Next to You

By pockynop

43.1K 4.6K 194

Cover by : @sixthLy Hani, manusia jutek yang jarang banget ngomong, dan pernah disangkain bisu karena terlalu... More

Prolog
BAB 2 - Cewek berkacamata
BAB 3 - Yang penting kabur!
BAB 4 - Tiba-tiba sok akrab
BAB 5 - Maksud Terselubung
BAB 6 - Latihan pertama
BAB 7 - Sepupu
BAB 8 - Alasan dia berubah
BAB 9 - Balas Dendam
BAB 10 - Minta Maaf
BAB 11 - Minta Maaf (2)
BAB 12 - Rasa Ini
BAB 13 - Foto
BAB 14 - Cemburu
BAB 15 - Kesempatan
BAB 16 - Cinderella dadakan
BAB 17 - Terkenal

BAB 1 - Bersebelahan

4.4K 401 8
By pockynop

Sejak masuk ke sekolah tempatnya bersekolah saat ini, Hani Kalisa selalu sendirian. Ia bukan tipikal anak yang mudah bersosialisasi. Ia terlalu malas untuk berbicara pada orang-orang di sekitarnya.

Alhasil... ia selalu duduk di pojokan belakang kelas dari kelas X hingga kelas XI karena tak memiliki satupun teman atau orang untuk diajaknya berbicara.

Hani tak mengenal satu orangpun di kelasnya, semuanya adalah wajah baru yang belum ia kenal, tapi ada beberapa juga yang berasal dari kelas yang sama dengannya waktu kelas X, walaupun ia lupa nama mereka.

Ia bahkan tak mau repot-repot mengajak salah satu dari mereka untuk berkenalan atau bahkan mengobrol dengannya.

Tapi, saat ia duduk sendirian di pojokan saat hari pertama masuk ketika semester baru dimulai, seorang anak laki-laki masuk ke kelas dan membuat semua orang heboh menatapnya dan membicarakannya. Ia mempunyai wajah yang tampan, tubuh tegap dan tinggi, hanya dari melihat cara berjalannya saja semua anak perempuan terpesona atau langsung suka padanya. Kalau bahasa anak jaman sekarang ''klepek-klepek''.

Anak laki-laki itu menatap ke sekeliling kelas lalu tatapannya berhenti pada bangku kosong yang berada di sebelah Hani.

Hani hanya menatapnya sekilas tanpa minat lalu kembali memandang keluar jendela di sebelah tempat duduknya, berharap kalau bel berbunyi untuk kedua kalinya, setelah berbunyi sekitar lima menit yang lalu.

Anak laki-laki itu tak bertanya dulu sebelum duduk di bangku sebelah Hani apakah ada penghuninya atau tidak, melainkan langsung duduk tanpa sepatah katapun.

Hani juga mencoba untuk tak memperdulikan tatapan aneh anak-anak sekelas yang tertuju padanya karena anak laki-laki itu memilih duduk dengannya.

Argana Zaidan, itulah nama lengkapnya. Meskipun begitu, Hani hanya tahu kalau teman sebangkunya itu dipanggil Gana, itupun karena teman-teman sekelasnya sering memanggilnya begitu.

***

"Gana, kenapa sih lo malah duduk disebelah Hani?'' tanya Rina, salah satu cewek paling cantik di kelas menurut versinya anak-anak cowok di kelas. Ia terang-terangan menanyakan hal itu pada Gana saat Hani duduk tepat di sebelah Gana.

Hello! Lo nanyain hal itu baru sekarang?! Kenapa nggak dari dulu? Gue sama dia udah hampir satu tahun duduk sebangku!
Hani mendumal dalam hati.

"Bukan urusan lo. Suka-suka gue dong.'' kata Gana sinis, yang membuat Rina mati kutu.

Hani melirik sekilas kearah Rina yang menatapnya sebal.

"Ck!'' Hani berdecak sebal karena Rina menatapnya seperti itu. "Dasar gila, kenapa jadi gue yang salah?'' Hani bergumam kesal.

Tanpa Hani sadari Gana melirik dan tersenyum kecil kearahnya.

Sifat Hani yang penyendiri dan pendiam memanglah selalu melekat dalam dirinya sejak ia di bangku sekolah dasar, tapi sifat pemarahnya tak pernah ia tunjukkan pada siapapun. Hanya keluarga dan teman dekatnya saja yang mengetahui sifat Hani yang satu ini. Eh, memang dia punya teman? Tidak. Satu-satu temannya selama ini hanyalah Digo, kakak laki-lakinya.

Semua orang di kelas tahu kalau Hani bukanlah tipe orang yang bisa diajak mengobrol atau didekati, semua itu terlihat dari ekspresi wajahnya yang mengatakan ''Jangan deket-deket gue!''

Rambut hitam lurus sebahunya dengan poni ratanya dan juga kacamata tebal yang menghiasi wajah mungilnya itu juga membuat dia terlihat semakin culun. Malah banyak yang mengatainya mirip Dora! Iya! Dora yang itu!

Yah, Hani juga tak ambil pusing masalah penampilannya, lagian juga suka-suka dia kan mau berpenampilan seperti apa. Nggak ada yang berhak untuk mengaturnya, kecuali orang tuanya pastinya.

Saat bertepatan dengan bel pulang berbunyi dan guru sudah keluar dari kelas, handphone Hani bergetar. Seseorang menelponnya.

"Halo!'' jawab Hani kesal.

Sontak semua anak-anak sekelas menatapnya kaget. Kenapa?

Karena ini pertama kalinya mereka mendengar suara Hani selama mereka berada satu kelas dengannya.

Hani mengernyitkan dahinya sambil terus menjawab telfon di telinganya.

"Nggak usah bawel! Ini gue lagi jalan ke gerbang.'' Hani lalu memutuskan sambungan telponnya dan mengabaikan tatapan teman-teman sekelasnya, termasuk Gana.

Setelah Hani keluar dari pintu, kelas kembali menjadi riuh.

"Gila! Ini pertama kalinya gue denger suara dia!'' Beni heboh sambil tertawa cengengesan diikuti gelak tawa anak-anak yang lainnya.

Ini memang pertama kalinya untuk mereka, tapi tidak untuk Gana. Ia sering sekali mendengar dumalan atau umpatan-umpatan kecil yang dikeluarkan oleh teman sebangkunya itu.

"Lo liat nggak tadi dia nyuekin kita?'' Rina mulai bergosip. "Anak culun gitu aja belagu. Sialan!''

"Tapi, kalo kata gue sifatnya sebelas dua belas deh sama Gana.'' Vivi melirik kearah Gana yang berjalan dengan cueknya melewati mereka.

"Mirip dari mananya? Khayal sih lo! Buktinya Gana masih mau kok ngobrol sama kita-kita.'' sahut Rio menjitak kepala Vivi.

"Duh, sakit!'' Vivi mengelus kepalanya pelan. "Iya kalo sama anak cowok dia welcome, lah sama anak cewek, nggak kan?!''

"Iya juga sih.'' Rio manggut-manggut menyetujui perkataan Vivi.

"Heh! Kalian ngomong gitu saat orangnya ada di depan kita? Nggak punya otak ya?'' Beni memukul kepala Vivi dan Rio pelan dengan buku tulisnya.

Sedangkan Gana lebih memilih pergi dan ia juga tak peduli dengan obrolan tak penting mereka.

***

"Cepetan! Lama banget lo!'' semprot Digo pada adiknya, Hani.

"Sabar! Nggak usah bawel deh.'' Hani mengambil helm dari tangan Digo dengan kasar lalu memakainya.

Setelah itu ia langsung naik ke motor ninja merah milik kakak laki-laki semata wayangnya itu.

Dari kejauhan Gana memperhatikan Hani yang memakai helm dan naik kebocengan Digo.

Entah sejak kapan Gana mulai memperhatikan teman sebangkunya itu. Mungkin sejak pertama kali ia masuk ke kelas itu?

Saat pertama kali masuk kekelas itu, Gana hanya melihat sosok Hani yang menatapnya tanpa minat sama sekali, karena itu ia memilih duduk di sebelah gadis itu, karena Gana pikir gadis itu tak akan menganggunya, dan juga ada suatu hal yang membuatya tertarik begitu melihat Hani.

Benar saja. Jangankan mengganggu, menegurnya saja tak pernah.

Hani benar-benar berbeda dari gadis-gadis seumurannya. Kalau gadis seumurannya suka berdandan, mengurus tubuh atau mempercantik diri mereka, beda halnya dengan Hani.

Ia menghabiskan waktunya dengan novel-novel favoritnya. Ia sangat suka membaca, terutama hal-hal yang berbau fantasi dan misteri.

Dari mana Gana tau? Tentu saja karena ia selalu memperhatikannya setiap waktu.

***

Seperti biasa, Hani Kalisa siswi kelas XI IPS 2 SMA Dirgantara yang tak populer, atau dengan kata lain cupu, culun, kuper dan sebagainya datang ke sekolah sebelum teman sebangkunya datang terlebih dahulu. Entah kebiasaan atau apa, Gana selalu datang di waktu yang mepet sebelum bel masuk berbunyi.

Hani biasa diantar Digo, kakaknya yang lebih tua tiga tahun darinya ke sekolah dengan motor ninja merah kesayangannya setiap pagi.

Digo termasuk kakak yang baik buat Hani, karena ia mau mengantar jemput adiknya. Tapi kadang Hani terpaksa pulang sendiri dengan transportasi umum atau angkot jika Digo tak bisa menjemputnya. Alasannya tak lain dan tak bukan karena Digo jalan dengan pacarnya, ini lah yang membuat Hani tak bisa protes.

Hani duduk di bangkunya dan memasang headset di kedua telinganya. Hani sadar teman-teman sekelasnya yang sudah datang mencuri-curi pandang ke arahnya, bahkan ada yang dengan beraninya menatap Hani dengan ekspresi wajah mengajaknya perang. Siapa lagi kalau bukan Rina.

Hani bahkan malas menatapnya, bukannya takut atau apa, tapi menurut Hani itu hanya akan membuang-buang energi dan waktu kalau meladeninya, dengan kata lain itu sia-sia, nggak berguna plus nggak penting!

Hani tak suka dengan kericuhan apalagi kekerasan. Ia tak pernah sekalipun bertengkar, kalau ia terpaksa mungkin ia akan menyelesaikannya dengan cepat, meskipun ia harus menggunakan kekerasan.

Dan slogan dalam hidupnya adalah ''Abaikan semua hal yang nggak penting dan merepotkan.''

Alasan Hani tak pernah berbicara sedikitpun selama hampir satu tahun dengan teman sebangkunya yaitu Gana adalah karena tak ada hal penting apapun yang patut dibicarakan di antara mereka berdua. Ia tak menyukai basa-basi.

Hani bersyukur, kalau teman sebangkunya itu juga tak pernah mengusiknya.

Dan alasan Gana?

Ia tak perlu menyapa atau berbicara pada Hani. Hanya dengan duduk sebangku dan kadang melirik kearah gadis itu saja sudah cukup menghiburnya. Hanya dengan duduk di sebelahnya saja Gana sudah merasa nyaman, karena Hani tak berisik dan juga tak mencari-cari perhatian padanya seperti kebanyakan cewek yang ada di kelasnya. Bukannya pamer atau apa, tapi kenyataanya memang Gana itu ganteng, tinggi dan dia juga ternyata pintar.

***

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 72.7K 51
"Jangan deket-deket. Mulut kamu bau neraka-eh, alkohol maksudnya!" Ricardo terkekeh mendengarnya lalu ia mendekatkan wajah mereka hingga terjarak sat...
493K 23.8K 42
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!!] Cerita sebagian diprivate🚫 -Tak mungkin untuk bersama. Namun, terlalu indah jika bersama. *** Ravin Saga Samudera, ber...
655K 19.2K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
4.3M 96.8K 48
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+