Love You to Death... ( F.Alan...

By luisanazaffya

725K 51.5K 2.3K

Fiona menoleh ke arah Frian yang sudah duduk di kursi pengemudi dan hanya menatap ke depan dengan tatapan dat... More

1. Fiona Mikaela
2. Frian Alandra Sagara
3. Deal?
4. Undecided
5. Really Love You
Silsilah
6. Need You
7. Enough!!!
8. I do
10. Irony
12. Will Never Regret it All
15. Can Not Ignore Our Feelings
16. Tried to be Sincere
19. Undesirable
20. Madly Jealous?
21. Sorry, I Love You
24. Restlessness
25. Gossip
28. Miss Him
29. Try to Accept
32. Run to You
33. What Have I Done to Her?
36. Give Me Time to Love You
37. Promise Me
38. A Piece of Happiness
39. It's too Painful
40. Trust
Ebook

11. Be Strong (Take Heart)

15K 1.6K 25
By luisanazaffya

Love you to death...

###

Part 11

Be Strong (Take Heart)

###

Fiona merasa canggung dengan keseluruhan tampilan dirinya untuk menghadiri pesta perayaan perusahaan SAGARA GROUP yg ke 43. Bagaimanapun, Ini semua bukanlah dirinya. Gaun sutra hijau zamrud yg sangat melekat di setiap lekuk tubuhnya sampai di paha, lalu berjumbai dengan sangat anggun ke bawah dengan belahan di samping yg memamerkan kulit kakinya yg putih mulus.

Ia merasa sangat beruntung gaunnya ini tidak terlalu terbuka dan sependek seperti beberapa pilihan Frian yg telah ia tolak mentah-mentah karna membuatnya terlihat murahan memamerkan hampir seluruh bagian tubuhnya yg menurut pendapat Frian gaun itu malah menunjukkan kecantikan yg bla bla bla...

Walaupun gaun yg di pakainya saat ini menunjukkan sebagian kulit punggungnya yg terbuka, setidaknya gaun ini masih terlihat sopan dan panjang bagi dirinya untuk menemui calon mertuanya.

Dan dengan model rambut tatanan hairstyles profesional yg memamerkan anting rubi di telinganya, kalung dan gelangnya yg tampak berkilauan di leher dan pergelangan tangannya. Membuat Fiona semakin tidak mengenali dirinya saat Fiona menatap bayangan dirinya di cermin. Bayangan itu bukanlah dirinya, bayangan itu adalah wanita milik seorang Frian Sagara.

'Ya, inilah diriku. Wanita milik seorang billionaire muda dan sukses, Frian Alandra Sagara.'

"Apa kita terlambat?" Tanya Fiona ketika mereka baru saja keluar dari SUV hitam Frian yg baru saja di parkir di basement gedung tempat pesta itu di rayakan.

Frian melirik jam tangannya yg menunjukkan pkl 08.05 PM

"Hanya terlambat lima menit." Jawab Frian ringan. Lalu meraih pergelangan tangan kanan Fiona dan mengaitkannya di lengan kirinya. Namun Fiona menarik tangannya kembali sebelum Frian sempat menurunkan tangannya sendiri.

"Semua orang akan memperhatikan kita." Kata Fiona malu.

"Ya, mereka punya mata." Jawab Frian ringan dan kembali meraih tangan Fiona untuk di kaitkan di lengan kirinya kembali dan tentunya dengan sedikit pemaksaan. Membuat Fiona menyerah.

Saat menunggu lift, tiba-tiba terdengar dering ponsel dari dalam dompet mewah yg di pegang Fiona. Wajahnya sedikit membeku saat melihat caller id yg tertulis di layar ponselnya yg berkelap kelip meminta respon si pemilik. Ia melirik sejenak wajah Frian yg tampak acuh dengan siapa ia akan bicara, sebelum menjawab panggilan itu.

"Hallo..."

"Hai,Fiona." Sapa suara maskulin milik Brian yg ada di seberang. "Apa kau sudah berangkat?"

"Ee...iya. Aku...aku sedang menunggu lift untuk naik ke atas." Jawab Fiona dengan kecanggungan yg berusaha di sembunyikannya dari nada suaranya.

"Benarkah? Aku berniat menjemputmu, tapi sepertinya tidak perlu." Terdengar nada kecewa milik Brian yg selalu membuat hatinya merasa bersalah. Ia benci membuat Brian kecewa, tapi ia harus menahan perasaan itu karna bagaimanapun pilihannya saat ini akan membuat lelaki itu lebih kecewa daripada ini nantinya.

"Maaf. Aku tidak tahu kau akan menjemputku." Jawab Fiona dengan hati yg perlahan mulai di kokohkannya dari perasaan bersalah yg mengusiknya setiap ia berbicara dengan Brian semenjak ia menetapkan pilihannya.

"Apa kau pergi dengan temanmu?"

'Tidak, aku pergi dengan kekasihku.' Jawab Fiona dalam hati. Ia masih tidak sampai hati untuk memberitahu Brian lewat telfon. Dan sepertinya ia harus segera memberitahu Brian tentang pilihannya. "Iya. Aku pergi dengan seseorang."

"Baiklah. Kita bisa bertemu di sana."

"Ya, aku akan menemuimu di sana." Fiona mendengar bunyi ting yg menandakan pintu lift di depan mereka telah terbuka. "Maaf, Brian. Sepertinya aku harus pergi."

"Ya,  sampai ketemu nanti."

Fiona memutus panggilan tersebut dan memasukkan ponselnya kembali ke dalam dompet sebelum mengikuti langkah Frian untuk masuk ke dalam lift.

"Apa kau masih akan sempat bertemu dengannya?" Tanya Frian ketika pintu lift sudah bergeser tertutup dan naik.

"Kita bertemu dengan Mamamu setelah acara selesai, bukan."

"Ya, tapi aku ingin kau menemaniku selama pesta berlangsung."

"Ya, aku akan menemanimu jika kau memberiku waktu beberapa saat untuk diriku sendiri."

Frian mengedikkan bahunya dan tersenyum kecil mendengarkan jawaban Fiona, "Negosiasi yg bagus, Fiona. Apakah lima menit cukup?"

Fiona memandang Frian dengan ekspresi 'yg benar saja' nya.

Frian hanya mengedikkan bahunya ringan. "Aku akan memperkenalkanmu sebagai calon istriku. Bukankah tidak baik jika orang lain melihatmu dengan pria lain."

Fiona terdiam. Sedikit kesal dengan kebenaran kata kata Frian. Posisinya saat ini memang lebih banyak menyorot perhatian orang lain. Ia harus belajar menyesuaikan diri.

Terserahlah apa maunya pria berkepala batu itu. Pikirnya mengalah. Lagipula ia terlalu sibuk mengkhawatirkan bagaimana dan apa yg harus ia lakukan maupun yg harus ia katakan pada orang tua Frian, terutama Mamanya. Fania Evanna Sagara. Wanita paruh baya itu selalu membuatnya terasa terintimidasi tanpa alasan yg jelas dengan semua aura tubuhnya dan tatapan tajamnya. Efek sama yg selalu di timbulkan putra satu-satunya keluarga Sagara, Frian terhadap dirinya.

Semakin detik berlalu membuatnya menyadari bahwa waktu yg ia miliki untuk bertemu dengan wanita itu membuatnya semakin berkurang. Belum lagi bagaimana reaksi orang-orang yg hadir di pesta itu nantinya, membuat jantungnya berdetak dengan sangat mengganggu. Ini memang bukan pertama kalinya ia menghadiri pesta tak kalah mewahnya seperti pesta ini, tapi ini pertama kalinya ia datang ke sebuah pesta dengan menggandeng seorang lelaki sebagai kekasihnya.

Apalagi lelaki itu adalah lelaki mencolok yg membuat sebagian besar wanita akan membuatnya melihat untuk kedua kalinya dan kemudian menatapnya berlama-lama dengan senang hati, kecuali dirinya. Paling tidak ia punya alasan yg masuk akal untuk tidak tertarik dgn semua yg dimiliki oleh lelaki ini tanpa kesepakatan yg telah lelaki ini tawarkan padanya.
"Apa kau gugup?" Tanya Frian sambil menggenggam jemari Fiona yg menggenggam lengannya dengan begitu keras dan mencengkeram.

"Tidak." Jawab Fiona menggeleng sedikit tanpa menoleh pada Frian dan tidak menyadari telah mencengkeram lengan Frian. Dan saat ia menyadarinya, ia segera menarik tangannya dan berkata, "Mungkin ya."

"Karena?" Frian menelengkan kepalanya sambil meraih wajah Fiona dengan tangan kanannya dan menangkupnya untuk melihat wajah Fiona dengan jelas.

Fiona tdk bisa menghindari tatapan bertanya Frian serta kerutan kecil diatas dahinya, mulutnya membuka nutup tanpa suara dan kemudian kembali membuka dengan kaku, "Aku...maksudku, apa kita benar-benar akan melakukan semua ini?"

"Kenapa?" Suara Frian keluar sedetik sebelum Fiona menyelesaikan kalimatnya. "Apa kau merasa ragu-ragu?"

"Entahlah." Fiona mengedikkan bahunya kebingungan, "Pesta ini. Mamamu. Aku tidak tahu bagaimana harus meghadapi semua ini."

Frian menarik tangan kanannya dari pipi Fiona, kemudian meletakkan kedua tangannya di pundak Fiona dengan genggaman yg meyakinkan. Kedua matanya menatap mata Fiona dengan sangat intens dan menyalurkan keyakinan pada Fiona bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Tidak ada yg perlu kau khawatirkan tentang pesta ini. Ini hanyalah pesta-pesta yg pernah kau hadiri sebelumnya. Aku hanya akan memperkenalkanmu kepada orang-orang, dan kau hanya perlu tampil sebaik-baiknya seperti sebelum-sebelumnya. Berbicara pada saat yg tepat dan tersenyum jika di perlukan. Hanya itu."

Fiona diam, berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua yg di katakan Frian adalah benar adanya. 'Ya, ini hanyalah salah satu pesta yg harus ku hadiri dan aku hanya perlu bersikap seperti seharusnya.'

"Dan tentang Mamaku, sama sekali tidak ada yg perlu kau khawatirkan tentang itu. Aku akan ada di sampingmu walaupun aku yakin ia tidak akan menyakitimu."

'Ya, semoga saja keyakinanmu benar adanya.'

"Jangan pikirkan apapun malam ini. Kau hanya perlu melakukan apa yg harus kita lakukan. Dan ini hanyalah salah satu hal dari sekian banyak hal yg harus kita lakukan dan hadapi setelah kau menelfonku pada malam itu. Malam mengerikan itu. Apa kau mengerti?"

'Ya, ini hanyalah salah satu hal dari sekian banyak hal yg harus ku hadapi setelah malam mengerikan itu.'

Fiona menganggukkan kepalanya dengan mantap dengan keyakinan hati yg lebih kokoh daripada sebelumnya, menghilangkan segala kegugupan yg menggerogotinya.

Apakah karena genggaman tangan Frian di pundaknya yg melenyapkan kegugupan itu, ataukah kata-kata yg di ucapkan Frian untuknya, ataukah tatapan mata Frian yg sangat intens ketika menatapnya? Ia tidak tahu. Yg ia tahu ia sudah membuat keputusan dan ia tahu ia tidak akan menyesalinya. Inilah yg harus ia hadapi untuk apa yg akan ia dapatkan nanti. Bersama Frian.

"Bagus." Frian mengangkat tangan untuk mengelus lembut dahi Fiona dengan ibu jarinya, tepat di mana dahinya terluka pada malam itu yg sudah sembuh dan hanya meninggalkan bekas samar yg sudah tertutup sempurna oleh bedak hasil riasan penata rias profesional pilihan Frian. Kemudian Frian menundukkan kepalanya untuk mencium bekas luka itu menggantikan ibu jarinya, menciumnya selama beberapa detik sebelum menarik diri dan bergumam, "Kau tidak akan melewati malam mengerikan seperti itu untuk kedua kalinya. Aku tidak akan membiarkanmu melewatinya."

Ciuman dan gumaman Frian membuat Fiona terpaku, ia melihat janji tak terucap di mata Frian yg masih menatapnya dengan intens. Yg membuat perasaan hangat yg aneh, asing dan tidak di kenalnya menyeruak masuk melewati setiap sel yg ada di dadanya...

Ting...

Suara dentingan yg menandakan lift sudah sampai di lantai yg mereka tuju, membuyarkan keterpakuan dan kebisuan yg mereka ciptakan.

"Kau siap?" Tanya Frian.

"Ya, aku siap." Fiona mengangguk mantap mengabaikan perasaan hangat itu tanpa berbekas. Walaupun perasaan itu sangat membantu kegugupannya.

Frian tersenyum. Penuh arti.

###

"Fiona?" suara seseorang yg sedang berjalan menuju ke arah Fiona yg berdiri sendirian di sebelah meja bundar yg berisi berbagai macam minuman di dalam gelas kristal yg tersedia.

Fiona tersenyum lega, akhirnya menemukan sosok yg dari tadi di carinya di antara kerumunan para undangan setelah berhasil terlepas dari genggaman Frian. Berbasa-basi yg melelahkan, tersenyum tanpa henti sampai terasa sakit yg merupakan sebagian besar sesuatu yg harus di lakukannya di pesta semacam ini untuk memperbesar jaringan sosial.

Beruntung ia sudah terbiasa melakukan hal itu selama menjabat sebagai sekretaris CEO dari SAGARA GROUP. Dan beruntung juga ia juga sudah terbiasa dengan sifat super menyebalkan dan super sengak dari pimpinan manager sekaligus pewaris dari SAGARA GROUP.

"Hai, Aku sudah mencarimu dari tadi." Sapa Fiona. Ia butuh bicara dengan pria ini mengenai hubungannya dengan Frian.

Brian tertegun melihat sosok wanita yg dari tadi di carinya, menatap Fiona penuh kekaguman dr atas sampai kebawah. "Fiona?"

Fiona mengerutkan keningnya dengan pertanyaan konyol yg diucapkan oleh Brian. Tentu saja ia Fiona, ia sedikit tersinggung Brian tidak mengenali dirinya tapi setelah menyadari potongan rambutnya yg baru, ia bisa memakluminya.

"Apa benar kau Fiona?" Brian masih tidak mempercayai pemandangan yg di tangkap oleh matanya. "Fiona Mikaela?"

Fiona tersenyum geli dengan wajah konyol yg di tunjukkan oleh Brian, namun tampang seperti itu sama sekali tidak mengurangi ketampanan yg di miliki pria itu. "Tentu saja aku Fiona."

Brian terkekeh, "Aku tidak yakin itu kamu, tapi begitu kau membalas penggilanku aku tidak percaya itu kamu."

"Apa karna potongan rambutku?" Tanya Fiona. "Aku memotongnya beberapa hari yg lalu."

"Potongan yg bagus. Membuatmu terlihat lebih cantik dan... tak terkalahkan."

Fiona tersenyum. Begitupun Brian.

"Kenapa kau tiba tiba memotong rambutmu?" Tanya Brian.

Sekelebat ingatan tentang Rena dan Alra menyeruak di ingatannya. Kemudian Fiona tersenyum tipis dan hambar, "Ceritanya panjang."

"Benarkah?" Brian menarik salah satu alisnya. "Perjalanan pulang nanti aku punya waktu yg banyak."

"Ee..." Mendadak mulut Fiona terasa keluh untuk menjawab pertanyaan

Tiba tiba mulut Fiona terasa keluh untuk menjawab pertanyaan Brian. Tak bisa menolak ataupun menerima ajakan Brian.

"Kenapa? Apa kau sudah ada janji?" Tanya Brian melihat ada keraguan di wajah Fiona.

"Maafkan aku." Gumam Fiona. Ada semacam perasaan bersalah yg muncul di hatinya.

"Kenapa kau harus meminta maaf?"

Fiona hanya diam. Masih memikirkan bagaimana ia harus mulai berbicara untuk memberitahu Brian tentang hubungannya dengan Frian.

Kerutan di kening Brian semakin dalam saat menyadari ada sesuatu yg aneh di wajah Fiona. Bahkan wanita itu kini mulai menghindari tatapannya. "Kau kenapa? Apa ada sesuatu yg harus kau katakan padaku?"

Fiona mengerjab. Menatap mata Brian salah tingkah, "Sebenarnya... aku tidak tahu apakah aku harus mengatakannya padamu. Tapi... kurasa kau harus mengetahuinya dariku sendiri daripada orang lain yg memberitahumu nantinya."

"Ya. Kau benar." Brian memberikan isyarat bagi Fiona untuk melanjutkan kalimatnya.

Fiona mengambil nafasnya perlahan. Menata perasaannya sebelum melanjutkan kalimatnya. "Ini tentang Frian."

"Frian? Kenapa dengan dia? Apakah dia mengusikmu lagi?"

Fiona menggeleng, "Bukan. Maksudku... ini tentang kami berdua."

Brian terpaku. Mengerutkan keningnya semakin dalam saat mencoba mencerna kalimat Fiona. "Kami?"

Fiona mengangguk. Mencoba mengokohkan hatinya melihat kekecewaan tersirat di wajah Brian. "Aku dan Frian. Kami memutuskan untuk bersama."

Brian membeku. Membuka mulutnya untuk berbicara. Tapi, apa yg harus di katakannya akan berita menyakitkan itu. Ia tak menyangka. Tak pernah menduga. Dan tak pernah membayangkan semua ini bisa terjadi.

"Apakah... apakah itu alasanmu menolakku?" Tanya Brian dengan bersusah payah mengembalikan suaranya.

'Bukan.'

'Tapi ia tidak mungkin menjawab Ya. Brian harus tahu bahwa dia baik baik saja dan mencintai Frian.'

Fiona mengangguk pelan, "Ya."

Brian merasa nafasnya berhenti di tenggorokannya. Semakin tak percaya dengan semua pembicaraan mereka baru saja. "Bagaimana... bagaimana kau..."

Fiona mengedikkan bahunya menjawab pertanyaan Brian yg tak mampu terselesaikan, "Semua begitu tiba tiba dan aku tidak bisa menolaknya."

Brian terdiam. Begitupun Fiona. Suasan pesta itu sangat ramai, akan tetapi mereka berdua seperti berada di dunia mereka yg hening.

"Apa kau mencintainya?" Pertanyaan Brian memecah keheningan di antara mereka.

Fiona akan membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan itu ketika sebuah tangan memegang bahunya. Membuatnya membatalkan jawabannya dan menoleh ke belakang dan mendapati adik bungsu Frian memanggilnya.

"Kak, di tunggu Mama dan Kak Frian." Ucap Finar dengan senyum manisnya.

"Ya. Aku akan menyusul sebentar lagi."

"Kak Frian menyuruh Finar mengantar kakak." Jawab Finar memberitahu bahwa dirinya harus memastikan calon kakak iparnya itu sampai tempat tujuan.

Fiona mengangguk mengiyakan. Lalu kembali menatap Brian yg hanya diam tak bersuara. "Brian, sepertinya aku harus pergi. Maafkan aku."

Brian hanya bisa mengangguk tanpa daya. Penuh kekecewaan yg memenuhi wajahnya. Bahkan kekecewaan itu semakin mendalam di dadanya. Melihat Fiona yg berjalan semakin tak menjauh.

Ia tak percaya.

Tak bisa mempercayai.

Bahwa wanita yg di cintainya malah mencintai pria lain.

Dan pria lain itu adalah Frian.

Ia benar benar tak bisa mempercayai semua ini.

Membalikkan badannya ia melangkah mencari pintu keluar. Ia harus keluar. Ia butuh tempat lain untuk memikirkan semua ini.

###

Bonus part untuk malam minggu...

He he he...

Author sedang baik hati. Menemani malam minggu kalian. Khusus yg jomblo (Cuma bercanda kok. Yg jomblo jangan tersinggung ya)

He he he...

:-) :-) :-)

Soalnya kalau di buat postingan minggu depan, takut mengecewakan karna udah nunggu lama lama sekalinya isinya cuma gini aja. He he he...

Tapi, mau di buang juga sayang. Soalnya ini juga salah satu bagian penting di dalam cerita.

Enjoy it...

Saturday, 1 October 2016

Continue Reading

You'll Also Like

375K 39.1K 49
Dark contemporary romance (21+) Ada Atmadja lahir dari hubungan gelap antara petinggi perusahaan dan sekretarisnya. Sepuluh tahun setelah Papa mening...
16.9M 748K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
363K 5.7K 6
[Private - hanya dapat dibaca oleh followers] Axela Devaza, gadis penuh rahasia yang kembali datang dengan wujud dan pribadi yang berbeda untuk seb...
2.9M 29.3K 28
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...