EL

Luluk_HF tarafından

32.4M 1M 79.7K

(NOVEL TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN SEGERA DIFILMKAN) "Kamu tau, Mario..." "Aku merasa seperti hujan dan kamu se... Daha Fazla

PROLOG - I'm KING
Pertemuan Singkat - the King -
Penyihir Kecil !!
I'm QUEEN
Pertemuan Singkat - the queen -
" LO-!!! "
Penculikan
Guardian
Don't Do That Again, Ify !!
Anak Baru!!
Gue bukan Tuan Putri !!
Freedom for 5 Days !
Kita Tetanggan ?? Hell ~
Penyihir Kecil level Akut !
First Kiss ~,~
Salah orang !
Aku siapa ??
Si angkuh dan Si Penganggu !
Priority
.Despair.
Cinta beda usia.
Proposal~
Side to Side
Kesalahan Fatal, Mario!
Penyesalan terbesar!
Dimana kamu Dafychi?
Gadis kecil
Perpisahan
Romantic-Night
Selamat malam, suamiku.
Selamat malam, istriku
Aku Pamit, Mario.
Langit dan Hujan.
Titik Cerah!
Penelfon?
OH GOD!
Pregnant ?
Merdeka!
Ampun!
Chicken-Rainbow!
Bertahanlah!
Tuhan dan Mama
Kak Ando.....
KAPAL PESIAR
Nama Bayi
Short-story
Sebuah Petunjuk Nyata!
LAST PART
CUAP-CUAP AUTHOR (1)
INFO BONUS PART
#MENUNGGUNOVELEL - SATU
Remember Them (satu)
FIX COVER NOVEL EL DAN INFO PENGUMUMAN GA
Remember Them - Tiga
Remember Them - Empat
PRE ORDER NOVEL EL DIBUKA
COVER BARU DAN FILM NOVEL EL
MEET AND GREET DAN NOBAR #ELTHEMOVIE

Kejadian.

311K 14.8K 949
Luluk_HF tarafından




Sepulang sekolah Ify tak langsung pulang kerumah, ia segera menghampiri Rio, illy mengabarinya bahwa kekasih-nya itu sedang demam-tinggi, dan dirawat di rumah.

Ify masuk ke dalam kamar Rio, melihat pria itu berbaring lemah dengan kedua mata terpejam. Ify sudah punya firasat tak enak sejak tadi pagi, Rio terlihat lemas dan sangat pucat.

Ify menyalami Nyonya Abahay yang sedari tadi menunggu Rio.

"Nggak pulang dulu? Ganti baju?" tanya Nyonya Abahay melihat penampilan Ify.

Ify tersneyum ringan, kemudian menggeleng.

"Nanti aja te, Ify khawatir sama Rio" jawab Ify jujur.

Nyonya Abahay mengangguk kecil sambil tersenyum, beliau berdiri dari kursi yang di duduki.

"Berhubun pacar-nya sudah datang, tante tinggal ya" pamit Nyonya Abahay dengan nada menggoda, Ify hanya bisa tersenyum canggung dan malu.

"Titip Rio ya"

"Iya tante"

Nyonya Abahay pun beranjak dari kamar, meninggalkan Rio dan Ify berdua di dalam.

Ify berjalan mendekati Rio, pria itu masih tertidur dengan keringat yang tak henti keluar. Ify mengganti waslap yang ada di dahi Rio. Merawat kekasih-nya dengan raut khawatir. Pantas saja, Rio akhir-akhir minggu ini sering mimisan.

Ify menghentikan aktivitasnya melihat Rio perlahan membuka mata, kekasihnya terbangun.

"Lo udah pulang?" tanya Rio dengan suara lemah.

"Sorry gue nggak bisa jemput" lanjutnya bersalah. Ify mendesis kesal, pria itu masih saja berpikir macam-macam, padahal keadaanya sudah kacau seperti ini.

Ify memberikan tatapan tajam,

"Kalau sudah sakit kayak gini, nyusahin banyak orang kan!" omel Ify sedikit kesal.

Rio memaksakan senyumnya,

"Kalau waktunya makan itu makan! Tidur ya tidur! Suka banget sih nyiksa diri sendiri!" Ify semakin menunjukkan amarahnya. Ia bukannya benar-benar marah, hanya khawatir saja dengan kondisi Rio yang sampai seperti ini.

"Gue nggak apa-apa, Fy" balas Rio menenangkan, meraih tangan kanan Ify.

"Nggak apa-apa gimana, sampai pucat kayak gitu, bangun aja nggak bisa!"

"Gue lagi sakit, malah di marahin" serah Rio pasrah.

"Bodo!! Biar sadar kalau salah! Awas aja kalau sampai kayak gini lagi! Nggak bakalan gue bolehin kerja!"

"Kalau nggak kerja, nanti gue hidupin lo pakek apa?" sahut Rio dengan tenaga tersisa.

"Pakek daun!!" sentak Ify semakin kesal. "Sekarang pokoknya istirahat, nggak boleh kemana-mana, Ngerti?"

"Iya tuan puteri" serah Rio tak bisa membantah.

Ify mengangguk puas, tatapanya berubah melembut. Rio jika sakit kayak gini mirip anak kecil, menggemaskan. Ify menaiki kasur, mengambil duduk disebelah tubuh Rio.

"Lo nggak ganti baju dulu?" tanya Rio pelan, Ify menggeleng keras.

"Nanti aja" jawabnya.

Ify menggeluarkan sisir rambut dari tas-nya yang biasanya ia bawa ke sekolah, kemudian ia menyisir rambut Rio, merapikannya. Sedangkan Rio hanya diam saja, membiarkan gadis-nya itu berbuat sesukanya. Ia seperti sebuah boneka yang sedang dimainkan oleh anak kecil.

"Kata dokter tadi gimana?" tanya Ify disela akivitasnya.

"Kelelahan"

"Masak? Gitu doang?"

"Iya"

"Bohong!"

Rio tak berniat menjawab lagi, kepalanya masih terasa berat. Ia memilih diam aja, memejamkan kedua matanya untuk menghilang rasa pusing yang kembali menyerang.

"Kenapa? Ada yang sakit?" tanya Ify mulai cemas, ia menjauhkan sisir-nya dari kepala Rio,tak meneruskan lagi;.

Rio menggeleng kecil.

"Cuma pusing" jawab-nya lemah.

Wajah Ify ikut meringis, seolah ia merasakan juga bagaimana sakit-nya Rio. Ify paham sekali bahwa Rio bukan tipe pria yang mudah jatuh sakit. Jadi, jika seorang Rio benar-benar ambruk menandakan sakit-nya pasti sudah paling maksimal. Rio orangnya tahan banting, lah ini?. Bangun aja nggak bisa. Kan kasihan.

"Gue bisa bantu apa biar nggak sakit lagi?" tanya Ify polos.

Rio terkekeh pelan, membuka kedua matanya dan menatap Ify.

"Sini!" suruh Rio, ia merentangkan tangan kanan-nya ke samping.

"Apa?" bingung Ify

"Tidur disamping gue"

"Ogah! Nanti mama lo masuk" tolak Ify cepat.

"Katanya mau bantu biar nggak sakit lagi?" Rio menahan rasa sakit kepala yang kembali menyerang, ia meringis.

Ify mengernyit sambil meringis juga. Ia pun menuruti ucapan Rio, berbaring di samping kekasihnya, Ify memiringkan tubuhnya, agar lebih jelas melihat wajah Rio. Pria itu memejamkan kedua matanya sejenak dan membukanya lagi, Ify menyentuh pipi Rio. Panas!.

"Demam lo berapa?" tanya Ify

"Satu" jawab Rio asal

"Lucu?"

"Kan bener"

"Maksud gue suhu" ralat Ify cepat.

"39 koma berapa gitu"

"Waahh! Kok masih hidup juga si abang ini" sindir Ify skiptis. Rio tertawa tanpa suara.

"Kerja rodi aja nggak sampai gini-gini amat. Lo kerja apa sampai nggak makan, nggak minum, nggak tidur!!" Ify mulai ngomel lagi.

Rio mendesah berat, Ify lebih parah daripada mama-nya ternyata. Rio berjanji ke dalam dirinya sendiri, ia tak akan mau sakit lagi. Tak akan!.

"Jawaaab!!! Punya mulut kan!!"

"Punya sayang" lirih Rio lemas, ini kekasihnya kesurupan apa sih!.

"Kerja apa di Jepang kemarin?" tanya Ify mendesak.

Rio mengatur napas-nya beberapa detik, memejamkan matanya entah untuk berapa kalinya. Ia merasakan perutnya perih dan terasa ingin mual. Tangan kiri-nya memegangi perut, meringis pelan.

"Lo kenapa? Ada yang sakit lagi?" Ify mulai panik, ia bangun.

"Pe—, perut gue ngg—"

"Udah nggak usah ngomong lagi! Diem aja! Istirahat sekarang!"

"Nurut sama gue!"

"Awas kalau bicara lagi!"

Rio menghela berat, tadi disuruh ngomong sekarang disuruh diem kan ribet kan serba salah kan bingungin! Gagal paham Rio sama sifat cewek yang satu itu!.

Ify merapikan selimut Rio, membiarkan kekasihnya terlelap. Ia menunggu saja disana. Tak ingin menganggu istirahat Rio. Ia mengerti, Rio beneran kesakitan sekarang.

*****

Iqbal berhenti di lapangan sekolah, menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal. Pemandangan yang sekarang ada dihadapannya cukup mencekamkan. Acha sedang berdiri di hadapannya dengan membawa sebuket bunga mawar.

"Ngapain lo di sekolah gue?" pekik Iqbal.

"Kan gue pindah kesini," jawab Acha enteng tak berdosa.

Iqbal membelakakan kedua matanya! Gawat Kiamat akan tiba!

"Ng—, ngapain, ngaapa—, ngapain lo pindah ke sekolah gue?" tanya Iqbal gugup.

"Biar bisa satu sekolah sama lo!" jawab Acha dengan senyum merekah. "Keren kan gue"

"Keren pala lo! Keluar lagi lo dari sekolah gue"

"Ogah! Enak aja!" tolak Acha terang-terangan.

Iqbal memegang kepalanya yang hampir ingin meledak, untung saja sekolahnya sudah hampir sepi mengingat ini sudah jam pulang.

"Ini bunga buat lo. Gue ngerangkainya sendiri." Acha menyodorkan buket bunga di tanganya.

Iqbal menepisnya kasar, membuat bunga itu berjatuhan tak berdosa.

"Yaaahhhh..... kasihan bunganya" ucap Acha dengan raut sendu menatap Bunga-bunga tersebut berserakan dibawah.

"Gue tegasin lagi sama lo! Biar lo sadar!!!"

"Pertama : Gue nggak suka Bunga!!"

"Dua: Gue nggak suka lo!"

"Paham?" tegas Iqbal.

Acha menatap Iqbal, masih dengan senyum khas-nya.

"Paham kok" ucap Acha polos menganggukan kepalanya. "Tapi gue suka sama lo"

"YA ALLAH" teriak Iqbal tak tau harus berbuat kayak gimana lagi

"Lo manusia apa nggak sih? Lo punya hati apa nggak sih!"

"Punya punya punya. " jawab Acha cepat, dengan senyum bodohnya. "Hati gue Cuma buat lo hehehe" cengirnya tak berdosa.

Iqbal butuk oksigen segar, ia segera melangkah meninggalkan Acha.

"Tungguin gue!!" teriak Acha langsung mengikuti Iqbal,

"Lo mau kemana?"

"Pulang!!" sentak Iqbal kasar.

"Gue ikut" rajuk Acha.

"Ogah!!"

"Gue pingin kerumah lo. Pingin main!"

"Main aja di taman bermain"

"Nggak mau!! Nggak ada lo!"

"Gue juga nggak mau! Ada lo!" balas Iqbal sengit.

"Iqbaaalll" rengek Acha. "Gue ikut pulang sama lo!!" rengek Acha makin menjadi.

"NO!! BIG NOO!"

Acha langsung duduk kelesetan di tanah, sambil memegangi kaki kanan Iqbal, ia merengek sepertti anak kecil.

Iqbal terkejut bukan main, melihat kelakuan Acha. Gadis ini selain nggak waras ternyata punya kelainan jiwa berat! Iqbal menggelengkan kepalanya, Shock!!

"Gue pokoknya ikut kerumah lo! TITIK!!"

"Kalau tetap nggak boleh, gue akan kayak gini terus!!" ancamnya sungguh-sungguh.

"NO!"

"IQBAAALLL"

"Yaudah gue kayak gini terus!!" Acha mengeratkan cengkramannya di kaki Iqbal.

Iqbal mendesah berat, mencari udara segar di sekitarnya, mendinginkan otaknya terlebih dahulu. Ia tak bisa disini terus. Iqbal mendesis pelan.

"Oke! Tapi hanya 15 menit di rumah gue"

"Yaahh bentar banget, 1 jam"

"15 menit"

"30 menti lah" tawar Acha

"Oke, 30 menit"

"YESSS!!!" teriak Acha kesenengan.

Ia kemudian berdiri dengan senyum sumringah berbunga-bunga, sedangkan yang ditatapan-nya raut wajah-nya sangat abstrak seperti baru mendapatkan cobaan terberat selama dia hidup. Iqbal langung berjalan duluan meninggalkan Acha.

"Iqbaal tungguinn gue!!"

*****

Ando mengajak Sivia ke rumahnya, dan Sivia pun menurut saja tak banyak komentar. Beberapa hari ini Ando selalu muncul dihadapanya, tak pernah absen. Sivia sampai bingung dengan sifat Ando yang menurutnya semakin protektif.

"Lo mau minum apa?" tanya Ando

"Terserah"

"Nggak ada minuman terserah disini" desis Ando, Sivia menghela pasrah.

"Air putih aja"

"Oke" Ando berjalan ke dapur, meninggalkan Sivia untuk mengambilkan dua gelas jus jeruk.

Ando meletakkanya diatas meja ruang tamu. Sivia mengernyitkan kening.

"Kan gue maunya air putih"

"Gue pinginya Jus jeruk" jawab Ando se-enaknya.

Sivia melengos, tak komentar lagi atau ini akan menjadi perdebatan yang panjang. Ia segera mengambil gelas tersebut dan meminumnya.

"Vi" panggil Ando dengan suara pelan.

"Hm?" deham Sivia sibuk dengan minumannya.

"Setelah lulus. Lo mau lanjut kuliah atau gimana?" tanya Ando, nada suaranya terdengar serius.

Sivia meletakkan gelas minumanya kembali, dan menoleh ke arah Ando.

"Kenapa memangnya?" tanya Sivia.

"Nikah sama gue yuk"

Sivia mematung, meresapi baik-baik ucapan Ando barusan. Apa ia tak salah dengar? Ando melamarnya kah?. Sivia bingung harus merespon seperti apa?.

"Ni—,Nikah?"

"Ya.. Nikah sama gue"

"Lo ngelamar gue?" tanya Sivia gugup.

"Mmmm—, enggak sih. Cuma masih tanya-tanya aja"

"Heh?"

"Mangkanya gue tanya, lo habis lulus SMA ngapain? Kuliah lagi? atau gimana??"

Sivia berpikir sebentar.

"Gue pingin kuliah" jawab Sivia sungguh-sungguh.

Ando mengangguk-anggukan kepalanya.

"Lo kuliah dan jadi istri gue"

"Kok maksa sih?"

"Lah? Terus kalau gue nggak nikah? Gue nikah sama siapa?" tanya Ando entah ia tujukan ke siapa.

"Yaa.. siapa kek" jawab Sivia asal.

"Lo nggak mau nikah sama gue?" tanya Ando mulai was-was.

Sivia menghela berat.

"Ya mau, tapi masak habis lulus gue langsung nikah. Ogah!!"

"Ify aja udah dilamar sama Rio, masak lo kalah sama Ify"

"WHAT??" kaget Sivia setengah mampus. Kok Ify nggak cerita kepadanya?

"Lo baru tau?"

Sivia mengangguk seperti anak kecil.

"Mangkanya, kan sekarang lagi musim nikah muda"

"Isshh—" desis Sivia tak paham dengan jalan pikiran lelaki di hadapanya. Ini si Ando lagi iri sama Ify apa gimana sih?

"Gimana? Mau nggak?" tanya Ando sekali lagi, tanganya memainkan ujung rambut Sivia.

"Gue masih mau kuliah kak, gue nggak mau nikah muda." Jawab Sivia jujur, dengan raut tak enak. Takut Ando marah.

Ando menghela berat, ia sudah dapat menebak pasti jawaban Sivia seperti ini.

"Jadi lo nolak gue?" tanya Ando raut wajahnya berubah kecewa.

"Bukan nolak. Gue mau nikah sama lo, tapi nggak pas lulus juga kali"

"Lo kuliah berapa tahun sih?" tanya Ando lagi.

"Mmm—" Sivia menghitung. "Mungkin 3,5 tahun paling cepat"

Kini giliran Ando yang menghitung menggunakan jemarinya.

"Busyeett!! Masak gue nikah umur 29 setengah tahun."

"Ah—, maksud gue 29 tahun lebih 6 bulan" ralatnya cepat.

"Lo mau nikah sama om-om?" tuding Ando membuat Sivia bergidik,

"Ya nggak apa-apa, kalau emang jodoh" sahut Sivia enteng. Dia memang tak mempermasalahkan umur suaminya nanti.

"Jadi? Lo mau nungguin gue?" kini giliran Sivia yang melontarkan pertanyaan.

Ando menghela berat, menundukkan kepalanya. Tak bisa menjawab pertanyaan Sivia barusan.

Sivia tersenyum kecil, membelai puncak rambut Ando, ia merasa bersalah membuat pria itu kecewa dengan jawabannya. Sivia mencium singkat puncak kepala Ando.

Ando sedikit terkejut, kepalanya ia angkat kembali, menatap Sivia.

"Gue janji akan nikah sama lo"

"Nggak sama siapapun" lanjut Sivia meyakinkan.

"Beneran?" raut kecewa Ando perlahan menghilang.

"Hmm"

"Kalau gue tiba-tiba nggak ada? Mati gim—"

AWWWW!!

Pekik Ando tiba-tiba mendapatkan cubitan keras di perutnya. Ando menatap Sivia kesal.

"Kalau ngomong itu yang baik-baik, dijaga ucapannya!" omel Sivia.

Ando meringis,

"Kan seandainya Sivia sayang!!" tukas Ando gemas.

"Intinya gue nggak mau nikah sama siappaun selain sama kak Ando. Titik"

"Oke. Gue pegang ya!"

"Iyaaaaa" gemas Sivia

Ando pun menari Sivia dalam pelukannya. Setidaknya, rasa khawatirnya akan gadis ini musnah sudah, dia tidak akan cemas gadis ini pergi lagi meninggalkanya, ia tak ingin berpisah dengan Sivia. Mendapatkan gadis ini sangatlah susah, jadi ia tak mau melepaskannya begitu saja.

"Gue cinta sama lo, Sivia" bisik Ando tepat di telinga Sivia.

*******

Rio membuka kedua matanya perlahan, rasa sakit kepalanya telah berkurang tak separah tadi, panas-nya pun mendingan mungkin efek dari injeksi dan obat yang diberikan oleh dokter.

Rio melirik ke samping, mendapati Ify sedang tetidur pulas di pinggir kasur, tubuh gadis itu meringkuk layaknya bayi kecil. Ri tersenyum, tangan kanan-nya tak cukup untuk menjagkau gadis itu.

DRTTTDRTTT

Suara ponsel Ify berdering, lampu layar menyala. Rio mencoba meraih ponsel tersebut yang tak jauh darinya, setelah berhasil mendapatkanya Rio melihat dari siapa panggilan itu.

Ariel!

Rio menghela pelan, kemudian mengangkat sambungan itu, ia mendekatkan ponsel Ify ke telinga kanan-nya.

"Hallo, Fy lo di rumah?"

"Gue Rio, dia lagi tidur" jawab Rio datar.

Suara disebrang tak terdengar, mungkin sedikit terkejut karena bukan Ify yang mengangkat melainkan pacar-nya.

"Bangunin bentar bisa? Gue mau ngomong sesuatu"

Kini giliran Rio yang terdiam, pria ini benar-benar ajaib menurutnya, sama sekali tak gencar mengejar Ify.

"Mau apa?" tanya Rio masih dengan nada dinginnya.

"Tenang aja gue nggak bakal macem-macem, gue mau pamitan aja"

"Tolong bangunin dia, suruh turun, Gue udah di depan rumahnya"

Rio berpikir sebentar, ia menoleh ke Ify, memperhatikan gadis itu yang masih pulas dalam mimpi indah-nya.

"Oke sebentar" ucap Rio memutuskan untuk menuruti permintaan Ariel. Ia mematikan sambungan telfon tersebut.

Rio berusaha menggerakan tubuhnya untuk mendekat ke Ify. Tubuhnya masih sedikit terasa berat dan lemas.

"Fy...."

"Dafychi" panggil Rio, tangan kannya membelai lembut pipi kekasihnya.

"Dafychi" panggil Rio sekali lagi dan berhasil.

Gadis itu menggerang, dan membuka kedua matanya pelan-pelan. Rio sedikit tak tega, pasti Ify sangat terganggu.

"Kenapa? Lo butuh apa? Apa ada yang sakit lagi?" tanya Ify tak beraturan, ia masih mengumpulkan nyawa-nya yang belum lengkap.

Rio menunggu saja sampai gadis itu benar-benar sudah sadar.

Ify mendudukan posisi-nya, menguncir rambutnya yang sangat berantakan. Setelah dapat mengontrol penuh kesadarannya, ia menatap Rio. Pria itu tersenyum ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Ify mengulang pertanyaanya tadi karena tak ada jawaban dari Rio.

Rio memberikan ponsel Ify,

"Ariel barusan nelfon" ucap Rio tenang, namun bagi Ify itu bukan sebuah ketenangan, kedua mata Ify sedikit membuka, terkejut dan panik.

"Terus?" tanya Ify seolah tak peduli.

"Dia ada di depan rumah lo, minta lo turun"

Ify menghela berat,

"Ogah!! Biarin aja!!" sentak Ify sedikit kesal.

Rio tersenyum ringan,

"Temuin aja," suruh Rio, membujuk.

"Lo nggak cemburu ngelihat gue nemuin Ariel?"

Kan pertanyaan itu lagi!! Selalu saja terlontarkan! Rio mencoba bersabar, ia mencari jawaban yang tepat agar tak terjadi perang ke-empat lagi dengan gadis kecil ini. Rio tersenyum,

"Gue cemburu, tapi sepertinya Ariel butuh bicara penting" jawab Rio menjelaskan.

Ify berpikir sejenak,

"Oke. Gue temuin dulu" pasrah Ify menuruti ucapan Rio. Ia turun dari kasur.

Rio menatap kekasihnya,

"Fy" panggil Rio menghentikkan langkah Ify, gadis itu membalikkan kembali badanya.

"Kenapa?" tanyanya bingung.

Rio menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tak gatal, ia menghela napas-nya.

"Benahin kancing baju lo, cepatan!" ucap Rio tak tau harus ber-ekspresi bagaimana. Gadis itu selalu saja tak pernah berubah.

Ify menunduk, melihat sendiri bagaimana penampilan baju seragamnya. Menyeramkan! Baju-nya lusut semua, dan 2 kancing-nya terbuka tak berdosa. Ify membenahkan kembali kancingnya sambil nyengir tak berdosa di depan Rio.

"Gue bakal kesini lagi, tunggu"

"Ganti baju dulu!" pesan Rio, namun tak ada balasan dari Ify, gadis itu sudah pergi jauh.

Rio menghela berat, untung saja hanya dia yang melihatnya. Entah jika pria lain, mungkin darahnya akan langsung naik. Rio menatap atap-atap langit, sudah lama ia tak tidur di kamar-nya ini. Rasanya sangat nyaman.

Rio menoleh ke samping, menatap ponsel Ify yang masih di pegangnya. Tiba-tiba terlintas pikiran untuk mengetahui isi ponsel kekasihnya, ia memang jarang kepo atau penasaran dengan ponsel Ify. Lebih tepatnya, ia tak pernah mengubek-ubek ponsel kekasihnya itu.

Rio pun membuka kembali ponsel Ify. Pertama, Ia melihat galery.

Rio terkekeh sendiri melihat foto-foto Ify, gadis itu ternyata doyan selfie juga tanpa sepengatahuannya. Rio membuka sampai foto terakhir, hampir seluruhnya adalah foto Ify sendiri dan ada beberapa foto diri-nya yang di ambil diam-diam oleh Ify serta foto mereka berdua.

Setelah puas melihat galery, Rio berpindah ke aplikasi message namun tanganya tak sengaja menyenggol e-mail Ify, dan akhirnya terbuka. Rio melihat sebuah email berada di atas sendiri.

Rio membaca-nya baik-baik, semakin kebawah tanganya mengerat, membentuk kepalan kuat pada ponsel Ify. Rio menutup e-mail itu, ia mencari yang lain dengan nama pengirim sama. Rio menemukan banyak disana.

Rio kembali lagi pada galery Ify, dan ia menemukan suatu hal besar yang tak pernah ia sadari selama ini. Satu sudut Rio terangkat, membentuk senyuman picik yang menyeramkan.

CKLEEKK

Pintu kamar Rio terbuka kembali, Ify telah kembali, dengan kedua tangan penuh dengan boneka, bunga dan sebuah kue-tar. Ify mengomel sendiri, tak sadar dengan Rio yang kini menatapnya tajam.

Rio berdiri dari kasur, energi-nya yang semula hilang, tubuhnya yang semula lemas, entah kenapa. Ia bangkit dan berjalan mendekati Ify yang sedang menutup kembali pintu kamar-nya.

"Yo, in—"

DAAAKKKK

"YOOO!!!!" teriak Ify kaget bukan main.

Pria itu tiba-tiba membalikkan tubuhnya, menghantamkan punggunya ke tembok. Tak hanya itu Rio menekan leher Ify dengan lengan kuatnya. Ify tercekat, tak bisa napas. Kedua matanya memerah.

"Yo—, Yo—, gu—,gu—, Gu—,gue—,gue, ng— , nggak—. Nggak —, napas"

"Yo!!" Ify memohon, ia mencoba melepaskan lengan Rio yang semakin kuat mendorong lehernya, menekannya.

Rio menatap Ify tajam, emosi-nya tak terkontrol. Ify menatap Rio ketakutan. Ada apa dengan kekasihnya.

"Yo!!" Ify hampir menangis, wajahnya memerah padam. Untuk napas rasanya begitu susah.

"Na—,na—,napas—.Na—,napas yo" rintih Ify semakin kehabisan oksigen, mulutnya terbuka, dengan napas semakin tak beraturan.

Rio masih diam, menatap gadis dihadpannya yang merintih kesakitan seolah sengaja ingin menyiksa Ify. Rio lebih menguatkan desakan lengannya, membiarkan Ify terus kesakitan kehabisan napas. Ia tak peduli!.

"LO—" Rio mulai membuka suara, kedua matanya berkobar-kobar dengan api menyala hebat.

Rio memotong ucapannya, menyaksikan Ify semakin kesakitan.

Bersambung. . . . .


*****

#CUAPCUAPAUTHOR


Oke teman-teman semuaa terima kasihh banyaakkk udah mau bacaa "EL" sampai part ini. Dan sebenarnya aku mau kasih tau kabar yang buat aku sih "GEMBIRA" semoga buat kalian juga Amin.


Mungkin yang ikutin Instagram aku, sudah tau kabar ini, bagi yang belum tau, aku kasih tau sekarang.


"ALHAMDULILLAH EL AKAN DITERBITKAN" *sujudsyukurberkalikali.


Sebenarnya udah dari bulan kemarin ditawarin, waktu masih 500K, dan alhamdulillah karena sekarang udah 1M mangkanya aku buat keputusan nerima tawaran penerbit biar "EL" bisa naik cetak. ALHAMDULILLAH.


Barusan aku dapat kontrak-nya, doain semoga "EL" nanti bisa jadi best-seller. Amin Amin yarabbal alamin, Itu harapan terbesar aku. Doakan yaaa.


Kalau kalian mau tanya? Lah? kan EL belum selesai ? Gimana?.

Jawabannya: Aku selesaikan "EL" dulu sampai tuntas, baru aku fokus buat nove-lnya jadi mungkin pertengahan tahun "EL" baru bisa terbit, hehehe


TERIMA KASIH BANYAAKKKK BUAT SEMUAA TEMAN-TEMAN PEMBACAA PEMIRSAA READERS TERCINTAA YANG MAU BACA "EL" VOTE BUAT "EL" POKOKNYAA TERUSS BACA "EL" DAN BANTU PROMOSI.IN EL YA KE TEMAN-TEMAN KALIAN KELUARGA KERABAT DAN LAIN-LAIN HEHEH.


El sekarang udah masuk ke konflik utama jadi tungguin aja selanjutnyaa mwah. Penasaran kan? Ditunggu comment cetaar-nyaa wkwkkw. Ditunggu part selanjutnyaa mwah.

Jangan lupa Comment dan Vote paling selalu  DITUNGGU BANGET :D


Thankyuuu mwaaahh. laaftyuuuguyss. mwah mwah:D

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

8.8M 58.5K 9
#1 In Teen Fiction (22/01/2017) "Kenapa ya dari sekian banyak cewek di sekolah kita, harus banget yang gue tabrak itu si siapa tuh namanya?" Kavi mem...
102K 18K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
239K 36K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
19.3M 933K 84
The Other Side Movie tayang di seluruh bioskop Indonesia, 17 Maret 2022. #1 in Teenfiction [06/10/18] "Gue itu suka sama lo, lo aja yang nggak pernah...