Agents : The Price of Duty

By Authordyp

912K 10K 276

[New Version] Takdir berhutang pada si gadis saat sang ayah di renggut dengan keji di hadapannya. Enam tahun... More

Chapter 1 : Before the Encounter
Chapter 2 : Our Encounter
Chapter 3 : Training
Chapter 4 : Shocking News
Chapter 5 : The First Briefing
INFORMASI

Prologue

53.6K 2K 55
By Authordyp

This story contains some mature content like graphics of violence, law-breaking, swearing or profanity, drinking alcohol, smoking, and sexual themes.

Please, read at your own discretion.

*

"Agents : The Price of Duty" adalah versi baru "My Cool Agent" dan cerita pertama dari Jannivarsh's Series. Terdapat beberapa alur baru yang berbeda dari versi sebelumnya.

Terimakasih untuk pembaca lama, dan selamat membaca untuk para pembaca baru. Semoga kalian menyukai kisah mereka dan menyimaknya hingga usai.

****

Malam semakin larut, semilir angin terasa lebih dingin dan hujan pun telah berhenti. Meninggalkan jejak basah di semua tempat yang ia lalui. Seorang gadis memacu kaki telanjangnya untuk terus berlari. Keringat membasahi tubuhnya, surainya yang panjang tampak lepek, namun tetap berkibar karena langkah lebarnya yang dipaksakan.

Deru napasnya memburu, kelerengnya bergerak ke berbagai arah. Ketakutan merayapi setiap inci jiwanya. Kakinya terseok, ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh menghantam kerasnya jalanan.

Sakit. Seluruh tubuhnya terasa remuk. Ia seakan tak mampu bergerak. Bahkan hanya untuk sekadar berteriak. Tubuhnya seperti membeku, terpancang di jalanan basah yang temaram.

Tubuhnya meremang dan menggigil karena rasa dingin dan ketakutan. Kelerengnya kehilangan harapan saat bayang-bayang hitam yang melumpuhkan keberanian merambati tubuhnya. Seiring dengan suara-suara mengerikan yang mulai memenuhi kepalanya. Gelap, dingin, dan sendirian. Sejurus kemudian cahaya menyilaukan menyeruak.

Seorang gadis tersentak di atas ranjang. Kaos yang dikenakannya lepek oleh keringat. Bahunya gemetaran hebat dengan mata tak fokus. Tangan gadis itu meraih rambutnya yang kusut. Meremasnya kuat-kuat. Berharap bisa mengusir kengerian yang memenuhi kepalanya.

Gelap, dingin, dan sendirian.

***

Mentari di musim semi memang begitu hangat. Menebar keceriaan bagi semua orang. Seorang anak lelaki tersenyum lebar dengan sekuntum rapeseed di tangannya. Ia menatap dua sosok di hadapannya dengan penuh kegembiraan.

Tetapi, mendadak senyumannya luntur. Langit menggelap dan dunianya seakan berputar. Dua sosok itu melangkah, tangannya terulur, berniat meraih si anak. Ia terperanjat dan memundurkan langkah ketika darah menetes dari tangan sosok tersebut.

Anak lelaki itu mendongak, dua sosok itu meluruh dalam genangan darah. Sekelilingnya menggelap, semilir angin dan hangatnya mentari telah lenyap. Bocah itu terisak, ia meringkuk di atas genangan anyir, di antara dua jasad yang mulai meluruh dan menghilang. Meninggalkan dirinya seorang dalam kegelapan. Hawa dingin mulai merambat dan ia menyadari kesendiriannya dalam kegelapan.

"Sir, Sir, Anda baik-baik saja?"

Suara itu menyentaknya. Menariknya kembali dari tidur singkat yang mengerikan. Ia terengah dengan gemetar yang tak terkendali. Seperti biasa. Tidur adalah hal terburuk yang seharusnya tak ia lakukan. Namun, ia tak punya pilihan. Manusia memang memerlukannya, bukan?

"Sir, apa saya perlu menyiapkan obat?" Lelaki itu bergegas menahan sang asisten. Ia memberikan gelengan pelan dan membenarkan posisi duduknya. Berusaha mengabaikan perasaan mengerikan yang tertanam jelas dalam benaknya. Sejak malam itu, hingga saat ini dan mungkin selamanya.

Gelap, dingin, dan sendirian.

"Red-Lotus 819 799, melapor. Target dalam jangkauan. Sebelas anggota Blood Diamond ditembak mati." Seseorang dengan balutan seragam lengkap dengan helmet dan penutup wajah mulai melapor.

Di hadapannya duduk seorang pria dengan balutan kemeja kusut berdebu yang terikat pada kursi besi. Bercak darah tersebar di area bahu dan kerah bajunya. Ia tergelak dengan senyum sinis di wajahnya yang babak belur. Sementara itu, di sekeliling keduanya, beberapa pria tergeletak bersimbah darah dengan lubang peluru di dahi.

"Tim Satu akan tiba dalam tiga menit." Ia mengakhiri laporannya dan berkacak pinggang. Menghela napas jengkel dan melepas helmet serta penutup wajahnya. Dalam sekejap, rambut cokelatnya terurai bebas. Menjuntai melewati kedua bahunya.

Pria berkemeja itu tampak terkejut. Mungkin tak menyangka akan mendapati wajah rupawan di balik penutup wajah yang dikenakannya. Tubuh rampingnya tersembunyi di balik balutan seragam lengkap.

"Jangan terlalu terkejut. Bersiaplah, negaramu akan segera menghukummu!" Gadis dengan kode nama Red-Lotus itu membungkuk. Membuat wajahnya sejajar dengan pria di hadapannya. "Dasar pengkhianat busuk menjijikkan."

"Mulut indahmu ternyata sangat liar, sayang. Apa yang kau lakukan di dunia kejam ini? Dengan balutan seragam berat yang menyiksamu sepanjang hari." Pria itu menyeringai. Menatap raut dingin yang kini tercetak jelas di wajah gadis muda di hadapannya.

"Kau tak tahu apa yang sedang kaubicarakan, sialan."

"Easy, Darling!" Ia tergelak saat gadis itu meremat kuat kerah kemejanya. Melemparinya tatapan tajam seperti pedang pembunuh. Raut yang membuat rasa penasarannya semakin menjadi.

"Memang apa yang kubicarakan?" sambungnya dengan tawa.

Buagh

Satu hantaman mendarat di pipi tirusnya. Kursi tempatnya terikat tersentak ke samping. Pria itu jatuh berdebum di lantai yang berdebu. Ia meringis, menatap penuh minat pada gadis yang kini berdiri menjulang. Tanpa gadis itu sadari, guncangan karena pukulannya membuat ikatan di tangan pria itu melonggar. Ia menggerakkan jari-jari untuk mengeluarkan pisau tipis yang terselip di pergelangan kemejanya.

"Nona, keluarlah selagi bisa. Ini bukan duniamu. Kau tak harus bekerja untuk orang-orang busuk di gedung sana!"

Gadis itu berusaha melayangkan pukulan yang kedua saat tangan pria itu melayang mengangkisnya. Merobek sebagian sarung tangan yang ia kenakan. Meninggalkan rasa perih yang menyengat. Pria itu menyentak ikatan di kakinya dan melayangkan tendangan. Merobohkan tubuh gadis cantik itu dengan mudah.

Si gadis mendecih dan bangkit dengan cepat, menyusul sang pria. Beberapa orang dengan seragam dan helmet serupa tiba dengan senapan yang siap diledakkan.

"Mereka menginginkannya hidup-hidup, Red-Lotus!" Sebuah suara tertangkap pendengaran si gadis. Ia berbelok dan memacu langkahnya lebih cepat. Dia tak boleh kehilangan mangsanya. Tidak boleh!

Ia bertumpu pada susuran tangga dan meloncat ke bawah. Mendaratkan lututnya di bahu pria yang ia kejar. Pria itu tersungkur keras dari beberapa anak tangga terakhir. Ia menggeram jengkel seraya berusaha melepaskan diri. Tak butuh waktu lama, anggota tim lain berdatangan. Mengarahkan senjata mereka masing-masing.

"Jika negaramu tak menginginkan nyawamu, aku pasti dengan senang hati akan merampasanya!" bisik si gadis dengan nada dingin dan amarah tertahan.

"Bawa dia!"

Si gadis beranjak menjauh, membiarkan anggota tim-nya membawa pria itu. Ia menoleh pada kepala tim-nya, seorang pria muda dengan kelereng biru gelap. Delta Blue.

"Kau harus belajar mengontrol emosimu. Atau kau akan mengulang masa percobaan satu tahun kembali." Pria itu menenteng helmetnya seraya melangkah meninggalkan gedung.

"Aku tidak akan mengulang. Aku kan tidak membunuhnya!"

"Kau hampir membunuhnya."

"Hampir."

"Misimu yang sesungguhnya belum benar-benar dimulai. Jika kau terus-terusan emosional seperti ini, kau takkan pergi ke kantor pusat!"

"Mustahil!"

"Serahkan laporannya besok pagi." Pria itu mengakhiri kalimatnya dengan tatapan tajam dan berlalu. Meninggalkan si gadis dengan umpatan tertahan.

***

"Red-Lotus 819 799, alias Miss Yonesha Ariesha Aguero. Bisakah kita berbicara sebentar?" Si pemilik nama menghentikan langkahnya dan berbalik. Menatap dua orang pria bersetelan resmi di hadapannya. Ia melirik ke sekeliling sebelum mengangguk kecil.

"Ada apa? Kalian bukan anggota ISA, bukan? Bagaimana kalian masuk kemari?" Gadis itu mengangkat sebelah alis dengan curiga.

"Mr. Jannivarsh ingin bertemu."

"A-apa?"

Gadis itu tergagap sejenak. Sudah dua tahun semenjak pertemuan terakhirnya dengan pria itu. Sosok yang telah manjadi ayah untuknya. Pria yang merawatnya sejauh ini. Gadis itu melangkah mengikuti dua pria tadi menuju kafetaria yang ternyata begitu sepi. Hanya ada seorang pria yang duduk di sudut ruangan. Tepat di samping dinding kaca yang mengarah ke lapangan utama.

Pria itu tersenyum setelah meletakkan cangkir minumannya. Menunggu si gadis hingga duduk berhadapan. Senyum hangatnya tak kunjung luntur. Ia pun berujar dengan suara berat yang memenangkan.

"Sudah lama tak berjumpa, Yonesha."

****

Seperti pengumuman yang saya posting. Ini adalah remake besar dari My Cool Agent, dengan cukup banyak perubahan alur hingga tata penulisan.
Judul baru ini saya pilih karena cenderung lebih mewakilkan keduanya. Tidak hanya terfokus pada salah satu karakternya.

Menurut kalian, bagaimana pembukaan kisah mereka kali ini?

Continue Reading

You'll Also Like

11.4K 405 24
Because both didn't want to show how much they were in pain. They try to drown the hurt with a lot of smiles. But there's only so much those facades...
145K 3.6K 180
Novel Problematic Prince terjemehan
188K 6.8K 59
Izuku was like any other child his age. Excited about the quirk that will make them a hero. As his quirk came in his friends and peers began feeling...
12.7K 246 26
❝ 𝘵𝘩𝘦 𝘮𝘰𝘳𝘦 𝘵𝘩𝘢𝘵 𝘺𝘰𝘶 𝘴𝘢𝘺 𝘵𝘩𝘦 𝘭𝘦𝘴𝘴 𝘵𝘩𝘢𝘵 𝘪 𝘬𝘯𝘰𝘸, 𝘸𝘩𝘦𝘳𝘦𝘷𝘦�...