Romantika

By Gadis_Mendung

22.6K 769 49

SPIN OFF PROTECTIVE BROTHER Untuk seseorang yang telah lama pergi, bahkan aku tidak tahu lagi kemana harus me... More

Epigraph
Romantika 01
Romantika 02
Romantika 04
Romantika 05 (18+)
Romantika 06
Romantika 07
Romantika 08
Romantika 09
Romantika 10
Romantika 11
Romantika 12

Romantika 03

1.5K 60 2
By Gadis_Mendung

Tugas terakhir untuk mencintaimu adalah menghapus kamu.


💔

Aku punya satu rahasia bahwa aku membencinya. Dia, yang masih saja kamu buat bahagia. Dia, yang masih saja tertawa bersamamu. Dia, yang masih saja mendapat perhatian darimu. Dia, yang tak pernah lepas dari doa-doamu sepanjang waktu.

×

"Cantik."

Aku menoleh, tampak di hadapanku, seorang laki-laki sedang menyantap bubur ayam dan susu coklat di samping piringnya. Aku sendiri sibuk menikmati mojito, kali ini rasa mangga matah beserta buah lemon. Minuman ini memang menyegarkan terlebih saat musim panas seperti sekarang.

"Iya, kenapa?"

"Saya nggak manggil kamu. Saya bilang kamu cantik."

Aku tersipu. Baru kali ini ada orang yang memujiku cantik setelah kamu.

"Makasih." Kamu juga tampan.

Laki-laki itu mencondongkan tubuh di seberang sana untuk lebih dekat ke arahku. Refleks, badanku jadi mundur. Aku membawa gelas mojito dan menyeruputnya cepat. Mataku tak berhenti melihat sekeliling, takut jika ada teman di kantor, bisa-bisa aku dijadikan bahan gosip.

"Kamu... Lucu ya?" Ujarnya. Ia terkekeh-seksi. Aku menggigit ujung sedotan sembari nyengir kaku.

Ini orang kenapa, sih? Aneh banget. Nggak takut dimarahin istrinya apa godain aku?

"Perkenalkan, saya Roma Dalton."

Whoops, aku tersedak, terbatuk-batuk. Pak Roma yang bingung buru-buru menghampiriku. Menepuk-nepuk punggungku seraya memberiku susu coklat miliknya.

"Maaf. Saya pikir siapa." Harus baik-baik, Cantik. Kalau nggak mau dipecat Bos Veron.

"Memangnya, siapa nama kamu?"

"Cantika Ramon."

Dia, orang yang paling dihormati Bos Veron yang paling dingin, orang yang dibilang Mas Raka pintar menghargai wanita, benar-benar idola. Wajah tampannya tidak perlu diragukan lagi. Kaum hawa akan akan menengok dua kali jika berpapasan dengannya.

"Pantas saja saya bilang cantik, noleh."

Aku terkekeh miris. Hidup, kenapa sih, aku harus bertemu dengan orang-orang yang high quality jomblo? Padahal, aku tahu mereka nggak akan tertarik denganku. Nanti, jika lagi-lagi hatiku patah, apa yang bisa kulakukan selain menangis diam-diam sembari menyalahkan takdir?

"Saya permisi dulu, Pak. Jam istirahat saya hampir habis."

"Mau kemana?"

"Sholat?"

"Saya, ikut ya."

"Pak Roma muslim?"

Ia terkekeh, berjalan mendahuluiku menuju mushola kantor. Aku berhenti sejenak. Melihat punggung Pak Roma yang menjauh sekaligus mengingat kilasan beberapa tahun lalu.

"Sudah adzan, kalau kamu mau menenangkan hati kamu, kamu boleh ikut saya."

"Kemana?"

"Mushola."

"Bapak jadi Imam saya?"

Kamu tersenyum jahil. "Saya harap, kamu nggak lagi ngelamar saya."

Ah, Anugrah.

Andai semudah itu menghapus kamu.

*

"Lo pelet Pak Roma pakai apa?"

Aku memutar dua bola mataku saat Mbak Dilla mencercaku dengan sejuta pertanyaan. Dia ingin menarik perhatian Pak Roma seperti apa yang aku dapatkan, katanya. Padahal kupikir, tidak ada yang isimewa dari pertemuan kami tadi.

"Bagi tips, dong, Can. Katanya lo nggak tertarik sama cowok model Pak Roma?"

Aku mengangguk-angguk, melirik Mbak Dilla yang penuh harap. Terlintas ide jahil dalam kepalaku.

"Tapi Pak Roma boleh juga kalau dipikir-pikir." Aku terkekeh, membuat Mbak Dilla cemberut dibuatnya. Saat itu kami sedang berjalan menuju area parkir hendak pulang. Mas Raka tampaknya sedang bad mood karena sejak tadi hanya diam.

Mbak Dilla bilang, kalau mood cowok itu sedang jelek, cowok itu akan diam sepanjang hari. Karena sekali cowok itu mengucap sesuatu, ucapannya akan terdengar seperti bentakan. Meski kami jalan bareng, sebenarnya aku dan Mbak Dilla agak ngeri.

Terlebih, tadi aku benar-benar melihat Mas Raka ngamuk untuk pertama kalinya karena Mbak Dilla nggak sengaja menaruh faktur pembelian bahan dasar sembarangan-sampai terlihat oleh pihak luar.

"Kemarin katanya ogah, sekarang malah ngarep."

"Aduh, Mbak Dilla nggak pernah ya, lagi patah hati terus tiba-tiba ada Pangeran yang datang?" Aku berakting mengatup tangan di pipi, seperti sedang memuja seorang pangeran yang benar-benar datang.

Meski selama ini, aku hanya punya satu Pangeran. Pangeran yang tidak akan pernah kumiliki selamanya. Kamu, Pangeran Berkuda Putih.

"Hm."

Aku ngakak, bukannya senang melihat Mbak Dilla cemberut, tapi lucu saja melihat cewek jutek itu memonyongkan bibir sambil marah-marah. Setahuku, selama ini hanya ada dua hal yang mampu membuat Mbak Dilla emosi tanpa berpikir dua kali. Pertama, cowok ganteng yang diembat teman, kedua, Mas Raka.

"Aku balik dulu ya, Mbak."

Mbak Dilla membuang muka sambil merajuk, aku terkekeh, berjalan menuju motorku yang aku parkir tak jauh dari motor Mbak Dilla. Tetapi saat menyalakan mesin dan ingin keluar dari area parkir-aku baru sadar jika ban motorku kempes.

Perasaan, tadi pagi masih sehat.

"Cantik, ayo kuantar pulang!"

Aku menoleh, "Pak Roma?"

Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya sambil nyengir lebar. Jangan-jangan, laki-laki itu yang ngerjain aku?

Awas saja kalau berani!

*


“Terus saya harus panggil apa?”

“Terserah Bapak.” Ujarku begitu enteng, tak sadar membuatmu seolah jungkir-balik memikirkan keinginanku.

“Ya sudah. Terserah, sudah siap?”

Kepalaku melengok ke arahmu, begitu dekat hingga aku dapat merasakan jantungmu berdebar-debar dalam dekapku. Aku juga sama sebenarnya, namun aroma cemara yang menguar dari tubuhmu begitu menenangkan.

“Kok?”

“Katanya tadi terserah...”

Aku berpikir sejenak, sementara kamu mulai memacu motormu untuk membelah jalan raya. “Princess aja.”

“Kenapa itu?”

“Semalam Cantik mimpi, ketemu Pangeran berkuda putih.” Ujarku, seolah-olah tengah berdonger layaknya seorang narator.

“Lalu?”

“Lalu?” Aku menyeringai, menampilkan cengiran lebar. Kamu dapat melihat dari kaca spion jika wajahku memerah. Padahal tidak ada yang lucu, aku hanya malu saat itu.

“Sekarang Cantik ketemu Pangeran pakai motor putihnya.”

Aku buru-buru menenggelamkan wajah di ceruk lehermu, menekan rasa malu yang baru saja meletup-letup akibat ulahku sendiri.

“Curang!”

“Ha?”

Kamu terkekeh melihat wajahku yang membeo. “Kamu minta saya manggil Princess, tapi kamu nggak panggil saya Pangeran.”

TBC

Need a comment and your ⭐ to this chapter.

Big thanks to readers always support me. ☺☺

Continue Reading

You'll Also Like

492K 25.2K 45
Bagi Elena, pernikahan bersama Kaisar hanyalah sebuah pengorbanan untuk balas budi.
297K 29.4K 44
"Ma, aku ngga mau ya punya assisten baru" "Plis lah Maa" "Aku tu CEO punya aissten dengan pakaian sexy itu biasa" "Lianda Sanjaya!!!" "Ikutin kata ma...
3.2M 236K 29
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...
6.8M 46.3K 58
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...