LITTLE STAR [COMPLETED]

By PinkyLinn

9.3K 2K 1.5K

Bagaimana jadinya jika seorang gadis mengalami banyak hambatan untuk mewujudkan cita-citanya? Bertemu dengan... More

CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25

CHAPTER 17

267 44 49
By PinkyLinn


Aku sudah berada di bawah dan menemui Ye In yang masih menungguku. Aku harus katakan pada Ye In atau tidak ya? Kalau aku beritahu Ye In, dia akan bersikap seperti apa ya?

"Eun Ra-ya, kenapa melamun seperti itu?" Aku tersadar dari lamunanku karena perkataan Ye In.

"Ohh.. Emm.. Tidak apa-apa," kataku pada Ye In. "Ah, Ye In ada yang mau aku beritahu." Sebenarnya aku masih bingung apakah harus memberitahu Ye In atau tidak.

"Apa Eun Ra?"

"Besok saja deh. Sekarang sudah jam segini, sebaiknya kita pulang."

"Ah dasar kau! Jangan membuatku jadi penasaran seperti ini dong." Aku hanya menanggapi dengan senyuman jahil. Sepertinya aku akan memberitahu Ye In besok saja, karena sekarang sudah sangat larut. Aku pulang naik taksi karena sekarang sudah tidak ada bis yang lewat lagi. Memang sudah menjadi kebiasaan aku pulang naik taksi jika selesai latihan sampai pagi begini, untungnya tidak ada hal aneh yang terjadi padaku selama ini.

...

"Eun Ra~~~" Aku sangat mengenal suara ini. Aku membalikkan badan dan melihat Ye In yang sedang tersenyum padaku.

"Aku siap mendengarkan apa yang mau kau beritahu padaku kemarin," katanya dengan sedikit berbisik padaku.

"Kemarin?"

"Bukan kemarin sih, lebih tepatnya tadi pagi pukul 1 lewat," katanya sambil menjelaskan waktu yang dimaksud. Padahal aku sangat mengerti apa yang dia mau tahu.

"Kau penasaran sekali ya?"

"Sangat!!" katanya sambil mengangguk-anggukan kepalanya seperti anak kecil yang penasaran akan sesuatu.

"Jadi begini—" Aku sengaja menggantung kalimatku untuk membuat Ye In penasaran. Dia sudah mendekatkan telinganya kepadaku seakan sangat siap mendengar apa yang akan aku katakan. "—ternyata unta punya 3 kelopak mata loh."

Ye In memukul pundakku karena kesal dengan perkataanku. "Yah, Eun Ra aku serius!"

Aku tertawa melihat wajah kesalnya. Ye In memang lucu sekali saat sedang kesal seperti ini, sehingga membuatku ingin menjahilinya. "Baiklah aku akan serius kali ini. Jadi kemarin saat aku akan mengambil handphone, aku melihat sesuatu yang sangat mengejutkan."

"Apa yang kau lihat?" Aku melihat sekelilingku terlebih dahulu sebelum melanjutkan ceritaku.

"Kyo Woon oppa sedang berduaan dengan Ha Mi di ruangannya." Aku mengatakan kalimat tersebut dengan suara sekecil mungkin, takut kalau ada yang mendengar perkataanku. Ye In langsung menutup mulutnya karena kaget mendengar ceritaku. 

"Kau tidak salah lihat kan?" Aku sudah tahu Ye In pasti tidak akan langsung percaya. Aku mengambil handphoneku yang ada di dalam tas dan mencari sesuatu di dalamnya.

"Aku tahu kau tidak akan langsung percaya, tapi kau bisa lihat ini." Aku memberikan handphoneku pada Ye In dan dia makin terkejut melihat apa yang ada di handphoneku.

"K-kau merekamnya?"

"Iya, sebenarnya sih hanya iseng aja. Tapi mungkin ini akan berguna untuk kemudian hari." Aku memang merekam kegiatan Kyo Woon oppa dan Ha Mi yang sedang berciuman secara diam-diam. Untung saja aku tidak ketahuan oleh mereka. Mungkin aku bisa bersyukur dengan tinggi badanku sehingga mereka tidak dapat melihatku.

"Wah kau berani juga, Eun Ra-ya." Senang juga dipuji seperti itu oleh Ye In.

"Kenapa mereka melakukan itu ya?"

Ye In mengedikkan bahunya. "Aku juga tidak mengerti dengan cara berpikir mereka. Mungkin mereka memang saling suka, kita tidak tahu itu kan?"

"Kau benar juga sih. Sudahlah, untuk apa kita mengurusi urusan orang lain. Lebih baik kita fokus saja pada latihan kita." Aku mengajak Ye In untuk berdiri dan berlatih menari lagi. Kelemahan kita memang sama, yaitu sama-sama lemah dalam menari. Maka dari itu aku suka mengajak Ye In untuk berlatih menari bersama saat istirahat seperti sekarang.

Setelah berlatih dengan keras, aku dan Ye In mulai sedikit lentur dalam bergerak. Saat pertama menjadi trainee gerakan kami sangat kaku sekali, bahkan kami terlihat seperti robot yang sedang menari.

Aku mengelap keringat yang sudah banyak bercucuran dari keningku. Saat aku sedang melakukan itu, aku dapat melihat Ha Mi yang berjalan melewatiku dengan tatapan tajam. Apa dia tahu kalau aku mengintip dia kemarin? Tapi itu tidak mungkin, aku tidak akan bisa dilihat dari dalam ruangan Kyo Woon oppa. Lagian sepertinya kemarin mereka sedang asyik sekali ciuman sehingga aku tidak mungkin ketahuan.

Ha Mi benar-benar tidak mengetahui kalau aku mengintip bahkan merekam mereka. Kalau dia tahu, dia pasti sudah meminta handphoneku dan menghapus rekaman itu. Walaupun dia tahu dan menghapus rekamanku, aku sudah berpikir lebih jauh ke depan. Aku sudah memindahkan rekaman itu ke dalam laptopku. Eun Ra memang pintar sekali.

Sebenarnya aku masih bingung kenapa Kyo Woon oppa bisa berciuman dengan Ha Mi. Apa benar yang dikatakan Ye In bahwa mereka saling menyukai? Tapi tidak ada tanda-tanda bahwa mereka saling menyukai selama ini. Aku juga dapat melihat Ha Mi yang segan menyapa Kyo Woon oppa dan juga sebaliknya.

Saat kejadian aku menjambak Ha Mi, Kyo Woon oppa juga tidak membelanya secara terang-terangan. Seharusnya jika Kyo Woon oppa menyukai Ha Mi, dia akan membelanya habis-habisan. Tapi tidak seperti itu yang aku lihat. Aku merasa ganjil dengan mereka berdua.

...

"Laki-laki gila?" Aku kaget melihat laki-laki gila sedang berdiri sambil memasukkan tangan ke dalam saku celananya. Padahal dia sedang berpakaian seperti ninja, tapi entah kenapa aku masih dapat mengenalinya.

"Hai anak kecil," sapanya riang. Sejak kapan dia menyapaku dengan nada riang seperti itu? "Aku ingin mengajakmu makan malam." Untungnya Ye In sudah pulang duluan karena ada janji dengan eommanya sehingga dia tidak melihat kejadian ini. Kalau sampai dia melihat kejadian ini, entah apa yang harus aku ceritakan padanya.

"Ma-makan malam?" tanyaku tidak percaya.

"Aku tidak menerima penolakan," katanya dengan tegas. Tanpa sempat aku bantah dia langsung menarik tanganku dan dengan terpaksa aku mengikuti langkahnya. Dia membawaku ke dalam mobilnya yang langsung melaju entah kemana.

"Kita mau kemana?" tanyaku memecah keheningan.

"Jangan bawel, diam dan duduk saja." Laki-laki ini memang benar-benar menyebalkan. Lalu aku benar-benar menutup rapat mulutku dan duduk dengan manis.

Dia membawaku ke sebuah rumah yang cukup besar. "Kau tidak berniat macam-macam denganku kan?" tanyaku dengan was-was. Siapa tahu dia berniat macam-macam denganku karena menganggap aku adalah perempuan gampangan.

"Mana mungkin aku berniat macam-macam denganmu. Sebaiknya kau bersihkan otakmu dari pikiran kotor itu." Kalau aku lebih tinggi, aku pasti akan langsung menjitak kepalanya.

Dia keluar dari mobil dan berjalan ke arah pintu rumah ini. Dia membuka pintu dengan kunci yang dibawanya, berarti ini adalah rumahnya? Dia menyalakan lampu karena keadaan rumah sangat gelap gulita. Saat lampu sudah dinyalakan, aku dapat melihat rumah ini sangat luas. Terdapat banyak perabotan, terutama kursi di rumah ini. Aku menghampiri sebuah gambar yang menyita perhatianku. Gambar yang ada di hadapanku adalah gambar laki-laki berjumlah 9 yang sedang tersenyum bahagia.

"Selamat datang di dorm EXO," katanya dengan bangga. Tunggu, apa yang baru dia bilang? Dorm EXO? Jadi aku sedang menginjakkan kaki di dorm EXO. Daebak!

"Kenapa kau membawaku kesini? Lalu kemana member yang lain?" tanyaku karena tidak melihat satupun orang disini.

"Kau mau kita makan diluar dan diketahui orang-orang? Besok pasti wajahmu sudah ada dimana-mana," Benar juga perkataannya. "Member yang lain punya urusan masing-masing, mereka tidak akan pulang sampai larut malam. Kau tenang saja." Baguslah, jadi aku tidak akan bertemu dengan Dyo. Rasanya canggung sekali jika bertemu dengannya sekarang.

Ternyata Chanyeol yang akan memasak untuk makan malam kami. Dia jago memasak juga. Dia membuat spagethi carbonara, yang aku pun tidak dapat memasaknya. Aku melupakan kekesalanku pada Chanyeol untuk sementara karena terlena dengan rasa masakannya yang begitu enak.

"Bagaimana masakanku?"

"Enak!" kataku riang seperti anak kecil yang baru diberikan permen.

"Aku mau minta maaf." Aku langsung menghentikan acara makanku saat dia berkata seperti itu.

"Huh? Minta maaf untuk apa?" Perhatianku sudah terpusat pada laki-laki yang ada di hadapanku.

Chanyeol terdiam untuk beberapa saat. "Karena mengataimu perempuan penguntit dan mengusirmu waktu itu." Yaampun jadi dia mau minta maaf untuk hal itu?

Aku tertawa mendengar penuturannya. "Jadi kau minta maaf untuk itu?"

"Kenapa kau menertawaiku? Memang ada yang lucu?" tanyanya dengan tampang polos.

"Aku kira kau mau minta maaf untuk apa, ternyata hanya untuk hal itu."

"Jadi kau sudah memaafkanku?"

"Hmm... Bagaimana ya?" Aku mengetuk-ngetukkan jari telunjukku pada dagu, berpura-pura berpikir. "Sepertinya belum."

"Apa yang harus aku lakukan supaya dimaafkan?" Kok dia jadi terlihat lemah begini sih? Mana gaya sombongnya itu?

"Kau harus memasakkan makanan untukku selama seminggu penuh!" Masakannya memang enak dan sepertinya aku ketagihan.

"Deal. Jadi aku sudah dimaafkan?"

"Yap."

"Ternyata mudah sekali ya minta maaf pada anak kecil sepertimu. Pikiranmu hanya makanan saja."

"Yah! Aku kan baru memaafkanmu, dasar laki-laki gila."

"Hei, aku kan sudah tidak memanggilmu perempuan penguntit lagi. Sebaiknya kau tidak memanggilku laki-laki gila lagi, masih banyak panggilan yang lebih bagus daripada itu," katanya dengan gayanya yang sudah kembali seperti semula.

"Contohnya?"

"Laki-laki tampan," katanya sambil menekuk tiga jarinya dan menyisakan jari telunjuk dan jempol membentuk huruf L yang ditempelkan pada dagu.

"Panggilan itu sangat tidak cocok untukmu," cibirku. "Laki-laki gila sudah sangat pantas untukmu."

"Baiklah, terserah kau saja." Bisa juga dia mengalah padaku.

Suasana diantara kami sudah tidak canggung lagi. Ternyata dia asyik juga untuk diajak berbicara dan aku sering tertawa dengan kekonyolannya. Sepertinya aku sudah tidak terlalu kesal dengan dirinya, karena dia tidak semenyebalkan yang aku kira dulu. Saat kami sedang asyik berbincang-bincang, tiba-tiba pintu dorm terbuka dan memperlihatkan 3 orang laki-laki yang sedang berdiri disana.

"D-Dyo, Chen, Xiumin hyung? Kenapa kalian sudah pulang?" tanya Chanyeol pada 3 laki-laki di dekat pintu masuk. Aku juga sama kagetnya dengan Chanyeol karena melihat sosok Dyo yang berada tidak jauh dariku.

"Kami sudah tidak tahu mau pergi kemana, jadi kami memutuskan pulang saja," jawab Chen.

"Siapa dia?" tanya Xiumin yang sudah pasti ditujukan padaku.

"O-ohh.. Dia..." Baru pernah kulihat Chanyeol segugup ini. "Dia Eun Ra, trainee di agensi kita."

"Wah, kau yang menjambak anak penaruh saham terbesar kan? Oh, dan sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya," kata Chen sambil berjalan medekatiku dengan muka riang.

Aku hanya diam saja dan tidak tahu mau bereaksi apa. Tiba-tiba Chanyeol mengenggam tanganku. Dapat aku rasakan aliran panas menyebar ke arah pipiku. "Ini sudah malam, aku akan mengantar Eun Ra pulang," kata Chanyeol pada mereka bertiga.

Aku hanya dapat membungkuk pada mereka sambil mengikuti langkah Chanyeol. Saat berpapasan dengan Dyo, aku dapat merasakan kekecewaan dari dalam dirinya. Aku tidak dapat berbuat apa-apa dan memutuskan untuk terus berjalan mengikuti Chanyeol keluar dari dorm EXO.

...

"Terimakasih ya untuk makanannya," kataku pada Chanyeol saat sudah sampai di depan apartemen.

"Aku juga mau minta maaf atas kejadian tadi ya, aku tidak mengira kalau mereka akan pulang lebih cepat."

"Tidak apa-apa kok. Kalau begitu aku masuk dulu ya," pamitku pada Chanyeol. Langkahku terhenti karena aku melihat sosok yang aku kenal keluar dari apartemenku.

Kyo Woon oppa.

Kenapa dia keluar dari apartemen? Apa dia mengenal Soo Ri?

...

A/N : Hai hai! Cerita ini udah aku tamatin loh dan udah ada di draftku, jadi tinggal di publish aja. Makanya ikutin terus ya ceritaku karena sebentar lagi akan tamat^^ Tapi masih rahasia sampe chapter berapanya hehe.

Setelah cerita ini tamat aku udah kepikiran mau bikin ff lagi, ditunggu aja ya!

Sampai ketemu di chapter 18 :)

-PinkyLinn

Continue Reading

You'll Also Like

913K 75.7K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
13.3M 1.1M 81
β™  𝘼 π™ˆπ˜Όπ™π™„π˜Ό π™π™Šπ™ˆπ˜Όπ™‰π˜Ύπ™€ β™  "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...
6.1M 478K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...