SCARY BLACK PINK

yoyossi tarafından

389K 31.5K 1.3K

[END] Bukan buku bergenre romance remaja kekinian. Hanya sebuah fantasi gue sendiri yang berimajinasi Black... Daha Fazla

PROLOG
#1 Jennie & Jisoo
#2 Lisa & Rose
#3
#4
#5
#6
#7
#8
#9 a
#9 b
#10
#11
Special Chap
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
#23
#24
#25
#27
#28
#29
#30
#31
#32
#33
#34
#35
#36
Epilog
sequel & series
THANK YOU 😭😍🎉
pls vote

#26

4.9K 513 38
yoyossi tarafından

udah nonton MV barunya BLACKPINK kan?




udah?



oke



Lanjut baca chap baru yang seminggu udah gak update ya, hihi
























35:00:00


Matahari sudah mulai masuk ke dalam kamar Jisoo. Ranjangnya sudah kosong, rapi dengan selimut yang terlipat dan bantal yang tersusun diatasnya. Gadis pemilik kamar itu sedang duduk di depan meja rias, memoleskan pelembab bibir. Dia tersenyum dengan refleksi dirinya di cermin. Mengagumi dirinya sendiri yang baru pertama kali terlihat rapi dengan tangannya sendiri.

Gadis itu keluar dari kamarnya, mengunci rapat pintu dan bergegas menuju tempat dia bekerja.

"Anyeonghasimnikka" sapa Jisoo.

Keluarga Song menghentikan aktifitas bersih-bersih mereka saat melihat Jisoo sudah datang lebih awal dari jam biasa dia datang.

"T-tumben unnie sudah datang. Lagi kesambet ya?" tanya Eunjin sedikit ketakutan.

"Kenapa? Tidak boleh ya?"

"Tidak, hanya saja beberapa hari kamu cuti kamu langsung banyak berubah. Apa kamu baru saja dapat wangsit?"

"Hahahaha" Jisoo tertawa renyah.

Keempat anggota keluarga yang berisi tuan dan nyonya song beserta kedua anaknya - Yunhyeong dan Eunjin - hanya diam terbengong diantara tawa Jisoo.

"Aku sekarang sedang bahagia. Coba deh kalian tebak"

Mereka mulai berpikir, menebak-nrbak sesuatu yang membuat Jisoo bahagia.

"Sudah kubilang, kamu pasti dapet wangsit" Yunhyeong mengulangi ucapan ngawurnya lagi.

"Ani, pasti Jisoo unnie dapet pacar baru"

Plak

Yunhyeong memukul kepala adiknya.

"Kamu kira Jisoo sama kayak kamu, mana ada yang suka sama cewek jarang mandi kayak dia"

"Nyatanya sekarang unnie sudah bersih, wangi lagi" ujar Eunjin sambil sedikit mengendus tubuh Jisoo.

Kedua Song bersaudara itu saling bersautan.

"Eunjin ada benarnya juga. Apa kamu sudah jadian dengan Bobby?" Tuan song menginterupsi dan berhasil mendapat perhatian semua orang disana, termasuk Song bersaudara yang tadi bertengkar.

Jisoo menggoyangkan kedua tangannya, mengelak pertanyaan tuan Song.

"T-tidak, aku tidak ada hubungan apapun dengan Bobby. Lagi pula kami tidak dekat"

"Kalau begitu apa dong? Cepat beritahu kami, aku tidak sanggup main tebak-tebakan" ujar nyonya Song menyerah.

Jisoo menghela nafasnya, "aku tinggal dengan ayahku lagi"

Keempat anggota keluarga itu saling menatap tak percaya lalu

"Yeaaaaaaaaaah"

Mereka mengerumuni Jisoo, memeluk gadis itu diantara mereka. Bersorak gembira untuk kebahagiaan Jisoo.

"Selamat unnie"

"Selamat nak, akhirnya kamu berkumpul lagi dengan ayahmu"

"Akhirnya bisa resmi ketemu ayah mertua"

Pelukan mereka merenggang disusul semua kepala yang menoleh ke arah Yunhyeong.


-oOo-


Rose dan Lisa sampai di sekolah, mereka disambut dua pria didepan kelas mereka.

"Bukankah kamu masih harus istirahat dirumah?" Donghyuk yang pertama menginterupsi.

"Aku tidak apa-apa, lihat ini"

Syuut

Kaki kanannya sudah berada di depan wajah Donghyuk, untungnya Lisa memakai legging jadi tak ada sesuatu terlarang yang dapat dilihat pria manapun.

Lisa menurunkan kakinya lalu menarik turun jaketnya dan bergegas masuk ke dalam kelas. Donghyuk pun mengekorinya dari belakang. Kini pemuda itu sudah berani terang-terangan memperlihatkan perhatiannya di depan umum.

"Beneran udah sembuh? Nggak lupa minum obat sebelum berangkat kan? Kenapa cuma pake jaket tipis? Harusnya pake mantel juga. Kalo tau kamu bakal berangkat ..." Donghyuk terus nerocos dan menanyakan pertanyaan beruntun tanpa sempat dijawab oleh Lisa.

Sedangkan Lisa harus berpura-pura tuli sambil terus berjalan menuku bangkunya.

Setelah mendaratkan pantatnya dikursi dan meletakkan tasnya di atas meja, Lisa menoleh. Menatap datar Donghyuk yang masih dengan aktivitas bak ibu-ibu overprotektif pada anaknya yang baru masuk taman kana-kanak.

"...mengerti?"

Lisa tetap diam tidak mempedulikan maksud Donghyuk justru memasang tatapan 'beneran sudah berhenti nerocosnya?'.

"Omma,"

"Hah?" Donghyuk melotot tidak mengerti.

"Aku manggil kamu, Eomma Dong"

Donghyuk tidak mengelak, dia justru mengangguk-angguk sambil menyunggingkan senyum yang mencurigakan.

"Karena kamu sudah memanggilku eomma, sekarang saatnya aku merawatmu. Sini kita harus sarapan dulu"

Lisa memutar bola matanya, duduk bersandar sambil menyilangkan tangan didada dan menatap keluar jendela.

Donghyuk duduk dibangku milik Rose, membuka tasnya dengan mengeluarkan isinya.

Sebuah kotak bekal tergeletak di meja diantara mereka. Bekal yang hanya berisi salad buah.

"Aaa" Donghyuk mengambil salad itu lalu mengarahkan ke mulut Lisa.

Lisa menelan ludahnya terlebih dahulu sebelumnya akhirnya membuka mulutnya dan menerima makanan dari Donghyuk.

Seluruh pasang mata tidak lepas dari aksi romantisme kedua insan yang duduk di pojok tengah kelas. Lisa bisa melihat jelas tatapan mata itu, tak percaya tapi banyak juga yang iri meski tanpa iringan tatapan sinis. Sedangkan Donghyuk tidak memikirkannya sama sekali, dirinya hanya menganggap matanya hanya bisa melihat Lisa saja di dunia ini.

Donghyuk masih melanjutkan menyuapi Lisa, namun suara cempreng dibelakangnya  mengusiknya.

"Kalau mau romantis-romantisan cari tempat lain aja"

Donghyuk mengerucutkan bibirnya, "bilang aja iri, Ros"

Donghyuk langsung beranjak dari duduknya dan pergi dengan membawa kembali barang-barangnya termasuk bekal yang masih belum habis dimakan Lisa.

Rose mulai memposisikan pantatnya, namun Donghyuk meringsut.

"Satu suapan lagi, Lis"


-


Rose yang tertinggal masuk kedalam kelasnya dengan gelagapan. Tapi dia kembali keluar menemui June.

"Kemarin kamu belum mengembalikan ponselku"

"Aku tak akan mengembalikannya sampai kamu membayar kesepakatan kita"

"Apalagi? Aku kan sudah memberi uang ongkos bus"

Tak.

June memukul kepala Rose menggunakan ponsel milik gadis itu.

"Unnie-mu menjajikan aku satu hal kemarin"

Rose mengusap-usap kepalanya yang sakit, "apa Jennie unnie?"

June mengendikkan bahunya, dia tidak tahu siapa nama unnie/noona yang menemuinya semalam.

"Kalau begitu ambil sendiri pada unnie, aku tidak ada urusannya"

"Ini aku sedang mengambil"

Rose menatap June penasaran.

"Kamu ingin apa?"

June mendekat ketelinga Rose.

"Kamu"

Tiba-tiba Jennie muncul ditengah-tengah dua insan itu.

"Aku sudah merestui kalian, bersenang-senanglah" Jennie mengerlingkan matanya sambil menjentikkan jarinya sebelum akhirnya pergi.

Rose dan June menatap kepergian Jennie tak percaya.

"Yuhuuuuu"

June melonjak-lonjak girang sedangkan Rose memutar bola matanya lalu masuk kedalam kelas dan menutup pintu kelasnya untuk menghalangi June masuk juga.


-oOo-


"Kenapa kamu berkeling pada mereka? Kamu saja tak pernah memperlakukan aku begitu"

Pemuda berhidung mancung itu mengusik Jennie. Tak henti-hentinya dia merengek karena perilaku Jennie yang tidak biasa terhadap orang lain.

"Kamu juga menginginkannya? Oke, nih"

Cling

Jennie mngerlingkan matanya.

Sedetik Hanbin terpana dengan mata Jennie, namun kesadarannya kembali lagi.

"Lagi"

Jennie kembali mengerlingkan matanya bergantian. Hanbin semakin terpana, dia menggoyang-goyangkan tubuhnya layaknya kucing yang menyukai elusan majikannya.

Tiba-tiba saja Hanbin menempelkan tangannya ke dahi Jennie.

"Apa kamu sakit?"

Jennie menggeleng, "kenapa?"

Hanbin terdiam, dia tak mungkin mengatakan "tumben bisa bersikap manis". Kalau kalimat itu lolos dari bibirnya bisa-bisa dia tidak akan diberikan perlakuan manis itu lagi.

"Tak ada, cepat ke kelas. Aku ingin belajar bersamamu lagi"

Hanbin mengalungkan tangannya ke lengan Jennie yang seharusnya para gadis biasa lakukan. Jennie pun hanya bisa berdecak pasrah.

Dilepasnya lengan itu dari tangan Hanbin lalu meraih bahu Hanbin dan hap

Jennie berada dipunggung Hanbin.

Untungnya Hanbin memakai tas slempang, jadi Jennie tidak merasa terusik saat berada di punggung Hanbin.

"Bin horse let's go!"


-oOo-


31:30:00


Jisoo berjalan dengan riang, tangannya terus melambai sambil membawa rantang yang berisi banyak makanan dari menu di restoran Song. Setelah selesai bergantian shift dengan Bobby dia langsung menuju ke kantor ayahnya. Bahkan hari ini dia juga absen kuliah hanya untuk menemui ayahnya.

Beberapa karyawan tercengang dengan kedatangan Jisoo. Banyak yang bertanya-tanya siapa gadis yang berjalan santai lalu masuk ke dalam lift pribadi bos mereka yang diberi password. Mereka saling menebak, apakah dia calon istri baru bos mereka? Apakah hanya pembantu pribadi yang mengirim makanan? Dan satu-satunya pertanyaan paling benar. Apakah gadis itu anaknya yang telah berpisah?

Ceklek

"Ayah~"

Jisoo meletakkan rantangnya di meja tamu lalu memeluk ayahnya yang masih duduk di kursi kerjanya. Jisoo duduk dipangkuan pria itu.

"Turun, kamu sudah besar. Apa tidak malu? Sekarang kamu juga sudah berat. Kamu pasti banyak makan ya?"

Jisoo turun dari pangkuan ayahnya sambil terkekeh.

"Sudah tahu malah nanya. Makanku tidak hanya banyak, tapi berkali-kali"

Jisoo sudah mencomot camilan yang tergeletak di meja. Dia membuka rantang makanannya tidak lupa mengambil mangkuk yang ia bawa di dalam tasnya dan menata makanan.

"Ayah sini makan dulu"

"Suapi?" pinta CEO Kim sambil berjalan menghampiri Jisoo.

Jisoo mengerucutkan bibirnya.

"Okedeh" senyuman mulai merekah dibibir gadis itu.

Sesi suap-suapan makan telah selesai. Jisoo keluar dari ruangan ayahnya untuk mengambil air putih yang telah habis.

"Hei. Apa kamu anak dari Bos Kim?" tanya seorang OB di dalam dapur kantor.

"Menurut oppa?" tanya Jisoo seduktif.

Kedua OB yang masih terlihat muda itu berebut menebak.

"Pasti bukan"

"Keponakannya ya?"

"Atau adik Bos Kim?"

Jisoo selesai mengisi air di dalan botolnya.

"Selamat bekerja" Jisoo pergi meninggalkan kerlingan mata kearah dua pemuda itu.

Jisoo sudah kembali ke dalam ruangan ayahnya.

"Kenapa lama sekali?"

"Aku tadi nyasar" jawab Jisoo asal.

Jisoo menuangkan air ke dalam gelas ayahnya.

"Ayah, aku belum bisa pulang" ucapnya sambil menyerahkan gelasnya pada CEO Kim.

CEO Kim meneguk minumannya.

"Kenapa? Apa rumahnya terlalu menyeramkan? Kalau begitu kita pindah saja"

Jisoo menggeleng.

"Besok aku ada rekreasi kejuruan. Katanya sih seminggu"

"Kalau begitu nanti malam kamu tidur di rumah dulu, biar keperluanmu besok asisten ayah yang akan menyiapkan. Ayah akan menunda keberangkatan di China untuk menemanimu di rumah"

"Jangan!"

CEO Kim menautkan alisnya.

"Aku tidak ingin mengganggu pekerjaan ayah. Aku sudah besar"

"Tch, siapa yang sudah besar. Kamu saja hari ini bolos kuliah kan?"

Jisoo hanya terkekeh.





••••



Setelah cerita ini selesai ada yang masih mau baca ceritaku yang lain?

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

193K 21.3K 41
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
102K 10.4K 23
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...
746K 55.3K 51
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
292K 25.7K 50
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...