Someone Like You [END]

By tacoo_

133K 10K 306

Love wins. More

Prolog
SLY-1
SLY-2
SLY-3
SLY-4
SLY-5
SLY-6
SLY-7
SLY-8
SLY-9
SLY-10
SLY-11
SLY-12
SLY-13
SLY-14
SLY-15
SLY-16
SLY-17
SLY-18
SLY-19
SLY-20
SLY-21
SLY-22
SLY-23
SLY-25
End.

SLY-24

3.6K 253 2
By tacoo_

Tidak ada kepergian yang indah.
Setiap kepergian selalu menghadirkan tangisan atau bahkan kehilangan.

Tapi bagi Sena, kepergian akan menghadirkan suatu yang lebih baik.
Jika memang sudah selayaknya pergi, maka lepaskan.
Jika memang sudah tak pantas, jangan pertahankan.

Bukan, ini bukan soal hubungan Sena dan Raisa.
Tetapi ini tentang kepergian Sena, ia mendapatkan tiket untuk pergi ke Swiss dari mantan kekasih Ibunya, Andiansyah.

Sena mendapatkan tiket pulang pergi dan menginap di salah satu hotel di Swiss. Sena hanya akan mengunjungi Kampus yang di rekomendasikan Andi kepada Sena.

Beberapa jam yang lalu, Sena berpamitan kepada keluarganya. Samuel sempat tak rela melepaskan kakaknya itu. Ia memeluk kakaknya sangat erat.

"Nanti kakak pulang, muel."

"Muel gak mau sendirian"

"Iya, kak Sena cuma seminggu di sana, terus pulang" Sena membingkai wajah adiknya.

"Jangan kuliah di sana"

Ujung mata Samuel berair, ia hendak menangis tetapi masih ia tahan untuk tidak menangis.

Sena terkekeh. Lalu ia menepuk-nepuk pipi adiknya. Setelah itu ia pergi membawa kopernya.

Sekarang, ia sedang berada di dalam pesawat. Sebelum take off tadi, Sena mengirimkan pesan pada Andi, bahwa ia akan take off. Ia juga mengirimkan pesan pada Raisa seperti ini,

Raisa Tamara.

Sena Andrea:
Raisaku, cabulku tersayang, hari ini aku berangkat. Aku udah di dalam pesawat, beberapa menit lagi take off, jaga diri baik-baik ya, Te Amo cabulku😗

Saat mengirimkan pesan tersebut, Sena sempat ingin menangis, tapi dengan cepat ia menyeka ujung matanya.

*****

Sehari telah berlalu. Sena menikmati hari-harinya bersama dengan orang yang saat ini mampu membuatnya bahagia, seseorang yang ia anggap sebagai Papanya sendiri.

Jauh di sebrang sana, kekasihnya merindukannya. Mengkhawatirkannya.
Karena saat tiba di Swiss, Sena tak lagi memberikan kabar pada Raisa. Mahal untuk menghubunginya, katanya. Pahadal, ia sudah di fasilitasi internet, sim card baru oleh Om Andi.

Hari ini, hari kedua Sena berada di Hotel. Ia akan check out nanti sore, sudah di pesankan oleh Andi Hotel yang akan ditempati Sena selanjutnya.

To: +4123568xxx
Om, aku udah di tempat yang om kasih tau, lalu kemana?

From : +4123568xxx
Sebentar, om lagi dijalan ke sana sama temen.

Mereka terlihat memiliki banyak kesamaan. Sama-sama memiliki pesona yang luar biasa, dalam mengirim pesan terkesan cuek, dan masih banyak lagi.

Sehari yang lalu, Sena baru mengetahui bahwa Om Andi juga suka bermain musik sama seperti dirinya. Menyukai olahraga basket dan bela diri.

Katanya, sekarang sudah tak mampu karena usianya.

Hari itu, mereka bertemu kembali. Menghabiskan waktu untuk menemani Sena mencari banyak wawasan dari orang-orang di Negara ini.

Negara yang menurut beberapa sumber dan referensi, termasuk dalam Negara dengan pendidikan terbaik.

Hari itu Sena habiskan waktunya untuk banyak mengobrol dengan teman Om Andi. Ia asik berbicara, Sena sudah sedikit lebih baik, maksudnya hatinya sedikit lebih baik dari kemarin-kemarin.

Ia sudah mempu tersenyum bahkan sampai tertawa terbahak-bahak.

Hingga dalam perjalanan pulang. Tinggal Sena dan Om Andi lah yang ada di dalam mobil tersebut.

Sena sempat kikuk. Tapi mereka memiliki satu kesamaan, mendengarkan musik untuk membunuh kesunyian dalam mobil.

"Om Andi?" Sena buka suara saat dalam perjalanan pulang.

"Iya?" Tangan Om Andi mengecilkan volume suara di mobilnya.

"Aku mau nanya, tapi maaf jika pertanyaanku menyinggung terlalu jauh. Boleh?" Om Andi terkekeh saat ia tetap fokus mengemudikan mobilnya.

"It's okay, apa?"

Sena menarik nafasnya dan menghembuskannya pelan.

"Om Andi punya keluarga? Istri dan anak om dimana?"

Kali ini Sena bertanya karena merasa Om Andi sudah berlebihan memfasilitasi dirinya.

"Ada, Istri om di Kanada. Anak om? Tidak punya. Anak om kamu dan Samuel. Kalian sudah om anggap seperti anak om sendiri."

Sena tertegun. Ia diam tak tahu harus menjawab apa. Kali ini dia bungkam.

Sekarang, mereka sudah tiba di Hotel tempat Sena menginap. Tetapi sore itu ia harus check out, om Andi akan menemaninya untuk check in di Hotel baru.

Setelah selesai mengurus semuanya. Mereka pergi menuju Hotel yang lainnya. Sudah di pesan oleh om Andi, Sena hanya tinggal check in dan beristirahat.

"Sudah ya? Kamu udah tau kamar berapa kan? Sekarang tinggal kamu berlibur sehari. Besok kita full di kampus." Jelas om Andi pada Sena.

Sena mengangguk. Tetapi sebelum ia turun dari mobil. Ia melontarkan sebuah pertanyaan yang berhasil membuat om Andi tersendak saat sedang minum.

"Om, boleh ku panggil ayah ke om?"

Om Andi tersenyum, menepuk-nepuk pundak Sena. Wajahnya terlihat terharu, ingin menangis. Sena tersipu, baru kali ini dia tersipu.

"Ya sudah, aku masuk dulu ya Ayah"

Rambut Sena diacak-acak oleh om Andi. Mereka tertawa bersama.

*****

Raisa tak bersemangat seperti biasanya. Langkahnya terasa berat. Berangkat sekolah dengan hati tak ikhlas karena ia merasa kesepian tidak ada seseorang yang ia cari.

Meskipun sudah melaksanakan ujian nasional, kakak kelas Raisa tetap pada masuk ke sekolah, mereka hanya menghabiskan waktu untuk mengurusi data diri untuk ijazah. Kecuali sosok misterius dan menyebalkan seperti Sena Andrea yang enggan masuk dan memilih pergi ke luar negeri untuk cari wawasan dan berlibur.

Hari ini, sudah hari ke tiga Raisa ditinggalkan kekasihnya. Tak ada kabar sama sekali. Pun, kalau Raisa menelfon Sena nomornya sudah berbeda. Jika menelfon dengan jarak yang sangat jauh akan menghabiskan biaya yang tak sedikit.

"Emang dia kemana, sa?" Tanya Maura. Mereka sedang makan siang bersama, juga dengan Kevin dkk.

"Gak tau, pamit bilangnya cuma mau pergi. Gak bilang kemana. Cari cewek kali ya" Kevin dan teman-temannya tertawa. Tidak ada Raka disana.

"Sena tipe yang setia kok, sa. Saking setianya dia gagal move on" kata Putra.

"Sepi ya gak ada si es batu, meskipun ada gak ada dia juga tetep aja sama karena jarang bersuara" Daniel ikut bersuara.

"Cieee papa kangen anaknya" Ananta mengoda Daniel, mencolek-colek dagu Daniel.

Mereka tertawa. Raisa hanya mencoba.

Sepulang sekolah, Raisa harus pulang  sendirian. Merasakan kesendirian yang mendalam, berhasil menumpahkan air matanya yang menemaninya menuju rumah.

Sampai di rumah, Raisa pun seperti itu. Hari itu, dia sangat merindukan kekasihnya. Meskipun kekasihnya kerap membuatnya jengkel, tetapi kekasihnya tidak pernah menyakitinya.

"Dek, tadi Gani datang nganterin bucket, ada di kamar" Kak Reina memberitahu Raisa.

Itu bukan kabar yang Raisa inginkan, ia ingin Sena yang membawakannya bunga, memberikannya ucapan selamat pagi, memberikannya semangat, dan memberikan pelukan dikala Raisa sedang butuh dirinya.

Raisa rindu, teramat rindu.

Raisa pergi menuju kamarnya. Menangis tersedu-sedu. Tak bisa lagi ditahan kerinduannya. Seperti sedang memuncak kerinduannya sore itu.

Seharian, Raisa tak keluar dari kamarnya. Tak makan, tak minum, yang ia lakukan hanya menangis sambil terus membaca dan mengirimkan pesan pada Sena yang tak mungkin di balas.

Ketika Raisa sudah lelah menangis dan dia terlelap. Ponselnya berdering. Satu panggilan masuk dari nomor luar negeri.

+4123546xxx calling

Tetapi Raisa sedang terlelap. Panggilan tak terjawab. Ponsel Raisa berdering lagi, berhasil membangunkan Raisa dari tidurnya.

"Hallo? Maaf ini siapa?" Raisa mengucapkan salam lebih dulu, memastikan siapa yang menelfonnya.

"Hallo, kenalin aku Sena, kekasihnya Raisa Tamara."

Perasaan Raisa saat itu sangat bahagia, tidak tahu harus mengatakan apa.

"Ka-mu?" Raisa terbata, menahan tangisannya. Namun gagal, ia akhirnya menangis.

"Hei, aku nelfon kamu buat ngabarin kamu bukan mau bikin kamu nangis"

Bukan menenangkan, Sena malah membuat Raisa tambah menangis.

"Kamu jahat, kamu kemana? Ha?"

"Pergi sebentar, nanti juga aku pulang."

"Kapan? Kamu kemana? Ha? Kemana?!!!!"

Diam. Mereka saling diam.

"Aku rindu sama kamu, Sena. Aku rindu." Raisa menangis saat mengucapkan itu.

"Iya, aku juga rindu kamu, sayang. Selamat tanggal 3 untuk 6 bulannya. Aku sayang kamu, Raisa cabulku"

Raisa menyeka air matanya. Mencoba untuk tegar agar bisa banyak berbicara pada kekasihnya.

"Cepet pulang ya, aku rindu kamu."

"Iya, aku segera pulang ya. Yaudah, kamu ganti baju dulu, terus mandi, aku mau lanjutin kegiatan, aku habis makan siang"

"Kok kamu tau aku belum mandi?"

"Iya bau kamu sampe ke sini, yaudah nanti aku kabarin lagi ya? I love you"

"I love you too"

Call ended

Raisa merasa sedih ketika panggilan berakhir. Rasanya ia ingin terus berlama-lama berbicara dengan kekasihnya, tetapi Raisa tau itu akan menghabiskan uang yang banyak, terlebih Raisa tidak tahu Sena kemana.

Saat selesai mandi. Raisa ingat kode negara dari nomer telfon Sena tadi. Segeralah ia mencari negara mana yang menjadi tempat Sena pergi.

Astaga? Sejauh itu? Ngapain? Batin Raisa ketika sudah mengetahui dimana Sena berada.

*****

Seminggu telah berlalu. Sena sudah kembali ke Indonesia. Sena tergugah untuk bisa kuliah di Swiss, tetapi ia memikirkan adiknya. Siapa yang akan menjaganya?

Raisa tak mengetahui bahwa Sena sudah kembali. Berada di rooftop sekolah, menunggu Raisa selesai ujian tepat pukul 12 siang.

Ia memasangkan earphonenya. Memutar lagu yang ia rasa mampu membunuh kesepiannya.

Papada (6)

Ananta Rizki:
Seno udh balik?

Kevin U:
Serius lo? Asik oleh-oleh nih

Sena Andrea:
Udh, gue di rooftop. Mau kasih kejutan ke Raisa, bawain makanan minuman ya

G Putra:
Ngatur anj

Daniel:
Otw

G Putra:
Bareng ndut, samper gue

Beberapa menit setelah obrolan singkat di grup, mereka datang ke rooftop. Benar, mereka datang dengan membawa makanan yang dibawakan oleh Kevin.

Mereka berbicang-bincang, memarahi Sena juga karena Sena tidak memberitahu pada mereka.

Bel sudah berbunyi. Waktu ujian telah berakhir. Maura menghampiri meja Raisa, mereka satu ruangan.

"Sa, hm...ngumpul bentar sama yang lain, yuk?"

"Gue mau langsung pulang ah, capek"

"Yaelah sa, temenin gue bentar aja"

Akhirnya, Raisa mengiyakan. Mereka berdua menemui Kevin di kantin. Mengobrol sebentar. Lalu setelah sekolah mulai sepi, Kevin mengatakan bahwa ada titipan dari Sena tapi ada di rooftop sekolah.

"Titipan apa? Kok di rooftop?" Tanya Raisa karena membingungkan.

"Ya gue gak tau, sa"

Mereka berjalan menuju rooftop. Harus sedikit usaha untuk bisa berada di rooftop.

Sebenarnya tidak ada yang boleh berada di rooftop, tapi pihak sekolah tidak mau berurusan dengan siswa bernama Sena Andrea yang pertama kali menyulap rooftop jadi tempat untuk kabur dari pelajaran.

Mereka telah sampai di rooftop. Di sana hanya ada teman-teman dari Sena, tak ada Sena di sana. Dia menghilang.

Salah satu dari mereka memberikan yang katanya titipan Sena untuk Raisa.

"Ini titipannya." Raisa membuka surat dan kotaknya.

Coba kamu balik badan!☺ - Sena A

Raisa mengikuti perintahnya. Raisa terperangah dan langsung memeluk orang yang berada di hadapannya.

Sena yang berdiri di hadapan Raisa, ia tersenyum bahkan hampir tertawa. Membalas pelukan erat dari Raisa. Menikmati harum rambut Raisa yang terkadang membuatnya betah memeluk Raisa.

"Uhuk pelukan juga yok, Tra" Daniel merentangkan tangannya pada Putra, namun tangannya malah di pukul oleh Ananta yang berada di sampingnya.

Raisa merenggangkan pelukannya. Menatap kekasihnya. Sena yang menggunakan topi dan pakaian khasnya, kaos putih polos dan jaket baseballnya terlihat begitu tampan di hadapan Raisa.

"Jahat tau gak!" Raisa memukul Sena. Tetapi Sena malah tertawa.

"Iya, maaf sayang. Aku kan bilang pergi cuma sebentar, kamu aja yang mikirnya negatif" kata Sena. Ia merapihkan rambut Raisa. Lalu mengecup kening Raisa.

Teman-temannya bersorak. Melempari Sena dengan kulit kacang.

"Gimana ulangannya tadi?" Tanya Sena. Raisa baru saja mau menjawab sudah terpotong kembali,

"Oh iya, aku pakein dulu sini kalungnya"

Sena mengambil kalung di kotak yang berada di tangan Raisa. Raisa bahkan belum mengetahui isi kotak tersebut jika Sena tidak mengatakannya.

Sena memakaikan kalung pada Raisa, seselesainya ia mencium bagian leher Raisa. Raisa memukul Sena dengan kotak yang ada di tangannya.

Teman-temannya juga melemparkannya dengan kulit kacang. Sena hanya tertawa-tawa. Sena telah kembali dengan tawanya.

*****

Pengumuman kelulusan sudah berlangsung beberapa hari yang lalu. Sena dan sahabat-sahabatnya lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Tidak terlalu buruk, mereka juga tidak perlu melaksanakan ujian perbaikan.

Setelah dua hari pengumuman kelulusan adalah hari pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Kabar buruknya, beberapa sahabat-sahabat Sena tidak diterima di perguruan tinggi negeri. Yaitu, Daniel dan Kevin.

Kabar baiknya, Sena diterima di perguruan tinggi negeri yang ia harapkan, ia akan pindah ke Bandung. Bersama dengan keluarganya.

Hari ini, Sena dan sahabat-sahabatnya berkumpul di rumah Sena. Merayakan kelulusan mereka.

Kevin dan Daniel tidak mempermasalahkan kalau mereka tidak bisa masuk perguruan tinggi negeri, bagi mereka lulus dengan nilai bagus seperti itu sudah patut disyukuri.

"Kayaknya lo doang yang mencar deh, No?" Kata Daniel membuka obrolan. Rasanya obrolan mereka kali itu menjadi lebih serius.

"Engga, kan gue juga di Bandung" kata Putra menyangkal ucapan Daniel.

Hening kembali. Kevin memainkan gitar Sena, menciptakan sebuah lagu dari genjrengan Kevin. Lagu yang terkesan tidak slow, tetapi membuat mereka tersentuh dan merasa sedih. Sedih karena mereka tidak akan menjamin bisa seperti ini terus-menerus.

Bersenang-senanglah
Kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan
Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah
Kar'na waktu ini yang 'kan kita banggakan di hari tua

Sampai jumpa kawanku
S'moga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Sampai jumpa kawanku
S'moga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan

"Gue mungkin bukan sahabat yang baik untuk kalian, gaes." Sena tiba-tiba bicara seperti itu di tengah-tengah Kevin masih memainkan gitarnya.

"Gak ada manusia yang sempurna no, semua punya kesalahan dan kekhilafannya masing-masing" kata Praka.

"Kita semua sodara no, gue akan terima apapun kekurangan kalian." Kata Ananta.

Kevin sedaritadi tidak berbicara.

"Kalau suatu saat nanti, salah satu diantara kita ada yang masih gagal dalam meraih kesuksesannya, gue akan berdiri di depan dia untuk narik dia biar bangkit." Kata Putra.

Kevin menghentikan permainan gitrnya. Meletakkan gitar Sena di atas kasur Sena.

"Mungkin gue gak seberuntung kalian yang bisa dapet PTN, tapi gue janji gak akan berubah untuk kalian." Kevin berbicara.

"Kita semua saudara, Vin. Saling merangkul. Tidak akan ada yang menjatuhkan" Ananta merangkulnya.

"Masih ada kesempatan untuk bisa masuk PTN, Vin, nil. Gue yakin kalian bisa masuk, Tuhan tau kemampuan kita."

Sena orang terakhir yang ikutan merangkul setelah berkata seperti itu. Mereka saling menepukkan bahu, hingga suasana menjadi haru, sedih dan bahagia menjadi satu hari itu.

*****

Sena dan sahabat-sahabatnya sudah mempersiapkan untuk masuk kuliah. Sena dan Papanya sudah ke Bandung kemarin, hanya untuk bertransaksi membeli rumah yang ada di Bandung.

Kabar baik, Daniel dan Kevin di terima di perguruan tinggi negeri juga, mereka mengikuti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Dan mulai hari ini, Sena akan menemui orang-orang terdekatnya. Berpamitan dan untuk mengucapkan terima kasih.

Sena sedang berada di rumah Praka, sahabatnya yang sudah menemaninya selama bertahun-tahun.

"Sena mau pamitan, tante." Kata Sena ia menjelaskan bahwa ia akan pindah rumah ke Bandung bersama semua keluarganya. Papanya akan di Jakarta selama senin sampai jumat, jumat malam akan pulang ke Bandung.

"Tante sedih kamu pindahan, Sena."

"Jangan sedih, tante. Nanti Sena mampir ke sini kalau rindu Jakarta"

Sena meraih tangan mama Raka. Lalu tak lama Sena pamit pulang karena mau ke rumah temen yang lain.

"Hati-hati nak Sena, sering-sering main ke Jakarta lagi ya"

"Iyaa tante, siap. Sena pulang dulu ya,"

Usai bersalaman dengan mama Raka, Sena ditemani Raka keluar rumahnya.

"Jangan cari pacar di sana, no" kata Raka mengingatkan.

"Iya, selo." Sena sedang memakai sepatunya.

"Jaga diri baik-baik jangan banyak ulah di kampus," Sena tersenyum.

Sena memeluk Raka untuk berpamitan. Menepuk-nepukkan punggung Raka.

"Thanks bro, u always be my hero!" Tanpa di ketahui Sena, Raka menyeka air matanya yang jatuh begitu saja.

Sena pergi menuju rumah-rumah sahabatnya yang lain. Setelah selesai dengan sahabat-sahabatnya, ia mengajak bertemu dengan Sania.

Sania Salsabila:
Dimana, Sen?

Sena Andrea:
Lo maunya dimana?

Sania Salsabila:
Di Cafe yg dkt rumah gue ya

Sena Andrea:
Iya, gue kesana skrng

Malam itu juga Sena bergegas menuju Cafe dekat rumah Sania. Sebenarnya jauh, karena rumah Sania berada dalam komplek perumahan.

Sena tiba pukul 7 malam. Sudah ada Sania di sana. Ia menghampirinya.

"Lo apa kabar?" Tanya Sena lebih dulu, merasa gentleman untuk menyapa lebih dulu.

Sena banyak berubah setelah pulang dari Swiss. Ia seperti menemukan kebahagiaannya yang dulu.

"Baik, lo?" Sena menunjukkan dirinya dengan menaikkan kedua bahunya. Sania tersenyum.

Setelah pesanan mereka datang. Sania menanyakan apakah Sena ambil Universitas yang di Bandung?

"Iya, lo dimana?" Tanya Sena membuat Sania tertawa.

"Tetep aja lo masih gak peduli, kemaren pas ke sekolah kan di bacain. Gue ke Lampung."

Sena ber-oh ria. Sambil menikmati makanannya, dia lapar.

Setelah selesai dengan makanannya, ia mengatakan hal yang harus ia katakan malam itu.

"Gue mau pamitan sama lo, San. Gak bisa lama-lama, besok gue mau pergi" jelas Sena.

Sania meletakkan sendok dan garpunya.

"Gue mau kita sahabatan, San. Jangan terus-terusan kejar gue," lanjut Sena.

Sania memegang tangan Sena. Tersenyum pada Sena.

"Iya, apapun untuk lo, Sen."

*****

Raisa Tamara:
Selamat pagi esbatuku
Udah bangun?

Sena yang sudah bangun dari jam 6 pagi, setelah membaca pesan dari kekasihnya tertawa.

Raisa tak tahu bahwa hari itu ia akan pergi bersama dengan Sena. Sena akan menghabiskan waktunya hari itu bersama dengan Raisa.

Sena Andrea:
Selamat pagi cabulku
Nanti aku jemput ke rumah ya, jam 8 pagi ini. Gausah dandan, hari ini kita nemenin matahari sampe kembali ke tempatnya

Raisa yang mendapatkan pesan seperti itu, segera pergi mandi. Karena jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi.

Saat Raisa sedang me-make up dirinya, Raisa mendengar di lantai bawah ada seseorang yang sedang berbicang dengan kakaknya. Karena Ibu Raisa sedang tidak ada di rumah.

"Raisaaaaaa" kakaknya memanggil dirinya untuk segera turun.

"Iya sebentar" Raisa mengambil tas kecilnya. Bergegas menemui kekasihnya di ruang tamu.

"Pada mau kemana sih?" Tanya Reina pada Sena dan Raisa, keduanya malah saling memandang dan kemudian tertawa.

"Kemana ajalah kak, dah ya aku pergi dulu. Byee!" Kata Raisa menarik lengan Sena.

"Pergi dulu ya kak Rein" pamit Sena. Lalu ia berjalan menuju motornya yang terparkir di halaman rumah Raisa.

"Kamu ngapain dandan?" Tanya Sena. Namun tak dijawab oleh Raisa, ia hanya tersenyum.

Kemudian mereka pergi meninggalkan rumah Raisa. Motor Sena terus bergerak menuju sebuah tempat.

"Kok kita ke stasiun?" Tanya Raisa ketika motor Sena berhenti di sebuah stasiun kereta. Sena mengunci motornya, lalu ia tersenyum dan berjalan menggandeng tangan Raisa tanpa menjawab pertanyaan Raisa.

TBC.

Sena mau ngajak Raisa kawin lari😄

Sebenernya mau update nanti-nanti aja, tapi berhubung besok wattpad udah gak bisa lagi menggunakan soundcloud dan masukin gambar, jadi hari ini aku update buat ngasih tau om Andi itu seperti apa.
Masih sekitar 2 part lagi baru tamat.

Makasih yg masih mau baca cerita gajelas ini.

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 82.6K 61
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
86.6K 4.3K 24
Cinta apa bukan? Jika cinta tapi dia sama sepertiku, tapi jika bukan aku tak bisa jauh darinya. Aku cemburu jika dia dengan yang lain. Tapi aku j...
11.9M 741K 55
Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan se...
1.7K 212 15
Siapa bilang kamu tidak bisa jatuh cinta pada pandangan pertama dengan kencan butamu?! Streamer selebritas internet yang menggemaskan dengan tubuh ya...