Somewhere in November

By ViCross

195 18 6

Kehilangan merupakan bagian dari cerita hidup manusia. Namun ketika ada kesempatan kedua yang datang, akankah... More

PROLOG
Chapter 1 - Mei
Chapter 2 - First Time Ever Since
CHAPTER 3 PEP TALK
CHAPTER 4 HER PAST
CHAPTER 5 LEAVING
CHAPTER 7 MISSING
CHAPTER 8 CLOSER
Chapter 9 GETTING TO KNOW YOU
CHAPTER 10 THE DAY BEFORE THE D DAY
CHAPTER 12 MEET THE FAMILY MEMBER
YOU, ME AND HER = US
CHAPTER 14 CLOSER AND CLOSER
CHAPTER 15 THE TRUTH
CHAPTER 16 - SILENT PAIN AND LOUD TEARS
CHAPTER 17 WILL I EVER SEE HER AGAIN
CHAPTER 18 MEET HER FAMILY
Untitled Part 19
CHAPTER 20 - HIS PAST
CHAPTER 21 UPSIDE DOWN

CHAPTER 6 SAYAKA

8 1 0
By ViCross

Kalian masih ingat wanita yang datang ke pemakaman Izumi? Ya dia adalah Shinohara Sayaka. Wanita berusia 22 tahun itu baru saja menempati kamar apartemen yang tepat bersebelahan dengan apartemen Shinjiro. Dia sedang duduk menikmati musim panas dengan 3 kaleng bir dingin dan sebuah kipas angin yang berkibar di sebelahnya. Hari ini Sayaka mengenakan celana pendek berwarna putih dan kaus pendek merah.

Ia bahagia karena hari ini adalah hari minggu, hari libur semua orang . Sayaka sedang bersantai di atas futonnya. Serangga musim panas sedang bernyanyi dengan harmoni yang membuat siapa saja pasti mengantuk, apalagi dengan panas yang menyengat seperti ini. Sayaka memejamkan matanya sejenak sambil menikmati hembusan kipas angin. Mendadak matanya terbuka, ia mendengar suara yang asing di balik tembok sebelah. Pupil mata Sayaka yang berwarna hitam melebar. Sayaka bangkit dari tidurnya kemudian menempelkan telinganya ke tembok. Itu kan, suara tangis bayi.

"Ah, mengganggu tidurku saja." Gerutunya. Setelah didengar bahwa suara tangisan itu tidak berhenti. Sayaka menghentakkan kakinya ke lantai kayu kemudian keluar dari kamar apartemennya.

"Mengapa selalu saja ada yang mengganggu ketika aku sedang bersantai?." Sayaka sampai di depan pintu apartemen tetangganya. Ia membaca nama orang yang tinggal di sana. Ku – Shi- E- Da.. Kushieda?! Mengapa aku merasa pernah mendengar nama itu? Ia pun mencoba mengetuk pintu.

"Permisi..." 

Tidak ada jawaban.

"Permisi... Kushieda-san?"

Ia mengetuk lebih keras...

Tidak ada jawaban juga..

Ia mengetuk lebih keras lagi; lebih tepatnya menggedor-gedor pintu itu.

"Kushieda-san...??"

Masih tidak ada jawaban juga. Malah suara tangisan bayi itu bertambah keras.

Perasaan Sayaka berubah menjadi tidak enak. Ada yang tidak beres. Ia membuat ancang-ancang lalu dengan sekuat tenaga ia mendobrak pintu apartemen yang bernama Kushieda itu.

"Maaf Kushieda-san, ini keadaaan darurat.."

BLAM! Pintu pun terbuka lebar. "Kushieda-san!!!"

Dia terkejut dengan apa yang di hadapannya. Ia membungkam mulutnya dengan telapak tangan. Di hadapannya tergeletak seorang pria dengan posisi telungkup dan seorang bayi yang sedang menangis keras. Sayaka berlari ke dalam dalam dan langsung menenangkan bayi itu. Bayi itu terdiam ketika mendengar suara Sayaka.

Sayaka menoleh dan dengan perlahan mendekati pria yang sedang telungkup itu. Ia menyentuhnya dengan jari telunjuk berkali-kali. Tubuh itu bergerak sedikit karena dorongan Sayaka.

"Halo! Apa kau masih hidup?" Ia membalikkan tubuh itu dengan segenap tenaganya. "Ughh.. Pria ini berat sekali.." dan HAP! Posisi Shinjiro menjadi telentang sekarang.

Sayaka terdiam, matanya membesar. "Ya, ampun! Kushieda-san?!" Ia sangat mengenali garis-garis wajah Shinjiro yang tegas. Sayaka langsung menempelkan telinganya ke dada Shinjiro. Duk duk duk duk! Sayaka mendesah lega, ternyata dia masih hidup. Ia melihat kepala Shinjiro yang berdarah. Sayaka bangkit berdiri kemudian mencari; mungkin lebih tepatnya membongkar lemari di atas wastafel kamar mandi untuk mencari kotak P3K.

"Ya ampun, apartemen ini berantakan sekali. Bagaimana ia bisa seorang bayi tinggal di tempat seperti ini?" Setelah mencari dan mengaduk-aduk lemari kecil itu, akhirnya ia menemukan yang dicari. Sayaka membuka kotak berwarna putih dengan lambang berwarna merah tersebut dan mengeluarkan obat antiseptik. Dengan perlahan ia menempelkan handuk kecil yang sudah dibubuhi obat tersebut ke kening Shinjiro yang terluka.

Kening Shinjiro mengernyit karena merasakan perih yang tiba-tiba. Tapi matanya tidak bisa terbuka. Berat sekali untuk membukanya.

Sayaka lalu mengeluarkan perban dan menempelkan perban tersebut ke bagian yang tergores. "Pasti dia terjatuh kemudian kepalanya menabrak meja." Entah mengapa melihat wajah Kushieda yang sedang memejamkan mata membuatnya tenang. Dan.. mengapa ia merasa pernah melihat lelaki ini sebelumnya. Sayaka tak sengaja ia mengelus wajah Shinjiro, tiba-tiba sebuah memori bermain di kepalanya bagaikan sebuah film yang diputar. Orang itu, mengelus wajahnya dan tersenyum. "Cantik dan manis." Kata orang itu pada Sayaka.

Sayaka tertawa sinis sambil menekan kepalanya yang mendadak pusing. Hah! Mengapa orang itu harus muncul saat ini? Aku bahkan tidak bisa mengingat wajahnya. Sayaka kembali melanjutkan apa yang dilakukannya tadi dan selesai. Kening Shinjiro sudah diperban.

"Nah, selesai... Dan sekarang..."

Dia menoleh dan menatap bayi yang juga sedang menatapnya. Ia membaca rajutan nama di bagian dada kiri. M-E-I. Oh jadi namanya Mei. Mendadak kenangan itu muncul kembali dalam pikirannya. Sayaka sedang mengelus perutnya yang membucit. Dia tersenyum membayangkan apa jenis kelamin dari anak dalam kandungannya itu.

Ingatan itu...

Sayaka kemudian menghampiri Mei, kemudian menggedongnya. Rasa rindu membuncah dalam dadanya. Wajahnya menempel pada kening Mei. Harumnya... Wangi bayi yang sangat familiar, membuatnya damai. Mei masih terus menatap Sayaka kemudian ia mengulurkan tangannya yang mungil lalu menyentuh wajah Sayaka.

Sayaka hampir saja meneteskan air mata.

Tiba-tiba ia mendengar suara orang mengerang. Sayaka meoleh ke belakang lalu melihat Shinjiro yang mulai sadar. Shinjiro duduk lalu menengok ke arah Mei dan Sayaka. Mereka bertatapan selama hampir satu menit kemudian...

"HEI, SIAPA KAU?! MENGAPA KAU BISA BERADA DI DALAM APARTEMENKU?!" tuding Shinjiro sambil menunjuk tepat di wajah Sayaka. Kepalanya masih terlalu pusing untuk berpikir. Sayaka yang merasa tersinggung langsung membalas.

"Mengapa kau masih bertanya padahal kita sudah pernah bertemu?! Aku Shinohara Sayaka, ingat?! Kita bertemu pertama kali di bus dan aku yang pernah menyelamatkan dompetmu dari pencuri, kau tahu?! Kau sudah mengingatnya atau perlu kupukul supaya sadar? Kau tadi jatuh pingsan dan putrimu menangis terus sampai membuatku berjalan kemari dan ternyata kulihat kau sedang jatuh pingsan makanya aku bisa ada di sini." jelas Sayaka.

Memori demi memori bermunculan di kepala Shinjiro. Ya, tentu saja ia mengingat semua itu. Mana bisa ia lupa ketika ia dikalahkan oleh wanita dalam hal menangkap pencuri atau ketika seorang wanita yang tiba-tiba mengajaknya bicara tanpa sebab yang jelas pada saat keadaannya ketika masih 'sangat parah'. Dan sekarang wanita ini berada di kamar apartemennya. Benarkah wanita ini bukan penguntit?

"Kau tidak perlu melakukan hal itu, aku sudah mengingatnya sekarang. Tapi itu tidak menjawab pertanyaanku yang kedua. Mengapa kau bisa berada di sini?" Sayaka mendengus kesal. Bagaimana orang ini bisa lupa, padahal jelas-jelas kepalanya sedang diperban dan ia baru saja menjelaskan semuanya? Oh! Mungkin itu penyebabnya. Amnesia, ya amnesia. Ia pernah mendengar bahwa seseorang yang kepalanya terbentur bisa mengalami amnesia.

"Hei mengapa kau diam saja?" Tanya Shinjiro. Hal itu membuat Sayaka semakin kesal.

Ternyata orang yang mengalami amnesia memang menyebalkan! Huh!

"Aku bisa berada di sini karena anakmu yang terus menangis, tahu? Tangisannya terdengar sampai ke apartemenku. Karena penasaran, ya sudah aku datang untuk mengecek ke sini, tapi saat kuketuk pintumu, sama sekali tidak ada jawaban makanya aku mendobrak pintu apartemenmu dan menemukan anak ini sedang menangis keras dan kau yang sedang terkapar tidak sadarkan diri dengan kening berdarah. Nah, itulah yang menyebabkan aku berada di sini. Apa kau sudah puas dengan jawabanku?" tanyanya.

Apa-apaan wanita ini?! Sudah masuk ke apartemen orang dengan sembarangan kemudian menganggap semuanya ini adalah tindakan yang benar?! Orang-orang memang sudah gila.

"Kepalamu masih sakit? Apakah ada masalah dengan otakmu karena benturan tadi?" Sayaka menjentikkan jarinya di depan wajah Shinjiro. Ia khawatir melihat Shinjiro yang mendadak menjadi patung dan menatapnya dengan ekspresi tidak terbaca.

Sekarang berganti Shinjiro yang mendengus keras. Rasanya belum selesai masalah kesedihannya karena Izumi ditambah lagi dengan tetangga yang suka masuk ke apartemen orang dengan seenaknya.

"Tidak! Aku tidak apa-apa. Sekarang aku mohon dengan sangat, mohon keluar dari kamar apartemenku." Shinjiro berusaha berbicara dengan nada sepelan dan sesopan mungkin. Ia tidak ingin kehilangan martabatnya sebagai lelaki yang gentleman, bukan?

Tapi ia benar-benar sudah tidak kuat lagi untuk berbicara dengan orang asing. Meskipun dia pernah bertemu Sayaka, sekali atau dua kali, tapi tetap saja Sayaka adalah orang asing baginya. Orang yang sudah mengenalnya saja tidak bisa memasuki apartemennya apalagi orang asing yang baru beberapa kali bertemu. Semenjak kematian Izumi, penyakit hikikomori-nya kembali.

"Ya.. maaf. Maaf karena sudah memasuki apartemenmu tanpa seijinmu, tapi aku melakukannya karena keadaan darurat, oke? Jadi aku tidak merasa bersalah karena sudah menyelamatkan nyawa seseorang. Apakah menurutmu tidak sopan kau mengusir orang yang menyelamatkan nyawamu?" Sayaka berusaha juga membuat suaranya semanis mungkin.

Shinjiro menatap Sayaka dari atas sampai bawah. Saat ini, dia mengenakan kaus santai berwarna merah dengan gambar kartun kelinci di tengahnya. Ia juga mengenakan celana pendek sepaha yang membuat laki-laki manapun akan terpesona melihat kaki jenjangnya. Shinjiro berusaha menghentikan dirinya untuk tidak menelan ludah. Memalukan sekali! Berapa sih umurmu?!

Shinjiro berpikir sejenak. Kemudian menggeleng," Tidak hal itu kuanggap normal untuk mengusir orang yang telah masuk ke dalam apartemenmu dengan sembarangan. Terima kasih, Shinohara-"

Sayaka terkejut dengan perkataan Shinjiro. Ia merasa ada yang menusuk jantungnya dengan jarum dan pasti hal itu terlihat jelas di wajahnya. Shinjiro terdiam. Ia tidak ingin menyakiti wanita ini, tapi tampaknya hal itu sudah terjadi.

Sayaka tidak peduli lagi, ia berbalik dan berjalan pergi. Sebelum berbelok ia mengatakan, "Benarkah kau pria yang seperti itu, Kushieda-san? Setidaknya kau bisa berterima kasih padaku karena telah menenangkan putrimu. Kau tahu? Kalau bayi menangis terus menerus bisa menyebabkan kesehatannya terganggu?" Dan ia pun menghilang dari pandangan Shinjiro.

Terdengar bantingan keras dari arah sebelah. Shinjiro terduduk, baru saja ia kedatangan tetangga baru tapi sudah membuatnya berantakan seperti ini. Ada rasa bersalah menelusup ke dalam hatinya. Mengapa ia harus merasa bersalah?

"Uaaaaaa!" Mei menangis lagi. Shinjiro meraihnya lalu menggendongnya. Aneh. Mengapa Mei langsung tenang ketika berada dalam gedongan Sayaka? Padahal Mei selalu menangis tidak nyaman ketika berada dalam gendongan teman-teman kerjanya ketika ia mintai tolong untuk menjaganya. Hah? Bau apa ini? Shinjiro mengendus-endus popok Mei dan langsung menutup hidungnya.

"Pantas saja kau menangis Mei, popokmu bau sekali." Shinjiro menaruh Mei di atas tempat tidur lalu mengganti popoknya. Ia memutuskan untuk melupakan pertanyaannya tadi.

Keesokan paginya...

"Ya ampun aku terlambat!!" Shinjiro sontak terbangun dari posisi tidurnya kemudian langsung berganti baju. Ia bahkan tidak sempat mandi dan langsung melesat ke tempat kerjanya. Di dalam bus, ia merasakan ada sesuatu yang terlupakan. Tapi apa? Ia tidak bisa mengingatnya sekeras apapun ia berusaha dan akhirnya ia melupakannya. Ah, sudahlah. Mungkin tidak penting.

"Kenapa aku mendadak menjadi pikun begini?" Shinjiro menjitak kepalanya sendiri.

Hari pun berlalu dan ia sama sekali tidak dapat beristirahat dari pekerjaannya. Atasannya marah besar ketika tahu bahwa dia terlambat dan menyuruhnya untuk bekerja lebih keras dari biasanya. Shinjiro hanya bisa pasrah menerima semua itu. Atasannya memang terkenal manipulatif dan suka memerintah orang lebih dari yang seharusnya orang itu terima dan Shinjiro baru pertama kali merasakannya.

"Hei, Kushieda. Kudengar kau dihukum oleh boss ya?" Tanya Kenzo. Kenzo dan Shinjiro sudah bersahabat baik, tapi sayangnya Kenzo bekerja pada divisi lain sehingga mereka jarang mengobrol terlalu banyak, tapi Kenzo mengatahui sindrom hikikomori yang diderita oleh Shinjiro dan menerimanya dengan lapang dada.

"Ya, begitulah. Seperti yang bisa kau lihat. Bahkan jam istirahatku dipotong olehnya karena harus menyelesaikan tugas yang sangat banyak." Kenzo hanya berdecak sambil menggeleng mendengar cerita dari sahabatnya ini. Kemudian dia langsung memukul keras punggung Shinjiro.

"Ouch! Mengapa kau melakukan hal itu? Sakit tahu!" Shinjiro mengusap-usap punggungnya yang perih.

Kenzo hanya tertawa, "Habisnya akhir-akhir ini kau selalu menunduk. Aku tahu ketika kau menunduk untuk menghindari berbicara dengan orang lain, tapi kali ini berbeda. Sepertinya ada beban dalam pundakmu yang membuatmu terus menunduk seperti ini."

Shinjiro hanya tersenyum mendengar penuturan dari sahabatnya. Dia merasa bahwa Kenzo mempunyai indra keenam atau semacamnya karena ia bisa mengetahui bila Shinjiro ada masalah atau semacamnya. Shinjiro menggeleng, "Tidak ada apa-apa kok. Aku baik-baik saja," Ia langsung memaksakan senyum.

Kenzo menatapnya dengan tatapan tidak percaya kemudian mendesah. Ia memukul punggung Shinjiro sekali lagi, "Kalau misalnya kau ingin menceritakannya atau ingin minta tolong padaku, kau tahu aku selalu siap mendengar bukan?"

Shinjiro hanya mengangguk sambil berusaha menahan sakit. Ia mengusap-usap punggungnya lagi. Lama-lama tulang-tulangnya bisa patah kalau Kenzo memukul sekeras itu. Ia tahu itu karena Kenzo sering mengangkat benda-benda berat sebagai pekerjaannya setiap hari.

"Ya sudah, sampai bertemu besok." Katanya dengan nada yang sangat ceria.

Shinjiro mendengus. Ia merasa ada yang mengganjal di hatinya.

Shinjiro berjalan dengan gontai menuju ke apartemennya. Seharusnya ia bisa seceria Kenzo kalau saja orang-orang yang paling berharga dalam hidupnya telah terenggut darinya. Tapi kan sudah ada Mei... ucap hatinya.

"Ya kau benar, aku mempunyai Mei. Tapi bagaimana kalau ia pergi dariku juga ketika mengetahui kalau aku bukan ayah kandungnya?" Shinjiro terdiam. Ia baru menyadari hal itu sekarang. Bagaimana kalau Mei juga pergi? Bagaimana kalau.... Keningnya mengernyit karena mengingat sesuatu.

Mendadak ia terpaku, ia baru saja mengingat apa yang dilupakannya. MEI! IA MELUPAKAN MEI! Dia meninggalkannya di apartemen saat bangun tadi. Mengapa aku bisa sebodoh ini?!!! Ia mengambil langkah seribu menuju halte bis. 


HAPPY NEW YEAR ALL!!! Terima kasih udah membaca Somewhere in November sampai saat ini. Semoga di tahun 2017 ini, bakal banyak hal yang terjadi di kehidupan kita semua dan new year resolution kalian bisa tercapai. Amin 

Jangan lupa vote dan comment ya :) 

Ciao!

Continue Reading

You'll Also Like

534K 20.5K 46
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...
2.8M 302K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
1.4M 70K 69
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
6.5M 334K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...