Azhrilla [Very Slow Update]

Autorstwa Nihlaa_

4.4K 587 134

Mengapa disetiap pertemuan harus diakhiri dengan perpisahan? Mengapa kita harus bertemu? Mengapa akhirnya ha... Więcej

Prolog
[Hari Pertama]
[Detra Veday Batara]
[Suasana Baru]
[Janji]
[Aku Jadi Member Katalisis?]
[Pemilik Hati]
[Ajakan]
[Arv]
[Porseni 1]
[Porseni 2]
[Porseni 3]
[Malam yang Panjang]
Pemberitahuan (1)
Halusinasi
[Yang Sebenarnya]
[Sebuah Puisi]
[Rindu]
[Faliq]

[Perkelahian]

214 37 4
Autorstwa Nihlaa_

Apakah melupakanmu bisa secepat awal menyukaimu? Aku tidak yakin.

♡♡♡

"Gue gak bolos Bang" entah telah berapa kali kalimat itu keluar dari mulutku.

Bang Zahri masih memasang raut tidak percaya. "Lo bohong ya? Awas aja kalau bohong. Ntar muka lo berubah jadi mak lampir lo La" ucapnya seakan-akan menakut-nakuti.

"Astagfirullahaladzim jadi abang kok suudzon banget. Udah dibilang nggak, ya nggak bang." ucapku mencari pembelaan. Lantas yang ku lakukan sekarang adalah merapikan buku-buku pelajaran yang sangat berantakan.

"Terus tadi lo kemana aja waktu jam terakhir? Untung gurunya gak masuk" tanya Bang Zahri lagi. Ia masih berdiri di ambang pintu kamarku.

"Ih Bang Zahri kok jadi kepo" aku bergidik ngeri, kemudian menghadap ke arah Bang Zahri. Sehingga posisi kami sekarang berhadapan terpaut empat langkah.

"Gue gak kepo lho ya. Gue cuman khawatir. Awas aja kalau lo buat macem-macem. Gue botakin ntar" ucapnya lebih terdengar seperti lelucon.

Aku menjulurkan lidah ku seolah meledeknya "Coba aja kalau bisa"

Aku tertawa dengan puas melihat ekspresi Bang Zahri yang berubah menjadi agak kesal. Beberapa saat setelahnya kulihat Bang Zahri melangkah masuk ke kamarku.

"Idih apaan ini! Lepasin Bang!" aku meronta tapi Bang Zahri bahkan tidak melepaskannya.

Tangannya yang panjang masih mengapit leherku, walau tidak begitu keras, tapi aku tak suka diperlakukan seperti ini. Lagi.

"Lo bilang apa tadi? Ini gue mau botakin. Diem gak lo" ucap Bang Zahri, dan aku tahu kala itu dia sedang bercanda.

Aku memukul lengannya berulang kali, tapi dia masih belum melepaskan apitannya itu.

"Ampun gak?"

"Iya. Iya a-mpun"

Bang Zahri melepaskan lengannya, membuatku mendecak sebal. Bisa ku lihat Bang Zahri tersenyum penuh kemenangan di hadapanku. "Udah ah. Gue mau ganti baju" tukas ku bernada ketus.

"Yauda ganti baju aja" balas Bang Zahri santai. Ia malah membaringkan tubuhnya di atas kasur empukku.

Aku melongo merasa tak percaya. Benarkan kataku? Dia sangat menyebalkan. "Keluar Bang. Lo mau liat gue ganti baju? Ih dasar mesum lo. Keluar gak? Kalau gak gue aduin ke mamaaji nih. Nafsu banget sama adek sendiri" ancamku sembari menghentakkan kakiku di lantai.

"Gapapa. Kita saudara, gak haram kok" ucap Bang Zahri santai sembari menampakkan senyum sejuta dollarnya.

Aku bisa gila kalau begini. Aku tak tahan lagi. Aku kemudian mengambil bantal dan langsung saja memukulinya dengan benda empuk tersebut "Lo bilang apa Bang? Dasar! Keluar gak lo"

Emosiku berasa sudah ingin meledak.

"Aw" ringis Bang Zahri "Iya gua keluar ni"

Aku mendengus kesal lantas meniup poni ku yang agak berantakan.

"Btw gue juga gak nafsu atau tertarik sama sekali kali La. Lo kan rata"

Aku membulatkan mataku mendengarnya berkata seperti itu membuatku langsung diam terpaku. Walau sebenarnya ada benarnya juga sih.

"Awas aja Bang! Semoga aja lo dapet yang lebih rata dari gue" tukasku. Ingatlah, ini adalah sumpah serapahku pada Bang Zahri.

Sedangkan yang dilakukan Bang Zahri? Dia tertawa dengan puas melihat ekspresiku yang seperti ini. Dasar Kakak Lucnut Emang.

♡♡♡

"Kamu kapan pulang Ni?"

"Yauda hati-hati kamu ya. Salam sama suamimu juga"

Indera pendengaranku menangkap pembicaraan mamaaji ku dengan seseorang yang kuyakini adalah ibuku.

"Ibumu pulangnya besok lusa" ucap Mamaaji.

Aku hanya mengangguk dan mengiyakan. Aku sungguh rindu dengan ayah dan ibuku. Tanpa mereka berdua, disini aku sering didzolimi sama Bang Zahri. Ah Dasar!

"Mana Abang mu?"

"Dia atas mamaaji"

"Suruh turun, bilang makan malam udah siap" perintah mamaaji yang sangat malas untuk ku jalankan, tapi ya apa boleh buat? Melanggar perintah ayah, ibu, mamaaji, dan juga kakek adalah pantangan bagiku.

Aku bergegas menuju tangga. Namun yang ku lihat Bang Zahri dengan jaket kulit melapisi tubuhnya sedang menuruni anak tangga.

Aku mengerutkan keningku "Rapi banget lo. Mau kemana?" tanyaku dengan agak kasar. Anggap saja, ini adalah pembalasan dariku walau aku sungguh tak nyaman dengan gaya bahasaku yang sekarang ini.

"Ada deh, kepoan banget jadi adek" balasnya.

Aku menggerutu sebal. Bang Zahri berpamitan dengan mamaaji dan juga kakekku. Selepas itu, dia pergi tanpa mengatakan sepatah katapun padaku.

Aku mengejar Bang Zahri, kemudian menahan lengannya saat dia hampir melewati ambang pintu. "Lo mau kemana Bang?" tanyaku, gaya bahasaku kembali seperti biasanya.

"Ih kepo lo" ucap Bang Zahri diiringi dengan senyuman di setiap katanya.

"Bang Zahri" rengekku seperti anak kecil.

Entah kenapa, diriku berubah menjadi agak manja seperti saat ini.

"Gue mau ke rumah temen"

"Kok rapih banget? Gak biasanya loh Bang"

"Ya makanya ini dibiasain"

"Ck!" decakku kesal, kemudian aku melepaskan cengkramanku pada lengannya "Jangan pulang kemaleman ya Bang. Gue gak mau tidur gue keganggu"

"Iya, bawel"

♡♡♡

Aku mengecek ponselku, sudah pukul 23.43 tapi aku masih belum bisa terlelap dan terjun ke alam mimpi.

Apa Bang Zahri udah pulang?

Aku mengecek kamar Bang Zahri, masih gelap dan tidak ada seorang pun disana. Dia melanggar janji, ini sudah larut malam, tapi bahkan Bang Zahri belum pulang.

Aku turun ke bawah, bisa ku lihat cahaya lampu dari ruang tamu masih menyala. Pasti kakek ku belum tidur.

Benar saja dugaanku. Kakek dan bahkan Mamaaji ku masih belum tidur dikarenakan menyaksikan acara favorite mereka berdua. Apa lagi kalau bukan ajang pencarian bakat bagi penyanyi dangdut yang memiliki suara spektakuler?

Jika boleh jujur, aku juga menyukainya.

Tiba-tiba saja ponselku bergetar, sebuah pesan baru saja masuk dari Bang Zahri.

Abang Nistah♡

Udah tidur belom?

Belom. Lo dimana Bang?

Gua udah mau balik. Mamaaji sama kakek udah tidur?

Belom, lagi nonton acara fav tuh:v
Kapan balik lo Bang?
Gue gak bukain pintu nih

Ini udah mau balik, kalau Mamaaji udah tidur tapi:* :*

TAY! Emot lo menjijikkan, kenapa gak langsung balik aja sih?

Tak ada lagi balasan.

"Zhilla, abang mu belom balik?" pertanyaan kakek tiba-tiba menghentakkan ku, lalu ku jawab dengan anggukan.

"Mamaaji mu udah mau tidur. Kakek juga ngantuk, kamu gapapa tungguin abang mu?"

Aku mengangguk lagi, "Gapapa kok kek, Bang Zahri udah mau balik juga"

Selepas itu, kakek dan mamaaji luput dari penglihatanku.

Abang Nistah♡

Kakek sama Mamaaji udah tidur
Lo dimana sih bang?
Balik cepet!!

OKE babi:*
Eh baby:*

Sekitar tigabelas menit menunggu. Aku akhirnya mendengar suara motor Bang Zahri, dan tak perlu berlama-lama lagi, aku segera membuka pintu. Namun, pemandangan yang ku lihat kali ini, bukanlah hal yang ingin aku lihat.

♡♡♡

Air mata ku belum bisa berhenti mengalir. Aku tidak bisa menahannya melihati kondisi wajah Bang Zahri yang dipenuhi dengan luka lebam dan darah di surut bibirnya.

"Lo itu ngelakuin apa sih Bang? Sampe bisa kek gini" ucapku masih terisak, sembari membersihkan darah di sudut bibir  Bang Zahri.

"Tadi itu perampokan, ya gue digebukin deh" balas Bang Zahri "Pelan-pelan dong La. Sakit nih"

Aku mendesis sebal "perampokan kok masih punya HP sama dompet"

Bang Zahri menyengir.

"Sebenarnya ada apa sih?" tanyaku lagi kali ini dengan tangisan yang semakin pecah.

Bagaimana perasaan kalian jika melihat Kakak kalian pulang dengan keadaan yang setengah bonyok kayak gini? Ah lupakan! Terlalu lebay, bukan setengah bonyok tapi babak belur 30%? Percayalah, pasti akan ada rasa terpukul di batin kalian.

Bang Zahri meringis, dan menghentikan tanganku yang tadi membersihkan lukanya. "Udah lo gausa cengeng. Masa anak cewek cengeng?"

"Ya emang cengeng! Namanya juga anak cewek" cercaku "Sebenarnya ada apa sih Bang? Udah main rahasia nih?" selidikku kali ini diriku sudah bisa ku kontrol dengan baik.

"Ya berantem" balas Bang Zahri santai.

Aku mendecak kesal "Iya tahu kok. Gue tau berantem. Tapi ya sama siapa? Dimana? Karena apa?" celetukku lagi.

Bang Zahri tertawa.

"Gausa ketawa Bang. Gak ada yang lucu"

"Oke, gue berantem di depan rumah Detra. Gue berantem sama Detra karena Detra udah buat lo nangis"

Apa? Wah! Aku sungguh dibuat kagum serta tak percaya. Berantem cuman gara-gara itu? Gara-gara Dev? Kok bisa Bang Zahri tahu aku tadi nangis? Ah! Pasti laki-laki cerewet itu. Awas aja!

"Bang Zahri apaan sih? Masa berantem cuman gara-gara itu? Astagfirullah Bang! Lagian aku nangis bukan salahnya Dev. Aduh Bang Zahri" aku berhenti bicara, tak tahu lagi harus berkata apa.

Bang Zahri tersenyum, tapi itu kelihatan seperti tersenyum kecut "Santai La. Semuanya baik-baik aja kok. Detra juga gak mati. Paling dia tambah bonyok" ucapnya santai.

"Bang Zahriii" ucapku menjorok pada bentakan "Kok bisa Bang Zahri bilang gitu. Kasian loh Bang, Dev tadi itu udah gak karuan, jadi tambah gak karuan Bang"

"Iya gue tau, udah diceritain juga"

"Ish, pokoknya Bang Zahri harus minta maaf" tegasku.

"Udah kok"

Aku geram, lantas memukul bahu Bang Zahri. Ia meringis memegangi bahunya. Jika aku tidak salah tebak, bahunya pasti juga mengalami lebam.

"Eh maaf Bang" aku jadi merasa bersalah. "Sakit gak?"

"Gak"

Aku mendengus pasrah, tak tahu lagi apa yang harus ku perbuat. "Gue jadi merasa bersalah sama Dev"

"Kenapa? Gara-gara gue berantem sama dia?"

Aku mengangguk. "Apapun itu, gue tetep merasa gak enak sama dia Bang"

"Santai aja. Dia bakalan baik-baik aja. Gue udah kenal Detra lumayan lama. Dia itu masalahnya sama gue, bukan sama lo. Lagian dia itu bisa menempatkan semuanya dengan benar, terlebih lagi Detra kan sayang sama lo. Jadi gak usah khawatir"

Detra itu sayang sama lo

Aku tertegun. Diam membisu.

"Kenapa? Baru tau ya lo? Lo juga sayang kan sama Detra?" tanya Bang Zahri diiringi dengan senyum penuh godaannya.

"Ish apa sih! Nggak" balasku cepat, dan itu memang kenyataannya. Mungkin!

"Bohong"

"Gak"

"Bohong"

"Gak!!" seruku keras. "Udah ih, mending kita obatin lukamu Bang"

Bang Zahri tersenyum.

"Balik badan coba" perintahku, kemudian dituruti saja dengan Bang Zahri. "Terus buka baju" mungkin terasa aneh jika mendengar diriku sendiri mengatakannya.

"Astagfirullah apa sih La. Haram La! Haram" tukas Bang Zahri, ia bicara seperti seorang ustadz saja.

"Haram apanya! Saudaraan juga, cepetan ih. Gua mau tidur ni" aku mendengus.

Benar dugaanku, bahu Bang Zahri lebam. Seperti telah dihantam benda yang keras. Masa iya Dev memukul Bang Zahri dengan bantuan alat yang keras?

"Ini sakit banget ya Bang?" ucapku sesenggukan.

Bang Zahri tidak menjawab.

Aku mengoleskan luka lebamnya dengan minyak tawon. Karena hanya minyak tawonlah yang menurutku obat sejuta penyakit. Aku tahu benar bahwa saat ini, Bang Zahri pasti sedang menahan perihnya. Sangat perih pasti.

"Udah selesai" aku buru-buru memasukkan peralatan P3K di dalam kotaknya. "Bang Zahri jangan lupa istirahat, besok gausa sekolah. Intinya istirahat dulu" nasehat ku padanya. "Kalau tidurnya gabisa telentang ya tengkurap aja"

Bang Zahri mendecak pelan "Iya bawel lo."

"Bukan bawel Bang! Tapi ini tuh gue khawatir" jelasku, aku dibuat geram sendiri jadinya.

"Khawatir sama gue atau Detra nih?" goda Bang Zahri sambil menaik-turunkan alis tebalnya.

Aneh memang, di saat seperti ini, dia masih bisa bercanda. Dia terluka, tapi masih bisa tersenyum. Dan dia adalah Abangku.

Aku mendesis pelan. Bisa-bisanya ia bertanya seperti itu. Bahkan kecebong pun sudah tahu jawabannya. Dasar Bang Zahri!

"Udah ah!" ucapku kemudian beranjak pergi.

"Goodnight La"

♡♡♡
---------------------------


Bersambung...

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

793K 60.4K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
2.4M 132K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
400K 42K 19
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
501K 25.1K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...