LFS 1 - Air Train [END]

By PrythaLize

1.1M 144K 6.3K

[Little Fantasy Secret 1] Pertama kali Tyara merasakan keberadaan kereta api itu adalah setelah malam tahun b... More

PROLOGUE
The First Station - "Tears After The Day"
The Second Station - "Those Rain That Passes by"
The Third Station - "Unheard Voice"
The Fourth Station - "Passenger"
The Fifth Station - "Pretend"
The Sixth Station - "The Falling Name"
The Seventh Station - "Another Moment"
The Eighth Station - "Another Gift"
The Nineth Station - "The Miracle She Used to Wait"
The Tenth Station - "New Year Eve's Miracle"
The Eleventh Station - "TERROR"
The Twelfth Station - "The Second Message"
The Thirteenth Station - "The Second Entrance"
The Fourteenth Station - "I'm Not The Only One"
The Fifteenth Station - "Heartache"
The Sixteenth Station - "So Near Yet Nobody Could Reach"
-TUNNEL-
-A STOP-
The Seventeenth Station - "Hope in Nope"
The Nineteenth Station - "How Do You Know?"
The Twentieth Station - "Night"
The Twenty First Station - "The Conversation"
The Last Station - "The Final"
EPILOGUE

The Eighteenth Station - "The Secret Miracle"

31.3K 4.6K 80
By PrythaLize

Hari ini Gracia menjengukku.

Bunga yang dibawanya itu tidak bisa kuterima ataupun kutolak. Vas di nakas sudah diisi oleh bunga melati putih-bunga kesukaan mendiang nenekku. Karena melihat betapa kecewanya wajah Gracia, aku pun mengatakan bahwa aku akan meminta Mama membawanya pulang nanti.

Oh ya, tidak ada seorangpun yang mengetahui masalah dalam rumahku, sekalipun itu Gracia yang bernotabene teman terdekatku.

"Kamu merasakan mati suri-kah?" Gracia bertanya tanpa rasa bersalah, membuatku menatapnya cemberut. "Maaf, maksudku ..., apa kamu merasakan sesuatu saat koma?"

Aku menggeleng, yang membuat Gracia pada akhirnya duduk di tepi ranjang sambil menunjukan ponselnya di depanku.

"Aku baca-baca di internet, katanya orang koma berkemungkinan merasakan mati surinya dengan menjelajahi tempat-tempat tertentu. Oh, ada pula yang sebenarnya sadar, tapi tubuhnya tidak mau bergerak. Nah, aku curiga kalau kamu sebenarnya merasakannya tapi kamu tidak mau berbagi ilmu."

Aku menghela nafas. "Aku serius, Cia. Aku tidak merasakan apapun. Yang aku ingat hanya bagian aku jatuh, tidur dan bangun."

"Bohong."

"Dasar, keras kepala," desahku malas. "Lagipula itu kan kata internet, kamu lebih percaya sama internet daripada narasumbernya langsung?"

"Info di internet diambil dari banyak sumber," tambah Gracia dengan cepat.

Aku tak lagi membalas perkataannya, toh apapun yang kukatakan, Gracia tetap akan terus menuntutku menceritakan hal tentang apa yang kurasakan. Aku tahu pasti Gracia menyukai topik-topik tentang itu. Seperti lucid dream, mati suri, dunia lain, time traveller, dan semua hal-hal lain yang belum dikonfirmasikan kebenarannya dan tidak bisa dijelaskan dalam teori-teori ilmu pengetahuan.

Yang kuingat pasti, Gracia pernah berdebat dengan Runa saat mereka berkolaborasi membuat cerita tentang petualangan pelaut yang melintasi perairan dekat segitiga bermuda. Aku tidak tahu bagaimana ide konyol mereka memutuskan untuk berkolaborasi meskipun keduanya selalu berdebat.

Yang kutahu, akhirnya cerita bertema fantasi itu akhirnya tidak jadi dibuat karena sifat keras kepala mereka berdua.

"Ayolah, Tyara. Cerita sedikit."

Aku lagi-lagi menghela nafasku. "Kamu pemaksa sekali. Sudah kubilang, aku tidak merasakan apa-apa."

Wajah Gracia cemberut, sebelum akhirnya dia termenung meratapi dinding polos di depannya. Hal itu sempat membuatku mengerutkan kening, aku bahkan sempat berpikir bahwa Gracia punya masalah. Dan semuanya terjawab saat kudengar Gracia bergumam kecil. "Selama seminggu ini ..., begitu teman sekelas tahu kalau kamu koma, mereka semua turut mendoakan," ujarnya lirih. "Apalagi mengingat bahwa kejadian itu terjadi malam setelah kamu pulang dari rumahku. Mereka merasa bersalah dan khawatir."

Aku berdengus. "Tenang, bukan salah mereka kok. Kecerobohanku," ujarku terpaksa berdusta.

"Sebenarnya empat hari yang lalu teman sekelas kita datang-meski nggak terlalu lengkap sih, tapi banyak yang datang. Tadi aku kabarin di grup kelas, katanya mereka bakal datang besok," sahut Gracia panjang lebar.

"Nggak usah repot-repot, kali. Aku-nya udah sembuh juga. Besok aku harus terapi, biar ototku terbiasa lagi."

Gracia menghela nafas kecewa. "Oke, aku bakal kabarin mereka."

Cukup lama juga Gracia mengotak-atik ponselnya, terdengar suara nada dering balasan beberapa kali sebelum akhirnya Gracia menyimpan ponselnya dalam saku kembali.

"Ibuku bilang akan mengantarkanku tigapuluh menit ke depan. Apa yang akan kita lakukan?"

Aku hanya mengendikkan bahu, aku tidak punya ide. Yang aku tahu hanyalah, mau bagaimanapun keadaan kamar di ruang inapku saat ini, itu tidak akan bisa membunuh bosan yang ada. Bahkan kedatangan Gracia sekalipun. Aku benar-benar sudah bosan melihat lampu putih di atasku, tirai-tirai berwarna biru muda, dinding polos berwarna putih yang ada di depanku. Aku bosan.

"Oh! Kamu ingat saat kita menonton bintang jatuh hari itu?"

Aku mengangguk. Siapapun tidak akan lupa dengan indahnya hujan meteor hari itu. Sampai sekarangpun, kepalaku masih dipenuhi dengan rekaman-rekaman indah itu.

"Rupanya, pas kita nonton bintang jatuh itu, Yusuf nembak Putri lewat telepon, tau! Mereka udah jadian dan backstreet sampai akhirnya kemarin mereka nge-post foto mereka lagi ke pantai berdua di Instagram, anjir kan?" Gracia tampak menjelaskannya dengan semangat. "Padahal mereka di kelas aja nggak pernah akur. Nggak keduga banget."

Lagi-lagi aku hanya bisa mengangkat bahu. Ayolah, dari setiap tatapan Yusuf ke Putri, semua orang pasti tahu kalau lelaki itu menyimpan rasa yang lebih terhadap gadis itu. Entahlah Gracia yang nggak pekaan atau aku yang terlalu menyadari itu. Padahal katanya mau nulis cerita dari sisi cewek dan cowok, tapi memperhatikan saja nggak nyadar.

"Ah, enak banget Putri. Dapat cowok ganteng jadi pacarnya. Kita kapan yah, Ra?"

"Baru juga mau lulus SMP, sudah ngeluh." Aku mengomentari. "Kalau memang sudah jodoh, tetap sudah di atur kok. Tenang aja, semua manusia diciptain berpasangan."

"Ciye, bijak banget habis koma, Ra?" Gracia terkekeh. "Ngomong-ngomong, permohonanku sudah terkabul, lho!"

"Permohonan yang mana?"

"Bintang jatuh!" Gracia berseru histeris. "Jangan bilang kamu lupa sama permohonanmu sendiri?"

Aku ingin menolong pemuda itu.

Aku ingin menolong Aetherd.

Aku ingin membantunya.

Aku akan mengusahakannya semampuku.

Aku akan menolongnya.

Jantungku langsung berdebar cepat, rasanya hatiku teriris kecil-kecil mengingat permohonan itu tidak terkabul. Aku tidak berhasil menolongnya, meskipun aku sudah melakukan permohonan pada bintang jatuh.

Apa itu-terlalu mustahil?

"Ra? Heloo, Ra!"

Aku menerjap, sedetik kemudian pandanganku beralih pada Gracia yang menatapku dengan tatapan menuntut. "Ah-permintaanmu terkabul? Bukankah itu bagus? Ngomong-ngomong karena permintaanmu sudah terkabul, apa kamu boleh mengatakannya?"

"Kurasa boleh, lagipula aku pengen curhat, hehe." Setelah mencari posisi nyaman, Gracia pun memulai dongengnya. "Jadi ..., dia itu tetangga rumahku yang juga punya minat yang sama denganku. Dia suka-ehm," Gracia nampak ragu-ragu menceritakannya, namun lewat tatapan matanya, dia nampak bahagia menceritakan sosok lelaki itu. "Sebelum aku melanjutkan, aku pengen nanya sesuatu." Gracia menatapku sendu. "Kamu ..., percaya dengan keajaiban?"

Nafasku tersekat, pita suaraku terasa putus. Jantungku seakan telah keluar dari rongganya, mataku menerjap menatapnya. Tatapan kami beradu, sampai akhirnya aku menganggukan kepalaku dengan sangat pelan.

"Bagus." Gracia mengangguk semangat. "Kalau kamu percaya, akan lebih mudah bagiku untuk menjelaskan." Gracia termangut-mangut. "Lalu aku melihat transportasi itu, melayang di atas rumahku!" serunya histeris.

Transportasi yang melayang?

Apa itu-kereta api?

"UFO-nya besar banget, Ra! Jari-jarinya bahkan lebih besar daripada luas ruangan ini, Ra!" serunya lagi yang membuatku diam-diam menelan kekecewaan yang dalam. "Aku sungguh-sungguh! Aku sudah menceritakannya pada Ibu dan Ayahku, tapi tidak ada seorangpun yang percaya. Lalu saat aku bercerita dengan tetanggaku itu, dia mempercayaiku, Ra! Yaampun! Aku senang banget. Sejak itu, kami sering mengobrol-ngobrol di teras. Keren, kan?" Detik berikutnya, seperti tersadar, Gracia menatapku ragu. "Kamu ..., percaya?"

Aku mengangguk kecil, yang membuatnya menjerit histeris. Tampaknya Gracia begitu senang.

"Aku senang kamu percaya sama aku, Ra!" Gracia memelukku erat, untungnya aku sempat menjauhkan tangan kiriku darinya. "Permohonanku terkabul, Ra! Aku suka banget sama dia dari SD, Ra! Kami jadi dekat. Aku senang banget!"

Aku tersenyum tipis. Dalam hati terdalamku, ada sebuah pemikiran yang tidak pernah kupikirkan sama sekali selama ini.

Mungkin, Gracia akan mempercayaiku.

"Apa aku memelukmu terlalu kuat?" Gracia reflek melepaskan pelukannya dan bertanya takut-takut. Saat aku menggeleng, dia menghela nafas lega. "Kukira kamu tak akan mempercayaiku, karena kamu pernah ngomong soal realistis blablabla itu, beneran, aku nggak nyangka." Matanya masih membinar-binar karena terlalu bahagia. "Apa ini efek karena habis koma?"

Kalau saja aku punya kekuatan untuk memukul kepalanya, mungkin sudah kulakukan, namun kenyataannya aku tak melakukannya meski tangan kananku sanggup. "Sudahlah, jangan membahas koma, titik, pagar atau yang lainnya."

Gracia menghela nafas, lalu menatapku dengan tatapan ingin tahu. "Dan ..., Ra, Apa permohonanmu sudah terkabul?"

Tak langsung kujawab dalam sebuah kata yang diharapkannya. Aku yakin Gracia menginginkanku menjawab 'Ya', meskipun ada dua pilihan; Ya dan Tidak.

"Gracia ...," Jeda tiga detik sebelum aku melanjutkan. "Apa kamu-mau mendengar keajaibanku?"

***TBC***

23 September 2016, Jumat.

Cindyana's Note

Q: Kak~ Air Train kapan up?
A: Ini, udah up.

Q: Kak Lize, kapan Air Train tamat?
A: -___-

Q: Air Train jangan slow update dongg, plis?
A: Demi ending yang nyambung, masuk akal (meskipun ini fantasi) dan demi ending yang bagus, silahkan menunggu. Ini berlaku untuk DN juga -_-

Kuusahain tamat sebelum 2017 (ANJIR LAMA BANGET) canda deng. Kuusahain secepatnya.

Aqua World apa kabar? Baik-baik aja, pemerannya masih baca naskah semua tuh *unjuk gigi*

Oke, babay in next chaptie~

Cindyana

[26/04/16-19:39]

Continue Reading

You'll Also Like

339K 31.4K 52
[COMPLETE] [DI PRIVAT BEBERAPA PART] [Highest rank #83 in teenfiction, 30-6-17] Agatha tidak tahu harus menerima atau mengutuk takdir yang memperte...
1.4M 132K 73
NOT BL! (Follow biar tahu cerita author yang lain ok!) Update sesuai mood 🙂 Seorang remaja laki-laki spesial yang berpindah tubuh pada tubuh remaja...
Classroom By L

Teen Fiction

1.3K 659 16
Kepala Sekolah SMA Armada membuat peraturan baru untuk siswa siswa yang memiliki masalah paling banyak di sekolah maka di haruskan memasuki Ruang Kel...
9.3K 831 40
"Reputasi gue taruhannya....." Kinan mendengus kesal, kenapa sih laki-laki ini??? "Nan, mau ya? Bantuin gue plisss... Lo satu-satunya orang yang gu...