Mr. Troublemaker

By itstgksherly

669K 45.8K 797

[Complete Story] #105 IN FANFICTION (01.02.17) Dunia ini sempit menurutnya. Bukan salah Tuhan, karena Tuhan m... More

Prologue
#01 : Red Hair
#02 : Heartbreak [1]
#03 : Heartbreak [2]
#04 : Oh Sehun
#05 : Park & Lee [1]
#06 : Park & Lee [2]
#07 : She's Coming
#08 : Kiss
#09 : Falling In Love?
#10 : Shocked
#11 : Kim Nayoung
#12 : Ex-Girlfriend
#13 : Hospital
#14 : Explainasions
#15 : Kim JongIn
#16 : Getting Married [1]
#17 : Getting Married [2]
#18 : Who?
#19 : Happy Birthday
#20 : Damn It
#21 : Permission & Promise
#22 : Just Hope
#23 : You Are My Everything
#24 : Wedding Day
#25 : Revenge
#26 : San Francisco, California
#27 : Revealed
Epilogue
NEW

#28 : Goodbye [END]

16.9K 1K 48
By itstgksherly

"Kau yakin ingin aku melakukannya?"

-

-

-

-

-

Author POV

Tuan Lee mengambil napasnya banyak-banyak. Bersiap-siap untuk menceritakan semuanya secara detail. Menceritakan semua yang telah disembunyikannya, rahasianya. Jujur, Taerin tak sanggup berdiri lagi, kedua kakinya sudah gemetaran.

"Dulu, aku khilaf. Menghamili wanita lainㅡ" belum genap ceritanya sudah dipotong oleh Nyonya Lee yang tampak begitu terkejut oleh cerita suaminya.

"Apa?! K-kau setega itu p-padaku?!" air mata Nyonya Lee sudah tidak bisa ditahan lagi. Ia menangis, sedangkan yang mendengar cerita Tuan Lee hanya bisa diam. Taerin melirik Eomma-nya, ia tersenyum miris. Seperti dugaannya.

"Appa.." terdengar suara geram dari Taemin yang menyuruh Appa-nya melanjutkan ceritanya.

"Dan aku berjanji, akan bertanggung jawab atas perbuatanku. Saat aku pulang, istriku menyambutku seperti biasa tapi dia terlihat begitu ceria. Dia mengatakan dengan semangat bahwa dia sedang hamil anak kami yang ketiga. Entah, aku sangat ingin memeluknya saat itu dan mengatakan Maaf dan Terima Kasih. Tapi aku hanya tersenyum mendengar beritanya." Tuan Lee menjeda sebentar, ia melirik istrinya yang sedang menangis.

"Sembilan bulan berlalu. Waktu itu, istriku dilarikan kerumah sakit karena air ketubannya bocor. Aku terkejut, wanita itu berada dirumah sakit yang sama. Dia melahirkan duluan sebelum istriku, aku memutuskan untuk menemaninya tanpa sepengatuan siapapun. Tapi setelah selesai, istriku ternyata sudah melahirkan anak kami yang ketiga dan aku tidak menemaninya saat itu. Aku malah... malah menemani wanita itu." Tuan Lee berhenti sejenak bercerita, ia mengusap wajahnya. Merasa sangat bersalah.

"Jadi karena itu... kau tidak ada saat aku melahirkan Taerin? Karena kau menemani wanita itu? Wanita lain yang telah kau hamili? Kau memilih melihat anaknya bukan anakku?" Nyonya Lee menggebu, air matanya sudah jatuh sedari tadi.

"Lalu aku memutuskan mengirim mereka ke California dan tinggal disana. Bersama kakak dari wanita itu. Anaknya, saat masih sekolah menengah pertama sangat ingin bersekolah di Korea. Aku menyetujuinya dan memberinya tempat tinggal. Lalu saat tamat sekolah, dia kembali ke California dan bersekolah disana lagi. Dan dia kembali bersekolah disini saat kelas akhir sekolah menengah atas. Dia, masih di Korea. Sampai saat ini." Tutup Tuan Lee.

Chanyeol diam. Tercengang mendengar penjelasan Tuan Lee yang amat panjang itu. Jadi, Nayoung saat itu entah pergi kemana ternyata kembali ke California? Meninggalkannya dan membuat Chanyeol menutup hatinya rapat-rapat dan menyimpannya untuk Nayoung seorang.

Taerin memegang dada kirinya yang terasa berdenyut, jadi dia benar-benar saudariku? Batinnya belum menerima.

Taerin sudah tidak sanggup lagi berdiri dengan kedua kakinya. Ia langsung terjatuh, tersungkur dilantai dan semua gelap. Tapi sebelum itu ia mendengar suara yang memanggilnya dengan kencang.

"TAERIN!"

Itu, Chanyeol.

Taerin menggerakkan kepalanya perlahan. Kepalanya seperti ingin meledak lantaran berdenyut sangat keras. Dokter bernapas lega saat melihat pasiennya telah bangun setelah cukup lama tidur. "Bagaimana? Merasa lebih baik?" tanya dokter perempuan itu dengan ramah.

"Iya. Aku rasa begitu," jawab Taerin singkat.

"Saya bersyukur karena kandungan anda baik-baik saja." Ucap sang dokter sambil tersenyum.

Taerin membulatkan matanya kaget. "Kandungan?! Apa maksud anda dokter?" tanya Taerin bingung.

"Jadi anda tidak tahu kalau anda sedang hamil?" tanya dokter balik.

Jadi aku hamil? Aku hamil? Batin Taerin senang. Ia memegang perutnya yang masih rata itu dengan senyuman.

"Kandungan ada masih berusia beberapa hari. Jadi jaga dengan baik." Ucap dokter memberi nasihat singkat.

"Dokter, tolong jangan beritahu siapa-siapa. Nanti, saya yang akan memberi tahu keluarga saya." Pinta Taerin, dokter itu tersenyum lalu mengangguk.

Dokter permisi pergi meninggalkan kamar Taerin dirawat. Tak lama, Chanyeol masuk ke dalam, dengan senyuman tipis menyambut Taerin. "Kenapa kau tidur lama sekali? Waeyo?" Terdengar dari suara Chanyeol jika dia sedang merengek pada Taerin.

Taerin hanya tersenyum tipis. Ia mengelus-ngelus perutnya, memberi kode pada Chanyeol. "Kenapa? Kau lapar? Oke, tunggu sebentar, aku akan minta perawat membawakan makanan untukmu." Ucap Chanyeol yang tidak peka dengan kode Taerin.

Taerin mendengus lalu mengangguk. Baiklah, terserah apa kata suaminya saja, ia menurut, padahal Taerin sama sekali tidak lapar. Tapi kasihan manusia kecil diperutnya pasti akan kelaparan. Walau Taerin tahu, anaknya masih gumpalan-gumpalan daging karena masih berusia empat hari.

"Aku tidur dua hari dan itu sangat lama menurutnya?" gumam Taerin lalu tersenyum. Chanyeol sudah keluar dari kamarnya dan menyisakan dia sendiri di ruangan ini. "Oh iya. Bukannya ada hari spesial besok? Sepertinya aku akan memberi tahu Chanyeol besok tentang kehamilanku ini." Taerin tersenyum, ia kembali mengelus perutnya.

Setidaknya, dengan kehadiran malaikatnya, Taerin menjadi lupa sejenak tentang masalahnya. Tentang rahasia itu yang membuat hatinya berdenyut sakit. Oh iya, Taerin lupa menanyakan kabar Eommanya. Seketika senyumnya berubah menjadi senyuman miris. Taerin sangat ingin memeluk Eommanya dan mengatakan bahwa dia sedang hamil.

Jika saja, Appanya tidak melakukan kesalahan dimasa lalu. Pasti mereka semua sedang berkumpul dan merayakan kehamilan Taerin. Tapi akhirnya, Taerin malah berbaring di sini. Tidak tahu harus melakukan apa selain menyusun rencananya besok.

"Lupakan saja dulu tentang itu Taerin. Pikirkan kebahagiaanmu dan kebahagiaan Chanyeol. Aku tidak tahu bagaimana reaksi Chanyeol saat mengetahui ini. Akankah dia senang?" Taerin melirik perutnya, tangannya tetap mengelus-ngelus penuh kasih sayang.

Seseorang sedari tadi mengintip lewat celah dari pintu yang sedikit terbuka. Orang itu terkejut saat mengetahui jika Taerin sedang mengandung. Ia menurunkan topinya lalu kembali menunduk, perlahan langkahnya mundur dan berjalan meninggal tempatnya berdiri.

Ia meraih ponselnya. Dihubunginya seseorang, di dering kedua, panggilannya sudah di angkat,

"Kau dimana?"

"Kau yakin ingin aku melakukannya?"

Tidak peduli dengan pertanyaan yang dilontarkan. Ia langsung bertanya, karena tujuannya menelpon adalah menanyakan soal ini.

"Yes. Memangnya kenapa? Kau tidak mau?"

"Sejak kau menyuruhku. Aku tidak ada mengatakan mau. Kau ingat itu, 'kan?"

"Baiklah, aku ingat. Tapi jika aku yang melakukannya langsung. Apa kau mau melihatnya dua kali lipat lebihㅡ"

"Ya, aku tahu."

Dia memutuskan panggilan itu. Bagaimanapun ia tidak bilang 'Iya' atau 'Mau' oleh perintah yang disuruh orang itu.

Tapi, ia juga tidak ingin jika orang itu yang turun tangan langsung. Terpaksa, ia memilih untuk melakukannya. Jadi percuma saja, walaupun ia bilang 'Tidak' sekalipun,

Ia akan tetap melakukannya.

Perlahan, Taerin berusaha bangun dari tidurnya. Ia ingin bergegas pergi untuk membeli kue ulang tahun untuk Chanyeol yang hari ini sedang berulang tahun. Setelah Chanyeol pergi karena ada urusan mendadakㅡNoonanya dilamar oleh kekasihnya dan Chanyeol diwajibkan ada disana, untuk melihat Noonanya dilamar dan Taerin yang mendapat ijin dari dokter.

Taerin sedari tadi sudah siap dengan pakaian santai. Bukan pakaian santai, lebih tepatnya pakaian seperti ibu-ibu hamil pada umumnya, daster simple bewarna peach. Taerin menggunakan cardigan biru cerahnyanya dan mengambil tas kecil miliknya yang berisi dompet dan ponsel.

Ia berjalan dengan perlahan sepanjang perjalanannya menuju toko kue yang kebetulan tepat berada di depan gedung rumah sakit. "Ah, beruntungnya. Untung ada toko kue di depan." Gumam Taerin, ia berjalan dengan was-was.

Beberapa kali kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri, pagi-pagi begini sudah sangat ramai dilintasi oleh kendaraan roda empat.

Di kejauhan, seorang perempuan menurunkan letak topinya lalu tersenyum miring. "Seperti dugaan." Gumamnya, ia berdiri di dekat tiang lampu merah, lumayan jauh dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat jika Taerin sedang berusaha menyebrang.

Perempuan itu beberapa kali menengok ke belakang, menunggu-nunggu mobil-nya lewat. Ponselnya berdering beberapa kali, dengan cepat diangkatnya,

"Kau harus tahu. Taerin hamil, dia hamil keponakanmu. Sekarang apa kau yakin ingin aku melakukannya?"

Sehun. Dia langsung mengatakan apa yang ingin dikatakannya tanpa ragu. Nayoung, dia diam cukup lama, memandang Taerin yang masih saja ditempatnya berdiri, belum menyebrang.

"Kau serius?"

"Untuk apa aku berbohong. Sekarang, aku hanya menuruti perkataanmu saja. Coba kau pikirkan baik-baik, jika kau berusaha membunuhnya sama saja kau membunuh dua manusia sekaligus, ingat itu. Walau aku yang melakukannya dan aku yang menjadi tersangka. Tapi tetap saja, kau yang menginginkannya dan kau yang membunuhnya."

Nayoung kembali diam, mencerna ucapan Sehun barusan.

"Kalau aku suruh kau melakukannya. Kau tidak akan melakukannya, 'kan? Bukan begitu? Seharusnya akuㅡ"

Nayoung menghentikan kalimatnya, dilihatnya jika truk melintas dengan kecepatan tinggi sedangkan di zebra cross sana, Taerin sedang menyebrang seorang diri. Sontak, Nayoung melempar ponselnya sembarangan.

Ia berlari seperti orang kesetanan, dibukanya topi yang menutupi kepalanya. Saat itu, dengan amat sangat kencangnya ia berlari mendekati Taerin dan langsung mendorong punggung Taerin untuk menghindari truk yang akan menabraknya. Dan tidak ada kesempatan baginya untuk menghindar, hingga..

BRAK!

Taerin tercengang. Saat punggungnya didorong kuat oleh seseorang, ia langsung memeluk perutnya, menyelamatkan bayinya didalam sana. Taerin tarjatuh dipinggir jalan, ia menengok ke belakang dan betapa terkejutnya saat ia melihat ada seorang perempuan, terbaring lemah serta penuh darah.

Matanya menyipit, ia bangun dengan kaki yang gemetaran, "Nayoung?" panggilnya, ia berlari mendekat. Ketika ia begitu yakin jika perempuan itu Nayoung, Taerin berteriak, "NAYOUNG!" teriaknya, lariannya semakin cepat sehingga ia berada ditempat Nayoung.

Ditaruhnya kepalanya Nayoung dipangkuannya, tangannya kini penuh darah yang keluar dari kepala Nayoung. Nayoung tersenyum, melihat keberadaan Taerin. "Maaf ya untuk selama ini. Jaga Chanyeol dan anak kalian baik-baik. Aku senang saat mengetahui bahwa aku memiliki keponakan. Oh iya, akhirnya kau tahu 'kan, kau menerima aku bahwa aku saudarimu?" Nayoung berucap panjang lebar dengan mulut yang mengalirkan darah segar.

"Hah.. aku tidak sanggup lagi." Ucap Nayoung dengan helaan napas, "Kau adikku, walau kita beda beberapa menit saja. Seperti kembar ya?" Lanjut Nayoung lalu terbatuk-batuk.

"Tidak, tidak. Kau kakakku, tidak boleh pergi. Kau harus tetap disini. Kau harus menjadi orang pertama yang menggendong anakku nanti. Nayoung.. jebal," pinta Taerin, digenggamnya tangan Nayoung erat-erat.

"Aku maunya begitu. Tapi aku tidak bisa. Mungkin ini, karmaku." Nayoung menutup matanya sejenak lalu kembali membukanya.

"Tidak! Aku akan membawamu kerumah sakit sekarang. Ayo! Ayo bangun!" Taerin memberontak, memaksa Nayoung bangun.

Nayoung tetap diam, ia menggeleng. "Biarkan aku pergi dan aku akan terlahir kembali sebagai anakmu, Taerin. Di kehidupanku kini, aku terlahir sebagai kakakmu dan dikehidupanku selanjutnya, aku akan lahir sebagai anakmu. Goodbye sister, I love you forever more, sist." Perlahan mata Nayoung tertutup. Terukir senyuman tipis dibibirnya.

Taerin menggeleng, ia terus menggeleng. "NAYOUNG! TIDAK BOLEH! KAU HANYA BOLEH JADI KAKAKKU! NAYOUNG!" Taerin menangis, dipeluknya tubuh Nayoung yang sudah tak bernyawa lagi.

Sehun memecahkan kerumunan yang menggrubungi Nayoung. Dilihatnya, sang sepupu telah terbaring kaku dan Taerin yang menangisinya. Sehun jatuh tersimpuh, air matanya jatuh. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat,

"Harusnya, jika kau mau mati. Kau mengajakku. Kita mati bersama-sama, Nayoung."

Pada akhirnya, semua berakhir seperti ini.

END

Nah?

Continue Reading

You'll Also Like

620K 69.4K 51
Up setiap hari💃 (KARYA SENDIRI) Jung Haera Komandan pasukan khusus abad 25 yang merangkap sebagai Dokter Tentara di bawah naungan FBI Amerika. Haera...
768K 12.7K 11
"nonton bokep kok nobar, ga sekalian aja nontonnya di layar tancep " °receh °non baku
3.6M 38.7K 27
Tak lama kemudian obat perangsang itu bekerja, zua mulai resah, keringan bercucuran padhl ruangan ber ac "hmm kaii, gerahhh bangett" sambil ngibasin...