EL

By Luluk_HF

32.4M 1M 79.8K

(NOVEL TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN SEGERA DIFILMKAN) "Kamu tau, Mario..." "Aku merasa seperti hujan dan kamu se... More

PROLOG - I'm KING
Pertemuan Singkat - the King -
Penyihir Kecil !!
I'm QUEEN
Pertemuan Singkat - the queen -
" LO-!!! "
Penculikan
Guardian
Don't Do That Again, Ify !!
Anak Baru!!
Gue bukan Tuan Putri !!
Freedom for 5 Days !
Kita Tetanggan ?? Hell ~
Penyihir Kecil level Akut !
First Kiss ~,~
Salah orang !
Aku siapa ??
Si angkuh dan Si Penganggu !
Priority
.Despair.
Cinta beda usia.
Proposal~
Side to Side
Kejadian.
Kesalahan Fatal, Mario!
Penyesalan terbesar!
Dimana kamu Dafychi?
Gadis kecil
Perpisahan
Romantic-Night
Selamat malam, istriku
Aku Pamit, Mario.
Langit dan Hujan.
Titik Cerah!
Penelfon?
OH GOD!
Pregnant ?
Merdeka!
Ampun!
Chicken-Rainbow!
Bertahanlah!
Tuhan dan Mama
Kak Ando.....
KAPAL PESIAR
Nama Bayi
Short-story
Sebuah Petunjuk Nyata!
LAST PART
CUAP-CUAP AUTHOR (1)
INFO BONUS PART
#MENUNGGUNOVELEL - SATU
Remember Them (satu)
FIX COVER NOVEL EL DAN INFO PENGUMUMAN GA
Remember Them - Tiga
Remember Them - Empat
PRE ORDER NOVEL EL DIBUKA
COVER BARU DAN FILM NOVEL EL
MEET AND GREET DAN NOBAR #ELTHEMOVIE

Selamat malam, suamiku.

300K 14.2K 1K
By Luluk_HF



Siang yang panas dan hampa, seperti hati Ify sekarang. Ia hanya bisa memendam kekesalan, rencananya untuk merealisisasikan malam pertamanya kemarin malam gagal total!. Kemarin pagi Rio mendadak harus berangkat ke Thailand, ada client yang harus ditemuinya disana. Rio akan berada disana selama 2 hari, berarti kemungkinan malam ini atau besok pagi suaminya sudah pulang.

*****

Ify masuk kedalam apartementnya dengan langkah gontai, pikiranya entah kemana. Ia berjalan dengan tatapan kosong. Ia segera menuju kamar dan mengganti baju seragamnya dengan baju santai. Setelah itu, ia berjalan keluar menuju dapur. Ia ingin masak sesuatu.

Ckleekk

Suara pintu Apartemen dibuka tiba-tiba membuat Ify terpelonjat kaget. Ia membalikkan badannya, melihat siapa yang berada diambang pintu itu.

Rio. Suaminya.

Ify tentu saja senang sekali sekaligus bingung tentunya. Bukanhkah harusnya malam ini suaminya itu baru pulang. Ify memperhatikan Rio yang juga sedang menatapnya sangat lekat. Ify merasa tatapan Rio begitu dingin dan menyorot sesuatu yang tak bisa ia jelaskan.

"Kamu sud—"

"Kamu pulang kapan?" tanya Rio memotong ucapan Ify. Rio berjalan masuk ke dalam.

"Aku? Pulang dari mana?" tanya Ify balik, masih tidak mengerti pertanyaan Rio.

"Kamu setelah pulang sekolah kemana?" tanya Rio dengan pertanyaan masih mengambang, menurut Ify.

Ify mengernyitkan kening, berpikir sejenak mengingat-ingat apakah ia pergi ke suatu tempat setelah pulang sekolah siang tadi.

Ify menatap jam di dingin, menunjukkan pukul 3 sore.

"Aku nggak kemana-kemana, aku langsung pulang" jawab Ify jujur tapi ada keraguan di dalam hatinya. Entah apa itu.

"Beneran?" tanya Rio memastikan

"Iya. Aku langsung pulang kok" jawab Ify lagi sembari mengangguk kecil.

"Dengan siapa kamu pulang?" tanya Rio lagi.

"Aku dijemput Mr. Lay" jawab Ify cepat.

"Mr. Lay?" rio mengulang pertanyaanya lagi.

"Iya yo. Kenapa sih?" Ify merasa aneh dengan pertanyaan Rio. Seolah ia ini habis keperkok selingkuh atau apa oleh suaminya. Rio mengherankan!.

Rio menghela berat, kemudian melangkah lebih mendekat Ify. Pria itu mengembangkan senyumnya sembari menggeleng kecil. Rio meraih puncak kepala Ify dan membelainya.

"Nggak apa-apa. Aku tadi pingin kasih kejutan buat jemput kamu, tapi kamu sudah pulang duluan" jawab Rio menjelaskan masih tidak menghilangkan senyumnya.

"Waahhh. Sayang banget." Balas Ify dengan perasaan sedih.

"Kamu sudah makan sayang?" tanya Ify kembali ceriah. Ia sangat senang Rio pulang.

Rio tidak menjawab pertanyaan Ify, pria itu masih menatap istrinya dengan lekat.

"Yo... " pangil Ify lagi dan sedetik kemudian menyadarkan Rio dari lamunanya.

"Aku harus kembali ke kantor. Ada makan malam bersama beberapa dewan"jawab Rio dengan hati-hati.

"Kamu makan aja dulu. Mungkin aku pulang agak malam. Maaf sayang"

Ify menghela pelan, mencoba tetap untuk tersenyum. Ia harus mengerti pekerjaan suaminya yang memang semakin hari sangat sibuk.

"Nggak apa-apa kok. Nanti aku bisa nyuruh Sia buat nemenin aku" jelas Ify lembut. Berharap suaminya tidak merasa terbeban. Sia adalah anak buah Mr. Ann yang memang dikhususkan untuk menjaga Ify dan memenuhi kebutuhan Ify selama di Apartemen. Namun, wanita itu tidak pernah masuk ke dalam Apartemen selama Ify tidak memanggilnya ke dalam.

Rio mengangguk kecil, mencium puncak kepala Ify penuh cinta.

"Aku ke kantor dulu ya" pamit Rio

"Iya hati-hati" balas Ify masih berusaha tetap tersenyum walau ada perasaan sedih dan kecewa di dalamnya.

Ify mengantarkan Rio sampai ke pintu Apartemen, sebenarnya Ify masih merasa aneh dengan tingkah Rio yang tidak seperti biasanya. Sorot mata Rio terlihat berbeda dan Ify tidak tau itu apa. Ify yakin Rio pasti menjelaskannya nanti.

****

Ify melihat jam dinding di ruang tengah, menunjukkan pukul 12 lebih 30 menit. Ia sebenarnya sudah mulai mengantuk tapi entah mengapa ia ingin menunggu Rio pulang. Ify merasakan kedua kakinya sediki pegal. Padahal ia tidak dari mana-mana. Mungkin ia kelelahan karena menjalani ujian praktek tadi pagi di sekolah. Pikirnya.

Braakkk

Ify tersentak, tubuhnya refleks berdiri mendengar suara keras dari pintu Apartemenya. Ify melihat Rio datang dengan keadaan berantakan, rambut acak-acakan, baju kusut dan tidak rapi, dan sorot mata Pria itu pun begitu tajam.

Ify langsung berjalan mendekati Rio.

"Kamu udah pulang?" tanya Ify dengan lembut.

Rio menatap Ify dingin, Ify menahan napasnya tatapan elang Rio membuat sekujur tubuhnya kaku. Ify mencoba tidak takut, ia lebih mendekat ke Rio, mencoba mengenggam tangan Rio untuk memberikan ketenangan suaminya.

"Mau aku buatin mi—"

Ify tersentak dan membeku di tempat. Rio menepis tanganya kasar.

"Nggak usah!" jawabnya tajam kemudian berlalu meninggalkan Ify begitu saja.

Ify tertegun, ada apa lagi dengan suaminya itu?. Ify menghela berat, ia mencoba untuk tetap mendinginkan otaknya. Ia berpikir pasti ada masalah lagi dengan pekerjaan Rio. Ify sekali lagi mencoba mengerti.

Ify membalikkan badan, mengikuti Rio yang masuk kedalam kamar.

Ify melihat Rio masuk ke dalam kamar mandi dan langsung membanting pintunya. Ify hanya bisa menatap pintu tak berdosa itu dengan nanar. Hati Rio sedang dalam kondisi buruk, dan Ify tidak tau harus berbuat apa.

Dan setelah itu, Rio hanya terus diam tak menjawab pertanyaan atau ucapan Ify sekalipun. Rio langsung berbaring di kasur, masuk kedalam selimut dan tidur duluan. Meninggalkan Ify yang masih dikerubungi dengan beribu pertanyaan penyebab suaminya yang tiba-tiba bersikap seperti itu.

Ify mendekatkan tubuhnya ke Rio, menatap punggung Rio yang membelakanginya. Dada Ify terasa sesak seketika. Ia tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya oleh Rio selama pernikahan mereka. Ini untuk yang pertama kali.

"Selamat malam suamiku" lirih Ify pelan dengan suara tercekat. Biasanya pasti Rio dulu yang akan mengucapkanya.

Ify mengigit bibirnya, menahan rasa sakit yang terus menyerbunya. Ia dengan cepat memejamkan kedua matanya walaupun ia masih belum mengantuk. Ia memaksakanya. Sampai dirinya benar-benar terlelap dengan sendirinya.

"Mungkin besok Rio udah nggak marah lagi"

*****

Keesokan pagi.

Kemungkinan dan harapan Ify hanyalah sebuah kesia-siaan. Rio masih bersikap dingin bahkan semakin terasa dingin. Tatapanya pun bertambah menakutkan membuat Ify tidak nyaman.

Ify hanya berniat membangunkan Rio agar mereka bisa sarapan bersama seperti biasanya. Ify sudah memasak nasi goreng untuk dirinya dan Rio pagi ini.

Ify masih terus menggoyangkan lengan Rio pelan dengan memanggil nama suaminya itu.

"Apaan sih!"

Rio membuka matanya perlahan, kemudian menatap ke Ify dengan tatapan tak suka. Ify mengigit bibir dalamnya, mencoba tidak takut.

"Aku udah masak. Ayo kita sarapan bareng" ucap Ify tenang.

"Makan aja sendiri! Aku masih ngantuk!"

Ify terdiam, menatap Rio kecewa. Apa Rio masih marah?. Suaminya kembali menarik selimutnya sampai menutupi kepala pria itu. Ify mengenggam kedua tanganya erat. Ia butuh penjelasan dengan sikap Rio dari semalam.

"Rio kamu kenapa? Apa aku ada salah sama kamu?" tanya Ify dengan napas tertahan.

Ify merasakan kedua matanya mulai memanas, begitu pun dengan dadanya yang sakit dan sesak melihat perilaku Rio yang sangat acuh tak acuh ke dirinya. Ify tidak tau kenapa Rio seperti ini.

Rio diam, tak menjawab. Ify tetap berusaha.

"Rio aku nggak tau aku salah apa. Tapi seenggaknya ayo kita makan bareng. Siapa tau kamu nggak ma—"

"Lo berisik banget sih!" teriak Rio dengan membuka selimutnya kembali.

Ify tercenggang, sekujur tubuhnya menegang saat itu juga. Rio meneriakinya cukup keras dan memberikan tatapan yang sangat tajam. Ify meneguk ludahnya yang terasa susah tertelan. Ify berusaha mati-matian tetap menegakan kedua kakinya.

"Udah jam berapa ini? Cepat sana berangkat!" usir Rio dingin.

"I...ya.." jawab Ify kaku.

Dan Rio hanya memberikan decakan sinis kepadanya, kemudian masuk kembali kedalam selimut. Ify menatapny dengan nanar dan perasaan yang berkecamuk. Ada apa sebenarnya? Apa salah dirinya?.

"Aku berangkat ya sayang" pamit Ify masih terus berusaha membuat Rio tidak marah lagi.

Setelah itu Ify segera berangkat menuju sekolah. Di dalam perjalanan Ify berusaha untuk tidak menangis, ia menyuruh otaknya untuk tenang dan berpikir positif. Ia tidak ingin emosinya ikut tersulut. Ia adalah seorang istri sekarang. Ia harus belajar dewasa dan selalu mendukung suaminya dalam keadaan apapun. Itu adalah pesan yang diberikan papa-nya di hari pernikahanya sebelum akad-nikah.

******

Malam hari, Ify menunggu Rio yang masih belum pulang. Ify sengaja masak banyak hari ini dan hampir semuanya adalah masakan kesukaan Rio. Ify memanggil Bi Ina untuk membantunya tadi sore.

Ify berharap Rio tidak marah lagi dan mau menjelaskan sebab sikap dinginya.

Pintu Apartemen terbuka, Rio akhirnya pulang. Ify tersenyum legah. Kali ini keadaan Rio tidak separah kemarin. Ify berjalan mendekat.

"Aku udah siapin makan malam kesukaan kamu" ucap Ify dengan senyum merekah.

"Aku udah makan" jawab Rio dingin dan terus melangkah masuk.

"Heh?"

Senyum Ify langsung menghilang, berganti dengan senyum hambar. Ify menatap Rio bingung, kakinya terus melangkah mengekori Rio yang berjalan masuk kedalam kamar.

"Kamu nggak baca chat aku?" tanya Ify melihat Rio sedang sibuk mengganti bajunya.

"Aku sibuk" jawab Rio seadanya tanpa menatap Ify sedikit pun.

Ify menghela pelan, mencoba untuk mengerti.

"Kalau begitu, kamu mau aku buatin apa?"

"Nggak usah! Aku capek mau langsung tidur"

"Tidur? Ini masih jam 8 yo"

Ify langsung diam, kedua mata Rio menyorot ke dirinya. Tatapan yang dingin, kosong, hampa dan tajam, semuanya menjadi satu disana. Ify mengigit bibirnya untuk menahan rasa takutnya.

"Maaf yo" ucap Ify pada akhirnya. Padahal ia sendiri tidak tau kenapa ia harus minta maaf.

Rio membalikkan badanya, dan melangkah ke arah kamar mandi.

"Yo, makananya sangat banyak. Aku nggak bakal habisin semuanya" ucap Ify sebelum Rio menutup pintu kamar mandi.

"Buang aja!!"

Braaakk

Pintu kamar mandi tertutup begitu saja. Ify tersenyum miris. Apa maksudnya ini? Situasi apa yang baru saja menyerangnya? Ify sama sekali tidak paham!. Ia pun memilih melangkah keluar dari kamar.

Ify berdiri disamping meja makan, menatap sedih semua makanan dihadapanya. Tanpa terasa air mata Ify menetes perlahan, namun dengan cepat Ify menghapusnya. Ia tidak ingin terlihat rapuh!. Tapi, kalau sudah berhadapan dengan Rio, ia selalu saja terlihat lemah.

"Maaf ya. Aku harus buang kalian" lirih Ify tak tega.

Ify pun membuang satu persatu makanan itu di tempat sampah dapur tanpa memakannya sedikit pun. Nafsu makan Ify langsung hilang seketika itu juga. Padahal ia belum makan sama sekali sedari tadi pagi.

Dan malamnya pun, Rio tetap bertingkah sama, tidur duluan tanpa mengucapkan kata apapun dan membelakangi Ify, menganggap bahwa Ify sama sekali tidak ada.

Sekali lagi Ify hanya bisa tersenyum pedih dan berkata dibelakang punggung Rio.

"Selamat malam, suamiku"

*****

Keesokannya. Ify menghela napas, pagi tadi Mr. Lay menelfonya bahwa ia tidak mengantar Ify ke sekolah karena Mr. Bov mengajaknya ke luar negeri. Begitu juga dengan pengawal lainya. Dan satu-satunya harapan Ify adalah suaminya.

Ify menatap Rio yang sedang duduk di depanya memakan roti selai tanpa menatapnya sedikit pun. Padahal, Ify sudah membuat omellete dan sandwich tapi Rio tidak menyentuhnya sama sekali.

Mereka berdua sarapan dalam keadaan diam. Namun, Ify sedikit bersyukur Rio mau sarapan denganya pagi ini. Tidak seperti 2 hari kemarin.

Rio menyesap susu hangatnya yang dibuatkan oleh Ify, kemudian segera berdiri memundurkan kursinya. Ify menatap Rio.

"Yo" panggil Ify.

Rio menatapnya datar. Ify menghembuskan napas pelan, memikirkan kata-kata yang pas.

"Mr. Lay nggak bisa anterin aku ke sekolah. Kamu mau anterin aku nggak ke se—"

"Naik taxi" potong Rio cepat.

"Hah?"

Ify hanya bisa melongo dengan kedua mata mengerjap blank. Tentu saja ia terkejut dengan jawaban Rio yang tidak berperasaan. Ify menatap saja suaminya yang sedang membuka dompet dihadapanya.

Tanpa berkata apapun, Rio melemparkan beberapa lembar uang berwarna merah ke hadapanya. Kemudian melangkah meninggalkanya, Rio kembali masuk ke dalam kamar.

"YO AKU BUKAN PENGEMIS!" teriak Ify kehabisan kesabaran.

Ify menghela berat, amarahnya mulai tersulut, ia tidak bisa lagi diam dan berpura-pura tenang, berpura-pura bersikap manis lagi kepada Rio. Melihat tingkah Rio yang semakin hari semakin dingin dan tidak berperasaan kepadanya membuatnya tidak kuat.

Ify berdiri dari kursi, kemudian melangkah ke kamar untuk menghampiri Rio meminta penjelasan!.

"Yo kita perlu bicara!" ucap Ify tajam. Ia melihat Rio tidur kembali di atas kasur dengan kedua mata tertutup.

Rio tak menyahuti. Ify masih bersabar!.

"Yo aku nggak tau kesalahan aku apa! Kamu diemin aku! Kamu bersikap dingin aku! Aku mohon jelasin yo!"

"Aku butuh penjelasanmu!! Aku kayak orang bodoh menebak-nebak apa kesalahanku! Kamu kenapa yo?"

"Yo kamu denger nggak sih?" bentak Ify dengan nada sedikit tinggi.

Terdengar suaraa helaan berat di bibir Rio, kedua mata pria itu terbuka lebar. Kemudian tatapanya turun ke arah Ify. Rio memberikan tatapan sinis.

"Aku capek!" ucap Rio dingin tak menjawab apapun pertanyaan di otak Ify.

"Kamu capek kenapa? Kamu nggak biasanya kayak gini. Kamu bersikap dingin karena apa? Masalah perusahaan? Atau memang aku ada salah? Aku bingung yo. Aku nggak tau"

Ify berusaha mati-matian menahan agar tidak menangis. Ia tidak mau terlihat lemah sekarang!

"Keluar sekarang! Aku beneran capek mau tidur!" ucap Rio acuh tak acuh, Rio menarik selimutnya dan memejamkan kedua matanya lagi.

Ify mendesah berat, kesabaranya di titik puncak! Kepalanya terasa mendidih. Ify kehabisan akal sehatnya tapi lebih tidak waras lagi Rio menurutnya.

Ify berjalan mendekat ke Rio, ia berdiri disamping kasur, kemudian menyibak selimut Rio dengan kuat, Ify tidak peduli Rio akan marah besar kepadanya. Ia sangat butuh penjelasan.

"Jelasin ke aku yo! Aku butuh penjelasan sekarang" tajam Ify penuh penekanan di setiap katanya.

"Isshhh" Rio mendesis kasar dengan wajah kesal. Rio melirik Ify tajam.

Dan akhirnya keduanya saling menyorotkan tatapan perang. Tidak ada yang mau mengalah. Sampai akhirnya Ify tidak bisa menahan lagi rasa sesak di dadanya, air matanya mengalir lagi. Pertahananya runtuh seketika itu. Ia menangis tanpa suara di hadapan suaminya.

"Udah sana berangkat!" ketus Rio tajam.

Ify tetap diam, tak bergeming. Air matanya terus mengalir, kedua matanya menatap lurus menembus bola mata Rio. Mencari suatu ketenangan disana. Tapi tidak ada! Ia tidak menemukan sosok suaminya.

Rio menghindari tatapan Ify, ia mengalihkan kedua matanya, menarik lagi selimutnya untuk kembali tidur. Ify hanya bisa menatap Rio semakin miris. Ify menundukkan kepalanya, dan perlahan berjalan menjauh.

Ify menghentikan langkahnya di dekat pintu. Ia membalikkan badanya lagi menatap Rio. Ify menghapus air matanya,

"Aku nggak tau yo aku salah apa sama kamu"

"Kalau emang aku salah, aku minta maaf."

"Nanti pulang sekolah aku harap kamu nggak marah lagi sama aku"

"Aku kangen sama kamu yo"

Ify mengigit bibirnya kuat, kepalan tangan kananya memukul dadanya yang terasa sangat sesak dan perih. Ify meraup sebanyak mungkin oksigen di sekitarnya, ia butuh udara segar. Otaknya ingin meledak saat ini.

"Kamu nanti mau aku masakin apa? Biar sepulang sekolah aku beli bahanya"

"Aku akan masak banyak jadi kamu pulang cepat ya"

"Kamu juga jangan makan di luar ya yo"

"Ak....."

Bukkkk

"Lo berisik tau nggak!!"

" Yoo...." lirih Ify parau.

Ify menatap Rio dengan tak percaya dengan yang barusan dilakukan oleh suaminya. Rio melemparnya dengan guling dan sangat tepat mengenai kepalanya. Mulut Ify terbuka setengah, air mata yang ditahanya tadi kembali menetes bebas.

Rio sudah keterlaluan!.

"Yo kamu kasar banget sama aku" isak Ify pelan.

Rio tidak mempedulikan ucapanya, pria itu kembali tidur dengan sikpa dingin dan tidak pedulinya.

Kepala Ify tertunduk dalam, ia menatap pedih guling yang sekarang ada dilantai, dihadapanya. Itu adalah saksi biksu dari perlakuan kasar Rio untuk pertama kalinya setelah pernikahan mereka. Dan Ify tidak pernah menyangka Rio akan setega ini.

Cukup Ify tidak kuat lagi!.

"Aku berangkat yo"

Ify melangkah keluar kamar dengan air mata kesedihanya, dengan kepala yang tetap tertunduk. Ify mencoba untuk menahan agar tidak terus menangis. Tapi ia tidak bisa. Rio benar-benar sangat keterlaluan sekali.

"Fy jangan nangis!! Ayo dong!!" ucap Ify kepada dirinya sendiri di depan pintu Apartemen.

"Tegakin kepala lo! Jangan jatuhin mahkota lo Dafyhci!!"

"Udah jangan nangis Dafychi!!"

"Lo nggak boleh cenggeng!!"

"Ayo fy!! Ayo!!"

Namun tak berhasil, Ify tetap menangis. Kedua mata Ify bergerak ke arah cincin yang terpasang cantik di jari manisnya. Ify menatapnya dengan nanar dan sendu. Ia memutar pelan cincin itu.

"Aku sayang sama kamu yo"

******

Ify berdiri di depan Apartemennya, ia melirik jam tanganya yang menunjukkan hampir pukul 6 sore. Ify menghembuskan napas berat sebelum membuka pintu Apartemenya. Kemudian ia segera membuka dan masuk kedalam.

"Dari mana kamu?"

Ify tersentak mendengar pertanyaan itu. Suara tersebut sangat dingin dan terasa menusuk. Ify mendapati Rio yang duduk di ruang tengah, menyorotkan tatapan tajam ke arahnya. Sambutan yang mengesankan, batin Ify.

Ify menatap Rio setenga heran, tidak biasanya Rio pulang secepat ini. Apa suaminya itu tidak berangkat kerja?. Batinya mulai berspekulasi sendiri.

"Dari mana kamu?" ulang Rio lagi sedikit menaikkan nada suaranya.

Ify tersentak dan tersadar dari lamunan sesaatnya.

"Pulang sekolah sama belanja buat masak" jawab Ify jujur dan mencoba setenang mungkin tidak takut.

"Sampai selarut ini?" tanya Rio lagi semakin dingin.

Ify terdiam sesaat, tidak tau harus menjawab apa, ia mencari-cari jawaban di otaknya tapi dirinya sama sekali tak menemukan apapun. Ify juga bingung kenapa ia baru pulang jam segini.

"Jawab Dafychi!" bentak Rio

Ify meneguk ludahnya, kedua matanya bergerak cemas.

"Ak... aku beneran nggak kemana-mana, aku pulang sekolah terus belanja. Itu aja"

"Dengan siapa?"

Ify terdiam lagi, berpikir sejenak untuk mengingat.

"Aku naik taxi yo" jawab Ify mendapatkan jawaban di otaknya.

Rio mendecak sinis, pria itu melangkah mendekat ke arah Ify, membuat tubuh Ify langsung kaku dan menegang. Ia sedikit takut.

Namun, Rio langsung melewatinya saja tanpa menatapnya sedikit pun.

"Yo kamu mau kemana?"tanya Ify mengikuti punggung Rio.

"Cari makan" jawab Rio singkat terus berjalan tanpa membalikkan badanya.

"Aku kan mau masak yo. Kamu makan di rum...."

Braaakk

Kalimat Ify terhenti begitu saja bersamaan dengan pintu Apartemen terbanting keras dan tubuh Rio tak lagi nampak di pandanganya. Ify menghembuskan napasnya beberapa kali, ia merasakan oksigen sangat susah untuk keluar masuk di tubuhnya.

"Aku salah apa yo?" lirih Ify lemas.

Dan malam ini Ify tidak jadi memasak. Ia menelantarkan barang belanjaanya di dapur. Dia pun tidak makan lagi. Entah sudah hari ke berapa. Ify merasakan perutnya perih tapi nafsu makanya sama sekali tidak ada.

Ify berjalan ke kamarnya dengan gontai.

*****

Ify tidak bisa tidur, ia hanya berbaring di atas kasur dengan cemas. Sudah hampir jam 12 malam, tapi Rio masih belum juga pulang. Ify semakin khawatir takut terjadi apa-apa dengan Rio. Panggilanya pun sama sekali tidak dihiraukan oleh suaminya.

Suara pintu Apartemen terbuka, Ify menghela legah. Akhirnya Rio pulang juga. Tak lama kemudian, Ify melihat suaminya masuk kedalam kamar. Tatapanya dingin seperti biasa, pria itu sama sekali tak menyapanya ataupun menatapnya sedikit pun.

Ify hanya bisa tersenyum kecut, kedua matanya terus memperhatikan Rio.

"Kamu mau kemana yo?" tanya Ify melihat Rio mengambil bantal dan gulingnya.

"Tidur!" jawab Rio singkat dan berjalan keluar kamar.

Ify tidak tau harus berbuat apa, ia sudah kehabisan kata-kata lagi. Kedua tanganya mengepal sangat kuat. Keadaan ini tidak bisa terus-terusan seperti ini. Bisa-bisa pernikahanya akan hancur dalam waktu dekat.

Ify segera turun dari kasur, berjalan keluar kamar mencari Rio.

Ify menemukan Rio tidur di sofa ruang tengah. Ify dengan cepat mendekati Rio.

"Yo kita perlu bicara!" jawab Ify serius. Tak ada lagi suaranya yang melembut.

"Aku ngantuk!" jawab Rio singkat.

"Aku nggak peduli! Bangun yo!" paksa Ify menarik-narik kaos Rio.

"Apaan sih!" Rio menepis kasar tangan Ify dan berhasil membuat Ify terdiam sebentar.

Ify menghela pelan, mencoba menguatkan hatinya!.

"Yo aku tuh nggak tau kamu itu kenapa dari kemarin! Kamu kasar sama aku! Kamu diemin aku! Jelasin yo apa salah akuuu!!!" Ify mulai meluapkan rasa gundahnya dan sakit hatinya selama beberapa hari ini.

"Aku masak kamu nggak makan, aku bicara udah halus kamu bentak aku!"

"Kalau ada masalah itu cerita! Bukan kayak gini! Aku pasti dengerin, aku pasti coba ngerti, tapi jelasin dulu ke aku apa masalahnya."

"AKU ISTRI KAMU MARIO!!" teriak Ify setengah frustasi.

Rio masih tak bergeming, tetap menutup kedua matanya tanpa peduli dengan Ify yang sudah meledak-ledak.

"Kamu buat aku terus nangis yo beberapa hari ini"

"Mana janji kamu nggak bakalan sakitin aku? Aku nikah sama kamu bukan untuk kamu perlakuin kayak gini yo"

"Kamu berubah banget! Mana Mario yang lembut? Mana Mario yang sayang sama aku? Mana Mario yang dulu? Kamu kenapa sih yo!!"

"Aku butuh penjelasan yo!! Aku mohon kamu jelasin ke aku!"

"Aku minta maaf, aku beneran akan minta maaf sama kamu, sampai sujud-sujud bakalan aku lakuin kalau emang aku salah besar ke kamu yo!!"

Ify menghelakan napas semakin gusar. Rio masih tetap tak mempedulikanya. Habis sudah kesabaranya.

"MARIO!!" teriak Ify kacau.

"YO AKU LAGI NGOMONG DEN—"

Rio melemparkan bantalnya dan langsung terduduk memberikan tatapan tajam ke Ify.

"Lo berisik brengsek!!" ucapnya kejam.

Ify merasakan tulang-tulang di seluruh tubuhnya lenyap, ia merasakan darahnya berhenti mengalir, jantungngnya berhenti berdetak, mulutnya setengah terbuka. Hanya kedua tanganya saja yang tak berhenti bergetar. Apa yang barusan ia dengar? Kedua gendang telinganya langsung berdengung keras.

Ify sangat berharap sekali kalau setelah ini ia akan tuli!. Ia rela demi apapun!.

"Makasih yo"

Hanya kalimat itu yang dapat Ify ucapkan, setelah itu ia membalikkan badanya, berjalan dengan langkah lemas kembali ke kamarnya. Ify merasakan dadanya terasa sakit sekali. Ify menepuk-nepuknya dengan keras.

Ify merasakan napasnya tercekat, air matanya turun bagai air terjun yang deras membasahi kedua pipi pucatnya. Ia benar-benar sakit hati dengan ucapan Rio barusan. Itu sudah lebih dari keterlaluan!.

Ify menangis dalam diam, menahan isakanya sendiri.

Ify tidak pernah menyangka, kalimat itu keluar dengan mudah dari bibir Rio. Ify berharap ini hanya mimpi. Sungguh!.

Tapi rasa sakit di dadanya yang nyata, membuat dirinya tersadar bahwa ini semua bukanlah mimpi. Ia benar-benar sedang berada di dalam kondisi sadar dan barada dikehidupan yang sesungguhnya.

Ify menutup pintu kamarnya, dan saat itu juga tubuhnya langsung ambruk di lantai. Air matanya semakin mengalir tak ada henti, isakan dari bibirnya mulai keluar. Ify melipat kedua kakinya, memeluknya dengan erat.

Setelah itu, Ify hanya bisa menangis dengan membenamkan kepalanya di dalam kedua kakinya. Menangis sampai puas, merasakan sakit hati yang amat terasa perih.

Bagaimana bisa suaminya berkata seperti itu? Apakah benar yang dihadapanya tadi adalah Mario?. Ify masih mencoba tidak mempercayainya tapi otaknya sudah sangat kacau. Ia tak bisa berpikir lagi.

****

Ify berpikir bahwa keesokan pagi Rio akan meminta maaf kepadanya. Namun, semuanya salah besar! Pria itu sama sekali bertambah dingin dan merasa tidak bersalah. Dan, karena Ify tidak mau sakit hati lagi, Ia hanya memilih diam.

Ia akan tetap masak, urusan Rio memakanya atau tidak Ify sama sekali tidak peduli.

Ify merasa seperti berada di dalam neraka. Rumah tangganya yang masih se-umur jagung, rumah tangga yang sangat indah dan bahagia semuanya sirna entah kemana.

Mereka berdua tak saling bicara, hanya saling mendiamkan selama beberapa hari. Bahkan yang lebig parah, Rio jarang pulang kerumah dan itu semakin membuat Ify sakit hati. Padahal ia masih berusaha menjadi istri yang baik.

Ify terus menunggu Rio sampai pulang, ia setidaknya masih mencoba mengajak Rio beberapa kali walau Rio tidak mempedulikannya. Dan semua yang dilakukan oleh Ify sia-sia belaka.

Ify tidak tau harus berbuat apa sekarang. Ia benar-benar pasrah!. Ia merasa hampir tidak kuat lagi.

Ify sempat berpikir untuk pulang ke rumah, menceritakan ke Papa-nya. Namun, ia berpikir ulang, ia tidak mau pernikahannya hancur. Ia masih mencoba mempertahankannya walau terasa berat. Ify masih berusaha.

Hampir mendekati 2 minggu Rio memperlakukanya seperti itu!. Sangat dingin dan kejam!. Dan Ify masih tidak tau apa alasan atau penyebab Rio berbuat seperti itu kepadanya~ Ify sama sekali tidak tau!. Kepalanya terasa ingin pecah jika berusaha menemukan jawabanya.

Dan seperti malam-malam kemarin, Ify berbaring sendiri di atas kasur. Menunggu suaminya yang tak juga pulang.

Ify menoleh ke samping, membayangkan Rio berada disampingnya saat ini dan tersenyum lembut ke arahnya, dan membelai pipinya seperti biasanya. Membayangkan begitu saja berhasil membuat air mata Ify terjatuh dengan sendirinya.

Ify memukul dadanya yang kembali sesak.

"Selamat malam suamiku"


*****


#Cuap-CuapAuthor


Maaf sebelumnya kemarin aku nggak bisa post. Bener-bener minta maaf, dan semoga part ini feelny dapat dan feelnya bisa pecah banget. heheh AMIN. 


TERIMA KASIH BANYAK BAGI YANG MASIH SETIA NUNGGU "EL" DITUNGGU YA PART SELANJUTNYAA :D TERUS BACA"EL" YAA JANGAN BOSAN-BOSAN. 


I LAFTYUUU ALL 


MAAFKAN KALAU BANYAK TYPO SUMPAH ITU PENYAKIT YANG TIDAK BISA AKU SEMBUHKAN WKWK. MAAFKAAAAANN DAN TERIMA KASIH BANYAAK. 


Jangan lupa Comment  dan Vote SELALU AKU TUNGGUUUIIIINNN BANGEEETTT :D SUMPAAAHHH :D



Salam. 


Luluk _HF


Continue Reading

You'll Also Like

7.8M 692K 63
Dia Arsenal, cowok paling possessive yang pernah Acha kenal. Arsen-Pemaksa Acha-Penurut Arsen-Pemberani Acha-Penakut Arsen-Dingin dan Datar Acha-Peri...
1.6M 95.2K 29
"Jangan berani pergi, atau kamu akan melihat aku mati." Ancaman yang sama setiap kali gadisnya mencoba lepas dari laki-laki itu. Sulit untuk menjelas...
8.5M 1M 56
Resa Maundya Putri, gadis yang tewas usai terjatuh dari wahana rollercoaster, bukannya berakhir ke akhirat jiwa nya malah bertransmigrasi ke tubuh to...
15.3M 217K 8
Sudah terbit