EL

By Luluk_HF

32.4M 1M 79.7K

(NOVEL TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN SEGERA DIFILMKAN) "Kamu tau, Mario..." "Aku merasa seperti hujan dan kamu se... More

PROLOG - I'm KING
Pertemuan Singkat - the King -
Penyihir Kecil !!
I'm QUEEN
Pertemuan Singkat - the queen -
" LO-!!! "
Penculikan
Guardian
Don't Do That Again, Ify !!
Anak Baru!!
Gue bukan Tuan Putri !!
Freedom for 5 Days !
Kita Tetanggan ?? Hell ~
Penyihir Kecil level Akut !
First Kiss ~,~
Salah orang !
Aku siapa ??
Si angkuh dan Si Penganggu !
Priority
.Despair.
Cinta beda usia.
Proposal~
Side to Side
Kejadian.
Kesalahan Fatal, Mario!
Penyesalan terbesar!
Dimana kamu Dafychi?
Gadis kecil
Perpisahan
Romantic-Night
Selamat malam, suamiku.
Selamat malam, istriku
Aku Pamit, Mario.
Langit dan Hujan.
Penelfon?
OH GOD!
Pregnant ?
Merdeka!
Ampun!
Chicken-Rainbow!
Bertahanlah!
Tuhan dan Mama
Kak Ando.....
KAPAL PESIAR
Nama Bayi
Short-story
Sebuah Petunjuk Nyata!
LAST PART
CUAP-CUAP AUTHOR (1)
INFO BONUS PART
#MENUNGGUNOVELEL - SATU
Remember Them (satu)
FIX COVER NOVEL EL DAN INFO PENGUMUMAN GA
Remember Them - Tiga
Remember Them - Empat
PRE ORDER NOVEL EL DIBUKA
COVER BARU DAN FILM NOVEL EL
MEET AND GREET DAN NOBAR #ELTHEMOVIE

Titik Cerah!

368K 15.8K 1K
By Luluk_HF


Ify menatap dua orang dihadapanya semakin bingung, selama 10 menit ia diam hanya memperhatikan Bella dan Joshe yang sedang ber-adu argument dengan suara pelan. Mereka terlihat sangat serius.

"Oke, biar aku yang menjelaskan!" ucap Bella dengan nada suara cukup tinggi.

Bella meraih sebuah benda elektronik berbentuk persegi panjang, sebuah Ipad. Gadis itu mengotak-atiknya sebentar kemudian menatap Ify dengan raut wajah yang tak bisa Ify tangkap dengan baik, gadis itu antara takut, cemas dan bingung.

"Fy. Apapun yang akan aku jelaskan, kamu pasti akan terkejut dan mungkin kamu tidak bisa menerima"

"Aku akan menunjukkan sebuah video, kamu harus tonton sampai akhir sampai selesai. Harus" ucap Bella memaksa.

Ify mengernyitkan dahinya, semakin tidak mengerti. Ia pun memilih mengiyakan ucapan Bella daripada semakin penasaran.

Bella menghela napas berat.

"Siniin tangan kanan kamu" pinta Bella.

"Untuk?"

"Hanya jaga-jaga saja, buat relaks.in tubuh dan otak kamu. Karena video ini akan mengejutkan kamu. Aku tidak ingin kamu tiba-tiba berteriak histeris ataupun tiba-tiba pergi dari sini begitu saja tanpa mendengarkan penjelasanku dulu"

Ify menjadi sedikit takut sendiri, ucapan Bella seolah ia akan ditontonkan sebuah film horror.

"Ayo fy, tangan kamu" pinta Bella lagi.

Ify menghela pelan, dan pelan-pelan menjulurkan tanganya ke depan, ke arah Bella.

Bella meraih telapak Ify, mengenggamnya sedikit erat dan memberikan posisi nyaman untuk tangan Ify. Bella melakukannya agar Ify lebih tenang. Setelah itu Bella membalikkan ipad yang sedari tadi ia bawah, ia mendekatkanya ke Ify.

Ify melihat layar di ipad tersebut, sebuah video yang ter-pause. Ify menekan tombol play, dan Video tersebut mulai terputar.

Ify menontonya dengan wajah serius, ia dapat melihat sosok gadis yang sangat dikenalnya. Yaitu dirinya sendiri dengan seorang pria, yaitu Joshe. Video tersebut diambil dari jarak yang sedikit jauh namun masih sangat jelas menampakkan wajah dari dua orang yang disorot.

Video terus terputar, semakin lama membuat Ify semakin tidak mengerti. Apa yang dilakukan dia disana? Dan kenapa dia begitu mesra dengan Joshe, bahkan ia terlihat Agresive kepada Joshe.

Ify mengigit bibirnya, kerutan dahinya bertambah banyak. Tubuhnya terasa bergetar dengan sendirinya, Ify mulai sedikit cemas, dan Bella dapat melihatnya. Dengan cepat Bella mengeratkan genggaman tanganya ke Ify. Ini adalah efek awal yang bisa muncul ketika seorang pengidap Xeitr-Ego mengetahui kenyataan yang tak pernah ia lakukan.

Ify menggelengkan kepalanya pelan, ia sama sekali tak mengingat bahkan merasa tak pernah keluar dengan Joshe. Sekeras apapun Ify berpikir, ia tak menemukan apapun. Ia tak ingat sama sekali.

Ify mengangkat kepalanya, menatap Bella bingung.

"Tonton sampai habis" suruh Bella. Ify nampak enggan namun Bella tetap terus memaksanya. Mau tidak mau Ify menurunkan kepalanya kembali, dan menonton Video tersebut itu lagi.

Ify membelakakan kedua matanya, yang ia lihat sekarang adalah, dirinya dan Joshe sedang berciuman di mobil, terlihat intens bahkan disana terlihat bagaimana dirinya memberikan respon kepada Joshe.

"Ng... nggaak mungkin"

"In...ini bukan aku"

"Bu...kan aku"

Ify mulai meracau, video tersebut telah ditontonnya sampai habis. Ify merasakan keringat dingin bercucur di pelipis dan dahinya. Bella menarik tangan kiri Ify, dan mengenggam kedua tangan Ify dengan erat. Menenangkan gadis dihadapanya.

"Itu bukan aku Bella"

"Aku tidak pernah keluar sama Joshe!"

"Aku tidak suka sama Joshe!"

"Itu bukan aku!" sentak Ify, ia menatap Joshe dengan dingin dan tajam. Memperjelas bahwa ia sama sekali tidak pernah ada rasa dengan Joshe, dan jika di video tersebut adalah dirinya maka itu suatu yang tidak mungkin.

Bella sudah dapat menduga reaksi yang akan diberikan oleh Ify seperti ini. Tapi setidaknya itu tidak seburuk dari yang dia bayangkan. Ia bersyukur Ify dalam kondisi yang lumayan tenang.

"Fy, dengerin penjelasan aku dan Joshe sampai selesai. Kamu jangan memotong apapun pembicaraan kita, dengarkan saja"

"Mengerti?"

Ify menghela berat, lalu menganggukan kepalanya menurut.

Bella terdiam untuk beberapa detik, ia menatap kedua mata Ify, memberikan sorotan yang tenang dan hangat. Ia menunggu timing yang pas, memperhatikan gerakan kedua mata Ify.

Oke! Now!

"Kamu sakit, menurut Joshe penyakit kamu sudah cukup lama. Penyakit kamu ada hubungannya dengan penyakit kejiwaan yang mempengaruhi tingkah perilaku kamu"

"Nama penyakit kamu adalah Xeitr-Ego, kamu memiliki kepribadian lain yang tidak bisa kamu lihat sendiri dan kamu bahkan tidak akan pernah merasa bahwa kamu pernah memiliki kepribadian itu"

"Dia akan muncul ketika kondisi kamu lemah, seperti kamu baru saja pingsan, ataupun ketika kamu sedang shock dan setress berat. Dia akan mengambil alih tubuh kamu, mengendalikan kamu."

"Dan kamu tidak sadar akan hal itu, kamu tidak pernah tau. "

"Keluarga kamu pasti tau tentang penyakit kamu, tapi mereka pasti tidak berani menjelaskannya, karena itu memang ber-resiko sangat tinggi, kamu bisa setress panjang bahkan gila karena tidak menerima penyakit ini"

"Tapi, kamu sudah saatnya untuk tau. Kamu sakit Fy, di video itu memang adalah kamu. Tapi bukan kamu yang sesungguhnya, kamu tidak akan mengingatnya, atau kamu tidak pernah merasa melakukanya. Ya... karena memang itu adalah other-side kamu yang muncul"

Bella terus menjelaskannya dengan pelan, tenang dan hati-hati. Tubuh Ify mulai bereaksi kembali, gadis itu mulai menunjukkan kepanikan dan ketakutan yang tinggi.

Joshe segera berdiri, berjalan mendekati Ify dan duduk disamping Ify. Joshe membantu Bella untuk menenangkan Ify. Joshe membelai lembut puncak kepala Ify, membisikkan sesuatu yang dapat membuat Ify merasa tenang.

Raut wajah Ify sudah pucat pasi.

"Joshe ambilkan dia minum" suruh Bella, menunda penjelasannya. Ia tidak tega melihat Ify yang mulai lemas.

Joshe membantu Ify untuk minum segelas air hangat. Ify pun menerimanya saja. Tatapan matanya masih lurus ke arah Bella yang juga terus memandanginya.

"Tarik napas kamu, dan hembuskan pelan-pelan Dafychi"suruh Joshe memberikan arahan untuk dilakukan oleh Ify.

Bella mencari timing lagi, memperhatikan gerak-gerik bola mata Ify, mencari titik tenang tubuh gadis dihadapanya.

"Kamu pasti pernah merasakan tubuhmu pegal-pegal padahal kamu tidak melakukan hal apapun? Kamu pasti pernah merasakan kamu bangun dari tidur dan seperti sudah sangat lama tertidur? Kamu juga pasti pernah merasa bingung, kenapa kamu bisa tiba-tiba berada disuatu tempat padahal kamu tidak merasa kesana sebelumnya"

"Benarkan?"

"I....ya..." jawab Ify mengiyakan. Karena memang itu sangat sering sekali terjadi ke dirinya.

Ify pikir bahwa selama ini ia memiliki sifat pelupa yang tinggi, dan kini ia telah mendapatkan jawabanya. Penyakit itu semakin terdengar nyata di dirinya.

"Penyakit kamu sangat menakutkan Fy, other-side yang ada diri kamu bisa merugikan kamu, bahkan bisa mengambil alih diri kamu sendiri jika tidak segera di atasi"

"Joshe pernah memiliki pacar bernama stefani yang berpenyakit seperti kamu, dan dia menghilang tidak bisa pulang sampai sekarang karena other-side.nya telah mengusasi diri Stefani. Karena itu Joshe melakukan penelitian selama bertahun-tahun tentang penyakit ini dan dia akhirnya bisa menemukan obat terapinya."

"Jadi kamu tidak perlu takut lagi. Kamu jangan takut dengan penyakit kamu, semakin kamu takut dan lemah, semakin kuat keinginan other-side kamu untuk muncul"

"Mengerti?"

Ify tidak tau harus memberikan respon apa saat ini, tentu saja semua penjelasan Bella begitu mengejutkan dirinya. Tapi, tidak mungkin dua orang ini berbohong, apalagi dengan bukti video yang ditunjukkan Bella, analisis yang dijelaskan Bella yang pernah tubuhnya alami, dan mengingat lagi dua orang ini adalah seorang dokter spesialis Ahli Kejiwaan.

"Ap... Apa yang harus aku lakukan? Ak.. Aku tak...takut Bella..."

"Ak...Aku ta...kut"

"Ak...Aku... sa... sangat... ta....taku" lirih Ify tak beraturan.

Bella tersenyum, membelai puncak tangan Ify, mentransfer energi yang paling hangat ditubuhnya ke tubuh Ify.

"Kamu jangan takut. Kamu pasti sembuh Ify"

"Joshe akan membantu kamu"

Ify menoleh ke arah samping, menatap Joshe yang sekarang sedang tersenyum ke dirinya.

"Aku akan membantumu"

"Sampai kamu sembuh"

"Aku janji"

Ify menganggukan kepalanya, desahan berat keluar dari bibirnya lagi. Kepalanya terasa berat dan ingin meledak. Ia tak pernah menyangka bahwa dirinya akan memiliki penyakit aneh seperti ini.

"Dan yang terpenting sekarang fy...."

Bella menghela berat, melepaskan kedua tanganya dari tangan Ify.

"Joshe, kamu jelaskan ke Ify" ucap Bella dengan ekspresi tak sanggup.

Joshe menganggukan kepalanya. Ia memutar tubuh Ify agar menatapnya.

"Maafkan aku Dafychi, aku telah memanfaatkan other-side kamu" ucap Joshe dengan raut sangat bersalah.

Ify mengernyitkan dahinya lagi, tak mengerti dengan ucapan Joshe.

"Ap...apa maksud kamu?"

"Stefani begitu mirip dengan other-side kamu. Waktu pertama kali aku melihatmu di pesta keluarga Haling, aku dapat melihat penyakit kamu dan aku dapat melihat other-side kamu yang tersembunyi disana, dan itu begitu mirip dengan pacar aku yang hilang"

"Aku merindukannya, jadi aku mengeluarkannya dari tubuh kamu"

"Setiap hari aku menjemputmu pulang sekolah, bukan kamu, melainkan aku memunculkan other-side kamu. Aku mengajakmu keluar, seperti berkencan. Semuanya aku lakukan diam-diam tanpa minta izin kepada Rio, suami kamu"

"Maaf aku telah merusak rumah tangga kamu"

Kedua mata Ify langsung membulat sempurna. Ia baru teringat sekarang dan semuanya terasa langsung jelas. Kepala Ify seperti baru saja disiram dengan bungakan Ice seberat 1 ton. Terasa dingin dan berat. Ify mengerti sekarang, sangat lebih dari mengerti.

"Rio marah besar ke kamu, bukan karena tanpa alasan. Dia mengetahuinya dan hanya bisa diam saja"

"Awalnya Rio mengira kamu benar menyelingkuhinya dari belakang. Rio mengira kamu menyukai aku, dan berhubungan denganku dibelakang dia."

"Setelah Bella dan aku menjelaskannya beberapa hari yang lalu, Rio langsung minta maaf ke kamu, tapi kamu memilih meninggalkan dia"

"Rio bukanya tidak berani menjelaskan, dia hanya takut, karena jika dia menjelaskanya langsung dan tiba-tiba itu akan terdengar sangat tak masuk akal dan hal terburuk bisa terjadi ke tubuh kamu"

"Semalam kami berdua datang ke Apartemen kalian, kami melihat kondisi Rio begitu sangat mengenaskan. Dia sama sekali tidak mau berbicara dengan siapapun, dia tidak mau makan, dia hanya diam dengan sorot mata kosong"

"Maafkan dia Dafychi. Itu bukan salah Rio. Semuanya hanya sebuah kesalahpahaman diantara kalian, dan itu karena aku. Kembalilah ke Rio."

"Dan Aku benar-benar minta maaf Fy, maafkan aku. Maaf aku sangat egois. Aku hanya merindukan Stefani"

"Maaf Dafychi"

Ify tak bisa berkata apapun, ia sangat terkejut bukan main. Ia tak pernah menyangka bahwa penyebab kerusakan hubunganya dengan Rio adalah penyakitnya sendiri. Ify meraskan kepalanya semakin berat. Sosok Rio, suaminya mulai berputar terus di otaknya.

"Maafkan Joshe Dafychi. Aku sebagai saudaranya, benar-benar minta maaf"

"Aku juga memohon, kamu maafin Rio. Dia begitu terpuruk karena kamu tinggalkan"tambah Bella.

Ify menghela berat, kedua tanganya entah sejak kapan sudah terkepal kuat.

"Yaa... tuhan" serah Ify.

Kepala Ify tertunduk, ia berusaha menenangkan dirinya sendiri. Semuanya benar-benar sangat tiba-tiba bagai serangan air terjun yang tak henti di otaknya. Bagaimana bisa ini semua bisa terjadi kepadanya?.

"Joshe sumpah kamu keterlaluan banget" lirih Ify masih dengan kepala tertunduk.

"Maaf kan aku fy, aku minta maaf" balas Joshe.

"Sebagai penebusnya, aku akan membantu menyembuhkan kamu. Aku janji itu"

"Aku berjanji tidak akan memanfaatkan kamu lagi. Aku berjanji Dafychi"

Ify merasa sangat tertekan, ia tak bisa membuka suaranya. Kepalanya ia senderkan dia atas meja, ia merasa sangat pusing. Melihat tubuh Ify yang lemah, dengan cepat Bella dan Joshe segera membawa Ify untuk keluar dari cafe itu. Mereka membawa Ify ke rumah sakit. Tubuh Ify benar-benar sudah tak bertenaga.

Gadis itu sangat shock berat!.

*****

Ify membuka kedua matanya, mengumpulkan seluruh nyawanya yang belum menyatu. Kedua matanya mengedar ke seluruh arah, ia sangat mengenal ruangan ini bahkan baunya pun sangat khas di indera penciumanya.

Kamarnya!.

"Kamu sudah baikan sayang?" suara tersebut terdengar hangat di telinga Ify.

Ify menggerakan kepalanya, melihat pemilik suara tersebut.

"Pa...pa" lirih Ify dengan suara serak.

Ify melihat papanya sedang duduk disampingnya, dengan senyum khawatir. Mr. Bov membelai lembut kepala Ify.

"Minum dulu dek"

Ify melihat ada Ando juga tak kalah khawatirnya dari sang papa. Ando membantu Ify duduk dan meminum teh hangat yang memang sudah dibuatkan sedari tadi oleh Bi Ina. Ify tidak tau bagaimana ia bisa berada di kamarnya. Terakhir yang ia ingat dia berada dirumah sakit dengan Bella dan Joshe, kemudian ia merasa mengantuk dan akhirnya terlelap begitu saja.

"Jam berapa sekarang?" tanya Ify suaranya masih tak bertenaga.

"Jam 7 malam sayang" jawab Mr. Bov.

Ify menghela berat, ia tertidur cukup lama. Lebih dari 4 jam. Ify memegangi kepalanya, masih terasa sedikit pusing.

"Di...dimana Bella dan Joshe?"tanya Ify lagi, kedua matany terpejam.

"Mereka baru saja pulang" jawab Ando sembari membantu memejimati kening Ify.

Ify melepaskan tanganya, membiarkan Ando yang memijat-mijat kepalanya yang sangat pusing. Ify kembali berbaring.

"Kamu istirahat lagi ya sayang. Kamu tidur lagi aja" suruh Mr. Bov

Ify hanya membalas dengan anggukan ringan. Ia mencoba memejamkan matanya kembali. Ify merasakan sebuah kecupan hangat di puncak kepalanya. Setelah itu ia mendengar pintu kamarnya tertutup. Tidak ada suara apapun lagi di dalam.

Ify tidak bisa tertidur lagi, ia hanya ingin mendinginkan kepalanya saja.

****

Mr. Bov dan Ando langsung menegakkan tubuh mereka. Acara televisi yang mereka tonton teralihkan begitu saja ketika melihat Ify turun dari tangga dengan menyeret sebuah koper di belakangnya. Ify juga berpakaian sangat rapi.

"Kamu mau kemana sayang?" tanya Mr. Bov bingung.

"Ini udah malam Dafychi, lo mau kemana?" tambah Ando, ia segera berdiri membantu adiknya membawa koper.

"Ify mau balik ke Apartemen." Jawab Ify tenang.

Kedua mata Mr. Bov terbuka sempurna.

"Nggak bisa besok pagi aja?. Ini udah jam setengah 10 malam"

"Nggak pa. Ify pulang sekarang aja."balas Ify menolak.

Ify mendekati papanya, tatapanya memohon.

"Ify pingin ketemu Rio"

Mr. Bov menghela berat, membelai kepala anak gadisnya. Kemudian menganggukan kepalanya beberapa kali.

"Papa antar ya"

"I...ya"

Mr. Bov pun segera menyuruh Ando mengeluarkan mobil dari garasi, Mr. Bov berjalan ber-iringan dengan Ify keluar dari rumah. Mr.Bov menolak permintaan Ando, Mr. Lay bahkan Antonio yang bersikeras ingin menyetirkan mobilnya.

Mr. Bov memilih untuk mengantarkan anak gadisnya sendiri. Ia akan menyetir mobil demi putri satu-satunya. Ya... meskipun Mr. Lay dan pengawal lainya masih tetap akan mengikutinya dari belakang.

Mr. Bov dan Ify segera masuk kedalam mobil.

Ify begitu sangat senang, banyak perubahan yang papanya lakukan untuknya dan Ify semakin sayang kepada sang papa. Ify merasa terharu sang papa mau mengantarkanya.

Ify tak ada henti-hentinya memperhatikan Mr. Bov yang fokus menyetir. Entah sudah berapa lama Ify tidak melihat papa-nya menyetir. Terakhir kali mungkin ketika ia masih SMP.

****

Ify menolak permintaan Mr. Bov yang ingin mengantarkanya sampai di depan kamar Apartemen. Ify merasa bisa sendiri, dan sudah sangat cukup papanya mengantarkanya. Itu saja sudah membuat Ify luar biasa bahagia.

"Kalau ada apa-apa telfon papa ya"

"Rumah papa selalu terbuka untuk Dafychi"

"Iya papa. Makasih banyak"

Setelah itu Ify segera turun dari mobil dan masuk kedalam gedung Apartement sendiri tanpa ditemani siapapun. Meskipun Ify tau bahwa Mr. Bov masih akan menyuruh Mr. Lay dan pengawalnya untuk mengawasinya dari kejauhan.

****

Ify berhenti di depan pintu Apartemen. Entah sudah berapa lama Ify tidak kesini. Ify menyiapkan mental dan hatinya sesaat, ia menghirup napas sebanyak-banyaknya dan menghembuskanya pelan-pelan. Ify mencoba untuk tenang.

Ify melihat pintu apartemen ini sudah diganti, dengan pintu menggunakan password (angka) sebagai akses masuk. Ify tidak tau apa passwordnya, ia berpikir sejenak. Mencoba memikirkan kode angka yang mungkin dipakai oleh Rio.

Ify menghela pelan, tanganya bergerak dan mulai menekan beberapa angka disana. Hanya ada satu deretan angka yang terpikir olehnya.

Beeeppp

Bunyi pintu terbuka, Ify memasukan kombinasi angka dengan benar. Ify tersenyum, ia merasa senang karena password yang dimasukanya tidak salah. Bulan dan tanggal pernikahanya dengan Rio.

Setelah itu ia memegang handle pintu, membukanya pelan-pelan.

Ify menahan napas, melihat keadaan Apartemen yang sangat berantakkan, barang terpecah dimana-mana. Ify melangkah masuk, tidak ingin menimbulkan suara, Ia menyeret kopernya ke dalam, kemudian menutup kembali pintu Apartemenya.

Ify meninggalkan kopernya di depan pintu, ia memilih terus berjalan masuk kedalam, mencari penghuni lain di rumah ini yang tak lain ada suaminya.

Langkah Ify terhenti di ruang tengah, napasnya tercekat, ia merasa ada sesuatu tajam yang baru saja menusuk dadanya. Tubuhnya langsung kaku. Kedua matanya menyorot lurus ke arah seorang pria yang sedang duduk dengan kaki tertekuk, kepala tertunduk dalam dan rambut yang acak-acakan.

Keadaan di sekitar pria itu pun sangat berantakan, meja terguling tak jelas, pecahan vas bunga, gelas, piring, bahkan sofa yang dulunya terlihat indah dan nyaman untuk diduduki berganti dengan sofa yang hancur dan berlubang. Ada sebuah pisau yang menancap di atas sofa itu.

Tubuh Ify merinding sesaat, ia menghembuskan napas berat sekali lagi. Ify mencoba untuk tenang dan tidak takut. Ia merasa sangat kasihan dan tidak tega melihat kondisi suaminya yang kacau seperti itu.

Ify kembali berjalan lebih dekat, ia ingin sekali memeluk Rio. Ia sangat merindukanya.

"Ri...Rio" panggil Ify pelan dan sedikit gemetar.

"Mario" panggil Ify kedua kalinya.

Perlahan Ify melihat gerakan kepala Rio yang mengarah ke atas. Kemudian Rio menolehkan kepalanya menatap ke Ify.

Ify mengigit bibirnya kuat-kuat, napasnya semakin terasa susah, melihat wajah Rio sangat pucat dan tidak terawat. Ify ingin menangis rasanya, tapi ia menahanya kuat-kuat.

"I....Ify"

"I...If....Ify"

Ify mengangguk kecil, sembari tersenyum.

"Iya ini aku. Ma..."

Ify langsung terdiam, tak bisa meneruskan kalimatnya. Rio tiba-tiba merangkak ke arahnya dan langsung memeluk kakinya. Ify bingung apa yang dilakukan oleh suaminya ini.

"Dafychi maafin aku..."

"Aku minta maaf"

"Aku benar-benar minta maaf Dafychi"

"Aku bodoh ! Aku brengsek!! Aku goblok!! Aku memang kejam!!"

"Aku mohon maafin aku fy! Maafin aku!!"

"Aku nggak mau kamu pergi, jangan tinggalin aku! Aku nggak mau kita pisah!!"

"Jangan tinggalin aku, aku mohon jangan tinggalin aku"

Ify membeku ditempat, Ia dapat mendengar suara isakan Rio, suaminya menangis dan ia juga dapat merasakan Rio mencium kedua kakinya, suaminya bersujud di bawah sana. Ify mengigit bibirnya kuat-kuat, tak berani menurunkan kepalanya. Ia tak menyangka Rio akan berbuat sampai seperti ini.

"Fy... jangan diemin aku lagi. Aku minta maaf"

"Aku mohon jangan tinggalin aku"

"Aku mohon, jangan pergi lagi dari sini. Jangan pernah pergi lagi Dafychi"

"Aku minta maaf"

Ify tidak tau harus memberikan respon bagaimana, ia masih terkejut dengan yang dilakukan oleh Rio. Kedua tanganya terkepal, menahan rasa gemetarnya.

"Dafychi maafin aku"

"Aku benar-benar minta maaf. Aku salah! Aku sangat salah!"

"Aku nggak akan lagi marah sama kamu, aku janji nggak akan ngulangin lagi"

"Demi tuhan aku berjanji nggak akan seperti itu lagi"

"Kasih aku kesempatan Fy, aku mohon. Aku benar-benar memohon"

"Maafin aku"

Ify memejamkan kedua matanya, mendengar suara Rio yang serak dan lemah. Ify merasa sangat bersalah kepada pria ini. Karena yang membuat Rio sampai seperti ini adalah dirinya, dan sebenarnya yang membuat awal api perpecahan juga adalah dirinya sendiri.

Ify menjatuhkan tubuhnya, ia terduduk di depan Rio, membangunkan tubuh Rio agar tidak lagi bersujud di kakinya. Ify membelai wajah pucat Rio, menyeka air mata yang mengalir di kedua pipi suaminya.

"Ya tuhan..." lirih Ify tidak tega. Wajah Rio sangat pucat, kedua mata bengkak, kantong mata yang hitam, dan kumisnya sedikit sudah tumbuh.

"Maafin aku yo"

Ify menarik Rio kedalam pelukanya, Ia memeluk suaminya sangat erat, Ify mencoba untuk tenang dan tidak menangis walaupun kedua matanya sudah memanas sedari tadi. Ify merasakan bukan tubuhnya saja yang bergetar, tubuh Rio juga sama bergetarnya dengan dirinya.

"Maafin aku Fy.."

"Aku minta maaf" Rio kembali menangis.

Ify menghela napas berat beberapa kali, berusaha menahan agar ia tidak ikut menangis.

"Aku nggak akan kayak gitu lagi ke kamu"

"Aku nggak bakal pernah biarin kamu tidur sendiri lagi. Aku nggak bakal kasar lagi sama kamu. Aku janji"

"Aku minta maaf Dafychi. Maafin aku"

"Udah jangan nangis yo" pinta Ify.

"Aku minta maaf"

"Jangan tingggalin aku, jangan pergi lagi. Aku mohon. Jangan pergi Dafychi"

Ify tersenyum kecil.

"Iya aku nggak akan pergi lagi. Aku nggak akan tinggalin kamu"

"Aku minta maaf"

"Aku benar-benar minta maaf"

Ify terus mencoba menenangkan suaminya, menepuk-nepuk punggung Rio pelan dan memberikan pelukan hangat. Bukan hanya Rio saja yang merindukan sosok Ify, karena Ify juga sangat merindukan Rio. Sangat dan Sangat!.

"Aku nggak marah lagi sama kamu yo. Aku udah maafin kamu"

"Jangan nangis lagi ya sayang"

****

Ify menghela berat, ia bingung harus memaksa Rio bagaimana lagi. Sedari tadi ia hanya melihat tingkah Rio seperti anak-anak, Rio tak mau melepaskan pelukannya dan terus merengek tidak mau mandi. Padahal Ify tau bahwa suaminya ini entah sudah berapa hari tidak membersihkan diri.

"Yo, mandi dulu." Paska Ify sekali lagi.

"Nggak mau" tolak Rio semakin mengeratkan pelukanya.

Mereka berdua sekarang berada didalam kamar, Ify mendudukan Rio di pinggir kasur dan dirinya berdiri disamping Rio dengan posisi Rio melingkarkan tanganya di pinggangnya dan menyandarkan kepalanya di perutnya.

Ify memainkan rambut Rio yang sangat kaku dan berminyak. Ify mendengus pelan.

"Yo, kamu udah nggak mandi beberapa hari ini. Ayo mandi dulu Mario!!"

"Nggak mau, nanti kamu pergi lagi"

"Ya Allah. Aku nggak bakalan kemana-mana yo. Aku nggak akan pergi lagi"

"Nggak mau"

"Mario!!"

Ify kehabisan kesabaran, ia melepaskan pelukan Rio dengan paksa, menarik kedua tangan Rio dengan kasar. Ify menatap Rio tajam.

"Mandi sekarang!"

Rio mendongakkan kepalanya, menatap Ify yang sedang kesal ke arahnya. Rio mengangkat tubuhnya, dan segera berdiri. Ia menatap Ify sangat lama, menyorot kedua mata Ify dengan lekat.

"Kamu beneran Ify kan?"

"Kamu beneran udah kembali kan? Nggak akan pergi lagi?" tanya Rio, kedua tanganya ia gerakkan untuk menyentuh pipi Ify.

"Ini aku yo, Istri kamu" jawab Ify lembut.

Rio tersenyum senang, gadis dihadapanya memang nyata dan ada. Istrinya telah kembali.

"Maafin aku. Aku minta maaf"

"Demi tuhan aku nggak akan lagi berbuat kasar ke kamu. Kalau aku sampai kayak gitu lagi, kamu nggak perlu nangis, nggak perlu pergi, karena aku yang akan langsung pergi, menghilang dari sisi kamu"

"Kamu nggak perlu maafin aku lagi selamanya, kamu bisa lupain aku. Kamu pegang janji aku. Aku nggak bakal nyakitin kamu sedikit pun" ucap Rio sangat serius.

Ify membalas senyum Rio.

"Iya. Aku pegang janji kamu"

Rio menarik Ify ke dalam pelukanya lagi, menaruh dagunya diatas bahu Ify. Rio menghirup sebanyak-banyaknya bau tubuh Ify, ia sangat merindukan istrinya. Sudah lebih dari 40 hari ia tidak pernah memeluk Ify, tak pernah menyentuh istrinya.

Rio mencium puncak kepala Ify.

"Jangan pergi lagi"pinta Rio.

"Iya. Aku nggak akan pergi"

Ify melepaskan pelukan Rio, menepuk-nepuk hangat pipi Rio dengan lembut. Ify tak menghilangkan senyumnya sama sekali.

"Mandi sana, bersihkan badan kamu, aku beresin ruang tengah dan ruang tamu dulu"

"Tapi kamu beneran jangan pergi lagi"

"Iya Mario, aku nggak akan kemana-mana"

Rio menganggukan kepalanya, menuruti perintah Ify. Ia segera berjalan ke kamar mandi. Sedangkan Ify langsung ke ruang tengah dan ruang tamu. Ia menelfon Mr. Lay dan pengawalnya untuk membantunya membereskan kekecauan yang dibuat oleh suaminya.

Ify menyuruh mereka semua mengeluarkan barang-barang yang sudah hancur, tak bisa terpakai. Seperti sofa, televisi, meja ruang tengah, piring, gelas, dan masih banyak lagi. Semuanya dibawah keluar dan Apartemen.nya kembali bersih dalam waktu kurang dari 30 menit.

Setelah itu Ify menyuruh mereka semua untuk pergi lagi, meninggalkanya dan Rio berdua di Apartemen ini.

****

Ify masuk kedalam kamar, suara shower didalam sana masih menyala. Rio masih mandi. Ify membereskan kamar tidur yang sedikit berantakan, mengganti seprai dan selimut yang ada disana. Kemudian menyemprotkan parfume ruangan.

Akhirnya kamarnya kembali seperti dulu, Ify menatap kasurnya, merindukan saat-saat dirinya dan Rio tidur berdua disana. Ify sangat merindukanya pelukan hangat Rio yang selalu menunggunya sampai terlelap.

Ify menghela pelan, matanya bergerak ke arah luar jendela balkon kamar yang terbuka. Ia berjalan ke arah sana. Angin malam masuk dan menerpa wajah putihnya, mengibaskan beberapa helai rambutnya.

Ify keluar, menuju balkon kamar, senyumnya mengembang lebih lebar, memandang ke-indahan malam dibawah sana, gemerlap lampu-lampu rumah, dan lampu-lampu kendaraan yang berlalu lalang. Suara penuh kesibukkan tersirat disana.

Ify menjulurkan tangan kananya ke atas, merasakan angin malam yang semakin berhembus dingin, Ify menatap ke langit berwarna biru tua, bintang-bintang seolah sedang mengedipkan cahaya cantik ke arahnya. Ify memejamkan kedua matanya, merasakan udara dingin berhembus di paras cantiknya.

"Eh..." kaget Ify segera membuka kedua matanya.

Kedua matanya menurun, mendapati dua tangan kekar melingkar di perutnya. Ify tersenyum kecil, kepalanya menoleh ke samping, melihat Rio yang sudah berada dibelakangnya dengan dagu ditaruh diatas bahunya.

Ify memegang rambut Rio yang masih basah.

"Aku kangen sama kamu" bisik Rio lembut, mengeratkan pelukannya.

Ify membelai pipi Rio yang terasa halus, tidak sekasar tadi. Rio sepertinya telah mencukur kumis dan beberapa rambut yang tubuh di pinggir-pinggir dagu dan pelipisnya.

"Kamu udah makan?" tanya Ify

"Aku nggak lapar" jawab Rio

"Kapan terakhir kamu makan?"

Rio tidak langsung menjawab, hanya terdengar suara dehaman, seolah pria itu sedang berpikir.

"Mmm.. entahlah. Aku nggak ingat"

Ify berdecak pelan.

"Ayo kita makan dulu. Ak...."

"Nggak usah, Aku udah kenyang. Aku cuma pingin peluk kamu"

Napas Ify berhembus kasar, ia pasrah saja. Toh, berdebat dengan Rio saat ini tidak akan ada gunanya. Rio benar-benar tidak mau lepas dari dirinya, bahkan menjauh dari tubuhnya saja sama sekali tidak mau.

Ify memejamkan kedua matanya, merasakan sentuhan hangat bibir Rio yang mencium bahunya, pinggir lehernya dan mencium pipinya. Ify membiarkannya saja, ia juga sangat merindukan ciuman yang selalu diberikan oleh suaminya.

Ify membalikkan badanya, menghadap ke arah Rio yang terlihat kecewa karena aktivitasnya terganggu. Ify terkekeh melihat ekspresi Rio.

"Kamu kurusan" ucap Ify, kedua tanganya menangkup pipi Rio.

"Maafin aku" lirih Ify sangat tulus.

"Gara-gara aku kamu seperti ini" lanjutnya.

Rio menggelengkan kepalanya.

"Aku yang meminta maaf, aku yang udah nyakitin kamu"

"Maafin aku Dafychi. Aku sayang sam kamu"

"Aku juga sayang sama kamu" balas Ify mengembangkan kedua sudut bibirnya.

Cuppp

Kedua mata Ify terbuka, ia terkejut karena Rio tiba-tiba mengecup bibirnya walaupun hanya singkat. Rio tersenyum ke arahnya.

"Aku pingin cium kamu" ucapnya merengek.

Ify bergidik ngeri mendengar suara Rio yang terdengar manja. Ia sama sekali tidak pernah melihat sosok Rio yang seperti ini. Bukan seperti Rio yang selalu tegas, tenang dan terkendali.

"Aku kangen cium kamu" ucap Rio lagi.

Ify menganggukan kepalanya, dan segera menutup kedua matanya. Kedua tanganya ia gerakkan untuk dikalungkan di leher suaminya. Ify dapat merasakan napas hangat Rio yang menyerbu wajahnya. Sampai akhirnya jarak mereka tak terpisahkan. Rio menciumnya dengan sangat lembut.

Ify membalas ciuman Rio yang semakin dalam, membiarkan Rio meraup habis bibirnya, Ify merasakan ciuman Rio tidak selembut tadi, Rio terbawa dengan suasana dan gairahnya sendiri. Ify merasakan tubuhnya mulai panas.

Rio menurunkan ciumanya ke dagu Ify, dan semakin turun ke leher Ify membuat Ify hanya bisa memejamkan matanya kuat dan mengigit bibirnya agar tidak mengeluarkan desahan.

Ify menarik wajah Rio, dan mencium bibir Rio lagi. Angin malam dan bintang di langit menjadi saksi bisu ciuman hangat dan mesra mereka berdua. Sebuah ciuman pelepas rindu yang teramat dalam.

Rio melepaskan jaraknya, menjauhkan wajahnya dari Ify. Mereka berdua sama-sama mengatur napas masing-masing. Ify menundukkan kepalanya, pipinya memerah dan memanas. Ia sangat malu sekali.

Rio tersenyum kecil, gemas dengan tingkah Ify dan wajah Ify yang merona. Rio menatap istrinya sangat lekat. Gairahnya dan kerinduanya begitu memuncak malam ini. Juju, Rio menginginkan hal yang lebih.

Rio menyentuh dagu Ify, menaikkan kepala Ify agar gadis itu mau menatapnya.

Ify mencoba untuk tenang, tidak gugup. Ia membalas tatapan Rio yang sangat tajam dan dingin. Ify dapat melihat sorot mata Rio yang gelap dan tidak seperti biasanya. Tatapan yang berhasil membuat tubuh Ify panas-dingin seketika itu.

"Fy..." panggil Rio serak.

"Iya?" balas Ify menahan kegugupanya.

Rio terdiam tidak langsung menjawab. Tangan kanan Rio membelai lembut pipit Ify. Rio masih menatap Ify, bibirnya bergerak tak pasti seolah ingin mengatakan sesuatu namun ragu untuk di ucapkan, dan Ify tau itu.

"Kenapa sayang?" tanya Ify lagi.

Rio menghela pelan,

"Kamu mau melakukanya sekarang?"

Deghh

Ify dapat merasakan jantungnya berhenti berdetak untuk beberapa detik, darahnya berpacu semakin cepat dan desiran sangat aneh langsung menyerangnya. Tubuh Ify menegang, sekujur tubuhnya terasa tak karuan.

Ify menatap Rio yang menunggu jawabanya. Bola hitam di kedua mata Rio semakin berkabut.

"Kamu menginginkanya?" tanya Ify hati-hati.

"Iya" jawab Rio tenang dan tanpa ragu.

Ify menghela pelan, menurunkan pandanganya dari tatapan Rio. Ify menahan kegugupanya. Ia menenangkan pikiranya dan rasa gemetarnya. Ia sudah terlalu lama membuat suaminya menunggu. Ify mencoba untuk meyakinkan dirinya. Ia tak boleh berlari dari kenyataan dan membiarkan Rio menahan lagi.

Ify mengangkat kembali kepalanya. Memandang Rio yang masih menatapnya dengan tatapan yang sama seperti tadi. Ify membelai wajah Rio, dan tersenyum ke arah suaminya.

"Aku mau" ucap Ify dengan yakin.

Ekspresi Rio berubah, ia nampak sangat terkejut mendengar jawaban Ify yang sama sekali tak di duga.

"Beneran?" tanya Rio memastikan.

"Iya sayang. Aku mau melakukanya sekarang"

Rio tak bisa menahan senyumnya untuk mengembang di wajah pucatnya. Tanpa menunggu lama, Rio segera membopong tubuh Ify untuk masuk kedalam kamar. Rio tak peduli dengan suara teriakan Ify yang terkejut dan meminta untuk di turunkan. Rio sama sekali tak peduli.

Rio sangat ingin menghabiskan malam ini dengan istrinya dan menjadikan malam ini sebagai malam yang paling indah bersama Ify!. Rio tidak ingin membuang kesempatan emas yang diberikan oleh istrinya. Ia sudah menunggu dan menahan terlalu sangat lama!.

*****

#CuapCuapAuthor



Sebelumnya aku minta maaf banget karena 4 hari aku nggak post, karena memang bingung dan lagi setres kemarin ngurus seminar proposal sampai buat aku nggak bisa mikir apapun selain skripsi wkwkkw. Mohon pengertiannya dan maafin ya karena telat banget postnya. 


SAYA MINTA MAAAF BANGET BANYAK TYPO DI PART INI. MAAAF YAA.


Terima kasih banyak bagi semuaa readers yang masih setia baca "EL" dan aku berharap kalian semuaaa terus baca "EL" yaaa jangan bosan-bosan. TERIMA KASIH BANYAK SEMUANYAAA. 


Oh ya, aku bakalan pindahin "EL" ke genre "Romance" alasanya kenapa? soalnya cerita ini udah nggak lagi bahas tentang anak-anak sekolah, atau tentang percintaan di sekolah, jadi aku merasa ini bukan lagi genre teenfiction. Semoga kalian setuju dan dukung keputusan aku ya. 


Dan karena seminar propsal kemarin juga aku nggak bisa lanjutin kirim ebooknya, semoga setelah ini aku bisa kirim semuanyaaa amin. Yang belum dapat ebooknya benar-benar minta maaf banget dan pasti kok aku kirim. Aku janji itu, mohon sabar yaa. 


Terus, untuk PART SELANJUTNYA "BAKALAN AKU PRIVATE" karena MUNGKIN part selanjutnya sedikit ada konten dewasanya tapi nggak dewasa-dewasa banget kok, sebatasnya aja tapi AKU MOHON BANGET ANAK DIBAWAH UMUR 17 TAHUN JANGAN BACA. AKU UDAH PERINGATKAN LOH YAA...


Jangan lupa COMMENT dan VOTE SELALU PALING DITUNGGUUU DAN SEKALI LAGI MOHON MAAF YANG SEBESAR-BESARNYAAAA LAFTYUUU ALLL :D TERUS BACAA "EL" YAAAAA :D


Salam, 


Luluk_HF


Continue Reading

You'll Also Like

12.9M 478K 36
#1 in Teenfiction [26/09/2020] "Apa gunanya kehadiran gue kalo lo selalu anggep gue nggak ada?" "Bukannya lo yang nggak pernah anggep gue ada? Emang...
63.7K 5.8K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
195K 9.5K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
187K 25.1K 61
Riona itu suka rebahan dan makan sedangkan Zidan suka olahraga, sangat bertolak belakang. Tapi apakah rumah yang dekat, menjadikan mereka juga semaki...