EL

By Luluk_HF

32.4M 1M 79.7K

(NOVEL TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN SEGERA DIFILMKAN) "Kamu tau, Mario..." "Aku merasa seperti hujan dan kamu se... More

PROLOG - I'm KING
Pertemuan Singkat - the King -
Penyihir Kecil !!
I'm QUEEN
Pertemuan Singkat - the queen -
" LO-!!! "
Penculikan
Guardian
Don't Do That Again, Ify !!
Anak Baru!!
Gue bukan Tuan Putri !!
Freedom for 5 Days !
Kita Tetanggan ?? Hell ~
Penyihir Kecil level Akut !
First Kiss ~,~
Salah orang !
Aku siapa ??
Si angkuh dan Si Penganggu !
Priority
.Despair.
Cinta beda usia.
Proposal~
Side to Side
Kejadian.
Kesalahan Fatal, Mario!
Penyesalan terbesar!
Dimana kamu Dafychi?
Gadis kecil
Perpisahan
Romantic-Night
Selamat malam, suamiku.
Selamat malam, istriku
Aku Pamit, Mario.
Langit dan Hujan.
Titik Cerah!
Penelfon?
Pregnant ?
Merdeka!
Ampun!
Chicken-Rainbow!
Bertahanlah!
Tuhan dan Mama
Kak Ando.....
KAPAL PESIAR
Nama Bayi
Short-story
Sebuah Petunjuk Nyata!
LAST PART
CUAP-CUAP AUTHOR (1)
INFO BONUS PART
#MENUNGGUNOVELEL - SATU
Remember Them (satu)
FIX COVER NOVEL EL DAN INFO PENGUMUMAN GA
Remember Them - Tiga
Remember Them - Empat
PRE ORDER NOVEL EL DIBUKA
COVER BARU DAN FILM NOVEL EL
MEET AND GREET DAN NOBAR #ELTHEMOVIE

OH GOD!

369K 16.9K 3.4K
By Luluk_HF


Ify berhenti dihadapan pintu ruang kerja Rio, tidak ada sekretaris atau pengawal yang biasanya berjaga di depan. Apa Rio sedang ada rapat? Ify mengedikkan bahunya. Ia memilih untuk masuk saja ke dalam ruang kerja Rio, menunggu didalam.

Ckleeekk

Pintu ruang kerja terbuka lebar, memperlihatkan seorang pria dan seorang wanita disana yang sedang mengarah ke Ify.

"Maaf ga..."

"Masuk aja" suruh pria tersebut dengan senyum merekah dibibirnya, tentu saja itu Rio. Suaminya.

Ify mengangguk senang, menuruti ucapan Rio. Ify berjalan melangkah masuk, sebelumnya ia menutup pintu ruang kerja Rio terlebih dahulu.

"Siapa Pak? Adiknya ya? Waahh... Cantik ya, ngga heran kakaknya juga ganteng kayak gini" ujar wanita itu sembari melipatkan kakinya, lebih meng-ekspose jelas ke sexy-an paha putihnya.

Ify menghela pelan, mencoba untuk biasa saja. Ini bukan pertama kalinya ada wanita yang menggoda Rio, Ify harus sabar. Ia wajib mengerti pekerjaan suaminya. Ify tau Rio selalu profesional dan tidak akan melirik perempuan lain.

Ify melanjutkan langkahnya, berjalan kearah kursi kerja Rio dan duduk disana. Ia bisa mengawasi dua orang itu dengan jelas dari posisi ini. Ify melihat Rio fokus membaca beberapa lembar kertas di tanganya, tak mempedulikan pertanyaan wanita itu.

Ify tersenyum puas!.

"Kita se-umuran loh. Jadi boleh kan saya panggil Rio saja? Biar lebih akrab" ucap wanita itu lagi pantang menyerah.

"Terserah anda" jawab Rio singkat.

Wanita itu tersenyum kecut, merasa tidak di hiraukan oleh Rio. Ya... wanita itu terlihat sangat percaya diri untuk menggoda sosok Rio. Tubuhnya yang sexy, gaun merah terang diatas lutut yang membentuk indah tubuhnya, dandanan yang natural, membuatnya terlihat begitu anggun dan menawan.

"Kam juga boleh kok panggil aku Diana" ucapg gadis bernamakan Dianna. Mungkin gadis ini berpedoman pada kalimat Maju Terus Pantang Mundur!.

Rio selesai menandatangani kontrak kerjanya, ia memasukkan kembali lembar-lembaran kertas itu kedalam amplopnya kembali. Menyerahkanya ke Diana.

"Saya sudah menandatangani semuanya." Ucap Rio sopan

"Nggak usah se-formal itu juga kali. Kan kita teman"

Rio membalas dengan sebuah senyuman kecil.

"Besok malam ada pesta ulang tahunku di Aula hotel Grand, kamu datang bisa?" pinta Diana.

"Maaf sepertinya besok saya ada kerjaan sampai malam"

"Yaahh.... Masak nggak bisa sih? Aku pingin banget kamu datang. Siapa tau aja kita bisa dekat dan jodoh"

Rio terdiam, ingin menertawakan kalimat wanita dihadapanya ini.

"Saya masih ada janji lain, kalau anda sudah selesai, disana pintu keluarnya" ucap Rio mengusir secara halus.

Diana mendengus kesal, kedua matanya memutar tak percaya dengan ucapan Rio barusan. Untuk pertama kalinya ia dicampakkan oleh pria!. Diana dengan cepat berdiri dari tempat duduknya, menatap Rio tajam.

"Terima kasih!" sengit Diana, ia melangkah keluar dari ruangan kerja Rio dengan langkah penuh kemarahan.

Rio geleng-geleng menatap Diana yang telah hilang dibalik pintu kerjanya. Tidak paham kenapa setiap gadis yang masuk ke ruanganya selalu bersikap sama. Padahal ia juga tidak menggoda gadis itu duluan. Mungkin pesona-nya yang suka menyebar-nyebar sendiri.

Kedua mata Rio teralih menatap Ify, istrinya. Rio berjalan mendekati Ify.

Cupp

Rio menarik kepala Ify dan menciumnya singkat. Ify mendongakkan kepalanya untuk melihat suaminya.

"Sudah wanita ke berapa itu?" tanya Ify tenang.

"Ma...maksudnya?" tanya Rio balik, karena tak mengerti dengan pertanyaan istrinya.

"Sudah wanita ke berapa yang menggoda kamu?"

"Entahlah, aku nggak ada waktu buat hitung itu" jawab Rio sombong.

Ify mendesis pelan, mengalihkan pandanganya ke arah lain.

"Gimana kencannya dengan Ariel? Menyenangkan?" tanya Rio dengan nada menggoda.

Ify menatap Rio lagi lebih tajam. Ya.. fyi saja, semalam Ariel menelfon Ify karena ingin bertemu dengan gadis itu, dan dengan mudahnya Rio mengizinkan Ify dengan alasan Ify harus menjelaskan pada Ariel bahwa Ify sudah mempunyai suami sekarang.

"Dia ngasih aku bunga sama boneka gede banget" ucap Ify bercerita.

Rio manggut-manggut, masih dengan raut wajah tenang tanpa emosional sedikit pun membuat Ify kesal sendiri.

"Kamu nggak cemburu?"

"Sama sekali nggak" ucap Rio jujur.

"Kok gitu?" kesal Ify.

"Aku bisa kasih kamu lebih dari itu" ucap Rio percaya diri. "Lagian kamu udah jadi istriku, dia mau ngerebut kayak gimana lagi?"

Kini giliran Ify yang manggut-manggut, ucapan Rio ada benarnya juga. Toh, ketika tadi ia memberitahu Ariel bahwa dia sudah menikah dengan Rio, pria itu hanya terdiam tak berkutik. Setelah itu pergi begitu saja dengan wajah sedih.

"Kamu udah makan?" tanya Rio menyadarkan Ify dari lamunanya.

"Sudah tadi, tapi cuma dikit"

"Mau makan lagi?" tawar Rio.

"Emang kamu udah nggak ada kerjaan lagi?"

Rio berpikir sebentar, kemudian melirik jam tanganya.

"Mungkin untuk waktu ini tidak. Tapi kalau Mr. Ann tiba-tiba menelfon, aku harus balik ke kantor"

Ify mengangguk kecil,

"Aku mau Pizza" pinta Ify.

"Yaudah ayo" balas Rio langsung menuruti.

Mereka berdua pun segera beranjak dari sana, menuju ke restoran Pizza terdekat dari perusahaan Rio.

*****

Sivia membolak-balik menu makanan dihapanya, dari atas sampai bawah tak ada yang dikenalnya, bahasanya sangat aneh dan sulit di ucapkan. Ia sedang berada di restoran korea bersama dengan Ando. Sivia mendapatkan 2 makanan voucher gratis dari illy, dan ia memilih untuk mengajak Ando.

"Kamu pesan apa kak?" tanya Sivia menatap Ando.

Sivia menghela berat, ternyata kekasihnya itu tak beda jauh dengan dirinya. Sama-sama bingung dengan menu makan dihadapanya. Sivia terkekeh pelan, wajah Ando terlihat lucu sekali.

"Apa kita pindah restoran aja?' tanya Sivia tak enak dengan Ando.

"Nggak usah, kasihan Vouchernya kebuang sia-sia" jawab Ando masih fokus ke menu makanan di depanya.

"Aku pesan ini" ucap Ando menunjuk sebuah gambar mie-hitam.

"Yaudah aku itu juga deh" sahut Sivia dan segera memanggil waiters di depan kasir.

Mereka memesan beberapa makanan yang boleh menggunakan voucher itu. Mereka harus menunggu sekitar 20 menit.

"Kapan pengumuman hasil ujian?" tanya Ando membuka topik baru.

"Entahlah, mungkin 3 minggu lagi" jawab Sivia sembari mengangguk-anggukan kepalanya.

"Jadi mau kuliah dimana?"

"Aku dapat beasiswa kok. Sivia diterima di Universitas Arwana"cerita Sivia dengan senyum merekah.

"Beneran?"

"Iya. Jadi tenang aja, kak Ando nggak usah khawatir"

"Beruntungnya punya pacar yang cerdas kayak gini" puji Ando sembari membelai rambut Sivia beberapa kali.

Sivia tersenyum kecil, di dekat Ando dirinya selalu merasa bahagia dan tenang. Ia seperti mendapatkan kakak dan pacar sekaligus.

Tak lama kemudian pesanan mereka datang, mereka berdua segera menikmati sensasi masakan korea yang baru pertama kali mereka santap ke dalam mulut mereka.

BRAAKKK

Suara gebrakan meja mengejutkan Ando dan Sivia secara bersaman, untung saja mereka tidak tersedak, mereka menghentikan aktivitas makan dan menoleh ke pelaku yang menimbulkan sumber suara keras itu.

"HUAKAKAKAKA"

"illy!"serempak Ando dan Sivia bersamaan, heran melihat gadis itu yang entah datang sejak kapan.

"Lo beneran kesini dan pakek Voucher-nya" tawa illy masih meledak. Illy menyeret satu kursi dan mendudukinya.

"Lo ngapain disini? Bukanya tadi bilang lagi belanja?" tanya Sivia heran.

"Iyasih tadi gue belanja, terus gue bosen mangkanya kesini. Niatnya siapa tau ketemu oppa-oppa cakep terus kepincut sama kecantikan gue"

Hell!! Ando dan Sivia menatap illy dengan tajam, gadis ini sama sekali tak pernah berubah. Percaya diri tingkat dewa adalah salah satu motto hidupnya yang tak bisa di-nego!.

"Lo beneran masih jomblo aja?" tanya Ando heran.

Illy menatap Ando, kemudian menunjuk dirinya sendiri.

"Gue kak?"

"Iya"

"Selama-lamanya status jomblo gue pasti masih lamaan lo!" balas illy kejam.

"Dan selama-lamanya status jomblo gue juga pasti masih lebih lama ke-jombloan yang baca cerita ini!"

Semuanya mendadak terdiam.

"Perlu ketawa nggak?" tanya illy dengan smrik penuh arti.

"PERLU DONG!"

"HUAKAKAKAKAKAKAKKAK"

Detik berikutnya mereka kembali terdiam. Hening tanpa suara satupun.

Illy menghela berat, ia menatap Ando kembali dengan wajah kasihan.

"Kok ada orang kayak lo kak, udah jomblo lama terus ditolak 160 kali" ucap illy sok iba, ia kembali menyerang Ando.

"145 kali" ketus Ando meralat dengan cepat.

Illy tertawa remeh.

"Dan lo bangga? HAHAHAHA." Ledek illy.

"Sialan nih kecebong satu" desis Ando, kalau tidak ingat bahwa illy adalah sahabat adiknya sekaligus adik dari adik iparnya sudah dari tadi ia ingin membekap mulut illy.

Sivia menggeleng-gelengkan kepalanya, sejak memutuskan untuk tidak bersama lagi Ando dan illy lebih sering bertengkar dan saling mencela satu sama lain. Yah, mungkin untuk menghilangkan kecanggungan diantara mereka berdua. Tebak Sivia.

"Lo nggak nikah sama Sivia kak? Masak kalah sama adik lo" ucap illy masih belum puas menyerang Ando.

"Sivia masih mau fokus kuliah dulu" jawab Ando.

"Haha alasan receh!! Lo percaya?" illy mulai beraksi kompor.

Sivia menatap illy dengan tajam sedangkan Ando memberikan tatapan bingung, tidak mengerti maksud pertanyaan dan pernyataan illy barusan.

"Ya jelaslah, Gue jadi Sivia juga pasti mau cuci mata dulu ke kakak-kakak tingkat yang cakep di kampus! Masa remaja yang indah kok dilewatin" jelas illy tersenyum picik.

"Lo beneran ya...." desis Sivia gregetan dengan illy.

"Bener itu Vi?" tanya Ando yang masuk ke perangkap illy dengan mudah.

"Nggak lah!" jawab Sivia tegas.

"Hahahaaha, wajah lo merah! Lo pasti bohong!" ledek illy menujuk pipi Sivia.

Ando menatap Sivia curiga.

"Enggak kak Ya Allah, lo percaya sama omongan iblis satu ini!" kesal Sivia

"Kak Ando..." panggil illy membuat arah pandang Ando beralih lagi.

Illy meraih tangan Ando, mengenggamnya dan memberikan tatapan lekat.

"Sebelum terlambat, dan ada pria lain yang merebut hati Sivia, lo harus segera nikahi dia" ucap illy meyakinkan.

"Tante-tante aja napsu sama berondong, apalagi Sivia!"

PLAAAKKK

"Awww! Sadis! Sakit coy!" pekik illy mengelus-elus kepalanya yang dipukul Sivia menggunakan gelas kosong.

"Nggak usah alay lo!"bentak Sivia kesal setengah mati.

"DEMI ANAK JALANAN YANG TAYANG LAGI DI RCTI SAKIT SIVIA!! YA TUHAN!!"

Sivia dan Ando langsung berdiri dari kursi tersebut, mereka mengambil langkah seribu meninggalkan illy disana sendiri. Mereka berdua terlalu malu untuk mengakui bahwa mereka mengenal gadis itu! Illy sungguh memalukan sekali!.

"Sialan gue ditinggal!" kesal illy menatap Sivia dan Ando yang melangkah semakin menjauh.

Illy mendeack sebal,

"Udah nganiaya! Kabur lagi! Gue tuntut juga lo berdua!"

"Yang cowok pernah nyakitin hati adek! Sekarang yang cewek nganiaya tubuh adek!"

"Hayati itu nggak bisa diginiin! Terlalu menyakitkan Ya Allah!"

"Kenapa cuma gue aja yang nggak dikasih pacar disini? KENAPA? KENAPA?"

"INI SUNGGUH TIDAK ADIL!!! SANGAT TIDAK ADIL!"

"KAPAN GUE PUNYA PACAR?? KENAPAA GUE NGGAK PUNYA PACAR ? KENAPA? KENAPAA??"

"AUTHOR KENAPAAA!!!!"

****

Ify menolak untuk diantarkan pulang, ia lebih memilih ikut Rio yang akan ada rapat di Bandung, dan itu membutuhkan 2 sampai 3 jam perjalanan. Apalagi mereka harus berangkat se-sore ini pasti jalanan cukup macet.

Ify menatap suaminya, sudah 2 jam lebih Rio menyetir, wajah lusuh dan lelah kentara sekali di wajah suaminya. Ify menjadi kasihan dan sedikit tak tega.

"Kalau capek, berhenti dulu yo" ucap Ify sembari mengelus pipi Rio.

"Gara-gara macet tadi kita bisa telat, mangkanya gue harus cepat sampai" jelas Rio meraih tangan Ify dan menggengamya erat.

Ify mengangguk kecil, menuruti saja ucapan Rio. Ify mengalihkan pandanganya ke luar jendela. Ia mencoba untuk tidak tidur, walaupun rasa kantuk mulai menyerangnya. Ify tidak tega membiarkan Rio terjaga sendirian, takut tiba-tiba Rio mengantuk.

Ify menutupi mulutnya yang menguap, entah sudah keberapa kalinya. Ify meraih ponselnya, mencari kesibukkan kalian. Ia bermain games disana. Berharap kantuknya hilang.

BRUKKK

Ponsel Ify terlepas dari tanganya tanpa sadar, Ify sempat terlelap beberapa detik membuat ponsel ditanganya lepas. Ify sangat terkejut, kedua matanya terbuka sempurna.

"Udah tidur aja sayang" ucap Rio tidak tega melihat Ify yang menahan kantuknya.

"Nggak kok yo. Aku nggak ngantuk" jawab Ify meyakinkan suaminya.

"Mata kamu merah, Dafychi!" tukas Rio menyudutkan istrinya.

Ify mendesis sebal, Rio selalu tau tentang kebohonganya.

"Aku udah nggak ngantuk kok, kasihan kamu nanti bosen sendiri" ucap Ify.

Rio tersenyum kecil, mengacak-acak puncak kepala Ify, gemas dengan perhatian kecil dari Ify yang baginya sangat luar biasa.

"Yaudah, enaknya kita bicarin apa? Biar kamu nggak ngantuk?" tanya Rio, meraih tangan Ify lagi dan menggenggamnya.

"Mmm... Apa ya? " Ify berpikir sebentar.

"Aku ada pertanyaan buat kamu" ucap Rio membuat kedua mata Ify langsung mengarah ke dirinya. Ify terlihat sangat fokus.

"Apa?" tanya Ify sedikit tak sabar.

"Kalau aku nggak pernah ketemu sama kamu, apa kamu bakalan pacaran sama Ariel?" tanya Rio tenang.

Ify membulatkan kedua matanya, terkejut dengan pertanyaan Rio yang menurutnya sama sekali tidak penting.

"Apakah itu sebuah pertanyaan? Wajib gue jawab/"

"Yah"

Ify mendesis sinis,

"Nggaklah! Gue nggak suka sama dia! Emang dia baik, dia perhatian, pantang menyerah, tapi bukan tipe gue" jawab Ify sangat jujur.

Rio manggut-manggut paham,

"Emang tipe lo kayak gimana?"

"Tipe yang disukai banyak cewek di dunia" ucap Ify dengan penuh keyakinan.

"Maksudnya?"

"Ya... tipe pria Berwibawah!" ucap Ify tersenyum picik.

"Berwibawah? Hanya itu?" heran Rio.

"Iya. Berwibawah! Wih bawah mobil keren. Wih bawa rumah gede. Wih bawa uang banyak. Wih bawa segalanya yang dibutuhkan perempuan" jawab Ify menahan tawa.

Rio mendengus kesal. Sesekali melirik istrinya dengan tak enak.

"Itu mah kamu matre Dafychi!" gerutu Rio.

"It's okay that's love! Cewek itu harus matre kalau nggak kayak gitu, mau makan apa dia sama anak-anaknya? Mau makan cinta? Aelah basi! Emang ini jaman Romeo-Juliet?"

"Jaman sekarang itu yas mas Rio tercinta, beli apa-apa pakek uang, beli makan pakek uang, beli baju pakek uang, beli rumah pakek uang, masuk ke toilet mall nggak ngapa-ngapain aja loh bayar pakek uang"

"Dan lebih parahnya lagi, kalau ke atm ternyata atmnya rusak dan balik ke parkiran itu ditagih mas, disuruh bayar sama penjaga ajaib! Ya Allah, pedih kan!"

Rio mengaga lebar, shock dengan ucapan Ify yang bagai kereta KTX yang tak bisa berhenti. Itu benar Ify kan? Dafychi? Istrinya? Seriusan?. Rio bergidik ngeri sejak kapan istrinya jadi banyak omong seperti itu?. Apa semenjak malam pertama mereka?. Sungguh mengejutkan pemirsah!.

Rio terbungkam! Tak bisa membalas ucapan istrinya! End sudah! End! Dia kalah telak!

"Aku juga ada pertanyaan buat kamu" ucap Ify kembali tenang.

"Apa?" tanya Rio balik.

"Kalau kamu sebelumnya nggak pernah ketemu aku juga, apa kamu bakalan nikah sama Allena?"

Rio mematung, nama wanita jahat itu disebut lagi.Yah, Ify sampai sekarang masih tidak tau tentang kejadian itu dan sampai selamanya Rio tidak akan pernah memberi tahu. Rio tidak ingin memberikan cerita mengerikan dan menyedihkan kepada istrinya.

"Jawab yo! Mikirnya lama banget!" kesal Ify.

"Nggak!" jawab Rio mantap.

"Masak? Kenapa?"

"Karena aku bakalan cari kamu, dimanapun" jawab Rio setengah menggoda.

"HELL!!" gidik Ify sedikit jijik dengan jawaban suaminya, walaupun dalam hati ia berteriak bahagia.

"Lalu tipe perempuan kamu? Gimana?" tanya Ify lagi.

"Mmm... tipe perempuan yang aku sukai itu perempuan yang pinter"

"Pinter? Cuma itu?" heran Ify.

"Yaa.... Pinter masak, Pinter bersih-bersih rumah, pinter di sekolah, pinter segala hal dan yang paling penting....."

Rio memberikan seringai nakal ke arah istrinya, membuat jantung Ify terasa berhenti berdetak, ia gugup setengah mati.

"Pinter diranjang, kayak kamu"

"HUAAAAAA!! DASAR OM MESUM!!" teriak Ify sangat histeris. Ify hampir saja ingin menangis mendengar jawaban Rio yang lebih menyeramkan dari film horor indonesia.

Rio tertawa puas, ia berhasil membalas Ify. Walaupun tidak sepenuhnya jawaban dari mulutnya barusan adalah kebohongan. Hampir 50% benar. Ify menjauhkan tubuhnya dari Rio dengan cepat, menyudutkanya di pintu mobil sembari memegang erat seatb-belt-nya.

"Aishh... Mas Rio jadi nggak sabar punya anak" ledek Rio kembali menggoda Ify.

"Nggakk!! Nggak!! Gue nggak mau hamil dulu!" tolak Ify

"Ya... gimana dong? Kan kita udah melakukanya berkali-kali, pastilah jadi dedek bayi. Ditunggu aja" tambah Rio menakut-nakuti.

"Yaudah mulai sekarang nggak usah lagi! Aku nggak mau tidur sama kamu!"


CIIITTTTT

Rio langsung membanting stir mobilnya ke kiri mengerem mobilnya mendadak. Ini adalah permasalahan yang sangat serius baginya! Lebih serius dari pilkada DKI Jakarta kemarin!.

"Yo apaan sih! Gue kaget tau!" teriak Ify menghembuskan napasnya beberapa kali.

"Fy! Nggak bisa kayak gitu!Nggak bisa! Itu adalah sebuah penderitaan bagi suami!" ucap Rio menatap istrinya sangat serius.

Ify menatap Rio ngeri,

"Lo ngomong apa sih!"

"Jangan stop jatah gue dong fy! Jatah uang, jatah makan, jatah yang lainya gue bisa cari sendiri diluar"

"Tapi kalau jatah itu gue nggak bisa cari di luar. Gue nggak bisa Fy!" tambah Rio sangat dramatis.

"Lebay deh! Udah sana jalan!"

"Nanti malam kasih gue jatah dulu" pinta Rio menggerling manja.

"Najis! Ogah!"

"Fy..... nggak lama kok. Bentar doang. Seriusan, nggak bohong!"

"Basi mulut lo! Nggak lama apaan! 2 jam kemarin di kamar mandi, mas!"

"Yaelah, yang enak juga nggak aku aja Fy. Kamu juga kan!"

"Ihhh!! Rio bahasannya!" teriak Ify sebal. Mukanya terasa panas, memerah padam. Ia sangat malu.

Rio tertawa pelan.

"Gue nggak akan bahasa lagi, tapi lo janji dulu. Nanti malam kasih abang Rio jatah"

"Ya Allah, ampuni suami hamba ini" serah Ify sembari mengelus dadanya.

"Kan biar cepet jadi dedek bayi diperutnya adek Ify"

" Jalan yo! Jalanin mobil lo sekarang!" sentak Ify tajam tanganya ia tunjuk-tunjuk ke depan.

Rio menggeleng, tak mendengarkan teriakan istrinya.

"Janji dulu" rengek Rio.

Ify menjambak-jambak rambutnya frustasi. Suaminya benar-benar sudah gila!!

"Yo kamu ini udah mau telat rapatnya!!"

"Bodo! Rela gue nggak ikut rapat daripada nggak dapat jatah nanti malam" balas Rio tak mau kalah.

"Astaghfirullah, Lahaula, otak lo isinya apa sih yo? Cabe di mericain? Cabe di sambelin apa Cabe di cabein sih?"

"Cabe diterongin, enak itu. Sedap!"

"LO NGGAK WARAS!"

"OKE! NANTI MALAM POKOKNYA DAPAT JATAH!!"

"NGGAK ADA!"

"BODO! GUE YANG BAKALAN NYERANG DULUAN!"

"GUE KABUR DULUAN!!"

"LO GUE IKET DULUAN!"

"LO PSIKOPAT!"

"NGGAK PEDULI YANG PENTING GUE DAPAT JATAH!"

"LO SAKIT JIWA!"

"BIARIN! YANG PENTING HAK GUE TERPENUHI!"

Ify meremas-remas jemarinya, menatap Rio dengan membunuh.

"Demi Tuhan yang Maha Esa lagi Maha penyayang, kok bisa gue dapat suami macam kayak lo!"

"Lo nyesel punya suami kayak gue?" tanya Rio skiptis.

"BANGET!"

"Kok gitu?"

"Napsuan sih!" kesal Ify.

"Ya Allah Fy, gue napsuan dari mana coba? BAYANGIN DAFYCHI GUE NAHAN 4 BULAN BUAT NGGAK NYERANG LO! LAKI-LAKI MANA YANG BISA TAHAN KAYAK GITU??"

Ify terdiam, membeku. Ia kehabisan kata-kata tak bisa membalas Rio balik. Ucapan Rio sungguh sangat benar dan tak bisa tersangkal kan. Ify mengerjapkan kedua matanya, berlagak polos, lebih tepatnya berlagak tuli.

"Jadi adek Dafychi, mas Rio memohon dengan bijaksana, agar adek Dafychi berkenan memberikan sedikit waktunya untuk mas Rio nanti malam"

Anjr! Ini lama-kelamaan si Rio jadi kayak orang kesurupan gini. Ify sekali lagi dibuat bergidik ngeri, bulu-bulu ditanganya berdiri semua. Ia merinding hebat.

"Kamu seriusan Rio kan? Suamiku?"

"Iya adek Dafychi, ini mas Rio. Mas Mario-mu"


"NAJIS YO! SIALAN! CEPETAN JALANA MOBILNYA ATAU GUE TURUN DISINI!"

"NAJIS! CUIH! NGGAK SUDI GUE !! MERINDING GUE!!"

Rio membanting-banting stirnya, tawanya meledak dengan keras. Jujur, ia sendiri sangat merinding dan hampir ingin muntah mengatakanya. Tapi melihat reaksi Ify yang sangat histeris seperti itu membuatnya puas dan benar-benar terhibur.

Rio menatap Ify yang terlihat gemetar, dan tak berani menatapnya. Rio mendekati istrinya.

Cuppp..

Rio mengecup singkat pipi istrinya, membuat tubuh Ify terjingkat beberapa detik.

"Udah nggak ngantuk lagi kan sayang?" tanya Rio masih berusaha meredahkan tawanya.

"Nggaklah! Siapa yang bisa tidur lagi kalau bahasanya kayak gitu!" umpat Ify masih kesal.

"Bercanda Dafychi, aku Cuma bercanda tadi. Biar kamu nggak ngantuk lagi" ucap Rio jujur. Ia mengacak-acak puncak kepala Ify dengan gemas.

"Nggak lucu tau!"

"Hahahaha. Kan biar bisa hibur kamu"

"Hibur apaan! Nyeremin!"

Rio terkekeh pelan, menjalankan kembali mobilnya. Ia melirik ke jam tanganya dan hanya bisa mendesah pelan. Sudah dipastikan ia akan telat 30 menit sampai disana. Biarlah, yang penting ia merasa bahagia ada Dafychi sang istri disampingnya.

"Aku sayang sama kamu" ucap Rio tulus, mencium punggung tangan Ify yang berada digenggamanya.

"Hmm" jawab Ify singkat.

"Kok gitu jawabnya?"

"Masih kesel ini! Nggak usah ajak aku bicara!" ketus Ify tajam.

"Ohh... Adek Dafychi masih marah toh"

"Yo nggak mulai deh!" ancam Ify melirik ke Rio dengan tatapan ber-api.

"Iya iya maafin mas Mario-mu ini"

"RIOOOOO!!!"

******

Acha melompat-lompat seperti anak kecil di atas Trampolin belakang rumah Iqbal. Kini, Acha sangat sering ke rumah Iqbal, dan mau tak mau Iqbal hanya menerima pasrah kedatangan gadis aneh yang berwujud manusia ini.

"Iqbal!!" teriak Acha mengganggu Iqbal yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya.

"IQBAAAL JAWAB KALAU ACHA MANGGIL!" teriak Acha lebih keras.

Iqbal membanting bolpoinya, menatap Acha jengah.

"Apa?" kesal Iqbal.

"Gue cantik nggak kalau rambut gue bisa terbang-terbang kayak gini?" tanya Acha dengan senyum merekah.

Iqbal menghela berat, sumpah ya itu sama sekali bukan pertanyaan yang harus dijawab dan sama sekali nggak penting! Catat baik-baik! Sama sekali!.

"IQBAL JAWAB!"

"Iya cantik Cha, Cantik Ya Allah. !!" gemas Iqbal.

"Iya dong, Gue kan emang cantik" balas Acha dengan senyum senang.

"Terserah lo! Sesuka lo!"

Iqbal kembali menatap bukunya, fokus mengerjakan tugasnya lagi.

Acha mendengus sebal, Iqbal kembali tak mempedulikanya. Acha menghentikan permainanya, ia turun dari Trampolin tersebut dan berjalan ke arah Iqbal, mendekati Iqbal dan duduk disebalah Iqbal.

"Iqbal" panggil Acha merengek.

"Apa?"

"Acha sayang gitu loh nyahutinya"

Iqbal mendecak pelan, mimpi apa dia semalam bisa suka gadis sinting kayak Acha!

"Harus ya?" tawar Iqbal.

"Cepetan Iqbal!!"

Iqbal berdo'a dalam hati sebentar. "Semoga gue nggak bisu setelah ini"

"Iya Acha sayang" jawab Iqbal dengan nada sangat terpaksa.

"Aduh jadi malu dipanggil sayang. Gue jadi baper"

Iqbal menggeleng-gelengkan kepalanya, menghilangkan rasa ngeri dan gemetar di sekujur tubuhnya. Iqbal mencoba fokus lagi dibukunya, mengambil bolpoinya yang sempat dijatuhkan.

"Iqbaaall" panggil Acha lagi.

Iqbal kehabisan kesabaran kalau sudah berurusan dengan gadis ini. Ia menutup semua bukunya dengan tak sabar, dan menumpuknya jadi satu dalam sekali bantingan. Membuat Acha tersentak, terkejut.

"Iqbal marah ya? Maafin"

Iqbal menatap Acha.

"Lo bisa nggak se-jam aja diem, nggak ganggu gue? Gue lagi ngerjain tugas Acha, besok dikumpulin"

"Nggak bisa Iqbal" tolak Acha cepat.

Iqbal menghela pasrah, menatap Iqbal lagi.

"Kenapa manggil tadi? Apa lagi? Mau apa?"

"Nggak apa-apa, manggil aja kok" jawab Acha dengan wajah paling lugu yang ia punya.

Iqbal menggertakan gigi-giginya, menahan rasa kesal, marah dan emosinya yang berkobar di sekujur tubuh. Ingin sekali ia memutilasi, membunuh gadis dihadapanya ini. Kalau nggak sadar kalau ada rasa cinta dihatinya, mungkin dia sudah melakukanya!

Iqbal berpikir keras,

"Di otak lo nggak ada motivasi lain gitu? Selain gangguin gue?"

"Gue nggak gangguin lo. Gue Cuma pingin manggil lo aja, Apa itu salah? Hah?"

"Tapi lo manggilnya tiap menit Acha!"

"Masak sih? Kok berasa sejam ya?"

"Allahuakbar! Gue adzanin juga kuping lo!"

"Jangan! Nanti Acha kepanasan! Dosa Acha banyak"

Iqbal mengelus dadanya, mencoba tetap sabar! Bisa cepat tua dia kalau tiap hari harus teriak-teriak tak jelas seperti ini, dan itu semua karena gadis tak waras yang selalu mengikutinya setiap detik!.

"Iqbal nanti pulang dari sini, gue mau minta bel..."

"Minta beliin apa lagi? Bunga sekarung? Boneka Sapi 100? Apa lagi?"

"Iqbal nggak mau beliin ya?" tanya Acha sedih.

"Nggak! Gue capek!" sentak Iqbal sadis.

Iqbal memutar kedua matanya, beralik ke tumpukan buku dihadapanya, Iqbal meraihnya.

"Yaudah kalau nggak mau. Acha nggak maksa"

Iqbal terdiam sejenak, tubunya mematung untuk beberapa detik. Ia membalikkan badanya, menghadap Acha lagi. Gadis itu terdiam sembari menatapnya.

"Kenapa nggak mau? Biasanya ngerengek terus" tanya Iqbal heran.

"Kata Mira kalau gu..."

"Nggak ada yang lain gitu? Selain Mira? Kasihan gue sama Mira"

Acha berpikir sebentar. Kemudian menatap Iqbal lagi.

"Kata Ningsih, kalau gu..."

"SIAPA LAGI ITU NINGSIH!! YA ALLAHH!!"

Acha menggaruk-garuk kepalanya, menatap Iqbal tanpa dosa.

"Katanya disuruh ganti!" jawab Acha santai.

Iqbal menjedok-jedokan kepalanya ke meja didepan. Ia tak kuat jika hidup kayak gini lagi! Demi apapun Iqbal menyerah! Give up! Iqbal berharap gadis model Acha Cuma satu di dunia ini!.

"Iqbal!!" panggil Acha menarik-narik kaos Iqbal.

"Apa lagi Acha sayang?" balas Iqbal dengan raut yang ingin menangis.

Acha menatap Iqbal yang merenggut,

"Gue minta beliin cokelat panjang segini!" ucap Acha sembari melebarkan kedua tanganya kira-kira sekitar 60 cm.

Iqbal menghela berat.

"Kali ini iri sama siapa lagi? Siapa yang dibeliin cokelat panjang sama pacarnya?"

"Si Wati, dia dibeliin cokelat pacarnya panjang banget, dibeliin 5. Gue juga pingin"

Iqbal ingin menangis sekeras mungkin. Kedua tanganya terkepal kuat.

"Cha, gue tanya ya ke lo! Jawab jujur!"

"Acha nggak pernah bohong sama Iqbal. Acha pasti jawab jujur. Seriusan!" ucap Acha meyakinkan.

"Sebenarnya temen lo yang mana sih? Mira? Ningsih? Apa wati?"

Acha tersenyum lugu.

"Sama aja kok bal. Mereka satu orang"

"Hah?

"Iya. Nama panjang temen Acha itu Mirawati Ningsih!"

" YA ALLAH CABUT NYAWA GUE SEKARANG! CABUT!! CABUTTT!!!"

" IQBAL NGGAK KUAT YA ALLAH!!!"

"HIDUP INI TERLALU BERAT BUAT IQBAL!!"

"SUDAHI YA ALLAH!!"


*****


#CuapCuapAuthor


TERIMA KASIH BANYAK MASIH MAU BACA"EL" DITUNGGU PART SELANJUTNYA MAAF BANYAK TYPO MAKASIH BANYAK ALL JANGAN BOSEN-BOSEN YA BACANYA :D MAAF KEMARIN NGGAK BISA POST. LAAFTYUU


Jangan lupa COMMENT dan VOTE SELALU PALING BANGETAN DITUNGUUIINN TINGGALKAN JEJAK YAA MAKASIHHHLAAFTYUUUUU. DOAKAN SEMOGA BISA JADI 5 BESAR DI ROMANCE AMIN YARABBAL ALAMIN. 


Salam,


Luluk_HF

Continue Reading

You'll Also Like

187K 25.1K 61
Riona itu suka rebahan dan makan sedangkan Zidan suka olahraga, sangat bertolak belakang. Tapi apakah rumah yang dekat, menjadikan mereka juga semaki...
5.4M 148K 17
Sudah diterbitkan oleh Grasindo Kadang, kita memerlukan hati untuk melihat. Karena tidak semua hal bisa dilihat oleh mata. Lewat acara Ice Break, Pel...
194K 9.5K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
1M 84.6K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...