SCARY BLACK PINK

By yoyossi

388K 31.5K 1.3K

[END] Bukan buku bergenre romance remaja kekinian. Hanya sebuah fantasi gue sendiri yang berimajinasi Black... More

PROLOG
#1 Jennie & Jisoo
#2 Lisa & Rose
#3
#4
#5
#6
#7
#8
#9 a
#9 b
#10
#11
Special Chap
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
#23
#24
#25
#26
#28
#29
#30
#31
#32
#33
#34
#35
#36
Epilog
sequel & series
THANK YOU 😭😍🎉
pls vote

#27

4.5K 514 16
By yoyossi

jangan lupa VOMENT







24:00:00


Seorang pria dengan topi hitam yang menutupi rambutnya hingga separuh telinganya, duduk dengan kaki kiri yang menumpu kaki kanannya. Merentangkan tangannya di sisi sofa, menatap nyalang ke sebuah figura besar menampakkan empat gadis kecil yang tersenyum cerah disekitar figur dirinya.

"Selama ini ternyata aku memelihara serigala" ucapnya lirih dengan seringaian.

Tiga pria berdiri lebih jauh di samping pria yang sering mereka panggil Sajangnim itu. Melipat tangannya dibawah dan menundukkan kepala.

"Kapan mereka berkunjung kesini?"

"Kurang lebih 12 jam lagi" jawab pria yang paling tinggi.

"Kurasa mereka akan datang lebih cepat, aku yakin besok pagi mereka sudah datang. Jangan lupa adakan 'pesta' penyambutan untuk mereka"

"Baik" ketiga pria itu membungkukkan badannya.


-oOo-


12:00:00


BlackPink (Jisoo, Jennie, Rose dan Lisa) sudah berkumpul di rumah pohon dekat apartemen tempat Hanbin tinggal. Rumah pohon yang sering digunakan banyak orang untuk sekedar berkumpul dan tak banyak orang yang berlalu lalang disana. BlackPink sudah mempersiapkan semua alat-alat mereka disana. Beberapa peralatan yang telah disimpan didalam batang pohon besar yang dilubangi dan ditutupi dengan pintu yang dimanipulasi menyerupai batang pohon itu.

Pistol, pisau, serbuk beracun, tali beserta kaitnya, dan beberapa benda tajam lainnya mereka bawa di dalam tas, beberapa juga mereka selipkan di kantung-kantung baju.

Pakaian yang mereka kenakan sangat berbeda dari sebelumnya. Beanie yang dibolong dibagian mata digantikan topeng yang hanya menutupi bagian mata dan hidung dengan warna yang masih sama seperti sebelumnya-pink. Mereka juga memakai jaket anti peluru dilapisi sweater turtle neck hitam dan jaket kulit. Suhu yang mulai menusuk kulit membuat pakaian mereka menebal. Selain mengurangi rasa dingin, sarung tangan yang dikenakan di tangan mereka juga mencegah sidik jari yang bisa meninggalkan jejak.

Saat Jisoo, Rose dan Lisa sibuk dengan persiapan perlengkapan mereka, Jennie asyik memainkan ponselnya, dia mengirim suatu file pada seseorang. File itu tidak dikirim langsung, dia menyetel waktu pengirimannya.

Persiapan telah selesai. Saatnya beraksi mencari Papa.

Mereka turun dari pohon dengan sangat hati-hati, mengamati lingkungan sekitar dengan teliti. Setelah dirasa aman, mereka mulai memasang earplug dan mengaktifkan dua kamera yang terpasang di tengkuk dan jepit rambut mereka. Meskipun kecil resolusi kamera itu lebih baik daripada CCTV dijalanan, mungkin bisa disandingkan dengan resolusi kamea digital.

Jennie menyetujui ide Lisa yang mengabadikan misi terakhir mereka ke dalam film dokumentasi, dibantu dengan Bambam yang mengajari mereka menyeting kamera itu agar bisa dilihat oleh mereka sendiri.

Bambam sendiri tidak mengetahui tujuan Jennie meminta bantuannya. Tujuan tentang misi terakhir. Hanya 4 gadis itu dan targetnya yang tahu.

"Let's move"

Jennie memimpin pergerakan mereka. Mengenderai motor sport hitam dengan Rose membonceng dibelakangnya. Disusul Lisa dan Jisoo yang menggunakan motor yang sama. Meski Lisa belum memiliki lisensi berkendara dia tidak perlu khawatir, karena keberadaan mereka tidak terdeteksi di CCTV maupun alat lain. Lisa sendiri yang membuat alat itu. CCTV yang akan memblur sendiri pada radius 100 meter keberadaan mereka.



Blackpink barusaja sampai di Hotel Royal, hotel yang tidak begitu mewah.

Seperti dugaan mereka, puluhan bodyguard menyebar di seluruh hotel itu. BlackPink memarkirkan motornya di depan gerbang hotel, mereka turun dari motor sambil mempersiapkan senjata mereka masing-masing. Jennie memakai sarung tangan bergerigi, Jisoo yang menyeret tongkat baseballnya, Lisa yang memainkan cambuknya diudara dan Rose yang hanya mengeluarkan pistol kejut dengan muka masam.

Beberapa bodyguard mulai menghampiri mereka dan mulai meregangkan otot sebelum akhirnya perkelahian itu dimulai. Empat lawan puluhan.

Bug

Bam

Braak

Hyaaat

Alunan pekikan keras, tongkat yang saling bertubrukan dan suara sengatan listrik menjadi melodi tersendiri dalam pertarungan tidak seimbang untuk ukuran gender maupun kekuatan itu.

Meski para bodyguard menyerangnya dengan tangan kosong, mereka sudah kewalahan.

Jennie yang hanya mengandalkan pukulan dan tendangan, mulai kelelahan sedangkan para bodyguard belum tumbang juga. Akhirnya Jennie mengeluarkan mata pisau di sepatunya, melayangkan tendangan berputar dan detik berikutnya bodyguard yang mengerumuninya mulai berjatuhan dengan darah yang mulai bersimbah.

Jisoo juga mulai geram, dia memencet tombol diujung tongkatnya dan puluhan gerigi muncul menyelimuti tongkatnya. Tongkat itu tidak hanya membuat lebam penerimananya, bahkan sekarang bisa mengoyak kulit dan semakin meremukan tulang.

Lisa yang notabene tak pernah berbasabasi langsung menyabet semua bodyguard dengan cambuk beracunnya. Badan yang terkena cambuk tersebut akan melepuh dan cairan racun akan nerembes ke tubuh bagian dalam dan membuat si penerima merasakan kesakitan dan pada akhirnya tak sadarkan diri.

Dorr

Dorr

Dorr

Rose juga sudah lelah harus menggunakan pistol kejut yang membutuhkan waktu lama untuk digunakan. Terpaksa dia mengeluarkan pistol berpeluru timah panas. Menembakkannya tepat di dada dan kepala para bodyguard yang menyerangnya. Dirasa tak ada lagi yang menyerangnya dia juga mengarahkan pistolnya pada bodyguard yang menyerang Jennie, Jisoo dan Lisa.

Fuuuh

Rose meniup asap yang keluar dari pistolnya. Semua bodyguard sudah tumbang dan lapangan parkiran itu sudah menjadi lautan mayat bersimbah darah.

Jisoo menatap Rose nyalang. Gadis tertua dari mereka itu sudah memperingati Rose untuk tidak menggunakan senjata itu. Sedangkan yang ditatap malah menyunggingkan cengiran konyolnya.

"Apa kamu tahu berapa harga peluru itu? Sudah kubilang untuk dihemat!" ketus Jisoo.

"Mau bagaimana lagi? Aku sudah tidak tahan mereka tidak mati juga. Aku sudah kelelahan dan kalian juga kewalahan. Apa salahnya menghemat tenaga?" bela Rose.

Lisa menepuk-nepuk punggung Rose.

"Tak apa, terimakasih sudah membantu. Sugo, chingu" (good job, sob)

Jennie hanya diam, dia tidak mau membuang-buang tenaga dan waktunya hanya untuk berdebat lagi. Meski dia tahu senjata-senjata yang mereka miliki pemberian dari Papa dan dibeli menggunakan uang hasil kerja paruh waktu mereka dan uang saku dari Papa, tapi dia tidak pernah memperhitungkannya.


Jennie mulai memasuki gedung berstatus publik itu, dia disambut oleh wanita yang meringkuk ketakutan di meja reservasinya. Dia melewati wanita itu begitu saja. Suasana begitu tenang. Mobil yang terparkir diluar lumayan banyak namun hanya segelintir nyawa – setidaknya yang terlihat normal dan tidak terlibat sebagai penyerang mereka – yang terlihat.

Berbeda dengan Rose, gadis itu memberi wanita itu sebuah bunga mawar yang ia petik di luar gedung tadi. Dia juga mengelus lembut surai wanita itu.

Dirasa mendapat perlakuan lembut, wanita itu mendongakkan kepalanya sedikit mengintip pada pelaku. Rose hanya menempatkan jari telunjuknya didepan bibirnya sambil berdesis.

Zrrrrrrt

"Yak! Rose, apa kamu melukai seseorang lagi?" pekik Jisoo.

Rose beranjak dari tempatnya. Memasukkan kembali pistol kejutnya dan berlari kecil menghampiri tiga temannya yang menunggunya.

"Tidak, aku hanya membuatnya tertidur. Kasihan dia menjadi korban dan harus ketakutan dipojokan"

Jisoo berdecak pasrah.

Jennie menghidupkan drone, tangannya sudah memainkan tombol-tombol di remot. Mengarahkan drone itu ke suatu tempat. Layar display di remot itu menampilkan ruangan yang dijelajahi oleh drone yang ia jalankan.

Beberapa menit menjelajah akhirnya dia menemukan seseorang yang baru saja menyelinap keluar dari pintu yang sebelumnya menyeringai ke arahnya. Buru-buru mereka memasuki lift dan memencet tombol angka lantai teratas.

Setelah merasakan diangkat, tiba-tiba saja lift sedikit terguncang. Jennie tidak merasakan adanya pergerakan.

Layar display dibagian atas pintu lift terhenti di nomor 7. Jennie memencet setiap tombol di lift itu, tapi tak ada pergerakan apapun.

Siapa sangka kalau lift yang mereka pikir menjadi jalan tercepat untuk mencapai tempat tujuan mereka justru menjadi penjara yang mengurung mereka.

Bug

Braak

Lisa menendang-nendang pintu lift sambil terus menyumpah serapahi orang yang mengurung mereka.

"Yak! Berhenti! Kamu hanya buang-buang tenaga saja" pekik Jennie.

Mereka terlihat gelisah. Banyak spekulatif negatif terngiang dipikiran mereka. Bagaimana kalau lift ini jatuh? Bagaimana kalau ada asap beracun yang mengukung mereka?

Jennie terduduk, menyenderkan punggungnya dan mengadah kepalanya ke atas. Matanya terus menatap ke langit-langit kotak ajaib dengan sebutan lift itu. Berusaha mencari solusi agar bisa keluar dari sana.

Jennie merasa mendapat pencerahan, dia melihat sebuah tuas yang menempel di langit-langit lift itu.

"Buat piramid, kita akan keluar"


-oOo-


Sebuah mobil Porce hitam melaju menjauhi hotel Royal. Pria yang duduk di jok belakang itu menyeringai ke arah gedung yang baru saja ia tinggal.

Pria bertopi itu beralih menatapi layar tablet yang menampakkan sebuah ruangan dengan cat silver dengan 4 gadis yang sedang membuat piramid.

Gadis berambut dark brown yang pertama memanjat punggung temannya lalu keluar dari pintu darurat di langit-langit lift. Lalu satu-persatu dari mereka mulai meraih tangan gadis pertama dan memanjat ke atas.

Semua gadis di dalam lift sudah keluar. Ekspresi pria bertopi itu sangat sumringah, sudut bibirnya tertarik penuh.

Layar display itu mulai menampakkan gadis bersurai dark brown lagi. Gadis itu hanya menyembulkan kepalanya, menatap ke arahnya dengan tajam.

"Papa, tunggu kami"

        




****



Udah hampir 30 chap, ada yang pengen tanya2 apa gitu tentang ff ini?

Aku bakal jawab langsung, tapi  gak bakal jawab pertanyaan yang mengandung spoiler

Continue Reading

You'll Also Like

69.4K 3.1K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
149K 15.2K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
41.7K 3K 47
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
49.6K 4.6K 43
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...