EL

By Luluk_HF

32.4M 1M 79.7K

(NOVEL TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN SEGERA DIFILMKAN) "Kamu tau, Mario..." "Aku merasa seperti hujan dan kamu se... More

PROLOG - I'm KING
Pertemuan Singkat - the King -
Penyihir Kecil !!
I'm QUEEN
Pertemuan Singkat - the queen -
" LO-!!! "
Penculikan
Guardian
Don't Do That Again, Ify !!
Anak Baru!!
Gue bukan Tuan Putri !!
Freedom for 5 Days !
Kita Tetanggan ?? Hell ~
Penyihir Kecil level Akut !
First Kiss ~,~
Salah orang !
Aku siapa ??
Si angkuh dan Si Penganggu !
Priority
.Despair.
Cinta beda usia.
Proposal~
Side to Side
Kejadian.
Kesalahan Fatal, Mario!
Penyesalan terbesar!
Dimana kamu Dafychi?
Gadis kecil
Perpisahan
Romantic-Night
Selamat malam, suamiku.
Selamat malam, istriku
Aku Pamit, Mario.
Langit dan Hujan.
Titik Cerah!
Penelfon?
OH GOD!
Pregnant ?
Merdeka!
Ampun!
Chicken-Rainbow!
Bertahanlah!
Kak Ando.....
KAPAL PESIAR
Nama Bayi
Short-story
Sebuah Petunjuk Nyata!
LAST PART
CUAP-CUAP AUTHOR (1)
INFO BONUS PART
#MENUNGGUNOVELEL - SATU
Remember Them (satu)
FIX COVER NOVEL EL DAN INFO PENGUMUMAN GA
Remember Them - Tiga
Remember Them - Empat
PRE ORDER NOVEL EL DIBUKA
COVER BARU DAN FILM NOVEL EL
MEET AND GREET DAN NOBAR #ELTHEMOVIE

Tuhan dan Mama

228K 14.9K 1.1K
By Luluk_HF


Ando bukanlah polisi bodoh yang akan membiarkan tubuhnya terluka begitu saja. Ando memakai rompi anti-peluru yang ia pakai didalam kemejanya. Ando hanya merasakan sedikit nyeri di dada dan perutnya karena sentakan letup peluru tadi ditambah tubuhnya yang memar akibat pukulan-pukulan kejam orang-orang tadi.

Keadaan kolam renang, sangat sepi. Ando menatap tajam sang adik yang tak bergerak didalam box itu. Ando meneguk ludahnya, ia mencoba tenang dan memikirkan cara untuk lepas dari pilar besi ini.

"Tuhan, aku mohon berikan bantuan kali ini saja!" lirih Ando sangat memohon.

Ando mendongakkan kepalanya, melihat tali tampar yang mengikat tanganya, Ando menghembuskan napasnya pelan-pelan, hitungan detik berikutnya Ando menghentak-hentakan tubuhnya, menarik-narik tali tersebut dengan kuat. Berharap tali itu akan melonggar dan terus melonggar.

DAAAKKK

DAAAAKK

DAAAAK

Kedua mata Ando tertutup tajam, kerutan keningnya berlipat-lipat, keringat deras membasahi setelan tuxedo yang terpakai di tubuhnya. Ando menahan ringisan pergelangan tanganya mulai berdarah. Ando tidak peduli.

"Tuhan, pleasee!!!"

DAAAAKK

DAAAKK

Sesekali, Ando mencari pandang ke box berisikan adiknya yang tenggelam, memberikan motivasi kuat bagi tubuh Ando. Ia mengeluarkan seluruh energi di tubuhnya, menyentakkan tangan dan tubuhnya berulang-ulang.

Tess....

Buir-buir tetes darah terjatuh, Ando mengangkat kepalanya, tanganya memerah dan berdarah. Ando menghela napas berat. Ia menurunkan pandanganya, kedua matanya berkobar mengeluarkan percikan api kemarahan. Ando sekali lagi melekatkan pandanganya ke sang adik.

"TUHAN TOLONG!!!"

BRUKKKK

Dalam sekali sentak dengan suara keras, tali itu itu melonggar dan menjatuhkan tubuh Ando ke dasar lantai. Ando memegangi perutnya yang nyeri, sedetik kemudian ia tersadar untuk segera menyelamatkan sang adik.

Ando bangun dengan tangan masih menempel pada perutnya, ia berlari tertatih mendekati box besar itu. Ando menaiki tangga yang memang sedari tadi ada disamping box, tanpa pikir dua kali....

BYUUURRR

Ando terjun ke dalm box, ia menyelam ke dalam, mencari tubuh adiknya, Dafychi. Ando berusaha keras masuk ke dasar, dimana tubuh Adiknya telah terbentur tak berdaya pada dasar kaca.

Ando mendekati Ify, dalam sekali sentakan, Ando menarik tubuh Ify dan mendekapnya erat. Ando pun berenang ke atas, mencoba untuk ke permukaan secepat mungkin. Ia tidak punya banyak waktu. Ando berdo'a dalam hati adiknya masih bernapas.

"Err...." erang Ando ketika sampai di permukaan, ia mengambil napas sebanyak mungkin.

Ando menatap sang adik yang ada di dekapanya, tubuhnya tak bertenaga, Ify pingsan. Ya... Ando berharap seperti itu, adiknya hanya pingsan dan masih bernapas.

Ando berenang ke pinggir, dengan sisa kekuatannya, dan segala cara yang ada di otaknya, Ando membawa Ify keluar dari box itu. Tidak mempedulikan rasa perih dan nyerih di sekujur tubuhnya, Ando melupakan segala rasa sakit itu! Di otaknya hanya sang adik, sang adik dan sang adik!.

Kedua tubuh mereka basah kuyup!.

Ando meletakkan tubuh Ify di lantai, Ando menenangkan tanganya yang bergerak panik karena gemetar, wajah sang adik begitu pucat, dengan bibir memutih. Ando mencoba tenang, berpikir jernih.

"Tenang Ando, adik lo nggak apa-apa!!"

"Pasti nggak apa-apa!!"

Ando mendekatkan wajahnya ke mulut sang adik, mencari tau apakah Ify masih mengeluarkan napas.

"Sial!!" pekik Ando tak merasakan tanda-tanda pernapasan yang dikeluarkan oleh Ify.

meraih pergelangan tangan kanan

Ando Ify, mencari detak nadi disana. Ando memejamkan kedua matanya, tanganya semakin gemetar, ia berusaha menahan ketakutanya, mencari titik nadi sang adik.

"God!!"

Tak ada detakan denyutan nadi yang dirasakanya. Wajah Ando pucat pasi karena terllau panik dan khawatir tinggi!.

"Fy, Kakak mohon bertahan!"

Ando dengan cepat melepaskan jas-nya, membuka beberapa kancing baju untuk memberikan gerakan yang lebih leluasa. Ando segera memberikan pertolongan pertama, untuk membuka jalan pernapasan sang adik.

Ando menaikkan dagu Ify, memberikan napas buatan berkali-kali. Namun, masih tak ada respon dari tubuh adiknya.

Kepanikan Ando bertambah dua kali lipat. Ando melepaskan dua sepatunya. Lalu dengan cepat menaiki tubuh adiknya. Ando dengan cepat melakukan kompresi.

Ando menaruh kedua tangan Ify secara bertumpuan di tengah dada adiknya, lalu dengan kekuatan penuh ia memberikan tekanan pada dada adiknya, Ando melakukanya berulang-ulang sebanyak 30 kali.

"Dafychii!!! Bangun!!!"

"Kakak mohon!!"

Ando terus melakukanya, tidak peduli keringat dingin yang mengalir deras di sekujur tubuhnya. Ando menahan rasa nyeri, dingin, perih dan sakit di sekujur tubuhnya. Ia tak peduli dengan kondisinya sendiri.

Napas Ando tersenggal, ia merasakan kelelahan.

"DAFYCHII!!! KAK ANDO MOHON BANGUN!!"

"Fy. Ayooo!!!"

"Kak Ando mohon bangun, Dafychi!!"

Ando merasakan kedua matanya memanas, ia masih tak mau menyerah! Ia terus melakukan kompresi untuk adiknya. Menekanya semakin kuat secara terus menerus!. Mengeluarkan seluruh tenaga tanganya.

"Dafychi! Ayo!!"

"Dafychi! Buka mata kamu!"

"Dafychi, Ayo napas!!"

Air mata Ando mengalir bersama dengan rasa takutnya, Ando menangis tanpa suara. Ia benar-benar khawatir setengah mati! Ia tak mau kehilangan adik perempuanya dan bayi di dalam kandungan sang adik!

Ando harus menyelamatkanya!.

"TUHAN BANGUNKAN DIA!!!"

"TUHAN AKU MOHON!!"

"DAFYCHI AYO BANGUN!!"

Ando memejamkan kedua matanya, mengatur napasnya yang mulai melemah.

"DAFYCHI DEMI ANAK KAMU BANGUUNN!!"

"BANGUN FY!! KAK ANDO MOHON!! BANGUN!!"

"BANGUN DAFYCHI GUANNI FREEDY!!" teriak Ando ditingkat akhir frutasinya, ia mengeluarkan segala sisa kekuatanya.

UhukkUhuukkkUhukkkk

Ando menghela legah, dalam hati terus bersyukur, air matanya semakin mengalir deras tanpa isakan. Ando melihat sang adik terbangun dengan kedua mata terbuka sempurna dan mengeluarkan banyak air dari mulutnya.

Ando dengan cepat membantu menaikkan kepala Ify, mengeluarkan muntahan air dari mulut adiknya.

"Dafychi, terima kasih"

"Terima kasih banyak"

Ando memeluk Ify, ia tak bisa lagi menggambarkan perasaan suka citanya melihat adiknya kembali bangkit dari ambang maut. Ando begitu bersyukur.

"Ka...Kak.... An...Ando" lirih Ify lemas

Ando melepaskan pelukanya, menatap sang adik penuh harap dan senyuman kecil.

"Iya Dafychi?" sahut Ando dengan suara serak.

Ify menatap Ando lekat, memperhatikan kedua mata indah kakaknya.

"Ka.. ka..kakak...na...nangis?" lirih Ify, tanganya yang lemah bergerak menyentuh pipi Ando, menyeka sisa air mata disana.

Ando menggeleng pelan, masih berusaha tersenyum.

"Makasih Dafychi, Makasih sudah mau bangun"

"Makasih banyak"

Ify mengangguk kecil, menunjukkan senyum kecilnya.

"Makasih Kak"

****

Ando membantu Ify berjalan, Ia menompah tangan kanan Ify di bahunya, Ify menolak untuk ia bopong, nampaknya sang adik tau bahwa dirinya sedari tadi menahan rasa sakit di bagian perutnya. Wajah Ando pun babak belur, membiru.

Rasa sakit di sekujur tubuh Ando semakin menjalar, dan terasa nyata, menyakitkan saat ini.

Ify melihat kakaknya tidak tega, samar-samar Ify dapat mendegar erangan halus dari bibir kakaknya. Ify tau bahwa Ando menahanya agar tidak mencemaskannya.

Mereka berdua keluar dari kolam renang tertutup itu.

Kali ini, mereka harus mencari cara untuk pergi dari tempat ini dan pulang. Mereka tidak memiliki ponsel, uang atau lainya.

Mereka berdua telah berada di halaman luar, keadaanya sangat sepi, sunyi dan gelap seperti tak ada kehidupan lain selain mereka berdua. Ify mengeratkan tanganya memegangi tangan kakaknya, Ify paling benci kegelapan!.

"Kak gimana? Caranya kita pulang?" tanya Ify bingung.

Ando terdiam, bercoba berpikir.

"Lo pakek telepatian ke Rio bisa nggak Fy?"

Ify melirik kakaknya tajam.

"Lo ngajak bercanda?" sinis Ify dibalas dengan kekehan ringan adiknya.

Ando hanya berusaha menghibur dan mengalihkan ketakutan sang adik.

"Kita berjalan dulu sampai ketemu jalan besar. Tidak ada jalan lain lagi" ucap Ando memberikan satu-satu ide di otaknya.

Ify mengangguk, menyetujui ide sang kakak.

Mereka pun segera berjalan, menelusuri jalanan setapak yang gelap. Ando dapat merasakan kedua tangan adiknya bergetar menahan rasa takut. Ia tau sekali bahwa Ify sangat takut dengan kegelapan tanpa cahaya.

Ando mengeratkan tubuh adiknya, agar lebih mendekat ke dirinya.

"Lo takut?" Ando membuka suara, ia ingin mencairkan suasana dan mengalihkan pikiran takut sang adik.

"Sedikit" jawab Ify berbohong. Ia mengigit bibirnya yang pucat. Gemetar di tanganya tak bisa dikendalikan sedari tadi.

Ando mengacak-acak lembut rambut basah adiknya.

"Ada Kak Ando, kenapa juga harus takut" sanggah Ando, tanganya merengkuh tubuh adiknya.

Mereka diam kembali, menatap lurus ke jalan gelap dan terus saja berjalan dengan napas lemah dan energi yang hampir habis. Ando memegangi perutnya, menahan rasa menyaitkan di beberapa organ disana.

"Awww..."

Langkah Ify terhenti, ia meringis memegangi perutnya. Ify merasakan sesuati perih dan nyeri menyerang tiba-tiba. Ify memekik menahan rasa sakit.

"Dafychi? Kenapa? Kamu kenapa?" cemas Ando menatap wajah Ify kembali memucat.

Ify terdiam, memejamkan kedua matanya kuat-kuat, berusaha menghilangkan rasa sakit itu. Ify baru menyadari bahwa dirinya sedang hamil. Umurnya yang sangat muda membuat ia terkadang lupa ada bayi di dalam perutnya. Ify mulai berdo'a , berharap tidak ada apa-apa dengan janinnya.

Ify menghela pelan, merasa mendingan dan rasa sakitnya perlahan menghilang.

"Ify nggak apa-apa kak, perut Ify hanya kaget sedikit" jelas Ify sembari membuka kedua matanya.

Ando melegah, meskipun ekspresi masih terlihat cemas.

Ando berjalan ke depan, dan berjongkok dihadapan sang adik. Ify menatap kakaknya bingung. Keningnya berkerut.

"Ngapain kak?" tanya Ify.

"Naik! Kak Ando gendong!" suruh Ando.

"Hah? Nggak mau! Emang Ify bayi apa!"

"Perut kamu yang ada bayinya!" cerca Ando tegas. "Cepetan naik! Kakak nggak mau kamu dan bayi kamu kenapa-kenapa" lanjutnya tak ingin dibantah.

Ify menghela berat,


"Nggak mau! Ify masih bisa jalan kok!" tolak Ify

"Naik Dafychi!!" perintah Ando sedikit meninggikan suaranya. "Cepetan!"

Ify bersunggut kesal, kakaknya kalau sudah bersikap seperti ini pasti seterusnya akan keras kepala dan tidak bisa terkalahkan. Ify pasrah saja dan menuruti perintah sang kakak. Ia pun segera naik ke atas punggung Ando. Ia membiarkan sang kakak mengendong tubuhnya.

Ando tersenyum tipis disela rasa sakit yang ia tahan. Ando mengigit bibirnya yan mulai bergetar, ia kedinginan. Ando menyembunyikanya dari Ify. Ia harus menyelamatkan adiknya dahulu.

Ando terus berjalan pelan-pelan dengan napas tak teratur.

"Kak Ando..." panggil Ify memecahkan keheningan.

"Hm?" deham Ando singkat. Tatapanya menerawang ke depan.

"Kakak pernah kangen sama Mama?"

Ando mendadak diam, ia sedikit bingung kenapa sang adik tiba-tiba bertanya seperti itu. Ando memaksakan senyumnya, lalu mengangguk kecil.

"Tentu saja, Kak Ando kangen mama setiap hari" jawab Ando jujur.

"Ify juga kangen sama Mama" lirih Ify tak beraturan.

"Ify nggak mau lagi ada yang ninggalin Ify, cukup mama saja!"

"Papa, Kak Ando dan Iqbal harus selalu di dekat Ify"

"Kak Ando janji kan nggak bakal ninggalin Ify?"

Ando mengangguk,

"Tentu saja, Kak Ando akan selalu jadi pelindung kamu"

Ify tersenyum.

"Janji?"

"Iya. Janji!"

Keadaan kembali hening, Ify kehabisan kata untuk di utarakan, membuatnya memilih diam saja.

"Tapi Fy...." ucap Ando tiba-tiba membuka suara, ia menggantung kalimatnya sejenak.

"Tapi apa Kak?" tanya Ify tak sabar.

"Kalau seandainya Kak Ando nggak bisa nepatin janji bagaimana?" tanya Ando dengan nada bercanda.

Ify berdesis sinis,

"Tentu sajalah! Ify bakalan marah! Ify bakalan benci Kak Ando!"

"Kok gitu?"

"Kalau Kak Ando pergi, siapa yang keluarga kita?"

"Ya.... Kak Ando tetap jaga keluarga kita" jawab Ando dengan tatapan kosong. "Dengan jaga Mama"

Ify terdiam, entah kenapa ada sesuatu yang menusuk di dadanya, kalimat itu terlalu berat untuk Ify terima.

"Apaan sih Kak! Bahas yang lain aja deh" sunggut Ify berpura-pura kesal.

Ando tertawa pelan, mengangguk-anggukan kepalanya. Mengiyakan permintaan adiknya.

****

Ando berjalan hampir 2 jam 30 menit dengan membopong tubuh Ify di punggungnya dan tanpa berhenti. Ando merasakan tenaganya sudah hampir habis, beberapa kali gendonganya sempat melorot, Ify memaksa untuk turun namun Ando tidak mengabulkanya. Ia selalu mengatakan bahwa ia tidak apa-apa.

Ando mengigil, bibirnya putih, dan wajahnya bertambah pucat.

"Kak, Lo nggak apa-apa kan?" tanya Ify khawatir.

"Nggak kok" jawab Ando pelan.

Ando mengangkat lagi tubuh Ify ke atas karena kembali melorot ke bawah. Ando berusaha sekuat mungkin untuk tetap terjaga, membuka kedua matanya, mengatur napasnya yang menipis. Kondisinya melemah.

Ando berharap bahwa ia akan menemukan jalanan raya, padahal sudah hampir 3 jam ia berjalan namun jalanan setapak yang ia lewati masih gelap tanpa penerangan dan tidak ada manusia satupun yang lewat. Ando bertambah cemas dengan dirinya dan juga sang adik.

"Kak kita berhenti dulu deh, istirahat sebentar"

"Ify capek" ucap Ify beralasan, ia hanya ingin kakaknya ber-istirahat sejenak.

Ando mengangguk, tak bisa memaksa, ia tak ingin terjadi apa-apa dengan adiknya. Ando menurunkan tubuh Ify. Detik berikutnya, tubuh Ando ambruk, kakinya begitu lemas.

"Kak, lo kenapa? Lo nggak apa-apa kan?" tanya Ify panik.

Ando menggeleng, ia terduduk dan membenahkan posisinya. S

"Gue nggak apa-apa, hanya capek saja" ucap Ando berbohong.

Mereka berdua duduk di rerumputan, hanya cahaya dari rembulan sebegai penerangan mereka berdua, sisa-nya mereka tak bisa melihat apapun. Begitu gelap dan menyeramkan disekitar!.

Ify mulai menduga-duga dimana sebenarnya mereka? Apakah di Hutan? Atau di ladang tanpa ujung? Kenapa mereka tidak menemukan lampu penerangan jalan sedari tadi. Padahal sedaritadi kakaknya berjalan sangat jauh.

Ify memejamkan kedua matanya, ia berdo'a supaya ada yang menyelamatkanya dan kakaknya saat ini juga.

Ify melihat ke samping, samar-sama ia dapat melihat kepala Ando tertunduk, ia tak bisa melihat jelas wajah kakaknya karena kondisi yang gelap tak bercahaya. Ify memegang tangan Ando, selain menghilangkan rasa takutnya, Ify ingin memberikan kekuatan kepada kakaknya.

"Kak, lo beneran masih kuat kan? Lo nggak apa-apa kan?"

"Gue nggak apa-apa, Dafychi" jawab Ando lemah.

4 jam kemudian......

Tubuh kedu mengigil hebat, udara malam yang dingin menusuk-nusuk kulit Ify dan Ando, Ify dapat merasakan bagaimana dinginya tubuh kakaknya. Ify mengigit bibirnya menahan agar tidak menangis, ia kasihan melihat kakaknya yang kesakitan.

Ify dapat mendengar jelas, beberapa kali Ando menahan erangan. Ify mengeratkan genggamanya.

"Kak tahan ya."

"Ify terus berdo'a supaya ada yang datang"

Ando tak mengeluarkan suara, ia hanya menjawab dengan anggukan lemah yang tidak begitu terlihat oleh Ify.

Ify mengedarkan pandanganya, samar-samar ia mendengar suara mesin kendaraan mendekat. Ify tersenyum sangat senang, secerca harapan seolah datang untuk menyelamatkan dirinya dan kakaknya.

"Kak Ando dengar? Kayaknya ada kendaraan yang mengarah kesini?"

Ando mengangkat kepalanya, mengigit bibirnya untuk menahan ringisan kesakitan yang ingin keluar dari mulutnya. Dengan dibantu Ify, Ando berusaha berdiri. Energinya habis, mungkin hanya tersisa 2% saja. Mereka berdua berjalan mendekati jalanan beraspal.

Senyum mereka mengambang, sebuah cahaya terlihat dari arah timur, dan semakin mendekat, suaranya pun terdengar begitu jelas.

"Kamu tunggu disini" suruh Ando lirih.

Ify mengangguk, ia melihat kakaknya berjalan tertaih ke tengah-tengah jalan aspal yang kecil itu. Ando berdiri sembari merentangkan kedua tanganya. Cahaya itu semakin mendekat dan teras dekat!.

"BERHENTI!!!"

"SAYA MOHON BERHENTI!!"

"TOLONG KAMI!!"

"BERHENTI!!!" teriak Ando sekeras mungkin.

Kendaraan kecil itu terhenti, nampaknya penumpang disana menyadari bahwa ada seseorang yang meminta tolong. Ando tersenyum legah, ia memperjelas pengelihatanya, kendaraan apa yang ada dihadapanya sekarang.

Sebuah becak motor!.

Seorang pria tua ber-uban turun dari kursi kemudi, mendekati Ando dengan bingung.

"Nak, apa yang kamu lakukan disini? Kenapa kamu bisa disini?"tanya pria itu heran dan bingung.

Ify berjalan mendekati kakaknya, merengkuh tubuh Ando yang ingin ambruk. Ify tau jelas bahwa kakaknya sedang dalam kondisi tidak baik.

"Pak, tolong kami, kami tersesat dan tidak tau jalan pulang. Kami sudah jalan kaki selama 3 jam dan duduk disini selama hampir 4 jam. Saya mohon tolong kami" ucap Ify memohon dan sangat berharap.

"Ya Tuhan pria itu terluka, Pak" ucap seorang wanita tua yang duduk dikursi penumpang.

Ify melihat jelas bagaimana wajah wanita itu, begitu tenang dan cantik. Disebelah kursi duduk wanita itu tertumpuk sayur-sayuran begitu banyak. Sepertinya mereka seorang petani atau pedagang sayuran, tebak Ify.

"Tolong kami Pak" lirih Ando mengerang.

Pria paruh baya itu nampak bingung, membalikkan badanya menghadap ke becak yang miliknya, kemudian menatap istrinya.

"Sa... saya akan membantu, tapi hanya satu orang yang bisa ikut dengan kami"

"Becak saya terlalu kecil dan sangat tua. Untuk ditumpangi dua orang lagi tidak akan kuat"

"Saya mohon maaf sekali. Saya hanya bisa membantu salah satu dari kalian, Bagaimana?" jelas dan tanya bapak tua itu merasa sangat bersalah.

Ando dan Ify sama-sama terdiam, mereka memperhatikan becak kecil yang ada dihadapan mereka, dan memang benar, bahwa untuk menampung dua orang lagi tidak akan bisa.

Ify mengigit bibirnya,

"Bawa adik saya, Pak!"

Ify membelakakan kedua matanya, ia menggerakan kepalanya menatap Ando tak percaya dengan yang barusan dikatakan sang kakak. Apa-apaan ini? Apa kakaknya sudah gila? Ify menatap kakaknya tajam!.

"Selamatkan adik saya, bawa dia ke jalan raya pak"

"KAK!!"

Ando tidak peduli dengan tatapan tajam dan suara bentakan Ify yang melengking bagai pecut di gendang telinganya. Ando menatap bapak pria tua itu memohon.

"Adik saya sedang hamil, saya mohon selamatkan dia!"

"Kak Ando! Ify nggak mau! Ify bakalan disini sama kakak!" tolak Ify mentah-mentah.

Ando melepaskan tangan Ify yang memeganginya. Ando berjalan mendekati wanita tua yang duduk di becak itu dengan langkah tertatih menahan sakit.

"Bu, saya titip adik saya. Dia sedang hamil dan kondisinya lemah."

"Tolo...."

Ify meyeret kakanya dengan kasar, memaksa Ando berdiri dihadapanya, Ify tak peduli jika kakaknya akan membentaknya! Ia yang harusnya marah disini bukan sang kakak.

"Lo nggak waras? Ha?"

"Lo nggak lihat kondisi lo kayak gimana?"

"Lo udah kayak mayat hidup Kak!"

Ando tersenyum singkat sembari menggeleng lemah.

"Kak Ando nggak apa-apa. Kamu ikut sama mereka!"

"IFY NGGAK MAU!!"

"Ify nggak bakalan ningalin Kak Ando!" kekuh Ify dengan ucapanya. Tentu saja ia tak akan egois dan membiarkan kakaknya sendirian ditempat sepi dan berbahaya seperti ini.

Ando memegang kedua bahu Ify, mencengkramnya erat.

"Ada bayi dalam perut lo! Selamatkan diri lo dulu, selamatkan bayi itu!" ucap Ando mencoba meyakinkan sang adik.

"Gue nggak peduli, kalau mati disini kita mati bareng-bareng!"

"Gue nggak akan ninggalin lo!!" sanggah Ify tak terpengaruh.

Ando menghela berat, harus bagaimana lagi memecahkan sifat keras kepala adiknya yang sudah mendarah daging dang sulit untuk dipengaruhi. Ando melembutkanya tatapanya.

"Dafychi... Dengerin Kak Ando"

"Kamu harus ikut mereka. Kamu dan bayi kamu harus selamat"

"Kamu ke jalan raya, minta bantuan ke siapapun untuk jemput kakak disini"

"Kak Ando janji, Kak Ando akan bertahan, Kak Ando akan tunggu kamu kembali jemput Kakak"

"Kak Ando akan tetap buka mata Kak Ando sampai kamu datang, Kak Ando janji"

Ify mengigit bibirnya, bahunya bergetar, kedua matanya memanas, Ify menggelengkan kepalanya, masih tidak mau menuruti ucapan Ando.

"Ify nggak mau!"

"Kondisi Kak Ando lebih buruk daripada Ify, lebih baik Kak Ando yang ikut mereka. Kak Ando kesakitan"

"Kak Ando nggak apa-apa Dafychi"

"Bohong!! Kak Ando sedari tadi kesakitan! Ify bisa dengar! Wajah Kak Ando juga biru-biru semua!"

Ify menahan isakanya, air matanya merembes keluar begitu saja. Ia tidak tega melihat sang kakak. Ify tidak mengerti kenapa kakaknya selalu saja mementingkan dirinya, kenapa kakaknya selalu melindunginya tanpa melihat kondisi dirinya terlebih dahulu!.

Ando berpiki sebentar, sepertinya cara halus tidak akan bisa melunakan gadis ini. Ando akan melakukan cara lain! Ia harus bisa membuat Ify ikut dengan sepasang suami istri ini. Ia harus menyelamatkan adiknya.

"Lo ikut sama mereka!" suruh Ando dingin dan tajam.

Ify sedikit terkejut melihat raut Ando berubah, menakutkan.

"Gue nggak mau!"

"Gue nggak suka dibantah, Dafychi!"

"Apalagi gue!" lawan Ify mencoba tidak takut.

"Jangan sampai gue pakai kekerasan buat maksa lo!"

"Lo kira gue takut? Seret gue kalau lo tega!" tajam Ify gentar.

"Dafychi, gue masih sabar! Lo ikut mereka dan cari bantuan!"

"Gue nggak mau Kak! Jangan paksa Ify lagi! Ify akan tetap disini sama kak Ando, Ify nggak mau ninggalin Kak Ando, Ify ak..."

"DENGERIN KAK ANDO KALAU NGOMONG!! JANGAN KERAS KEPALA!"

"GUE KAKAK LO DISINI!!" bentak Ando tepat di wajah Ify,

Ify meneguk ludahnya, Ando terlihat sangat marah.

"Gue akan disini terus dan nunggu lo sampai lo datang membawa bantuan"

"Gue nggak apa-apa Dafychi! Gue cowok! Gue bisa tahan! Gue polisi dan gue kakak lo!"

"Lo ngeraguin gue?"

Ify memutar bolanya, tidak berani menatap Ando. Isakan kecil mulai terdengar dari bibirnya. Apa yang harus ia lakukan saat ini? Ketika Ando sudah sangat marah, semuanya akan berubah menyeramkan dan keputusan pria itu tidak akan pernah bisa dirubah!.

"Lo ikut sama mereka!"

"Lo harus selamat!" ucap Ando sedikit melembut.

Ando meraih tangan Ify, menarik Ify sedikit paksa agar gadis itu mau berjalan mengikutinya untuk naik keatas becak. Ify menahan kakinya, ia masih tidak bisa meninggalkan kakaknya sendirian ditempat gelap ini.

Ify menarik tangan Ando, membuat langkah pria itu terhenti.

"Kak...." panggil Ify lemah.

"Naik Dafychi!" tajam Ando tak membalikkan tubuhnya.

"Lo gimana?"

"Gue nggak bisa ninggalin lo. Gue akan tunggu disini!"

"Gue nggak apa-apa, Fy! Naik sekarang!"

"Lo sendirian?"

"Lo sendirian di tempat gelap ini kak!"

Ando menurunkan pandanganya, mencoba tersenyum. Tanpa sadar air mata Ando terjatuh, Ando tidak ingin sang adik melihatnya.

"Ada mama Dafychi. Kak Ando nggak sendi..."

"Kak...." rengek Ify memohon.

"Naik sekarang Dafychi, kasihan mereka menunggu"

"Gue nggak bis..."

"NAIK DAFYCHI!!"

Ify menunduk pasrah, Ando melepaskan tanganya, mendorong tubuhnya menaiki becak itu, Ify tak bisa membantah dan menolak, ia menaiki becak itu dengan tangisan tertahan. Ify menahan isakanya, tubuhnya bergetar. Ify menahan Ando yang tertunduk tak berani menatapnya.

"Kak lo janji kan bakalan tunggu gue?"

"Iya"

"Lo jangan kemana-kemana"


Iya" jawab Ando singkat masih menunduk.

"Kak. Lihat gue!" mohon Ify.


"KAK LIHAT GUE!!"

Ando memberanikan diri menatap adiknya, Ando memaksakan tersenyum.

Ify merasakan tubuhnya menegang, air matanya semakin deras mengalir, hatinya bagai tertusuk berbagai pisau tajam. Ify dapat melihat jelas kakaknya menangis, Ify melihat bagaimana tubuh Ando bergetar.

"Kak, Ify...."

"Pak, Bu. Saya titip adik saya. Selamatkan dia" ucap Ando memotong ucapan Ify. Ando menayalami wanita tua dan pria tua itu, mengucapkan terima kasih dengan suara lemah

"Iya Nak, kamu tunggu disini, saya akan cari bantuan. Saya akan bantu adik kamu" ucap pria tua itu begitu tulus.

"Iya Pak."

"Kak Ando.... Jangan tinggalin Ify" tangis Ify.

Ando mendekat ke adiknya, Ando meraih tangan Ify mengengamnya erat. Ando menghapus air mata Ify yang keluar begitu banyak. Ando tersenyum kecil.

Ando menahan untuk tidak menangis lagi, namun ia tidak bisa! Air matanya kembali keluar, entah kenapa! Ia hanya ingin menangis ketika menatap wajah sang adik. Ia seperti melihat bayangan mama-nya di kedua mata Ify.

"Fy... "panggil Ando pelan.

"Kamu harus selamat dan bayi kamu juga"

"Kakak akan tunggu disini. Kakak akan tunggu kamu"

"Kamu cepat balik ya, jemput Kak Ando disini"

"Ka... Kak Ando takut"

Ify mengangguk lemah, ia berusaha keras untuk tidak terisak.

"Ify akan kembali, Kak Ando tunggu Ify. Kak Ando harus tunggu Ify datang"

"Kak Ando jangan kemana-mana"

"Ify akan bawa Papa kesini buat nyelametin Kak Ando"

"Ify akan bawa banyak orang buat jemput Kak Ando. Ify janji"


"Kak Ando harus selamat juga. Kak Ando jangan kemana-mana"

"Ify sayang sama Kak Ando. Kak Ando harus bertahan"

"HARUS!!"

Ando menarik napasnya sejenak, kemudian menghembuskanya pelan.

"Kak Ando akan tunggu kamu, Dafychi"

Ando melepaskan tangan Ify, dan berjalan menjauh memberikan akses jalan ke becak itu. Ando melihat pria tua yang telah duduk di belakang. Ando tersenyum.

"Jalan Pak. Terima kasih banyak"

"Iya nak, hati-hati disini"

Becak itu kembali berjalan, meninggalkan Ando sendirian, perlahan suara mesin itu semakin menjauh, keadaan kembali gelap gulita tanpa cahya sedikit pun. Ando tersenyum kecil, mengepalkan kedua tanganya.

Ia mencoba tidak takut.

"Ada mama, Ando!"

"Ada Mama!"

"Kamu harus bertahan!"

Ando merasakan tubuhnya melemas, ia menjatuhkan tubuhnya di atas rerumputan yang menusuk-nusuk kulitnya. Ando membaringkan tubuhnya, berusaha untuk tetap terjaga. Ando mengatur napasnya yang kembali tersenggal-senggal. Ia merasa begitu hampa dan kosong.

Ando menatap langit. Begitu banyak bintang gemerlap disana. Ando tersenyum.

"Tuhan...."

"Mama...."

"Selamatkan Ando...."


***** 

#CuapCuapAuthor


TERIMA KASIH BANYAK UDAH MAU TETAP BACA "EL" ALHAMDULILLAH BISA POST WALAUPUN MALAM NGETS WKWK. MAAPKAN. 


TERUS BACAEL YA JANGAN BOSAN-BOSAN DAN MAAP KALAU BANYAK TYPO. SEMOgA FEEL DI PART INI DAPAT YAAA AMIN :D


BACA "MARIPOSA" JUGAAA SEMUANYAAAAA :D AYOOO DIBACA TINGKAH GILA ACHA DAN TINGKAH DINGIN IQBAL DISANAAA :D 


FOLLOW IG AUTHOR >> luluk_hf


JANGAN LUPA Comment dan Vote SELALU PALINGGGG SAYAA TUNGGGU YAAA JANGAN SAMPAI LUPAAA. DAN DITUNGGU NOVEL "EL" NYAAAAA. MAKASIH BANYAAK SEMUANYAA LAFTYUUU :D


Salam, 


Luluk_HF



,

Continue Reading

You'll Also Like

11.4M 767K 59
Project #Remaja | "Gue gak terima penolakan! Mulai sekarang lo jadi pacar gue." Ini bukan kisah Cinderella yang kehilangan sepatu kaca, di mana sang...
455K 8.5K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
466K 46.7K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
1.6M 112K 45
(SUDAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT BINTANG MEDIA DAN TELAH TERSEDIA DI TOKO BUKU) Sudah bukan hal yang perlu diragukan lagi jika seantero SMA Pancasila...