Girlfriend Contract - TEN

By yenykristina

274K 38.8K 1.9K

[END] Kang Hyena tidak tahu siapa itu Chittaphon, Chitta, atau Ten-entah siapa namanya. Ia hanya sering mende... More

00# Prolog
01#
02#
03#
04#
06#
07#
08#
09#
10#
11#
Side story 1
Unwanted Bond

05#

17.7K 2.8K 144
By yenykristina

Hyena membungkuk sembilan puluh derajat saat Park Sunwoo—sang kepala sekolah sekaligus Ayah Soyeon- itu memanggilnya. Mulutnya hendak terbuka, namun Park Sunwoo telah terlebih dahulu membuka suara.

“Kau sudah berhenti bekerja di sana?”

Hyena diam selama sedetuk, kemudian mengangguk. “Ya, Saem.”

“Jangan terlalu formal padaku, Kang Hyena.” Pria yang masih begitu tampan di usianya itu tersenyum. “Aku sudah menganggapmu seperti putriku sendiri.”

Seulas senyum enggan tersungging di bibir tipis Hyena, “Saya terlalu banyak merepotkan Anda dan Soyeon, Saem.”

“Soyeon selalu menganggapmu adik.” Sunwoo kemudian menyodorkan amplop besar berwarna coklat. “Kau masih ingin masuk jurusan hukum?”

Hyena mengerutkan keningnya tak mengerti.

“Bukankah hukum di Harvard lebih baik dari di Seoul?” Mata Hyena membulat. Mungkinkah—

“Ya, kau mendapat beasiswa masuk ke Ivy League, Hyena-ya. Selamat.” Sunwoo tersenyum layaknya seorang ayah yang begitu bangga pada putrinya. “Kuharap kau mempertimbangkan ini dengan baik.”

--

“Hyena-ya!”

“Hyena!”

“Oi, Kang Hyena!”

Hyena terlonjak. Dengan ekspresi bodoh, ia menatap Bambam yang tengah membawa setumpuk buku. “Apa?”

“Aku meneriakimu dari tadi, tapi kau malah melamun.” Bambam menatap Hyena kesal. “Tolong ajari aku merangkum Sejarah Korea.”

Hyena mengangguk, “Kapan dikumpulkannya?”

“Besok lusa.”

“Nanti sepulang sekolah datang ke kelasku, aku sedikit tak enak badan, Bam.”

Raut wajah kesal Bambam luntur. “Hati-hati! Kau bisa menabrak seseorang jika melamun saat berjalan.”

“Hahaha, kau perhatian sekali padaku.”

“Mati saja kau!”

Sepeninggalan Bambam, Hyena kembali menimbang. Jurusan hukum adalah impiannya sejak kecil—sejak ia tak tahu siapa ayah atau ibunya. Namun berada di Seoul bersama dengan teman-teman terkasih juga impian Hyena ketika sendirian.

Apakah Hyena harus pergi? Atau ia memang tak seharusnya pergi? Ah, lagi pula kemampuannya berbahasa Inggris juga masih sangat kurang.

Yayaya, begitu saja alasannya.

BRUK!

“Aduh!” Hyena mengelus keningnya yang terasa ngilu. Maniknya menatap nyalang sosok yang kini malah tersenyum setan.

“Tidak baik melamun sambil berjalan.” Hyena menepuk bagian belakang rok seragamnya. “Bukan urusanmu!” ketusnya tajam.

“Kekasihku sedang siklus bulanan rupanya.”

“YA!” Teriakan menggelegar Hyena membuat beberapa pasang mata di koridor langsung menatapnya penasaran. Sementara si tampan asal Thailand malah tertawa senang.

“Kau lupa tidak mengerjakan tugasku Kimia.” Ten menempelkan kaleng minuman dingin ke pipi Hyena.

Hyena menatap pemuda itu tanpa minat, “Hm.”

“Tern menanyakanmu pagi tadi.”

“Sampaikan salamku padanya nanti," ucapnya masih dengan ekspresi yang sama.

“Kau terlihat berbeda. Kau sakit?”

“Ten?” Hyena berhenti di tengah koridor. Pandangannya lurus menatap lantai. “Kau pernah ke bar, kan?”

Pemuda bernama asli Chittaphon itu mengerutkan keningnya bingung, “Kau sepertinya benar-benar sakit.”

“Ajak aku ke bar, Ten. Aku ingin minum.”

--

Rasanya gadis cantik bertubuh kurus itu ingin melemparkan si Chittaphon ke tengah kedalaman Sungai Han. Hyena ingin melepas stres, bukan malah melakukan tradisi kencan ala anak muda seperti ini. Dasar Chittaphon sialan!

“Bar terlalu jauh.” Ten tersenyum penuh arti. “Lagi pula, aku ingin menikmati kencan pertama kita.”

“Kita? Kau saja yang kencan.”

“Dasar wanita.” Ten melirik sinis Hyena yang menatap lurus ke hamparan sungai. Tanpa melihat apa yang berada di tanah, ia segera duduk.

“Ini sudah dua minggu semenjak kontrakmu itu.” Hyena membuka percakapan, Ten mengikuti dirinya duduk di tanah. “Aku pikir kau seperti pemuda populer lain, tapi ternyata tidak.”

Ten terdiam.

“Aku cukup kaget saat Tern bilang kau bercerita banyak tentangku.” Hyena tersenyum, namun pandangan matanya sama sekali tak beralih. “Dan ketika Tern bertanya apa aku menyukaimu, aku berkata...."

Hyena beralih menatap Ten, "Sangat.”

Dan entah mengapa, di sini, di bawah sinar rembulan di tepian Sungai Han, Chittaphon Leechaiyapornkul harus mengakui jika Kang Hyena adalah gadis pertama yang membuat dadanya bergemuruh lebih kencang.

“Apakah kau benar-benar menyukaiku?”

Hyena menatap lurus manik legam di hadapannya. “Kenapa kau tahu begitu banyak tentangku?”

Untuk pertama kali, Hyena berharap Ten berkata jujur untuk dirinya walau itu adalah sebuah sayatan. “Kau akan kecewa jika tahu.”

“Aku tidak akan kecewa.” Hyena kembali menatap lurus gemericik khas air Sungai Han. “Karena setelah perjanjian itu habis, kau mungkin akan merindukanku.” Ia tertawa, namun ujung pelupuknya mulai berair.

“Kang Hyena?” Hyena tertawa kencang—namun bendungan di matanya jauh lebih kencang. “Aku ingin di masuk jurusan hukum. Aku ingin jadi jaksa. Aku ingin meraih impianku. Tapi aku kesepian, Ten.” Ia mulai terisak.

Karena memang Chittaphon sama sekali tak berpengalaman mengenai para gadis, ia hanya mengelus punggung Hyena. “Aku juga ingin memiliki saudara.” Hyena mengabaikan sentuhan lembut yang kini mengusap pucuk kepalanya. “Aku juga ingin punya seseorang yang menyayangiku. Aku ingin Ayah. Aku juga ingin punya Ibu.”

Kemudian suara isakan Hyena teredam di dada Ten.

--

“Kau tidak lapar?” Hyena menggeleng. Wajahnya masih sembab—ditambah dengan airmatanya yang masih belepotan. Dibanding lapar, Hyena merasa malu. Bagaimana bisa ia hanya diam ketika pemilik suara bak sirine ambulans itu merengkuhnya? Lebih memalukan lagi Hyena menangis kencang seraya menenggelamkan kepalanya di dada Ten.

Dalam mimpi pun, Hyena tak pernah merasa seburuk ini.

“Kita akan ke mana?”

“Kencan.”

“Aku tidak mau kencan dengan pemuda yang lebih feminim dibanding diriku.”

“Sialan!” Hyena tertawa. Ten sepertinya sudah kembali seperti sedia kala. Atau memang pemuda itu tak merasakan apapun setelah berpelukan dengan Hyena?

Eh, apa yang kau bayangkan, Kang Hyena?

“Aku serius, besok kita harus pergi ke sekolah.”

Pemuda delapan belas tahun itu menghela napas. Sirna sudah rencananya untuk tebar pesona. “Kau mau pulang?”

Hyena mengangguk.

“Baiklah, kita pulang.” Kemudian Hyena merasa jika telapak tangannya dibungkus hangat oleh tangan lain. “Tapi sebelumnya, temani aku bermain basket.”

--


Oke, mungkin memang efek Hyena yang tak pernah bergaul dengan kelas lain. Meski tubuh Ten berada di bawah tinggi badan pemuda normal lain, namun kemampuan pemuda itu memantulkan bola tak bisa diremehkan.

“Wow!” Hyena mulai berfangirls ria. Kedua tangannya refleks bertepuk tangan. “Kau hebat.”

Ten menghentikan mendribble bola, ia kemudian tersenyum menghampiri Hyena. “Aku juga tampan.”

“Tampan, jidatmu!” Hyena memandang Ten jijik. “Kau tidak berinisiatif membelikanku minuman?”

“Baiklah.” Ten mengambil dompetnya, namun menyodorkan ponsel pintarnya pada Hyena—yang dibalas kerutan kening. “Aku titip sebentar. Nanti jika Tern menelpon, kau bisa menjawab.”

Hyena memandang ponsel Ten saat pemuda itu berjalan menjauh. Ponsel Ten masih begitu mengkilap—tidak seperti ponsel Hyena yang sudah tergores di sana-sini. Wallpapper ponsel Ten bahkan fotonya sendiri. Dasar pemuda narsis memang!

Drrt ... Drrt

Hyena mengerutkan keningnya saat sebuah panggilan masuk. Namun bukan bunyi ponsel Ten yang membuatnya terlonjak, melainkan nama yang tertera di sana.

Soyeon Appa

Apa itu adalah Park Sun Woo—kepala sekolah mereka?

Sekian detik menimbang, akhirnya Hyena memutuskan untuk menggeser tombol hijau.

“Ten? Kau sudah membujuknya?”

Hyena mengerutkan keningnya bingung.

“Aku sudah mengatakan pada Lee Sooman. Minggu depan kau bisa casting di Gedung SM. Kau tidak perlu mengikuti audisi, Ten.”

Hyena masih diam. Pandangannya mendadak terasa begitu kosong.

“Bagaimana pun, terima kasih karena telah mengeluarkan Hyena dari pekerjaannya. Aku juga melihatnya sering tersenyum belakangan ini.”

Hyena tak bisa mencegah jemarinya untuk menekan tombol putus. Ia kemudian mengambil napas dalam. Tidak, tidak seharusnya ia kecewa. Bukankah Ten sudah memperingatkannya? Bukankah Hyena juga berkata jika ia tak terlalu berharap?

Kang Hyena tidak akan menangis! Kau kuat, Hyena-ya. Kau kuat!

Lantas apa artinya isakan itu, Kang Hyena?

-----to be continue.

Komen ya😊

Continue Reading

You'll Also Like

142K 12.8K 108
Daily life keluarga milennial. ©2017 (zhangraa)
4.3M 731K 56
[SUDAH TERBIT / ADA DI GRAMEDIA] [bahasa ㅡ au] LDR yang rumit itu bukan LDR yang beda kota atau negara, tapi LDR yang beda rumah ibadah. ©jeno-ly, 20...
98K 17.7K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
62.2K 11.4K 19
❝ sweet talk that means you have a precious conversation with mark lee. 〔 ft. mark ﹞ local, bahasa, lowercase copyright © VENELUPI, 2020.