ?? Hell ~
Penyihir Kecil level Akut !
First Kiss ~,~
Salah orang !
Aku siapa ??
Si angkuh dan Si Penganggu !
Priority
.Despair.
Cinta beda usia.
Proposal~
Side to Side
Kejadian.
Kesalahan Fatal, Mario!
Penyesalan terbesar!
Dimana kamu Dafychi?
Gadis kecil
Perpisahan
Romantic-Night
Selamat malam, suamiku.
Selamat malam, istriku
Aku Pamit, Mario.
Langit dan Hujan.
Titik Cerah!
Penelfon?
OH GOD!
Pregnant ?
Merdeka!
Ampun!
Chicken-Rainbow!
Bertahanlah!
Tuhan dan Mama
KAPAL PESIAR
Nama Bayi
Short-story
Sebuah Petunjuk Nyata!
LAST PART
CUAP-CUAP AUTHOR (1)
INFO BONUS PART
#MENUNGGUNOVELEL - SATU
Remember Them (satu)
FIX COVER NOVEL EL DAN INFO PENGUMUMAN GA
Remember Them - Tiga
Remember Them - Empat
PRE ORDER NOVEL EL DIBUKA
COVER BARU DAN FILM NOVEL EL
MEET AND GREET DAN NOBAR #ELTHEMOVIE

Kak Ando.....

269K 17.5K 7.2K
By Luluk_HF


Ify merasakan sesuatu berat menimpa kepalanya, terasa nyerih dan sakit. Kedua matanya mengerjap, terbuka, cahaya lampu menyilau masuk ke dalam retina-nya. Tanganya bergerak memegangi kepala, butuh beberapa menit sampai kesadaranya benar-benar penuh.

"Ak...aku dimana?"

Ify mengedarkan pandanganya, bau menusuk obat-obatan tercium di salah satu inderanya, Ify mengerang.

"Kamu udah nggak apa-apa sayang?" tanya seseorang yang begitu familiar,

"Rio..." lirih Ify lemah. Ify tersenyum singkat sembari menggeleng.

Tiba-tiba ia teringkat akan sesuatu yang membuat tubuhnya seketika menegang dan hatinya mulai cemas, tak tenang. Ia teringat akan kakaknya, Ando!. Ify menatap Rio

"Dimana Kak Ando?"

"Dia dimana?"

"Dia selamat kan?"

"Dia dimana yo? Dimana Kak Ando?"

Rio berjalan mendekati Ify, mencegah Ify yang akan turun dari kasurnya.

"Fy, tenang. Tenang Dafychi"

"Aku mau ketemu sama Kak Ando! Tolong dia yo! Dia kesakitan di tempat gelap!"

"Tolong diaa!!!" teriak Ify tak bisa menyembunyikan rasa takutnya.

Rio memegangi bahu Ify erat.

"Ando selamat! Dia juga di rawat di rumah sakit ini!"

"Ando masih hidup Fy! Dia selamat!" jelas Rio

Tubuh Ify melemas, napasnya berhembus penuh kelegaan. Ia benar-benar sangat khawatir dengan keadaan sang kakak. Ify memegangi kepalanya, jujur ia tidak tau dan tidak ingat kenapa dia tiba-tiba sudah berada di rumah sakit.

"Ak... Aku ingin bertemu kak Ando, yo"

"Aku ingin bertemu dia" pinta Ify memohon.

Rio menggelengkan kepalanya.

"Kamu masih sakit Fy, Keadaan Ando juga sangat lemah, dia baru saja melewati masa kritisnya" ucap Rio menjelaskan.

Ify meraih tangan Rio, mengenggamnya erat, menatap suaminya dengan tatapan memohon.

"Yo... sebentar saja"

"Aku mohon"

"Aku hanya ingin lihat wajah Kak Ando. Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja" pinta Ify, rautnya tersirat ketakutan yang besar.

Rio menghela berat, tidak tega dengan istrinya. Rio memilih mengalah, menganggukan kepalanya.

"Yaudah, tapi sebentar ya"

"Iya" jawab Ify mengembangkan senyumnya. Ia terlihat sangat senang

****

Rio mendorong kursi roda Ify masuk kedalam kamar rawat Ando yang hanya bersebrangan dengan kamar Ify. Mereka menemukan seorang suster yang sedang mengganti seprai kasur Ando.

Rio dan Ify mengertikan kening mereka.

"Dimana pasien disini, Sus?" tanya Rio kepada suster tersebut.

Suster itu terlihat sedikit kaget dengan kedatangan Rio dan Ify yang tak menimbulkan suara. Suster itu menghentikan aktivitasnya sebentar.

"Tuan Ando meminta untuk ke rooftop bersama Papa-nya, Dia memaksa sekali untuk kesana padahal kondisinya masih lemah sekali "

"Tuan Ando juga memaksa untuk melepaskan alat medisnya yang harusnya tidak boleh dilakukan, karena bisa membahayakan dirinya sendiri" jelas suster itu begitu detail.

Ify mulai panik kembali.

"Yo ayo kita ke rooftop, Ayoo yo! Aku ingin kesana! Aku ingin bertemu Kak Ando"

"Ayo yo!!" rengek Ify memaksa.

"Iya Dafychi, Ayo kita kesana"

Ify mengangguk cepat, mereka berdua beranjak dari sana menuju ke rooftop rumah sakit. Ify sangat tidak sabar bertemu dengan kakaknya. Bayang-bayang kesakitan kakaknya ditempat gelap itu memutari pikiranya, dan terasa menyakitkan dan menusuk di dadanya.

***

Ify membuka pelan-pelan pintu rooftop, Rio membantu Ify dengan sabar. Mereka berdua keluar dari pintu itu tanpa menimbulkan suara tidak ingin menganggu dua orang yang samar-samar sedang berbincang serius.

"Berhenti yo" ucap Ify. Ia meminta agar Rio berhenti mendorongnya. Ify tak ingin menganggu kakaknya dan papanya yang sedang berbincang di sebuah kursi panjang dekat pembatas rooftop ditemani cahaya bulan dan gemerlap bintang diatas langit hitam.

Ify dan Rio berdiri di dekat sebuah pilar besar, mereka hanya bisa melihat punggung dua orang yang duduk disana. Ando dan Mr. Bov. Ify melebarkan daun telinganya, mendengarkan baik-baik percakapan mereka berdua.

"Bulan purnama ya Pa"

"Bentuk bulan yang disuka Mama" suara Ando terdengar lemah.

Ando mengangkat kepalanya, melihat pemandangan langit yang begitu cantik. Ando tersenyum kecil, membiarkan angin malam menerpa wajahnya. Ia menahan rasa dingin yang menusuk-nusuk di sekujur tubuhnya. Ando memegangi perutnya, terasa masih sakit.

Ando melirik ke samping, melihat papa-nya. Pria paruh baya itu hanya diam, dengan tatapan kosong ke depan. Ando tersenyum lagi, kemudian memutar pandanganya, kembali melihat ke atas langit.

"Kalau di ingat-ingat, hari kematian Mama juga ketika Malam bulan purnama"

Suara helaan berat terdengar dari samping Ando. Mr. Bov meluruskan kedua kakinya, mengambil oksigen sebanyak mungkin disekitar. Raut wajah beliau nampak begitu berat.

"Ando jadi kangen sama Mama"

Ando tertawa pelan. Kedua tanganya mengepal, menahan getaran di sekujur tubuhnya. Ando merasakan tubuhnya sangat dingin. Ia tau bahwa kondisinya sangat lemah.

"Papa..." panggil Ando.

"Hmm?" sahut Mr. Bov singkat tak berani memandang Ando, beliau tetap menatap lurus.

"Ando pingin ketemu Mama"

Hening! Tak ada yang membuka suara lagi. Mr. Bov mati-matian menyembunyikan keterkejutannya. Beliau sekali tetap mencoba untuk tenang. Mendengarkan saja curahan dari anak sulungnya.

"Se...Se...Sekarang?" tanya Mr. Bov memberanikan diri.

"Iya. Setelah Ando selesai ngobrol sama Papa." Jawab Ando datar.

Mr. Bov menghela berat, ia merasa aura di sekitarnya terasa sangat kuat dan semakin dingin.

"Kamu ingin ngobrol apa? Papa akan dengerin"

"Papa mau dengerin?" tanya Ando dengan senang.

"Tentu saja" jawab Mr. Bov dengan kepala mengangguk paksa.

Ando tersenyum kecil. Tanganya meraih tangan kiri sang papa, mengenggamnya erat.

"Papa tau? Kalau Ando terkadang iri sama Ify?"

"Papa begitu sayang sama Ify."

"Tapi Ando nggak pernah marah atau kesal sama Papa. Karena Ando tau yang papa lakukan itu untuk melindungi Ify. Papa sayang sama Ify seperti Ando juga sayang sama Ify"

"Ando hanya sedikit iri saja"

Ando melepaskan genggamanya, pandanganya lurus ke depan, mengikuti papanya.

"Ando sudah menepati janji Ando ke Papa"

"Ando melindungi Ify dengan nyawa Ando sebagai taruhanya"

"Dan Ando tidak pernah menyesali itu"

"Karena Ando sangat sayang sama adik Ando."

Ando menghela pelan, kepalanya ia angkat lagi. Ia menatap ke langit, dan tersenyum.

"Ando boleh pergi sekarang pa?"

Mr. Bov terdiam sejenak. Dadanya terasa sakit mendengar pertanyaan itu.

"Kalau papa melarang, kamu tetap akan pergi?" tanya Mr.Bov dengan suara serak. Kedua mata beliau memanas.

"Tentu saja. Ando ingin bertemu Mama. Kasihan Mama sendirian disana" jawab Ando menyunggut.

"Ando boleh pergi kan pa?" tanya Ando lagi, nada suaranya terdengar tanpa beban.

Kedua tangan Mr. Bov terkepal kuat, keringat dingin menuruni pelipisnya. Dengan susah payah Mr. Bov berusaha menjawab pertanyaan Ando.

"I...Iya.... Bo...Boleh"

"Makasih Pa. Ando akan jaga Mama disana. Ando janji. Seperti Ando jaga Ify disini"

Kepala Mr. Bov tertunduk, ia sama sekali tidak berani menatap putranya. Beliau tidak ingin memperlihatkan kerapuhanya. Beliau tidak ingin melihat Ando sedih.

"Papa" panggil Ando lagi, kali ini suaranya terdengar sangat riang.

"Hm?"

"Papa ada pesan nggak untuk Mama? Biar nanti Ando sampaikan"

Mr. Bov mengigit lidahnya sendiri dengan kuat. Kedua matanya berkaca-kaca, menatap ke bawah dengan bahu bergetar. Mendengar suara Ando yang begitu semangat membuat hatinya sangat sakit, dadanya sesak, ia merasakan seperti ada yang menusuk-nusuk sekujur tubuhnya.

"Pa? Ada nggak? Ando tau papa pasti kangen sama Mama. Ando akan be...."

"Ada Ando." Potong Mr. Bov cepat.

"Apa Pa? Katakan! Ando akan sampaikan" sahut Ando antusias.

Mr. Bov mengangkat kepalanya, menatap lurus. Beliau menarik napas dalam-dalam dan menghembuskanya. Otaknya mulai merangkai kata-kata yang pantas untuk disampaikan ke istrinya.

"Sampaikan ke Mama kamu. Papa minta maaf, Papa nggak bisa jaga anak sulung Papa"

"Sampaikan ke Mama kamu. Papa minta maaf, papa nggak bisa buat putra sulung papa bahagia"

"Sampaikan ke Mama kamu, Papa minta maaf, papa belum bisa jadi ayah yang baik bagi putra sulung Papa"

"Sampaikan ke Mama kamu....."

Mr. Bov menghentikan kalimatnya, bibirnya terasa keluh, tak mampu melanjutkanya lagi. Mr. Bov memejamkan kedua matanya, bersamaan itu juga aliran hangat terjatuh lepas dari pelupuknya, membasahi pipi keriput Mr. Bov.

"Sampaikan ke Mama kamu, Papa sangat sayang ke putra sulung Papa"

"Sangat!"

Ando menatap papanya yang menangis dalam diam, Ando tersenyum kecil, tanganya bergerak, menepuk pelan punggung papanya.

"Ando juga sayang sama papa. Ando sayang sama Ify. Ando sayang sama Iqbal"

"Papa jangan sedih. Ando pergi karena Ando ingin jaga Mama disana"

"Ando akan sampaikan pesan papa ke Mama. Ando pasti akan sampaikan semuanya"

Mr. Bov mengangguk-anggukan kepalanya lemah. Birbirnya bergetar, tertahan untuk mengeluarkan suara isak. Mr. Bov memukul dadanya yang semakin sesak.

Ando menajuhkan tanganya, kembali menatap ke depan. Tatapanya hampa.

"Ma... Maafkan Papa. Ando"

"Papa minta maaf"

"Maafkan Papa. Papa begitu keras sama kamu, Papa nggak pernah bisa tunjukan rasa sayang papa ke Kamu. Maafkan papa"

"Papa minta maaf"

Ando menggelengkan kepalanya, berusaha tetap tersenyum.

"Papa nggak pernah salah. Ando tau papa sayang sama Ando. Hanya saja papa menunjukanya dengan cara yang berbeda"

Ando menguap sebentar, kedua matanya mulai berat dan semakin terasa dingin.

"Pa..."

"Iya?"

"Ando ngantuk" lirih Ando.

"Kamu mau tidur? Ayo kita masuk. Kamu harus pa...."

"Ando tidur disini saja. Ando cuma tidur sebentar kok"

Ando menggerakan tubuhnya dengan susah payah, ia membaringkan badanya di tempat duduk panjang itu. Ando menatap langit-langit diatas sana yang semakin terlihat indah.

Bintang diatas sana seperti sedang tersenyum ke arah Ando. Bulan purnama seolah melambaikan tangan ke Ando. Senyum Ando mengembang.

"Ando tidur ya pa" ucap Ando lemah.

"I....ya..." sahut Mr. Bov bergetar. Beliau masih saja menatap ke depan, sama sekali tak berani memandang putranya.

"Jangan bangunin Ando Pa"

"I....ya...."

Mr. Bov tak mendengar lagi suara Ando. Hening, sepi dan dingin begitulah situasi yang dapat tergambarkan malam ini. Kepala Mr. Bov tertunduk, isakan kecil mulai terdengar keluar dari bibirnya. Tubuhnya bergetar hebat.

"Ando..." panggil Mr. Bov serak.

"Jangan lupa sampaikan pesan Papa ke Mama ya"

"Ja... Jangan sampai lupa"

"Jaga Mama baik-baik disana. Jangan sampai Mama terluka"

"Kamu harus bahagia disana bersama Mama"

"Suatu saat, Papa akan nyusul kalian. Pasti itu"

"Tunggu Papa"

Tak ada jawaban dari pria disampingnya. Ando benar-benar tertidur. Ya... Tertidur untuk selamanya.

Mr.Bov menutup wajahnya dengan kedua tanganya, meluapkan rasa sesal, rasa sedih dan rasa pedihnya yang begitu buruk menjadi seorang ayah.

"Papa minta maaf Ando"

"Maafkan Papa"

"Maaf, Papa sama sekali nggak bisa jadi papa yang baik buat kamu"

"Maaf"

"Papa minta maaf Ando"

Di tempat yang tidak jauh dari kursi panjang itu, didekat pilar, seorang gadis yang tengah duduk diatas kursi roda sedang mati-matian menahan isakanya yang ingin keluar. Gadis itu menahan agar tidak berteriak. Kedua matanya sembab, kedua matanya basah karena aliran air mata yang begitu deras dan terus keluar bak banjir bandang di pipinya.

"Kak... Ando"

"Kak....."

"Kak Ando...."

****

Ify masuk kedalam rumahnya yang telah dipenuhi banyak orang berpakaian serba hitam. Termasuk dirinya. Hari ini sang kakak akan dimakamkan. Sejak kejadian di rooftop, Ify meminta segera pergi dari sana. Ia masih belum terima.

Ify tak berani bertemu Ando. Sama sekali. Bahkan sampai sekarang, ia juga masih belum bisa menerimanya.

Semua mata mengarah ke Ify, gadis itu berjalan dengan lemas. Tubuhnya mulai bergetar, kedua matanya memanas sedari tadi. Ify melihat ada Sivia yang tersenyum ke arahnya, Ify segera mengalihkan pandanganya, ia merasa tak pantas dapat senyum itu.

Ify menyalahkan dirinya atas kematian kakaknya. Yah.... Semua karena dirinya. Kalau saja ia tidak meninggalkan sang kakak, kalau saja ia tidak mengalah, kalau saja sang kakak yang naik kemarin, mungkin kakaknya akan selamat.

Langkah Ify terhenti di ruang tengah, tempat kakaknya dibaringkan dan telah ditutupi dengan kain putih. Ify berjalan mendekat dengan sisa keberaniannya.

BRUKKK

Tubuh Ify terjatuh, ia berlutut di depan tubuh kakaknya. Tangan Ify bergerak, membuka kain putih itu, Ify ingin melihat wajah kakaknya untuk terakhir kali.

Bahkan sampai kemarin malam pun Ify tak pernah membayangkan bahwa kakaknya akan pergi meninggalkanya. Selamanya.

Air mata Ify terjatuh begitu saja, menetes demi tetes membentuk aliran kecil di pipi pucatnya. Ify dapat melihat jelas wajah tenang, tampan dan pucat sang kakak. Ify menyentuh pipi Ando, membelainya.

"Kak Ando...." panggil Ify pelan.

Ify berusaha mengangkat kedua sudut bibirnya.

"Kak Ando sudah ketemu Mama?"

"Kenapa Kak Ando semalam cuma tanya ke Papa? Padahal Ify juga ada pesan untuk Mama" sunggut Ify berpura-pura kesal.

Ify mengigit bibirnya, menahan isakannya.

"Kak Ando dengerin Ify ya. Sampaikan ini ke Mama. Ify mohon"

Ify menarik napasnya kuat-kuat, mencoba tidak menangis, menguatkan dirinya. Ify memaksa tersenyum.

"Bilang ke Mama, kalau Ify kangen sama Mama. Ify juga ingin ketemu sama Mama. Pasti menyenangkan"

"Bilang ke Mama, kalau Ify sayang sama Mama"

"Bilang ke Mama ya kak, Ify minta maaf, karena demi menjaga Ify, Kak Ando selalu terluka dan sengsara"

"Bilang ke Mama ya Kak, Ify minta maaf, karena Ify, Kak Ando nggak pernah bahagia"

"Bilang ke Mama ya kak, Ify minta maaf, karena Ify nggak pernah nurut sama kak Ando, selalu jahat sama Kak Ando"

"Bilang ke Mama juga kak, Ify minta maaf karena udah rebut kasih sayang papa dari Kak Ando. Maaf kak"

Ify bergerak mendekat, mencium kening kakaknya sangat lama. Membiarkan air matanya menetes di kulit Ando. Ify merasakan dingin yang luar biasa di bibirnya. Dengan cepat, Ify menajuhkan tubuhnya.

"Maafin Ify kak. Karena Ify kakak seperti ini"

"Kenapa kakak selalu saja mengalah? Kenapa sekali saja kakak nggak pernah mikirin diri kakak? Kenapa selalu Ify? Ify? dan Ify?"

"Kakak bodoh banget sih!"

"Kalau kakak pergi seperti ini? Siapa lagi yang akan jaga Ify? Siapa yang jaga Papa? Siapa yang jaga Iqbal?"

"Nggak akan ada lagi yang marah-marah ke Ify? Nggak ada lagi yang marah-marah ke Iqbal. Nggak ada lagi polisi ganteng di kompleks ini"

"Dan siapa lagi yang harus Ify panggil Kakak?"

"Ify nggak punya kakak lagi. Ify nggak punya kakak lagi. Ify nggak punya kakak lagi"

Ify merasakan tubuhnya direngkuh oleh seseorang. Ify menggerakan kepalanya, menatap orang tersebut. Papanya. Mr. Bov membelai lembut rambut Ify.

"Sudah ya sayang. Biarkan kakak kamu tenang disana. Kakak kamu pasti sudah bertemu mama disana"

"Kamu ja...."

"Papa, Ify nggak punya kakak lagi?" tanya Ify pedih.

Mr. Bov terdiam, tak bisa membalas. Kenyataan yang begitu pait baru saja menyadarkanya.

"Papa pernah janji kan sama Ify? kalau papa bakalan kabulkan semua permintaan Ify?"

"Papa hidupkan lagi Kak Ando bisa?"

"Papa bisa kan? Pakai semua uang papa. Keluarkan semua kekayaan papa"

"Panggil dokter-dokter pintar di seluruh negara. Suruh kesini Pa. Suruh mereka sembuhkan kak Ando. Suruh Kak Ando bangun lagi"

"Ify nggak mau nggak punya kakak. Ify nggak mau kakak Ify pergi papa"

"Kalau Ify nggak punya kakak, nanti Ify sakit siapa yang jaga? Kalau Rio pergi ke luar negeri, kalau papa pergi kerja lama, kalau Iqbal ada camp di luar kota, Ify sama siapa papa?"

"Siapa yang mau bangunin Ify pagi-pagi? Siapa lagi yang mau pakaikan kaos kaki Ify, siapa yang mau pakaikan seragam Ify? Siapa yang mau menata rambut Ify? Siapa yang lakuin itu?"

"Ify udah ngak punya Mama, Ify nggak mau nggak punya kakak! Ify nggak mau!!"

"Ify Cuma punya Kak Ando"

"Ify cuma punya Kak Ando, Papa"

"Cuma Kak Ando yang selalu jaga Ify tanpa pamrih. Cuma Kak Ando yang mau ngorbanin nyawanya demi Ify"

"Ify nggak mau Kak Ando pergi. Ify nggak mau"

Mr. Bov menghapus air mata Ify.

"Papa , Ify mohon. Suruh Kak Ando bangun. Suruh Kak Ando nggak pergi"

"Ify mohon Pa"

Mr. Bov membelai pipi pucat anak gadisnya.

"Papa jangan diam aja!! Jawab pa!!"

"JAWAB IFY PA!!"

"Papa lakukan sesuatu!!!"

"IFY MOHON!!"

"PAPA!!!!" jerit Ify keras.

Ify menepis kasar tangan papanya, ia merasa papanya sama sekali tak berguna. Ify mengedarkan pandanganya ia mencari seseorang yang pasti sangat bisa membantunya sekarang. Ify membalikkan badanya, menatap seorang gadis di ujung dekat sofa, gadis itu sedang menatapnya dan tersenyum nanar.

Ify merangkak mendekati gadis itu. Sivia.

"Sivia" panggil Ify memohon.

"Lo bisa kan bangunin Kak Ando? Bisa Kan Vi? Bisa kan?"

Sivia menggeleng lemah.

"Maaf Fy" hanya itu yang bisa Sivia katakan.

Ify membuka tasnya dengan cepat, ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tasnya. Kemudian ia menyodorkannya ke Sivia.

"Sivia ini cincin yang Kak Ando beli buat kamu. Dia mau ngelamar kamu Vi"

"Kamu mau kan nikah sama Kak Ando? Mau Kan Vi?"

"Bangunin dia Vi! Kalian harus menikah!! Kalian harus menikah!"

"Ayo Vi, bangunin dia! Buat dia pakaikan cincin ini di jari manis kamu!"

"Ayo Vi" paksa Ify sangat memohon.

Ify menatap Sivia yang hanya diam, tatapanya begitu hampa.

"Vi, Lo cinta kan sama Kak Ando? Lo janji kan bakalan nikah sama dia?"

"LO JANGAN DIAM AJA SIVIA!!!"

"SELAMATKAN KAK ANDO! GUE MOHON"

"GUE MOHON VI!" teriak Ify sangat frustasi.

"Maaf Dafychi, gue nggak bisa"

Tubuh Ify melemas, ia tertunduk lemah. Menangis dalam diam. Ify menatap kedua kaki Sivia di depan matanya. Hatinya terasa hancur dan rapuh. Kakak satu-satunya telah pergi dan itu karena dirinya. Kakaknya mengorbankan nyawanya hanya untuk dia.

"Sivia...."

Tangan Ify bergerak, menyentuh kedua kaki Sivia yang terasa dingin.

"Maafin gue Vi"

"Maafin gue"

"Gue minta maaf, gue yang buat Kak Ando meninggal. Maafin gue"

"Maaf. Karena gue lo harus kehilangan Kak Ando."

"Maaf, karena gue lo nggak kehilangan orang yang paling lo sayang"

"Maafin gue Via, karena gue lo harus ngerasain kehilangan lagi"

"Gue minta maaf Sivia"

"Maafin gue. Maaf. Maaf Sivia"

"Maaf"

"Maaf"

"Maaf"

"Maaf"

Ify merasakan energi ditubuhnya melemah, pengelihatanya memburam, perlahan menghitam dan bertambah gelap. Sampai akhrinya ia tak dapat melihat apapun lagi.

****

"Dafychi!!!"

"Dafychi!!"

"Dek!!"

"Dafychii!!!"

"Kamu kenapa?"

"Kamu kenapa Fy?"

"Kenapa kamu nangis?"

"Dafychi!!!"

"Kenapa kamu nangis?"

"Dafychi!! Jawab Kakak!"

"Dafychi!!"

DEGGG

Ify tersadarkan, tubuhnya tersentak hebat, dan menegang begitu saja. Kedua mata Ify terbuka sempurna, melihat orang dihadapanya.

"Ka...Ka...Kak Ando" lirih Ify serak.

Ify dapat melihat jelas bahwa di hadapanya benar-benar kakaknya, Ando.

"Kamu kenapa tiba-tiba nangis?"

"Perut kamu sakit? Apanya yang sakit?"

"Kenapa kamu sampai menangis seperti ini Dafychi?" pria itu sangat cemas dan tengah sibuk membersihkan air mata serta ingus dihidung Ify yang entah sejak kapan mengalir begitu banyak tanpa Ify sadari.

Ify mengumpulkan kesadaranya terlebih dahulu. Ia berasa bahwa dirinya baru saja pergi ke alam lain dan kembali terlempar ke dunia nyata? atau sebaliknya? Ify benar-benar bingung sekali dan masih merasa gemetar karena ketakutan. 

Ify mengedarkan pandanganya, ia melihat rumahnya, ia melihat beberapa mobil berada di depan rumahnya, dan ia melihat kakaknya berdiri di hadapanya, dan masih hidup!. 

 Ify menatap Ando lekat.

Sang kakak masih  memakai tuxedo rapi dan sangat tampan, pandangan Ify menurun, melihat ke dirinya sendiri. Ia masih mengenakan gaun yang ia pakai untuk ke ulang tahun perusahaan papanya.

Ify mengigit bibirnya, berpikir keras. Namun, percuma saja ia tidak mendapatkan jawaban apapun tentang kejadian yang membuatnya menangis.

"Kak kita dimana?" tanya Ify bingung.

Ia benar-benar tak mengerti situasi apa yang baru saja menyerangnya.

Ify menatap Ando yang menatapnya balik dengan kening berkerut.

"Apa maksud kamu dimana? Ya kita masih di depan rumah"

"Kamu dari tadi diam. Lihatin kakak terus tiba-tiba nangis nggak jelas. Kakak panggil-panggil kamu sama sekali nggak nyahutin dan terus nangis sampai terisak hebat!"

"Kamu kenapa Dafychi?"

Ify terdiam, pikiranya semakin kacau. Lalu yang terjadi tadi? Apa? Hanya ilusinya? Hanya bayanganya? Hanya lamunanya? Atau dia bisa melihat masa depan? Ify tidak mengerti. Sama sekali tidak paham. 

Kejadian itu benar-benar terasa nyata dan mengerikan. Ify menggelengkan kepalanya, untuk menghilangkan pikiran kejadian itu dari otaknya! .Ify hanya bisa menghela berat. Ia menenangkan hati dan pikiranya yang masih kacau. 

Detik berikutnya, Ify menatap Ando lagi, pria itu masih terlihat cemas, raut wajahnya gusar. Tanpa sadar Ify tersenyum. 

"Kak Ando...." panggil Ify lemah.

  Ify dengan cepar berlari ke Ando dan memeluk kakaknya begitu erat.

"Kak Ando, ini benar Kak Ando kan?"

"Kak Ando nggak tinggalin Ify kan?"

Ando terdiam, meresapi pertanyaan Ify yang sangat aneh dan ia tak mengerti.

"Kamu kenapa sih Fy? Iya ini Kak Ando"

"Kenapa kakak harus tinggalin kamu? Kakak nggak apa-apa Dafychi"

Ando melepaskan pelukan Ify, menatap adiknya penuh sayang.

"Kamu kenapa? Sikapmu aneh banget"

Ify menggeleng pelan.

"Ify sayang sama Kak Ando. Ify nggak mau Kak Ando tinggalin Ify. Kak Ando janji kan?"

Ando tertawa pelan, tingkah Ify begitu lucu sekali.

"Iya Kak Ando janji. Kak Ando nggak akan tinggalin kamu"

"Kamu jangan nan..."

"Tuan Ando, Nona Ify" panggil seseorang menghentikan percakapan Ando dan Ify. Orang itu telah berdiri di samping mereka berdua.

Ify menggerakan kepalanya, menatap pria paruh baya itu. Langkah Ify memundur, ia mendadak takut. Itu Mr. Lay. Pria itu tersenyum ke arahnya, senyum tenang, senyum tak bersalah, sebuah senyum yang menunjukkan bahwa orang ini terlihat seperti orang baik-baik.

"Kita hampir telat, 20 menit lagi kapal pesiarnya akan berangkat" ucap Mr. Lay mengingatkan.

"Baiklah Mr. Lay. Ayo kit...."

"Ify nggak mau!! Ify nggak mau pergi!!"

Ando dan Mr. Lay menatap Ify dengan bingung serta terkejut. Raut wajah Ify menegang. Ify menggelengkan kepalanya lemah. Tanganya menarik dan mengenggam lengan Ando erat.

"Ify nggak mau berangkat sama Mr. Lay"

"Jangan berangkat sama Mr. Lay, Kak"

"Mr. Lay jahat!"

"Ify nggak mau!!"

"Nggak mau!!"

Kening Ando berkerut, semakin tidak mengerti.

"Kamu kenapa Dafychi? Siapa yang jahat?"

"Mr. Lay bukan orang jahat!" jelas Ando

"Pokoknya Ify nggak mau!!" teriak Ify keras.

Ando menghela berat, ia benar-benar bingung dengan tingkah adiknya yang tiba-tiba aneh seperti ini.

"Kita sudah telat Dafychi. Papa sudah nunggu kita. Ayo berangkat!"

"Ify nggak mau berangkat sama mereka semua!"

"Mereka semua jahat Kak Ando!!"

"Ify nggak mau!!"

Ando menatap Ify lekat. Berusaha tetap sabar.

"Dafychi, mereka semua pengawal pribadi kamu. Mereka orang baik yang selalu jaga kamu!"

"Mereka nggak akan berbuat jahat! Mereka yang lindungin kamu"

"IFY NGGAK MAU!!!" jerit Ify keras, menyentak kasar lengan Ando.

Ando terdiam sebentar, berpikir keras apa yang harus ia lakukan sekarang. Ify terlihat ketakutan dan pucat. Ia seperti orang tak tenang.

"Yaudah, kamu pinginya kayak gimana? Berangkat sendiri?" tanya Ando bicara baik-baik dan ingin mengetahui keinginan sang adik.

"Kita berangkat berdua sendiri. Pakai mobil Kak Ando sendiri. Tanpa mereka semua" jelas Ify tajam.

Ando menghela berat. Ia menatap Mr. Lay yang sedari tadi hanya diam dengan raut yang sama binggung denganya.

"Maaf Mr. Lay. Sepertinya kondisi Ify tiba-tiba sedang tidak baik" ucap Ando sedikit bersalah.

Mr. Lay tersenyum kecil.

"Tidak apa-apa Tuan. Saya akan keluarkan mobil Tuan Ando. Nanti saya dan yang lain akan mengikuti Tuan Ando dan Nona Ify dibe...."

"NGGAK USAH!! NGGAK PERLU!!"

"Jangan ikutin kami berdua! Mr. Lay dan anak buah Mr. Lay tetap disini! Dirumah! Jangan ikut kami! Kalian semua tidak perlu datang ke pesta perusahaan. Ini perintah!"

"DAFYCHI! Apa yang kamu la...."

"IFY NGGAK MAU TAU!!" bentak Ify kasar.

"Baiklah Nona. Saya dan yang lainnya akan tetap berada dirumah dan menjaga rumah" ucap Mr. Lay sopan.

Ify menatap Mr. Lay acuh tak acuh, tatapanya menunjukkan ketidaksukaan. Kejadian itu begitu terasa nyata bagi Ify. Ia tidak ingin itu benar-benar terjadi. Ify tidak siap untuk kehilangan kakaknya.

Ify menarik Ando.

"Ayo kak kita berangkat berdua" ajak Ify cepat.

"Iya Dafychi. " sahut Ando menurut saja.

Ando menatap Mr. Lay dan tersenyum sebentar.

"Maaf ya Mr. Lay. Ando dan Ify berangkat dulu" pamit Ando.

Mr. Lay membungkuk dengan sopan. Membiarkan Ando dan Ify pergi menjauhinya. Mereka berdua menaiki mobil Ando berdua, setelah itu beranjak dari sana tanpa pengawal.


*****

#CuapCuapAuthor


Dengan segala hormat dan penuh cinta yang luar biasa, saya sebagai penulis part ini mengucapkan minal aidzin wal faaidzin (?) kepada semua readers. Maapkan saya ya sudah buat air mata dan kesedihan kalian hanyalah sebuah kesia-siaan (?). 

Saya akan menerima segala bentuk cacian, makian, kata-kata kasar, Daftar hewan di kebun binatang pokoknya asal sopan dari kalian untuk comment part ini (?) WKWKWKWK

MAAFKAAAAN SAYAAAAA PEMIRSAAAAHHHH AMPUUNII SAYAA SEBAGAI AUTHOR MAAAPIINNNN YAAAA :D 


MAAP JUGA BANYAK TYPO POKOKNYA MAAP BANGEET HEHEHE :D


TERIMA KASIH BANYAAK UDAH TERUS MAU BACA"EL" YANG BENTAR lAGI MAU END :D DITUNGGU YAAAA NOVELNYA JUGAA AYOOO BELII NANTI HEHEHE :D


JANGAN LUPA COMMENT DAN VOTE SELALU SAYAAAAA TUNGGU DAN NANTI APALAAGI DIPART INI WAJIBBB COMMENT SEMUA HEHHE. MAAP KALAU FEELNYA KURANG ATAU BAGAIMANA :D SEMOGA PART INI FEELNYA NGENA YAA AMIN YARABBAL ALAMIN. 


I LOVE YOU GUYS. MAKASIH BANYAK DAN MAAPKAN SAYAA YAAA :D


Salam, 


Luluk_HF

Continue Reading

You'll Also Like

15.7M 990K 35
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
143K 8.6K 43
Seorang gadis memiliki kemampuan yang jarang dimiliki orang lain berusaha mencari identitasnya. Sepuluh tahun bersembunyi akhirnya Ify membawa banyak...
15.1M 1.5M 61
Kriminal berbahaya itu, akan menjadi seorang ayah.