Pelangi ✖ idr

By cthxidr

54.8K 3.8K 195

Pelangi. Sebuah fenomena alam yang sangat indah. Semua orang menyukainya. Sangat menyukainya. Termasuk aku, g... More

Hai, para pembaca!
prologue
satu; sma
dua; jalan kaki?
tiga; gudang
empat; awal
lima; damai?
enam; dingin
tujuh; mencair
sembilan; Awan
sepuluh; rahasia

delapan; Oh malam, sampaikan sayangku untuk Dia.

3.4K 252 32
By cthxidr

Selepas kejadian di Mall waktu itu, Iqbaal dan Pelangi mulai terlihat seperti seorang teman. Mereka sudah jarang adu mulut, ya, masih cukup sering, sih. Tapi selalu berakhir dengan Iqbaal yang malah gombal ke Pelangi. Dan Pelangi yang malah merah pipinya.

Seperti sekarang ini, Pelangi malah senyum-senyum sendiri. Bella dan Steffi hanya memutar mata mereka karena tahu alasan Pelangi seperti ini.

Pelangi sedang jatuh cinta.

Keduanya yakin, Pelangi memang sedang Jatuh Cinta. Tetapi Pelangi selalu saja mengelak. Padahal orang tuli juga bisa lihat kalau Pelangi itu lagi kasmaran. Ya, emang, orang tuli bisa lihat. Iya, bisa. Heh, ini kok receh banget. Pada ketawa nggak sih?

Lupain, deh.

Yang Bella lihat, Pelangi sekarang udah jarang nguncir rambutnya. Pelangi lebih sering menggerai rambut hitam indahnya. Itu adalah hal yang mengejutkan satu sekolah, karena Pelangi itu jarang banget buka kunciran rambutnya, paling-paling kalau habis olahraga. Itupun di toilet cewek, keluar dari sana, ya dikuncir lagi.

"Lo suka sama Iqbaal?" Satu kalimat yang meluncur dari mulut Bella membuat Pelangi terbelak kaget.

Emang keliatan gitu banget, ya?. Pelangi mengerenyit heran. "Iyaa.. kali."

"Ngi, serius! Lo beneran suka sama cowok bar-bar itu?" Tanya Steffi kaget. Pelangi hanya tersenyum dan mengangkat kedua bahunya. "Akhirnyaaa! Pelangi suka sama cowok!"

"Siapa!?" Suara cowok yang mereka bicarakan tiba-tiba muncul, reflek ketiganya menoleh dan diam. "Lah, pada diem. Ngi, siapa anjir? Gila, lo suka sama cowok? Ah gila."

"Heh! Emang lo kira gua nggak bisa suka sama cowok, apa! Songong banget." Pelangi berdecak.

Iqbaal terkekeh lalu naik ke mejanya. "WOY WOY! LO SEMUA HARUS TAU! KALAU PEL—ANJING WOY!"

Pelangi menggoyang-goyangkan kaki Iqbaal, membuat Iqbaal hampir kehilangan keseimbangannya dan tidak melanjutkan ucapannya. "NGI SUMPRET LU! KALAU GUA JATOH GIMANE!"

"Bodo," Pelangi malah melet. "Udah turun! Mulut lo toa banget, sih. Ngalahin suara Kinan yang mirip speaker buat DWP-an."

"Heh gua denger ya!" Suara Kinan menggelegar. Mungkin anak IPS bisa denger suara Kinan kalau lagi teriak-teriak di koridor IPA.

Pelangi nyengir dan menaikkan kedua jarinya untuk damai. "Ampun, mbak Kinan."

Iqbaal loncat ke depan Pelangi. "Lo beneran suka cowok? Wah, Ngi, selamat!"

Pelangi memutar matanya. Ia kembali duduk di bangkunya, di sebelah Bella.

"Ngi, heran gue, beneran dia bisa bikin lo kesemsem gini?" tanya Steffi dengan bisikan. Pelangi tertawa kecil.

"Kayak apapun dia, tetep aja, selalu bisa bikin gua senyum dan deg deg-an sendiri." ucap Pelangi sambil tersenyum lagi.

Bella dan Steffi saling pandang dan tersenyum kecil. Ya, semoga saja, sahabat mereka itu tidak akan merasakan sakit sedalam cinta yang Ia punya.

***

Saat bel istirahat pertama berbunyi, Aliya–anak sebelas IPA satu–tiba-tiba mendatangi Pelangi dan bilang kalau Pelangi di panggil sama Pak Budi. Pelangi langsung aja ngacir ke Ruang Guru.

Ternyata, Pak Budi ngasih surat pemberitahuan ke Pelangi. Dan surat itu bener-bener bikin Pelangi teriak, loncat-loncat, kesenengan sendiri. Pelangi tersenyum dan melangkah dengan riangnya. Ia akan menuju kantin, menuju Steffi dan Bella di sana. Di tengah perjalanan, Pelangi bertemu dengan Iqbaal yang sedang asik meminum kopi hitamnya.

Iqbaal melihat Pelangi yang terlihat sedang sangat sangat senang. "Eh eh, Emak lagi seneng nih kayaknya. Kenapa, nih?"

Pelangi hanya tersenyum dan tanpa aba-aba langsung memeluk Iqbaal. "Baal, gua seneng bangeeet!"

Wajah Iqbaal sekarang kayak orang bego. Cengo karena tiba-tiba Pelangi meluk dia. Pelangi melepas pelukannya, sadar dengan apa yang dia lakukan, Ia tersenyum gugup.

Malu-maluin astaga.

Eh, sekalian modus sih, hehehe sabi.

"Kenapa, deh?" Iqbaal kembali bertanya.

Pelangi masih saja tersenyum dengan lebar, dan juga manis. Membuat Iqbaal ikut tersenyum. "Jangan senyum lagi dong, kopi gua mendadak manis nih."

Senyuman Pelangi bertambah lebar. "Apaan, deh. Danta."

Iqbaal lagi-lagi nyengir. "Kantin?" Pelangi mengangguk. Iqbaal tiba-tiba menekuk lengan kirinya dan menegapkan tubuhnya bak seorang pangeran.

Pelangi hanya mengerjapkan matanya dan memandang Iqbaal heran. "Ngapain lo?"

Iqbaal sontak menoleh ke arah Pelangi dan lengannya langsung Ia turunkan. Ia memasang wajah kesal (sok) di imut-imutkan. "Itu gua ngajak gandengan, Ngi, astaga."

"Oalaah! Bilang, dong!" Pelangi tertawa kecil. "Yaudah, yok." Pelangi menggandeng lengan Iqbaal menuju kantin.

Kali ini, giliran Iqbaal yang tersipu malu. Pelangi tertawa keras. "Baal muka lo!"

"Kenapa? Ganteng, ya? Iya gua tahu kok, makasih makasih."

Mungkin karena suasana hati Pelangi yang sedang baik, Pelangi tidak memperlihatkan wajah jijiknya, malah dia tersenyum. "Iya, lo ganteng, iya."

***

"Ngi," panggil Iqbaal saat mereka sedang di duduk di meja kantin. "Lo cantik deh, kalau senyum terus. Gini terus, ya, Iqbaal makin cinta, deh."

Pelangi melempar kacang yang sedang Ia makan. "Jangan gombal deh, gua lagi makan nih."

"Lah, emang kenapa kalau lo lagi makan?"

"Gua takutnya nanti gua muntah."

Iqbaal terbelak. "Jahaat banget," Bibirnya Ia majukan satu centi. Tiba-tiba, ada yang menggeplak bibirnya itu. "Bangsat, Tyo!"

Tyo dan Pelangi tertawa keras. Tyo bahkan sampai terjatuh duduk sangking ngakaknya.

"Sono, lu! Kutil badak emang." Tyo berlari menjauh dari Iqbaal yang sudah siap akan melemparkan botol teh bekasnya ke arah Tyo jika Tyo tidak pergi. "Sumpah, sakit ini."

Pelangi masih saja tertawa. Ia mengusap kedua pipinya. "Haduh, nangis gua."

Iqbaal yang gemas langsung menyubit pipi kiri Pelangi. "Lucu, deh."

Sambil mengusap pipi kirinya, Pelangi menatap Iqbaal kesal. "Gua balik nih." Pelangi bangkit.

"Eh," Iqbaal ikut bangkit dan menahan kedua lengan Pelangi–menyuruhnya untuk duduk. Iqbaal nyengir.

"Kaki lo sakit, nggak?" tanya Iqbaal. Pelangi menggeleng heran. "Bisa jalan?"

"Bisa." Jawab Pelangi.

"Oke, nanti malem jalan ya." Setelah itu, Iqbaal langsung ngacir dari meja mereka.

Pelangi berteriak. "BASI BAAL GAYA LO!"

"POKOKNYA MALEM NANTI YA!" Iqbaal berteriak sambil berjalan, tapi kepalanya menghadap ke arah Pelangi. Sampai tubuhnya menabrak seseorang.

"Kenapa, Iqbaal?" Mampus. Itu, 'kan, suara Bu Lani. Guru BK yang punya senyuman segala makna; sangat manis untuk Pak Rio–guru olahraga mereka–, dan sangat menyeramkan untuk semua murid SMA Garuda.

"Eh, Ibu cantik. Anu bu, saya—" Iqbaal gelagapan. "Saya mau ke kelas kok, Bu. Permisi Bu."

Iqbaal langsung lari terbirit-birit setelah itu, Pelangi bangkit sambil tertawa kecil. Saat melewati Bu Lani, Ia salim dan pamit ke kelas.

Iqbaal emang selalu punya cara buat bikin Pelangi tersenyum.

***

Malamnya, Pelangi sudah siap dengan pakaian yang simple. Kemeja polos berwarna pink pastel yang kedua lengannya dilipat dua kali, lalu jeans hitam. Jam hitamnya terpasang manis di pergelangan tangan kirinya. Tas jansport kecil berwarna hitam dan pink Ia bawa.

"PELANGI, ITU IQBAAL UDAH DATEENG!" Bulan berteriak dari bawah.

Pelangi bergegas memakai parfumnya, lalu mengambil sepatu vans kesukaannya dan memakainya secepat kilat. Ia menuruni anak tangga dengan terburu-buru.

Pelangi langsung salim dengan Bulan. "Ma, Pelangi pergi dulu ya."

Bulan mengangguk. "Jangan malem-malem pulangnya. Hati-hati." Pelangi mengangguk dan menghampiri Iqbaal yang menunggu di teras depan rumah.

Iqbaal sama seperti Pelangi, memakai kemeja polos–hanya saja berwarna biru dongker–yang dilipat sampai siku, lalu jeans hitam. Iqbaal juga memakai jam berwarna hitam di tangan kirinya, tapi dia tidak membawa tas. Sepatu adidas hitamnya membuat penampilan Iqbaal lebih sempurna.

"Eh, sama nih kita bajunya, mantap kali lah, jodoh namanya ini." Iqbaal mengucapkan itu dengan logat batak sambil menunjuk Pelangi juga dirinya. "Jalan kaki, nggak papa, 'kan?"

"Nggak apa-apa, kok. Mau kemana, emang?" jawab dan tanya Pelangi.

[puter lagu yang di mulmed]

Iqbaal hanya tersenyum lalu menawarkan tangan kirinya untuk digandeng.

Pelangi ikut tersenyum lalu menggandeng tangan kiri Iqbaal. Ramai-nya kota Jakarta dan gemerlapnya lampu jalan membuat kesan romantis tersendiri untuk mereka.

Senyum mereka sedari tadi tidak pernah pudar. Kadang mata mereka saling melirik satu sama lain. Pelangi heran sendiri, kenapa juga dia bisa suka sama Iqbaal. Padahal awalnya, Pelangi tuh benci setengah mati sama Iqbaal. Karena sikap Iqbaal ituloh, yang nyebelinnya kebangetan.

'Benci sama cinta tuh beda tipis.'

Pelangi menyetujui itu. Semakin Pelangi membenci Iqbaal, ternyata, malah membuat Pelangi jatuh ke dalam pesona Iqbaal. Pesona cowok slengean kayak Iqbaal. Tapi yang Pelangi takutkan adalah saat Pelangi sadar bahwa dia jatuh cinta sendirian. Ya, tapi mau gimana lagi, kalau kita sudah mau untuk jatuh cinta, itu berarti kita harus siap untuk jatuh dan sakit sendirian.

Rambut hitam Pelangi yang sengaja Ia gerai terbang karena semilir angin malam. Iqbaal tiba-tiba berhenti dan menghadap Pelangi, tanpa melepaskan tangan mereka yang bergandengan. Tangan kanan Iqbaal terangkat untuk menyelipkan rambut Pelangi ke telinga.

Keduanya saling tatap lalu terkekeh. Tapi kalau begini, susah juga buat Pelangi move on dari Iqbaal. Tingkah Iqbaal yang sederhana tapi manis itu udah mengikat Pelangi.

Iqbaal, laki-laki itu nggak pernah lepas dari pikiran Pelangi. Senyuman Iqbaal, tawanya, tingkah konyolnya, wajahnya, semuanya selalu terputar layaknya sebuah vidio indah. Dan Pelangi tidak mau kehilangan itu. Pelangi ingin Iqbaal selalu ada untuknya.

Pelangi jatuh,

Dan Pelangi berharap itu adalah hal yang baik.

Pelangi yakin, Iqbaal bukan sosok yang suka menyakiti seorang wanita. Iqbaal sangat menghargai wanita. Dan itu termasuk salah satu daya tarik Iqbaal bagi Pelangi.

Menurut Pelangi, Iqbaal itu sederhana. Kesederhanaan Iqbaal itulah, yang membuat Pelangi jadi cinta sama Iqbaal.

Pelangi, gadis dengan senyuman manis itu selalu bisa membuat Iqbaal jantungan.

Iqbaal tersenyum sambil menatap Pelangi. Dulu, Pelangi itu nggak lebih dari cewek bawel yang berisik dan jutek parah menurut Iqbaal. Tapi sekarang, mungkin Pelangi udah segalanya buat Iqbaal.

Keduanya sama-sama termakan omongan mereka sendiri, tentang mereka yang tidak akan pernah bisa saling menyukai.

Sebenarnya, Iqbaal belum bisa mengatakan bahwa ia jatuh cinta. Ia takut menyakiti Pelangi. Karena Pelangi adalah wanita kedua setelah Ibunya, yang sangat Ia sayangi, hormati, dan hargai.

Iqbaal melanjutkan langkahnya dan membawa Pelangi ke tempat makan outdoor. Di tengah-tengah tempat makan itu, ada panggung kecil yang disediakan untuk hiburan musik. Iqbaal menyuruh Pelangi untuk duduk di salah satu meja untuk dua orang yang ada di sana.

"Mau pesen apa?" Setelah suasana hening yang sedari tadi menyelimuti mereka, akhirnya Iqbaal angkat suara.

Pelangi menatap seluruh makanan yang ada di sini. "Gue ayam bakar aja, deh. Bilangin nggak usah dikasih sambel ya. Minumnya jus alpukat." Iqbaal mengangguk lalu pergi memesan makanan mereka. Tak lama, Iqbaal kembali dan duduk di depan Pelangi.

Terlihat beberapa orang mulai bersiap di atas panggung. Pelangi menyapu pandangannya ke seluruh tempat. Iqbaal tersenyum dan mengeluarkan ponselnya. Dengan diam-diam, Ia memfoto Pelangi secara candid. Setelah itu, Ia menaruh ponselnya di atas meja dan menatap Pelangi. Sadar diperhatikan, Pelangi ikut menatap Iqbaal.

"Kenapa?" tanya Pelangi. Iqbaal menggeleng sambil tersenyum.

"Oh iya, yang tadi di sekolah, lo kenapa? Kok seneng banget?" Tanya Iqbaal.

Pelangi tersenyum dan menaikkan kedua alisnya. "Rahasia."

"Ih, mainnya rahasia-rahasiaan. Ngambek ngambek."

"Apaan, deh." Pelangi terkekeh. "Sumpah ya, kamu nggak cocok sok ngambek gitu."

Iqbaal mengerjap. "Hah? Eh? I-Iya. Apa?"

Pelangi terkekeh geli.

"Kamu cantik." Iqbaal tersenyum. "Eh, elo, kamu, eh."

Tawa Pelangi semakin keras, sampai-sampai matanya menyipit. Iqbaal menggaruk tengkuknya karena malu. Sikap Iqbaal yang seperti inilah, yang membuat Pelangi semakin merasa beruntung menjatuhkan hatinya kepada Iqbaal.

Untuk Iqbaal sendiri, menatap mata Pelangi adalah kesejukan tersendiri untuk hatinya. Iqbaal bersumpah akan membuat Pelangi terus bahagia, dia tidak akan pernah membuat mata itu menangis karenanya.

Keduanya saling tatap, saling melemparkan senyum, saling menyampaikan rasa sayang mereka lewat mata. Malam ini jadi saksi bisu, saat dimana mereka mulai tahu apa yang sebenarnya mereka rasakan selama ini. Kebersamaan mereka selama ini, ternyata mendatangkan sebuah perasaan hangat untuk mereka.

"Jangan ada yang berubah, ya. Aku mau kita kayak gini terus." Ucap Iqbaal. Pelangi mengangguk dua kali. Sadar suasananya menjadi canggung, Iqbaal berdehem. "Udah udah, makan aja makan." Iqbaal berusaha mengalihkan pembicaraan mereka. Pelangi tertawa sebentar lalu memakan ayam bakarnya.

Setelah itu, hening. Hanya ada suara di sekitar mereka, termasuk suara orang yang ada di atas panggung. Setelah itu, lagu Next To You terdengar.

You've got that smile
That only heaven can make
I pray to God to everyday that you'd keep that smile

Iqbaal melirik Pelangi di hadapannya. Seulas senyum muncul di wajah Iqbaal. Senyum milik Pelangi, adalah senyum terindah yang pernah Ia lihat. Setelah senyum milik ibunya, tentunya.

Lagu masih mengalun. Menghanyutkan kedua insan ini ke dalam lamunan mereka masing-masing.

Pelangi meminum jus alpukatnya sambil menatap Iqbaal yang sedang senyum-senyum sendiri. Tiba-tiba Iqbaal mengadah menatap Pelangi dengan senyuman–yang parah banget manisnya. Pelangi jadi ikut tersenyum karena itu.

Iqbaal ikut bernyanyi. "And baby everything that I have is yours. You will never go cold or hungry. I'll be there when you're insecure. Let you know that you're always lovely. Girl, cause you are, the only thing that I got right now."

Iqbaal menggemgam tangan kiri Pelangi dengan tangan kanannya. Lalu kembali bernyanyi. "One day when the sky is falling, I'll be standing right next to you. Right next to you."

(Next To You - Chris Brown;Justin Bieber)

Rasanya Pelangi tidak ingin mengakhiri malam ini. Malam ini benar-benar yang terindah.

Oh malam, sampaikan sayangku untuk dia.

***

Iqbaal mengantarkan Pelangi pulang. Sama seperti tadi, mereka saling berpegangan tangan. Bedanya, kini mereka tidak diam. Justru mereka saling mengobrol, dan tak jarang Iqbaal melontarkan lawakan yang kadang lucu kadang tidak.

Sesampainya di rumah Pelangi, masih dengan berpegangan tangan, keduanya berhadapan.

"Makasih, ya." Pelangi tersenyum. Iqbaal terkekeh dan melangkah selangkah lebih dekat. Tangannya mencubit pelan pipi kanan Pelangi. "Ih, kenapa dicubit!"

"Lucu aja, Pelangi yang biasanya jutek banget, ternyata bisa jadi semanis ini." Ucap Iqbaal membuat wajah Pelangi memerah. "Jangan berubah, ya."

"Harusnya aku yang bilang gitu!" Pelangi tidak terima. Enak saja. Yang sering berubah, 'kan Iqbaal. Jangan dia pikir Pelangi sudah lupa dengan kejadian seminggu yang lalu.

Iqbaal terkekeh ketika melihat Pelangi mengembungkan kedua pipinya. Ia mencolek hidung Pelangi. "Gemes."

Cekrek!

Keduanya sontak menoleh dan menangkap Bintang yang terbelak kaget.

"Lah, anjing, kapan gua nyalain deringnya. Perasaan tadi gua silent." Bintang menggaruk kepalanya lalu nyengir watados ke arah Pelangi dan Iqbaal. "Hehe, masuk dulu yak gua."

Pelangi menggigit bibir bawahnya. "Eee.. aku masuk ya."

Iqbaal tersenyum kikuk. "A-Aku juga mau p-pulang, kok. Hehe," Iqbaal melepas gandengan mereka. "Yaudah, aku balik, ya."

Pelangi mengangguk. Iqbaal berbalik. Baru dua langkah, Pelangi memanggil Iqbaal membuat Iqbaal langsung berbalik.

Cup.

Iqbaal terbelak kaget dan menatap Pelangi yang tersenyum malu lalu langsung masuk ke rumahnya. "MAKASIH YAA, BAAL!"

Masih shock, Iqbaal menyentuh pipi kanannya. "Kagak cuci muka setahun gua." Iqbaal berbalik dan melanjutkan langkahnya.

"Monyet, dah, pipi gua kenapa panas."

***

Pelangi hari ini berangkat sekolah dengan Bella dan Steffi. Sudah lama Ia tidak bersama kedua sahabatnya.

Tiga serangkai itu membelah koridor yang ramai. Ketiganya cukup terkenal karena paras mereka yang cantik, mereka juga terkenal ramah juga berprestasi. Ya, kalau anak zaman sekarang, sih, bilangnya 'bestfriends goals'.

"Mantap, Stef. Cepet amat lu move on-nya. Udah dapet Ado aja." ejek Bella. Ya, Steffi kini taken dengan Ado. Anak SMA Merah Putih.

Steffi hanya nyengir. "Hari ini istirahat pertama sama kedua, gua yang bayarin." Bella dan Pelangi bersorak senang. Ketiganya lalu tos dan melanjutkan langkah mereka.

"Kak Pelangi?"

Pelangi tersenyum ketika namanya dipanggil. "Iya?"

Seseorang ber-name tag Dania T. Annisa terlihat tersenyum manis menatap Pelangi. "Kakak sekelas sama Kak Iqbaal?"

Pelangi mengangguk.

"Aku boleh nitip sesuatu, nggak?" Pelangi mengangguk lagi. Tapi dengan sedikit ragu. Dania memberikan satu kantung plastik yang Pelangi yakini di dalamnya ada titipan untuk Iqbaal. "Bilang aja dari Dania, kelas sepuluh IPS empat, Kak."

Pelangi menerimanya. "Kenapa kamu nggak ngasih langsung ke Iqbaal?"

"Aku takut."

Pelangi ingin bertanya, tetapi Ia takut tidak sopan. Jadinya Ia hanya tersenyum kecil. "Yaudah, nanti aku kasih ke Iqbaal. Ada salam lain?"

Dania menggeleng. "Itu aja, Kak. Makasih ya, Kak Pelangi, Kak Bella, Kak Steffi." Dania tersenyum manis. Gadis mungil berkerudung itu lalu pergi ke arah gedung IPS.

Pelangi, Bella, dan Steffi melangkah ke dalam kelas. Sesampainya di kelas, setelah menaruh tas, Pelangi menghampiri Iqbaal yang sedang berkumpul di belakang kelas.

"Baal," panggil Pelangi. Iqbaal menoleh lalu menghampiri Pelangi. "Ada titipan." Tangannya menyerahkan bingkisan dari Dania.

"Dari siapa?"

"Dania, anak sepuluh IPS empat."

Iqbaal manggut-manggut, lalu tersenyum. "Makasih, ya." Pelangi balik tersenyum dan kembali ke tempatnya.

Satu pertanyaan Pelangi, siapa Dania?

***
Sabtu, 15 Oktober 2016.
2:24 p.m.

a/n; vote sama komen yaaa!! inspired by; film Ada Cinta di SMA and khayalan tinggi Rani. Btw, Udah pada nonton Ada Cinta di SMA belum? Kalau belum, buruan tonton! Baper bareng-bareng😜

Continue Reading

You'll Also Like

53.6K 8.4K 52
Rahasia dibalik semuanya
1M 84.9K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
56.5K 4.1K 27
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
164K 15.6K 38
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...