Azhrilla [Very Slow Update]

Galing kay Nihlaa_

4.4K 587 134

Mengapa disetiap pertemuan harus diakhiri dengan perpisahan? Mengapa kita harus bertemu? Mengapa akhirnya ha... Higit pa

Prolog
[Detra Veday Batara]
[Suasana Baru]
[Janji]
[Perkelahian]
[Aku Jadi Member Katalisis?]
[Pemilik Hati]
[Ajakan]
[Arv]
[Porseni 1]
[Porseni 2]
[Porseni 3]
[Malam yang Panjang]
Pemberitahuan (1)
Halusinasi
[Yang Sebenarnya]
[Sebuah Puisi]
[Rindu]
[Faliq]

[Hari Pertama]

419 55 12
Galing kay Nihlaa_

Katanya, sifat seseorang itu dapat dilihat saat kesan pertama kita bertemu. Tapi apa benar?

♡♡♡

-Akhir Juli 2018-

Aku melirik jam di ruang makan, masih tersisa banyak waktu bel pertama sekolah dibunyikan. Jadi tak perlu terburu-buru juga menghabiskan roti ku.

Sarapan pagi ini terasa berbeda, karena ayah dan ibuku sedang tidak ada di rumah. Yang ada hanya aku, abangku, mama-ajiku serta kakekku.

Pasti kalian bertanya, siapa itu mama-aji. Kuberitahu, dia adalah nenekku. Ibu dari ibuku. Entah mengapa aku memanggilnya dengan sebutan tersebut. Aku sudah kebiasaan.

Lupa kuberitahu bahwa ayah dan ibuku sedang ada di Makassar, mengurus bisnis keluarga katanya. Aku anak kecil masih biru mana bisa paham.

Aku menyelesaikan kegiatanku. Saatnya untuk pergi ke sekolah baru tiba. Entah apa yang harus kurasakan, senang, sedih, ataukah gugup? Ah! Lupakan.

Aku berangkat sekolah dengan abangku. Kebetulan juga aku mendaftar di sekolah yang sama dengannya. Lebih tepatnya hal itu sudah diatur oleh ibuku.

Zahri Vatara Dewanata. Nama abangku. Kalian pasti mulai berpikir bagaimana karakternya. Iya, benar sekali. Karakternya memang tak jauh dari tokoh-tokoh cerita yang ada di novel atau karya tulis lainnya yang sangat diminati para kaum hawa.

Ganteng, Easy-going, Suka musik, Ahli sastra, Most wanted, cool dan tentunya dia Humoris. Tapi apapun itu, dia tetaplah kecebong berduri yang menyebalkan di mataku. Tapi anehnya aku masih tetap dan akan selalu menyayanginya.

Dia sering usil dan sering menjahiliku. Jika ayah dan ibu ada, kami berdua sepakat memakai bahasa yang baik dan enak didengar. Tapi begitulah, semua berbeda jika ayah dan ibuku sedang tidak ada.

Bang Zahri, aku memanggilnya dengan sebutan itu. Dia mulai menghidupkan mesin motornya. Entah motor apa itu, CBL BCL atau CBR. Ah! Aku tak tahu dan tak ingin tahu. Yang pastinya itu adalah motor yang besar berwarna merah kombinasi hitam.

Bang Zahri menyuruhku naik dan berpegangan padanya. Namun sebelum itu, ia masih sempat mengusiliku.

"La, lo pakai detergen? Tuh wajah putih bener kek cat tembok" ucapnya dengan nada meledek.

Aku mendesis pelan. Bukan hal yang biasa jika dirinya selalu mengganggu kehidupan ku yang tenang. Padahal wajahku memang putih alami, tanpa bantuan bedak ataupun krim pemutih.

Aku tak menggubris, langsung saja aku naik dan berpegangan padanya.

Mungkin kebanyakan orang akan berpikir bahwa aku dan Bang Zahri adalah sepasang kekasih. Karena wajah kita berdua memang tidak memiliki satu sisi kemiripan pun. Sungguh tidak ada tanda yang menunjukkan bahwa kita berdua adalah saudara sedarah.

Sekitar dua puluh menit waktu yang dihabiskan untuk mencapai sekolah ini. Tapi butuh bertahun-tahun untuk mencapai hati mu yang sangat sulit digapai itu. Eh!

Sebelum memasuki parkiran, tadi sudah kulihat gerbang tinggi nan lebar dengan tulisan SMA Harapan Mulia di tengah bangunan yang berbentuk melengkung.

Aku bergelut dengan pikiranku. Jadi ini yang dinamakan Halu(Bahasa kerennya) sekolah yang disebut-sebut sebagai gudangnya para cogan dan juga menyimpan sejuta gudang prestasi.

Tak heran jikalau banyak yang menginginkan sekolah disini. Salah satu dari lima sekolah favorite di kawasan ini.

Bang Zahri memarkirkan motornya. Sebeum menghampiriku, ia sempat berbicara dengan salah satu siswa sekolah ini yang berseragam sama dengan ku.  Berseragam putih kombinasi krem dan abu-abu. Mungkin laki-laki itu adalah temannya.

Menurut informasi yang kudapat  di instagram resmi Halu. Aku ditempatkan di kelas 10 MIPA 3 bersama tiga puluh satu siswa lainnya. Tak ada seorang pun yang ku kenal, karena hanya aku siswa SMP Jaya Sakti yang berada di kelas itu.

Bang Zahri mengantarku sampai di depan kelas. Aku tak menyangka bahwa kelas ku ini berada di lantai dua.

"Lo jangan macam-macam disini La. Awas aja lo kalau genit-genit kek pelakor jaman sekarang." ucap Bang Zhari sarkas.

Mendengar ucapannya aku mencebikkan bibirku. Aku bukanlah tipe yang seperti itu. "Bacot ah. Siapa juga yang mau genit-genit".

Bang Zahri lantas tersenyum. Percaya atau tidak, senyumnya saat itu benar-benar manis sekali. Tak heran jika banyak wanita yang langsung meleleh saat melihat senyuman itu.

♡♡♡

Aku bingung harus duduk di bangku yang mana. Di dalam kelas sudah ada beberapa orang yang tiba lebih dahulu. Entah siapa mereka. Aku tak mengenal seorang pun.

Mataku tiba-tiba tertuju pada bangku kedua dari belakang pada baris kedua. Menurutku itu posisi yang tepat, dan strategis. Terlebih lagi, bangku itu masih kosong.

Tak butuh waktu lama, kakiku langsung melangkah dengan cepat. Tanganku dengan sigap meletakkan tas ransel ku pada bangku tersebut. Ficks! This is mine now.

"Good morning Nona Vitara Dewanita" 

Mendengar namaku disebut, aku segera menoleh dan mencari sang pemilik suara. Aku membalikkan tubuh ku. Kulihat seorang pria dengan kedua tangan yang dimasukkan dalam kantong celananya sedang berjalan ke arahku.

Aku mengernyit seolah bertanya siapa dia? Tak lupa pula dengan tambahan tatapan tajam yang dalam. Ah lengkap sudah act-ku.

"Mata lo santai aja kali" ucap laki-laki itu. Spontan saja perkataannya merusak act-ku, membuatku menggerutu dalam hati.

Dia menaruh ranselnya tepat disamping posisi ku berada saat ini. Disamping kanan ku lebih tetapnya.

"Kenal gue?" tanyaku dengan ragu, namun apa kau tahu apa responnya? Dia hanya melirik ku sekali, duduk dibangkunya dan memasang earphone ditelinganya.

Definisi pria menyebalkan kedua setelah Bang Zahri, kini ada di sampingku. Sungguh menjengkelkan.

Aku berdecak sebal, ingin sekali ku tarik earphone yang terpasang di telinganya itu, lalu berteriak sekencang-kencangnya.

Terlebih lagi, mengapa ia harus duduk di sampingku? Pasti kalian berpikir ini adalah awal kisah cinta ku di SMA, bukan? Kalian salah! Mungkin.

♡♡♡

Kantin sangat padat siang ini. Sangat ramai, dan penuh. Riuh sekali! Bahkan di pojok kantin aku melihat dua orang kakak kelas yang entah siapa namanya sedang mengadakan konser seadanya.

Konser yang sering sekali dilakukan teman-teman SMP ku dulu. Ah! Membahasnya aku jadi rindu kepada mereka semua. Lain kali akan kuceritakan tentang mereka.

Lupa ku katakan bahwa hari ini aku belum bisa mendapat seorang teman baru. Jangan salahkan aku. Aku bukanlah orang yang gampang berteman atau bersosialisasi dengan lingkungan baru. Rasanya sulit sekali! Bahkan teman sebangku ku pun namanya tak ku ketahui. Iya, dia cowok yang menyebalkan tadi.

Aku melirik arloji ku. Masih tersisa tujuh belas menit waktu istirahat pertama. Aku memutar langkahku dan berniat untuk kembali ke kelas.

Di koridor kelas sepuluh aku dapat melihat Bang Zahri bersama teman-temannya sedang berjalan berlawanan arah dengan ku.

Aku sudah bisa memastikan bahwa itu memang benar dirinya. Aura menyebalkan tercium kuat dari arahnya. Sial!

Aku hanya bisa mengumpat dalam hati ketika mereka semua berhenti menghadang jalanku, seharusnya tadi aku menghindari gerombolonnya.

"Wei ciye ciyee adek manisnya Zahri dah macuk cekulah" ujar salah satu teman Bang Zahri. Seingatku namanya adalah Bara.

Aku mendelik sebal, mencoba pergi lalu melangkah ke kanan. Tapi Bang Zahri malah mengikuti ku, ia melangkah ke kiri sehingga kami berdua saling menghadang jalan.

"Minggir ah, gue mau ke kelas" ucapku bernada ketus.

"Udah makan belom?" Bang Zahri malah bertanya.

Aku mendongak menatap Bang Zahri "Gak, udah ih minggir bang. Gue mau lewat"

Entah apa yang salah dari ucapakan itu, tapi teman-teman Bang Zahri spontan tertawa. Tertawa lepas sekali. Apa yang mereka tertawakan? Ih Gaje!

Aku kembali mendesis sebal. Ku lihat Bang Zahri tersenyum ke padaku. Ah! Untung abang!

"Gue beliin gak nih?" tanya Bang Zahri, aku mundur selangkah dan kembali menatapnya.

"Yauda beliin nasi goreng, gak pedas tapi" ucapku, lebih kepada memerintah.

Bang Zahri mengiyakan. Baik sekali bukan? Ya iyalah! Se-luc-nut-luc-nut-nya Bang Zahri, dia tetap menjadi defenisi kakak terbaik sepanjang masa.

"Nanti gue bawain. Mending sekarang lo balik ke kelas" suruh Bang Zahri dengan cepat kuangguki.

"Adek lo mau ditemenin gak nih Ri?" Aku bisa mendengar salah satu temannya Bang Zahri bilang begitu.

"Gausah. Ntar adek gue dikira pawang monyet"

Aku tertawa. Semuanya pun begitu.

♡♡♡

Aku memainkan ponselku karena bosan. Menggeser layar ponselku ke kanan dan ke kiri. Hanya itu. Ah bosannya!

Kelas sepi di jam istirahat. Hanya ada aku, dan dua orang lainnya sedang asik bercengkerama di bangku depan. Kutebak mereka pasti sepasang kekasih.

Kenapa Bang Zahri belum dateng?

Aku menghela pelan. Perutku tak henti-henti mengeluarkan suara.

Aku terus memandang ke arah pintu. Nampak seseorang berjalan dengan membawa kresek hitam. Ku tebak itu adalah Bang Zahri.

Perlahan, semakin dekat. Tebakan ku salah, dia bukan Bang Zahri, tapi cowok menyebalkan yang menjadi teman sebangku ku.

Tiba-tiba ia menyodorkan kantong kresek yang dipegangnya "Zahri ada urusan. Gasempat katanya, jadi nitip ke gue"

Aku nampak bingung. Tak memberikan respon sama sekali.

"Ini nasi goreng mau dimakan gak? Kalau gak gue kasih merak peliharaan gue"

Aku cepat-cepat merebut kresek itu "Makasih" ucapku, dia mengangguk.

Kemudian cowok menyebalkan itu duduk di bangkunya. Pandangannya lurus ke depan, sementara pandangan ku masih tertuju padanya.

"Jangan ngeliatin gue! Ntar naksir kan gue yang repot"

HUEKSSS! Ingin ku muntah pelangi di depannya. Percaya dirinya tinggi sekali. Patut diapresiasi.

Buru-buru ku mengalihkan pandangan dan mengeluarkan kotak nasi dalam kresek hitam itu. Hendak memakannya, namun aku perlu memastikan suatu hal dulu karena terbesir rasa penasaran. Aku mengurungkan niat ku untuk makan dahulu.

"Lo kenal sama Bang Zahri?" tanyaku.

"Iya"

"Lo temannya, musuhnya atau?" tanyaku kembali.

"Teman" jawabnya masih dengan nada yang santai. Pandangannya tetap lurus ke depan.

"Kenal dimana?"

Aku bisa mendengar decakan pelan cowok itu. Tiba-tiba dia memandangku. Dia mendekatkan wajahnya padaku, membuatku terpaksa menjauhkan wajahku pula padanya.

Jaraknya begitu dekat. Oh Tuhan!

"Enough, don't ask again. eat only, after that I will be answer all your question" ucapnya.

♡♡♡



Bersambung...







Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

4.8M 365K 51
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
389K 18.9K 47
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
4.1M 241K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
482K 25.2K 35
SEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR NYA DULU YA GUYSS.. ~bagaimana ketika seorang perempuan bertransmigrasi ke tubuh seorang perempuan yang memili...