Loslaten

By longwinterr

214K 21K 1.4K

Rajendra tidak pernah tahu rasanya ditolak. Seumur hidupnya dia selalu diterima. Sampai suatu ketika dia mera... More

1. Perempuan Tanpa Nama
2. Target Baru
3. Penolakan
4. Perempuan Bernama Malya
5. Rumah
6. Tragedi Flat White
7. Takdir?
8. Satu Rahasia
10. Lebih Dekat
11. Mengunci Ingatan
12. Cemburu?
13. Kepercayaan
14. Sakit
15. Tentang Luka
16. Kali Pertama (1)
18. Keluarga

9. Alasan

9K 1.1K 96
By longwinterr

"Hasil roastingnya terlalu dark. Ini lo yang buat, Tir?" Tatapan Rajendra terpaku pada biji kopi dengan warna hitam berminyak tanpa berkedip. Kedua alisnya bertaut tanda tak suka.

"Iya, kenapa emangnya? Kualitasnya masih ok."

"Model kayak gini kurang cocok buat manual brew, Tir. Ini gosong dan rasanya pasti pahit banget!"

"Buat ngilangin rasa pahit dan gosongnya, lo bisa pake french press atau pour over 60, Dra. Cita rasa kopinya nggak akan hilang. Lo kenapa sih? Sensi banget kayak orang bisulan," cibir Fatir.

Rejendra memilih untuk mengabaikan pertanyaan Fatir. Suasana hatinya setelah kembali dari tempat Pak Rama memang sedikit buruk, sangat buruk malah. Rajendra selalu saja memprotes hal-hal kecil seperti tadi. Tepat satu minggu pula insiden pulang bersama antara dia dan Malya, selama itu juga pikiran Rajendra terusik dengan hal tersebut.

Lelaki itu tidak bisa melupakan bagaimana raut sendu Malya yang mengirimkan perasaan asing ke dalam hatinya. Rajendra menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya secara kasar. Suara bising mesin pembuat kopi mengisi kekosongan di antara mereka. Fatir baru saja menyelesaikan latte art berbentuk angsa dan memberikannya pada perempuan muda di depannya.

"Espresso con panna satu, aceh gayo manual brew satu," seru Rani dari balik meja kasir. Memecah kebekuan tak kasat mata di antara dua lelaki itu. Rajendra sudah mengambil portafilter dan mengisinya dengan bubuk kopi. Dia memutuskan untuk menggunakan mesin espresso alih alih manual.

"Lo buat aceh gayonya, Tir."

"Dan lo harus kasih penjelasan ke gue setelah ini."

Rajendra hanya mengagguk kaku sebagai jawaban. Mungkin cara terbaik untuk mengembalikan suasana hatinya adalah menceritakan masalah ini kepada Fatir. Meski Rajendra yakin, pada akhirnya bukan solusi yang akan dia dapat.

***

"Minggu lalu, gue sama dia pulang naik mobil dari Garut. Lebih tepatnya, gue maksa dia untuk pulang bareng sih." Kalimat tadi menjadi penutup cerita Rajendra. Tentu dengan melewati bagian Malya yang menjadi histeris di tengah perjalanan. Kalosi Koffie sudah tutup tiga puluh menit yang lalu jadi dia dan Fatir bisa duduk santai.

Fatir mengangkat satu tangannya ke udara. "Tunggu... tunggu, 'dia' ini maksud lo siapa?"

Bukannya menjawab Rajendra malah menengadahkan kepalanya dan menatap nyalang langit-langit Kalosi Koffie. Dia mengusap wajahnya gusar.  Melihat reaksi Rajendra seperti itu memberikan satu pemahaman di wajah Fatir.

"Ngeliat muka lo yang kusut kayak kanebo kering, gue yakin ini nggak jauh dari pelanggan kopi itu kan? Siapa namanya? Malya ya?"

Rajendra hanya menggumam.

"Lo ketemu sama dia di Garut?" Fatir mengusap pelipisnya, pura-pura berpikir. "Apa ini yang disebut jodoh pasti bertemu?" Fatir tidak bisa tidak tertawa, melihat sahabatnya seperti orang bodoh karena cinta menjadi hiburan tersendiri untuknya.

Rajendra mendengus, tidak ada gunanya berbicara dengan Fatir.  "Lo sama sekali nggak ngasih solusi, Tir." Rajendra berkata sinis.

"Abisnya, lo itu macem anak ayam kehilangan induknya, nggak jelas tujuan hidupnya." ucap Fatir setelah tawanya terhenti.

"Malya. Dia berbeda dari cewek yang biasa gue jadiin pacar. Terlalu banyak rahasia yang dia simpan." Pandangan Rajendra menerawang, mengingat pertemuan-pertemuannya dengan Malya.

"Dra, apa lo suka sama dia? atau lo cuma penasaran?" tanya Fatir langsung.

Mendapat pertanyaan seperti itu Rajendra tersentak. Dia menatap Fatir yang tengah bersedekap dengan wajah serius.

"Gue...gue nggak tahu, Tir." Terdengar desah frustrasi dari mulut Rajendra.

"Gue nggak nyangka lo sebego itu, Dra." Fatir menggeleng. "Apa lo nggak sadar kalo Malya udah buat lo jadi nggak fokus kerja? Lo jadi gelisah seharian macem orang sakaw? Apa lo masih nggak ngerti perasaan lo sendiri?"

Sekarang giliran Rajendra yang menggeleng. "Gue cuma khawatir sama dia. Apalagi--"

"Lo suka sama dia, Dra. Mungkin terlalu dini ngomong kayak gini, tapi nyatanya dia udah buat lo kayak sekarang. Malya punya kedudukan spesial di hati lo. Awalnya gue khawatir lo cuma penasaran sama dia."

"Gue harus gimana, Tir."

"Man, lo bener-bener nggak tertolong." Fatir menatap khawatir sahabat di depannya itu. "Lo temuin dia lah, atau minimal lo telepon dia. Otak lo pindah ke mana sih, Dra? Selangkangan?"

"Gue nggak punya alesan buat ketemu dia."

Sebelah alis Fatir terangkat. "Lo masih mikirin hal kayak gitu, Dra? Gue rasa kinerja otak lo emang udah nggak beres." Fatir tidak tahu bagaimana cinta bisa membuat kemampuan seseorang berpikir menjadi lambat dan cenderung bodoh.

Rajendra menyugar rambutnya. Kenapa segala sesuatu yang berhubungan dengan Malya membuatnya pusing. Suka? Apa Rajendra benar-benar menyukai Malya? Mereka bahkan tidak pernah tidak bertengkar ketika berbicara. Getaran di ponsel Rajendra membuyarkan segala pemikirannya tentang Malya. Satu pesan baru dari adiknya.

Setan Kecil : Mas, coba liat postingan awanhitam deh. Ada postingan baru! Cepet!

"Siapa?"

Rajendra mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap Fatir yang terlihat penasaran. "Adek gue. Dan nggak ada titip salam, gue bukan kurir cinta!"

"Dih, Abang ipar macem apa lo. Sadis banget. Bilang sama Rissa ada salam dari Babang Fatir yang tampan ya."

Rajendra mendecih mendengar perkataan Fatir. Kepalanya kembali menunduk menatap layar handphone. Jemari tangannya mengusap layar ponsel dan membuka aplikasi instagram. Tepat ketika itu, Rajendra melihat postingan dari awanhitam. Matanya sedikit melebar melihat foto tersebut, Rajendra mengerjapkan matanya berkali-kali, tapi foto yang terlihat tetap sama. Lekas lelaki itu berdiri. Melihat gelagat aneh dari Rajendra membuat Fatir penasaran.

"Mao ke mana lo?"

"Gue udah nemu alesan buat ketemu Malya." Satu sudut bibir Rajendra terangkat. Lelaki itu melangkah gegas ke arah pintu keluar.

Tunggu saya Malya.

***

Suara ketukan pintu mengusik konsentrasi Malya yang tengah mengeluarkan obat dari tempatnya. Hampir saja dia menjatuhkan botol obat. Perempuan itu menggeram kesal. Tidak mungkin pemilik kontrakan, karena dia sudah bayar dan ini juga sudah malam. Malya memutar pergelangan tangan kirinya. Demi Tuhan, ini sudah pukul sepuluh malam. Dengan langkah gontai Malya meletakkan botol obatnya di nakas dan berjalan ke pintu depan.

Tepat ketika pintu terbuka hal yang ingin dilakukannya setelah itu adalah menutupnya kembali. Namun gagal, karena tangan kekar lelaki itu sudah menahannya. Rajendra yang terlihat lebih berantakan, rambut ikal yang biasanya terlihat rapi sekarang menjadi kusut masai.

Untuk beberapa detik tatapan mereka saling bertemu.  Sebelum akhirnya Rajendra memutus kontak mata yang terjadi. Malya malam hari ini terlihat sedikit kacau dengan kantung mata dan wajah pucat. Tetapi entah kenapa, Malya yang hanya menguncir rambutnya asal dan kaos kebesaran yang dipakainya membuat perempuan itu terlihat seksi di mata Rajendra. Bibir perempuan itu sedikit terbuka karena terkejut. Buru-buru lelaki itu menggeleng dan menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering.

"Kamu mau ap--"

Tanpa diduga, Rajendra menarik tubuh Malya dan memeluk perempuan itu dengan erat. Awalnya Malya tidak tahu apa yang dialaminya, detik berikutnya perempuan itu seperti ditampar. Sekuat tenaga dia mencoba melepaskan pelukan Rajendra yang berakhir sia-sia.

"Apa kamu baik-baik saja?" Rajendra berucap lirih. Dalam satu tarikan napas, lelaki itu kembali berkata, "karena saya tidak. Ini buruk, Malya, saya terlalu merindukan kamu." Pelukan yang terasa kaku itu perlahan-lahan luruh. Dekapan yang awalnya ragu itu menjadi pasti. Tidak ada lagi jarak yang membentangi mereka. Entah bagaimana rasa nyaman yang kembali menyusup ke dalam hati Malya tidak lagi mengganggu benaknya. Dan untuk detik yang berjalan menjadi menit, dia tahu bahwa hubungan mereka akan berbeda mulai dari sekarang.

***

Roasting yang dalam bahasa inggris berarti memanggang,  ada beberapa tingkat roast (tingkat panggang) yakni Light Roast, Medium Roast, Medium-dark roast, dan Dark Roast and Beyond (sumber: https://majalah.ottencoffee.co.id/perbedaan-antara-light-medium-dan-dark-roast-pada-kopi/)

Catatan Penting

Yaaa, akhirnya saya bisa update. Ada yang masih nunggu cerita Rajendra-Malya? Maaf ya updatenya lama, sayanya malas banget mao nulis yawlah. 😅

Maka dari itu saya putuskan mulai minggu ini akan update setiap Sabtu dan Senin (dilakukan dalam rangka menghilangkan rasa malas saya. wkwkwk)

Salam,

Sarah

*buru buru lanjut revisi skripsi.

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 301K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
1.4M 68.4K 69
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
1.6M 7.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
3.2M 32.9K 30
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...