EL

Od Luluk_HF

32.4M 1M 79.7K

(NOVEL TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN SEGERA DIFILMKAN) "Kamu tau, Mario..." "Aku merasa seperti hujan dan kamu se... Více

PROLOG - I'm KING
Pertemuan Singkat - the King -
Penyihir Kecil !!
I'm QUEEN
Pertemuan Singkat - the queen -
" LO-!!! "
Penculikan
Guardian
Don't Do That Again, Ify !!
Anak Baru!!
Gue bukan Tuan Putri !!
Freedom for 5 Days !
Kita Tetanggan ?? Hell ~
Penyihir Kecil level Akut !
First Kiss ~,~
Salah orang !
Aku siapa ??
Si angkuh dan Si Penganggu !
Priority
Cinta beda usia.
Proposal~
Side to Side
Kejadian.
Kesalahan Fatal, Mario!
Penyesalan terbesar!
Dimana kamu Dafychi?
Gadis kecil
Perpisahan
Romantic-Night
Selamat malam, suamiku.
Selamat malam, istriku
Aku Pamit, Mario.
Langit dan Hujan.
Titik Cerah!
Penelfon?
OH GOD!
Pregnant ?
Merdeka!
Ampun!
Chicken-Rainbow!
Bertahanlah!
Tuhan dan Mama
Kak Ando.....
KAPAL PESIAR
Nama Bayi
Short-story
Sebuah Petunjuk Nyata!
LAST PART
CUAP-CUAP AUTHOR (1)
INFO BONUS PART
#MENUNGGUNOVELEL - SATU
Remember Them (satu)
FIX COVER NOVEL EL DAN INFO PENGUMUMAN GA
Remember Them - Tiga
Remember Them - Empat
PRE ORDER NOVEL EL DIBUKA
COVER BARU DAN FILM NOVEL EL
MEET AND GREET DAN NOBAR #ELTHEMOVIE

.Despair.

365K 19.3K 1.3K
Od Luluk_HF


Rio tak menemukan Ify di manapun, di gedung Apartemen, di sekolah, di rumah sakit dan kini dirinya berhenti di depan rumah Ify. Ia memilih menunggu Ify sampai pulang. Ia yakin Ify akan kembali ke-rumahnya terlebih dahulu.

Rio keluar dari mobilnya ketika melihat sebuah mobil lamborgini-hitam datang dan berhenti di depan rumah Ify.

Rio menghentikkan langkahnya, ia mendapati Ariel dan Ify keluar bersamaan dari mobil tersebut.

"Terima kasih kak, maaf sudah merepotkan" ucap Ify kepada Ariel.

Ify menemukan Rio berdiri ditengah jalan, kedua mata mereka bertemu. Rio menatapnya datar tanpa ekspresi. Ify segera mengalihkan pandagannya,

"Lo mau mampir dulu?" tawar Ify, pertanyaanya tersebut membuat Ariel kembali terkejut.

Ariel tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya,

"Gue langsung balik aja" jawab Ariel. "Kalau butuh apa-apa, jangan sungkan"

Ify menganggukan kepalanya, memaksakan senyumnya ke Ariel.

"Hati-hati kak pulangnya, gue masuk dulu" pamit Ify, ia ingin secepatnya masuk kedalam rumah. Hari ini cukup lelah baginya.

"Oke, bye" Ariel kembali masuk ke dalam mobil dan perlahan mobil itu menjauh dari hadapannya.

Ify segera masuk kedalam rumah, tak berniat untuk memanggil atau menyapa Rio yang masih diam tak bergerak sedikit pun, hanya menatapnya dari kejauhan. Energi Ify hampir habis dan dirinya juga tak ingin merusak mood-nya yang sudah hancur sedari tadi.

Ify masuk kedalam rumah, ia dapat merasakan bahwa ada seseorang yang mengikutinya dibelakang. Tentu saja Ify tau siapa orang itu, Ify membiarkannya saja dan tetap berjalan.

"Fy—" panggil Rio sembari memegang lengan Ify dalam satu dekapan.

Ify terpaksa menghentikkan langkahnya,

"Kenapa?" balasnya setenang mungkin. Ify mencoba biasa saja walaupun pada kenyataanya ia merasakan sesuatu aneh mendesak dadanya, dan rasanya sakit.

Rio menatap Ify sendu, terlihat bingung harus memulai pembicaraan dari mana. Rio menghela napasnya.

"Maafin gue" lirihnya sangat bersalah. "Gu—, Gue minta maaf" ulangnya lagi.

"Untuk apa?" Ify memaksakan senyumnya, terasa canggung di kedua sudut bibirnya.

Rio berjalan mendekat, mengeratkan genggamannya.

"Lo pasti marah sama gue?"

Rasa sakit itu terasa semakin aneh dan mendesak lalu mulai menyengat kedua matanya. Seolah saling terhubung. Ify mengigit bibir dalamnya,

"Nggak. Kenapa gue harus marah?"

Rio mulai frustasi, mendapati balasan Ify seperti ini membuatnya sangat takut. Ify tak biasanya setenang ini ketika marah. Apakah gadis ini benar-benar sangat marah kepadannya? Rio semakin merasa bersalah.

"Gue nggak ber—"

"Gue ganti baju sebentar" potong Ify, tangannya mencoba melepaskan genggaman Rio.

Ify tak berhasil melepaskan tangan Rio dari pergelangannya, pria itu semakin mengeratkannya.

"Yo, lepasin" pinta Ify dengan suara pelan.

"Gue ngaku salah!" ucap Rio terdengar berat. " Lo boleh marah sepuas lo ke gue. Gu—"

"Gue nggak marah" sekali lagi Ify memotong ucapan Rio. " Jadi, gue mohon lepasin tangan gue, baju gue basah"

Kedua mata Rio menurun, membuktikan ucapan Ify. Ya.. memang benar baju gadis itu sedikit basah. Rio menghela berat, rasa bersalahnya tambah besar!.

"Lo kehujanan?"

"Sedikit" jawab Ify seadanya. Ia mengalihkan pandangannya, tak lagi membalas tatapan Rio.

Ify tak kuat menahan rasa sesak yang menjalar, ia memukul bagian dadanya beberapa kali. Menhentikkan rasa aneh itu untuk terus datang. Menghentikkannya untuk tidak ber-alih menyerang kedua matanya yang ingin membentuk bendungan disana. Ify menahannya!.

"Gue terlalu panik tadi, takut Allena kenapa-kenapa" jelas Rio dengan muda melontarkannya.

Kepala Ify tertunduk, dengan kedua sudut bibir terangkat kembali, membentuk sebuah senyuman sinis. Apakah Rio sungguh dalam keadaan sadar mengatakanya?

"Lo masih suka sama Allena?" tanya Ify dengan susah payah.

"Apa maksud lo?" suara Rio tiba-tiba terdengar dingin.

"Gue tanya, lo masih suka sama Allena?" Ify mengulangi lagi pertanyaanya, kepalanya tetap ia tundukan.

"Fy! Itu bukan pertanyaan, tapi tuduhan"

Ify mengangkat kepalanya, menatap Rio dengan kedua mata yang berkobar menahan kemarahan besar disana.

"Tinggal jawab ya atau tidak?" balas Ify tak kalah dingin. "Apa pertanyaan gue sangat berat untuk lo jawab? Sangat susah?" lanjutnya terus menyudutkan Rio.

"Nggak!" jawab Rio tegas.

Ify tertawa menyinis, tanpa suara.

"Lo bisa nelfon ambulans atau setidaknya lo bisa tanya ke gue apa gue nggak apa-apa jika lo berbuat kayak tadi" Ify mulai meluapkannya, membiarkan Rio mengerti yang dirasakannya saat ini.

Rio terdiam, mendengarkan baik-baik.

"Lo bentak gue!"

"Lo tinggalin gue gitu aja!"

"Gue ini apa, lo? " tanya Ify menyindir. " Gue pacar lo, yo!" perjelas Ify penuh penekanan.

"Kalau alasan lo karena urgent, nyawa Allena terancam, Allena harus segera ditolong, gue bisa ngertiin."

"Tapi sikap lo ke gue, itu yang nggak bisa gue ngerti!"

"Gue tanya sekarang, jawab jujur!" Ify menatap Rio lekat-lekat. " Allena selamatkan? Dia nggak apa-apa kan? Kondisinya baik-baik saja? Dia hanya pingsan kan?"

Skak mat!! Rio terdiam membisu, tak bisa menjawab pertanyaan Ify sama sekali yang semuanya memang benar tanpa salah sedikit pun.

Ify tertawa pelan, diam-nya Rio sudah menjawab segala pertanyaanya tadi.

"Lo cuma fokus ke Allena, yo" lirih Ify sangat pelan. "Hanya ke Allena!!" lanjutnya dengan senyum miris.

"Fy—, gue bisa jel—"

"Sekarang, gue yang mulai ragu sama lo, yo" simpul Ify pada akhirnya.

"DAFYCHI!!!" teriak Rio tak terima dengan pernyataan Ify barusan.

Alis Ify terangkat, masih dengan raut tenangnya.

"Iya?" sahut Ify tanpa beban, tak takut dengan tatapan tajam Rio ke arahnya.

"Lo udah selesai kan bicaranya? Sekarang giliran gue yang jelasin!" ucap Rio menahan emosinya.

"Oke"

"Gue hanya berniat nolong Allena, dia punya trauma sejak kecil, gue tau kalau kepanikan gue berlebihan, mangkannya gue lepas kontrol dan bentak lo tanpa sadar. Gue kira lo bawa ponsel dam dompet lo. Gue terlalu panik tadi"

"Lo bukan tipe orang panikan yo!!" balas Ify cepat.

Dua kali skak mat!!. Rio terbungkam, membeku begitu saja.

"Kenapa diam?" tanya Ify sinis. "Gue bener lagi?"

Ify menarik ponsel Rio yang digenggam pria itu ditangan kirinya sedari tadi. Ify menariknya paksa. Rio tak tau apa yang sedang dilakukan oleh Ify. Gadis itu fokus ke ponselnya dan memainkannya.

"Bener dugaan gue"

Ify membalikkan layar ponsel Rio, menghadapkannya ke si-empu ponsel.

"Speed dial 1 lo, Allena" lirih Ify tambah miris. "Bukan gue!"

Rio langsung terkejut, antara bingung dan panik.

"Gue bisa jelasin" ucapnya terburu-buru. Rio tak bisa lagi menyembunyikan sikap dingin dan ekspresi datarnya. Ia terpojokkan bah pria yang ketahuan selingkuh oleh pacarnya.

"Oke" balas Ify singkat.

"Gue ada project dengan Allena, dia jadi brand ambassador salah satu produk perusahaan, gue sering hubungi dia karena dia sering pemotretan ke luar negeri, susah untuk nemeuin dia secara langsung, Jadi, gue hanya bisa komunikasi lewat ponsel"

"Lo punya sekertaris" sahut Ify, menemukan cela untuk menyerang Rio lagi.

"Allena nggak mau kalau bukan gue yang nelpon langsung" jawab Rio dengan jujur.

"Dan karena lo sering telfonan sama dia? Lo buat speed dial 1 lo itu nomer Allena"

"I—, Iya" jawab Rio ragu-ragu.

"Kenapa lo nggak pernah cerita ke gue?"

"Cerita apa?" tanya Rio tak mengerti.

"Tentang Allena seperti penjelasan lo barusan"

"Pentingkah?"

Ify menertawakan dirinya sendiri, sedikit prihatin. Tak tau harus merespon bagaimana. Ia bingung situasi sekarang, apakah dirinya yang terlalu ke kanak-kanakan menjadikan masalah ini jadi besar atau Rio yang terlalu dewasa dan menganggap semua masalah hanyalah sesuatu yang sepele.

"Sesering itu lo nelfon Allena?" tanya Ify kembali.

"Fy. Hanya pekerjaan! Jangan disangkut pautkan dengan yang lain" balas Rio tak ingin terpojokkan lagi.

"Hanya speed dial kan! Nggak usah diperpanjang!!" lanjut Rio, kemarahannya mulai keluar. "Gue bisa ganti habis ini, dengan nomer lo"

Ify tertegun dengan ucapan Rio barusan yang begitu lancar keluar dari mulut kekasihnya itu. Rio masih sama saja! Tak pernah berubah ketika mereka berdua dalam kondisi ditengah pertengakaran yang cukup serius seperti ini.

Ify mengigit bibirnya lebih kuat, rasa sesak dan sakit di dadanya semakin menyengat dan terus saja memberikan gejolak yang kuat dan aneh.

"Baiklah" ucap Ify pasrah. Ia menghela pelan, menatap Rio kembali. "Gue nggak akan perpanjang masalah ini "

"Maaf kalau gue bertingkah kayak anak kecil lagi" lirih Ify pelan.

Ia memaksakan bibirnya untuk tersenyum ke arah Rio, menatap kekasihnya tersebut dengan tatapan paling dalam, menerobos bola hitam disana.


"Maaf juga, kalau gue nggak bisa nerusin hubungan ini lagi!!"

Ify menepis kasar tangan Rio dan akhirnya dapat lepas dari pergelangannya. Ucapan Ify barusan mengejutkan Rio dan membuat energi ditubuh-nya terbang seketika.

"Apa maksud lo?"

Ify tak menjawab, ia memilih membalikkan badannya dan berjalan menjauh dari Rio.

Rio langsung mengejar Ify, mencegah gadis itu menaiki tangga.

"Fy!! Tarik lagi ucapan lo!!" perintah Rio tajam, ia menarik tangan Ify sedikit kasar.

Ify menahan ringisannya. Ia menoleh ke arah Rio.

"Gue mohon tarik ucapan lo!" pinta Rio, suaranya mulai melembut.

Ify menggelengkan kepalanya,

Rio mulai tak tenang, bukan ini yang ia harapkan. Ia tak tau bahwa masalah ini akan sebesar ini dan mengarah ke akhir hubungan mereka, tangannya semakin erat mengenggam Ify.

"Gue tau gue salah! Gue sadar gue salah! Gue minta maaf, gue beneran minta maaf!!. Gue nggak akan ngulangin lagi seperti tadi. Gue nggak akan ninggalin lo lagi kayak tadi, gue nggak akan gampang lepas kontrol lagi. Gue janji"

"Sumpah gue janji!!"

"Gue mohon tarik ucapan lo itu" Rio terlihat sangat memohon,

Ify sedikit takjub mendengar kalimat Rio yang sangat panjang, tak se-singkat dan sedingin biasannya. Raut panik di wajah Rio juga dapat tergambar jelas. Ify jarang melihat ekspresi Rio seperti ini. Yah, raut paniknya sama seperti yang ditunjukkan saat mengetahui kondisi Allena beberapa waktu lalu.

"Dafychi...." panggil Rio pelan, karena tak ada jawaban dari Ify yang hanya menatapnya dalam diam.

Perlahan air mata Ify menetes demi tetes, membentuk aliran sungai di kedua pipi pucatnya. Rio dapat merasakan tangan Ify gemetar.

"Gue sayang sama lo, gue nggak ingin lo jauh dari gue, gue udah terlanjur cinta sama lo, gue berusaha sebisa mungkin ngimbangin fikiran dewasa lo yang sangat sulit buat gue" Ify mulai membuka suaranya kembali.

"Setiap ucapan lo selalu buat gue berpikir keras, apa maksud ucapan lo? Apa arti dari ucapan lo? Apa gue udah melakukan sesuatu yang benar seperti orang dewasa? Bukan seperti anak kecil"

"Tapi dimata lo, gue masih tetap kayak anak kecil, nggak pernah berubah"

"Ya, karena gue emang masih remaja! Gue masih SMA!!"

"Gue selalu ngikutin ke inginan lo, tapi lo nggak pernah sedikit pun memikirkan gimana posisi gue"

"Lo nggak bisa ngendaliin emosi lo, padahal lo bisa dengan sempurna mengatur ekspresi wajah lo, tapi ketika lo marah, lo selalu lepas kontrol gitu aja. Dan gue selalu jadi sasarannya!!"

"Sadar atau nggak, lo selalu kayak gitu, yo!"

Ify menghapus bekas air matanya dengan cepat,

"Gue juga nggak ingin situasinya seperti ini! Berat buat gue ngucapin semuanya"

"Tapi gue udah capek yo! Sangat capek!!"

"Bukan karena masalah hari ini saja, Semuanyaaa!!! Kita udah sering banget bertengkar dan hampir sama alasannya!"

"Gue capek kalau kayak gini terus, gue tertekan!!"

"Secintanya gue ke lo, gue masih sadar! Gue nggak mau nyakitin diri gue sendiri"

"Cukup lo yang sudah ngelakuinnya."

Ify menarik napas sejenak, menghempaskanya perlahan.

"Gue selalu bahagia di dekat lo, tapi secara bersamaan gue juga tertekan ketika bersama lo"

Rio menatap Ify yang masih saja menangis, ia tak pernah tau bahwa Ify punya perasaan yang seperti ini. Rio merasa sangat bersalah, ia menyadari bahwa ia selalu menuntut Ify agar bisa menyeimbangi dirinya, dan agar Ify bisa bertingkah dewasa tanpa memikirkan keadaan gadis itu bisa apa tidak. Ia terlalu egois.

"Gue akan berubah" ucap Rio penuh keyakinan, ia menggenggam kedua tangan Ify.

"Gue janji akan berubah, fy, Gue akan berusaha untuk berubah" bujuk Rio agar Ify dapat memafkannya.

Ify menundukkan kepalanya, tak tau harus menjawab apa. Ia mengigit bibirnya kuat.

"Gue mohon kasih gue kesempatan untuk berubah" pinta Rio. "Satu kali saja!"

Ify memejamkan kedua matanya sejenak, memenangkan pikirannya beberapa saat, mengatur napasnya yang sesak akibat tangisannya sendiri. Perlahan ia membukanya kembali,

"Fy...." panggil Rio sekali lagi

Ify mendongakkan kepalanya, menatap orang yang dicintainya dengan kedua mata memerah penuhi air mata yang terus mengalir tanpa henti.

"Gue capek yo.." lirih Ify merintih. "Kita bahas lagi nanti, bisa?"

Rio nampak berpikir, itu bukan jawaban yang dia inginkan. Tapi ia tak bisa berbuat egois dan se-enaknya sendiri. Ia harus belajar mulai dari sekarang, menghargai bagaimana kondisi Ify, dan apa yang di-inginkan oleh Ify.

Rio mengangguk lemah,

"Oke, gue akan tunggu" balas Rio mengalah, ia melepaskan genggamanya pada pergelangan Ify.

Ify tersenyum singkat, setelah itu membalikkan badannya, melanjutkan langkahnya kembali menaiki anak tangga menuju kamarnya, meninggalkan Rio yang hanya bisa menatapnya hampa.

Ify hanya butuh tenang saat ini, otaknya terasa penas seakan ingin meledak!.

Braaakk

Rio melihat Ify menutup pintu kamarnya, kehampaanya bertambah, Rio mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, dalam hati berteriak keras menyalahkan dirinya sendiri atas perbuatan bodohnya. Apa yang harus ia lakukan? Hubungannya sedang di ujung tanduk tanpa ke jelasan.

"Ya Tuhan!!!"

*****

Ify menghempaskan tubuhnya diatas kasur, tengkurap diatasnya, dan membenamkan wajahnya ke bantal. Membiarkan dirinya menghabiskan sisa air matanya yang tak henti keluar. Ia menangis tanpa suara.

Ia tak pernah membayangkan hari ini akan berakhir seberat dan sesak ini. Terasa sangat menyakitkan!.

Yaaa... ketika kamu mencintai seseorang, kamu harus menerima semua risiko, salah satunya, siap tersakiti kapan pun!.

*****

Sudah hampir 1 minggu Ify menjauhi Rio, sebisa mungkin ia tak bertemu dengan pria itu. Entahlah, ia masih ingin sendiri untuk menenangkan diri. Ia tak menerima telpon dari Rio ataupun membalas pesan yang dikirim oleh Rio.

Ify mencoba menghilang sebentar, meskipun perasaan rindu ingin bertemu terus menyerangnya. Ify hanya ingin benar-benar tenang. Di hari party Shilla pun Ify diam-diam berangkat sendiri tanpa ditemani siapapun.

Ify menatap layar ponselnya, sebuah pesan kembali masuk, Ify sudah dapat menebak siapa pengirim dari pesan tersebut. Ify membukanya,

From : Pria Idaman

Dafychi, apa gue udah boleh nemuin lo?

Ify mendesah berat, melihat isi pesan tersebut saja berhasil membuat kedua matanya kembali memanas, dadanya juga mulai sesak, dengan cepat Ify menghapus pesan itu, seperti pesan-pesan sebelumnya.

DRTTDRTT

Satu pesan kembali masuk, Ify membukanya kembali.

From : Pria Idaman

Udahan marahnya, bisa?

Seperti pesan tadi, setelah ia membacanya, ia akan menghapusnya. Ify membiarkan saja Rio mengirim pesan setiap menit tanpa henti. Entah sudah berapa banyak pria itu mengirimkannya pesan, tak terhitung lagi. Dan, Ify hanya bisa membacanya tanpa membalas. Ia menahan dirinya sendiri!.

Ify menaruh kepalanya diatas meja, kedua matanya masih menatap layar ponsel. Satu pesan masuk lagi. Namun kali ini bukan dari Rio,

From : Ariel

Nanti jadi nyari Sivia?

Ify segera membalas pesan tersebut, kemudian memasukkan ponselnya ke kolong meja. Ia memilih untuk tertidur sebentar, mendinginkan pikirannya.

"Fy!!" panggil Ray membangunkan Ify yang baru saja terpejam.

"IFY!!" teriak Ray, mau tak mau Ify membangunkan tubuhnya, melihat Ray dengan malas.

"Lo udah bisa hubungi Sivia?" tanya Ray, raut wajahnya khawatir.

Ify menggeleng lemas. Salah satu alasan Ify menjauhi Rio juga karena ia tertekan Sivia menghilang tanpa kabar selama satu minggu ini. Ia ingin fokus menemukan Sivia dan tidak memikirkan masalah yang lain. Sivia sama sekali tak bisa di hubungi, Ify mencari ke rumahnya setiap hari pun tak ada. Semua orang tidak tau keberadaanya, termasuk Ando.

Ify pun baru tau bahwa Sivia sudah berhenti sekolah 5 hari yang lalu, ia dan Ray langsung menanyakan hal tersebut ke pihak kesiswaan. Ify juga baru tau kalau beasiswa Sivia dicabut oleh Ando, dan menyebabkan dirinya bertengkar hebat dengan sang kakak selama beberapa hari Ify sama sekali tak mau menyapa Ando, sampai saat ini!.

"Gue udah tanya ke tetangga-tetangganya, mereka bilang Sivia di usir dari rumah-nya, sudah cukup lama kejadiannya. Di pekerjaanya yang dulu dia juga sudah berhenti. Gue bingung nyari dia kemana lagi" ucap Ray menjelaskan, kedua nya saling menatap dengan perasaan berat. Terutama Ify, ia menyalahkan dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia tidak tau menau masalah yang dihadapi sahabatnya sendiri.

Ify beranggap bahwa ia teman yang tak berguna dan sangat buruk!.

"Gue nggak yakin, dia nanti ada disana apa tidak. Tapi gue tau satu tempat yang pasti didatengin sama sivia" ucap Ify mengingat sesuatu.

"Dimana?" tanya Ray penasaran.

"Gue akan cari tahu dulu kebenarannya, setelah dapat, gue akan hubungi lo"

"Oke, gue juga akan tetap berusaha cari dia"

"Thanks Ray" ucap Ify sangat bersyukur Ray mau membantunya.

Ray pun membalas dengan senyuman.

"Sama-sama"

*****

Ify berdiri di depan gerbang sekolah, menunggu Ariel keluar dari parkiran. Ify memilih untuk tidak ikut Ariel ke parkiran karena tak ingin jadi bahan pembicaraan siswa lain.

Ify menatap ke bawah, melindungi wajahnya dari angin dingin yang berhembus kencang. Mungkin hujan akan turun sebentar lagi. Samar-samar Ify dapat mendengar suara mobil mendekat. Namun, bukan dari arah gerbang sekolahnya. Mobil itu berhenti tepat dihadapannya.

Ify mendongakkan kepalanya, melihat pemilik mobil tersebut keluar dari mobil. Ify terdiam, membeku di tempat. Pria itu berjalan mendekat dengan raut wajah yang tak terbaca. Ify meneguk ludahnya, membasahi kerongkonganya yang tiba-tiba mengering, kedua tanganya terkepal.

Yaa, pria itu adalah pria yang selama 1 minggu ini ia jauhi. Rio.

Mereka saling tatap dalam diam, tak ada yang membuka suara terlebih dahulu. Ify dengan cepat mengalihkan pandangannya, ia melihat mobil Ariel keluar dari gerbang sekolah, dan akhirnya berhenti tak jauh dari dirinya.

Ariel keluar dari mobil, berdiri di dekat pintu mobilnya,

"Jadi gue anterin?" teriak Ariel yang memang disengaja. Ariel melirik Rio tajam, dengan tatapan tak suka.

Suara Ariel berhasil membuat Rio memutar kepalanya, menoleh ke arah Ariel.

"Iya" jawab Ify pelan namun cukup terdengar Ariel.

"Oke, gue tunggu!" balas Ariel kemudian masuk kedalam mobilnya kembali, tak mempedulikan tatapan dingin yang disorotkan Rio kepadanya.

Rio memutar kembali kepalanya, menatap Ify.

"Lo mau kemana?" tanya Rio, suaranya terdengar lirih.

"Gue mau nyari Sivia" jawab Ify jujur.

Ify dapat mendengar suara helaan berat dari napas Rio. Ify hanya tertunduk tak berani menatap ke depan. Ia takut jika pertahananya akan runtuh begitu saja. Meskipun hatinya berteriak-teriak untuk mendekat dan menatap Rio. Demi apapun, Ify merindukan pria dihadapannya!.

Ify mengigit bibirnya sendiri, menahan kedua matanya yang mulai memanas.

"Hati-hati di jalan"

Ify terkejut, melihat Rio melepaskan jaketnya dan memakaikan ke tubuhnya. Pria itu pasti sama menderitanya dengan Ify.

Ify menganggukkan kepalanya, Ia semakin kuat mengigit bibirnya ketika Rio menaikkan resleting jaket yang berada di tubuh Ify, tubuh mereka berdua bisa dikatakan cukup dekat. Ify menahan napas untuk beberapa detik.

"Gue akan tetap tungguin lo" bisik Rio pelan,

Ify langsung menjauhkan tubuhnya saat Rio ingin mencium puncak kepalanya. Ify mendongakkan kepalanya, menatap Rio dengan raut wajah sendu yang kentara.

"Maaf" lirih Ify, kata itu keluar begitu saja dari mulutnya.

Rio memaksakan senyumnya,

"Hmm" dehem Rio singkat, "Hati-hati, Dafychi"

Rio mengantarkan Ify sampai masuk kedalam mobil Ariel, ia membukakan pintu untuk Ify. Rio menunggu sampai Ify duduk di kursinya.

"Seatbelt lo" ucap Rio dengan suara tertahan. Rio menarik seatbelt di samping kursi Ify dan memakaikannya.

Ariel menatap ke depan saja, tak ingin mencampuri urusan yang bukanlah urusannya. Ia tahu situasi macam apa yang sedang di hadapi, ia hanya tak ingin memperburuk suasana yang sudah cukup mencekam.

Sedangkan Ify hanya bisa tertunduk, terdiam, terbungkam, dan menahan napasnya, ia sangat tak nyaman dengan situasi ini. Ia tak ingin melihat wajah Rio lagi, ia sangat takut dan tak kuasa!. Pasti sangat berat bagi Rio melakukan hal ini. Melihat kekasihnya pergi dengan pria lain. Tunggu! Apakah mereka masih dalam jalinan sepasang kekasih? Mungkin, karena Rio tak menerima keputusan Ify!.

Ify menahan bendungan yang mulai terbentuk di kelenjar kedua matanya, Ify menahannya dengan mengigit lidahnya kuat-kuat, mengalihkan rasa sakit yang menjalar di dadanya.

Rio kemudian menutup pintu mobil Ariel dan membiarkan mobil tersebut beranjak menjauhinya. Tatapanya dingin dan tak terbaca, namun dari gerak-gerik Rio bisa dipastikan bahwa pria ini sedang menahan amarahnya yang terus bergejolak sejak tadi.

Hubungannya dan Ify menggantung selama seminggu, pikirannya mulai kacau dari kemarin.

Rio memutuskan untuk kembali ke mobilnya, menjalankannya dengan cepat.

****

Ariel mebanting stir ke kiri jalan, menghentikkan mobilnya saat itu juga. Ia terdiam menatap Ify, gadis itu tertunduk dengan kedua tangan terkepal. Ariel dapat melihat kedua bahu gadis itu bergetar.

"Lo nangis?" tanya Ariel tak tega.

Ify tak berani mengangkat kepalanya, ia hanya menggelengkan kepalanya berulang-ulang.

"Lo masih bertengkar sama pacar lo?" tanyanya lagi, kali ini Ify tak menjawab hanya diam membisu.

Ariel mendesah berat,

"Gue anterin lo ke dia?"

"Nggak usah!" tolak Ify dengan cepat. Suaranya terdengar serak, dan Ariel kini bisa memastikan 100% bahwa gadis disampingnya sedang menangis. Ariel semakin tak tega.

Ariel memang menaruh hati ke Ify dan bertaruh untuk mendapatkan hati Ify, tapi caranya bukan dengan membuat gadis ini menangis, ia akan melakukan apapun untuk Ify agar gadis ini tersenyum bahagia. Ia hanya peduli bagaimana perasaan Ify, tidak dengan yang lainnya. Ariel tak ingin egois.

"Gue tunggu sampai lo nggak nangis"

Ify menerima tissue yang diberikan oleh Ariel kepadanya, ia dengan cepat membersihkan bekas air mata yang mengalir di kedua pipinya. Ify menghembuskan napas berat beberapa kali mengontrol napasnya sendiri.

"Sudah?"

"Iya kak" jawab Ify mulai tenang.

Ariel tersenyum sedikit legah, ia mengacak-acak puncak kepala Ify pelan kemudian segera menjalankan mobilnya kembali. Mengantarkan gadis itu untuk mencari keberadaan Sivia yang telah hilang selama beberapa hari ini.


*****

#Cuap-CuapAuthor

Serius ini udah dibuat lebih panjang wkwkwk. Aku nepatin janji buat post hari ini. Semoga kalian semakin sukaa dan terus bacaa cerita "EL" semoga part ini feelnya dapat yaaa, amiin.


Oh ya, AKU JANJI KE PARA READERS KALAU CERITA INI MASUK 5 BESAR DI TEEN-FICTON AKU AKAN LANGSUNG POST 5 PART SEKALIGUS DI HARI ITU JUGAAA!!! DOAKAN SECEPATNYA BISA MASUK 5 BESAR TEEN-FICTON AMIN. 


Aku ucapkaaan banyak terima kasih kepada kaliaan semuaaa yang udah mau baca "EL" yang tetap nungguin cerita ini, jangan bosan-bosan yaa permirsa readers hehehe. I laftyuu so much guyss. 


Minta bantuannya buat "SHARE" cerita ini yaa. ajak teman-teman, kerabat dekat buat baca cerita ini mwaah. Thankyuu so muchhh :* 


DITUNGGU KELANJUTANYAAAAAAA :D 


Jangan lupa buat Comment dan Vote yang selalu ditunggu. Oh ya thanks banget buat comment kalian kemarin2 aku baca semuanyaaa dan jadi ikut greget sendiri, terkadang comment kalian juga buat ide-ide baru muncul untuk part selanjutnyaa. Jadi seriusan comment kalian, ide, saran kalian juga sangat aku butuhkan. 


KEEP READ "EL" THANKYUUU SO MUCH. LAAFTYUU MWAAHH :D 


Salam, 

Luluk_HF 

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

11.4M 767K 59
Project #Remaja | "Gue gak terima penolakan! Mulai sekarang lo jadi pacar gue." Ini bukan kisah Cinderella yang kehilangan sepatu kaca, di mana sang...
5.4M 148K 17
Sudah diterbitkan oleh Grasindo Kadang, kita memerlukan hati untuk melihat. Karena tidak semua hal bisa dilihat oleh mata. Lewat acara Ice Break, Pel...
1.2M 84.2K 24
Sequel R: Raja, Ratu, & Rahasia "Ratu marah?" tanya Raja, napasnya tidak teratur, gelisah tak berkelanjutan berkecamuk di hatinya. Ratu diam. Bukan s...
12.9M 478K 36
#1 in Teenfiction [26/09/2020] "Apa gunanya kehadiran gue kalo lo selalu anggep gue nggak ada?" "Bukannya lo yang nggak pernah anggep gue ada? Emang...