In a Dream

By Hanabisite

11.9K 1.1K 70

[Complete] Bagaimana kalau aku mengatakan Im Yoona bisa mengetahui kapan seseorang akan mati lewat mimpi? Apa... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Epilog

Tujuh

655 65 5
By Hanabisite


Kyuhyun memutar kursinya sambil menatap heran ke arah Kris. Ada yang aneh dengan pria itu. Dia terlihat... terlalu bahagia? Atau ini hanya perasaan Kyuhyun saja? Memang benar, detektif muda itu baru saja memecahkan kasus yang cukup membingungkan dan menemukan pelakunya semudah menemukan apel hijau ditumpukkan apel merah, tetapi, Kyuhyun yakin bukan hal itulah yang membuat junior-nya bahagia.

Ah! Kyuhyun ingat. Kris tiba-tiba berubah ketika dia kembali dari Aobe High School setelah mengambil laporannya yang tertinggal di kelas 2-A. Lalu? Apa yang terjadi di sekolah itu ketika Kris datang ke sana? Dengan tiba-tiba dia langsung mengerjakan semua laporan seperti orang kesetanan, sekarang sudah pukul tujuh belas lewat tiga menit dan dari tadi siang Kris belum makan sesuap pun. Aneh!

"Kau terlihat bahagia," Kyuhyun mendorong kursinya dengan kaki mendekati meja Kris. "Kau mau kencan?"

"Apa? Tidak mungkin! Hahaha!" Jawaban Kris yang terlalu berlebihan membuat Kyuhyun yakin dengan pertanyaannya dan pria itu memincingkan mata curiga.

"Dengan siapa kau akan berkencan?"

"Aku tidak berkencan dengan siapa pun. Sungguh!"

"Kau kerja gila-gilaan, kau bahkan melupakan makan siang, dan tadi kau bilang kau tidak boleh kerja lembur hari ini, kau ingin pulang jam enam sore kan?"

"Aku memang bilang ingin pulang jam enam sore, tapi aku tidak bilang ingin berkencan," Kris terlihat gugup dan mulai mencari-cari alasan. "Aku ada janji dengan Jessica nanti malam."

"Sungguh?"

"Iya. Ah! Menyingkirlah dariku," Kris mendorong roda kursi Kyuhyun membuat rodannya terputar dan mendorongnya menjauh. "Aku harus menyelesaikan laporan ini sekarang atau Jessica akan mengamuk jika aku terlambat dan hey! Kau tidak punya kerjaan? Kalau begitu bantulah aku."

Kyuhyun membuang muka. "Begini-begini, aku orang sibuk."

Kris menatap jengkel senior-nya. Ah! Menyebalkan! Kalau tidak mau membantu, setidaknya tidak perlu berkomentar. Apa tadi katanya? Kencan? Astaga! Kata itu tiba-tiba membuat Kris malu setengah mati dan tentu saja diikuti dengan perasaan senang. Kencan, ya? Hm... memikirkannya saja membuat pipi pria itu sedikit merona.

Astaga! Apa yang dia pikirkan? Kris menggeleng-gelengkan kepala, menghalau pikiran aneh yang sekarang mulai menyerang otaknya. Ini bukan kencan! Bukan, okey! Ini hanya balasan rasa terima kasih. Lagi pula, orang gila mana yang kencan membawa adik sepupunya? Ya, dia, Kris Wu.

Kris ingin melanjutkan kembali pekerjaannya, namun sebuah getaran membuatnya menoleh ke arah ponselnya. Ada satu pesan masuk.

From : Jessica

Oppa, aku ingin memberi tahu dari tadi, tetapi aku lupa. Yoona tidak bisa datang ke acara festival malam ini. Dia demam.

To : Jessica

Benarkah? Sayang sekali. Baiklah kalau begitu. Katakan padanya semoga cepat sembuh.

From : Jessica

Jadi, acara malam ini batal? Padahal aku ingin sekali datang.

To : Jessica

Jika kau ingin datang, baiklah kita datang berdua saja.

From : Jessica

Tidak boleh! Aku melihat malam ini akan ada badai. Kita tidak boleh datang. Ah!!! Tapi aku mau datang. Baiklah, ayo kita datang. Aku akan menunggumu di rumah. Jam berapa kau akan pulang?

To : Jessica

Mungkin, aku agak terlambat. Kau datanglah duluan, kita bertemu di dekat jembatan jam tujuh malam.

Kris meletakkan ponselnya di tempat semula, kemudian merebahkan tubuhnya di punggung kursi sambil mendesah pelan dan menarik perhatian Kyuhyun yang memang dari tadi masih memperhatikan pria itu. Kecewa, bisa dibilang begitu dan... khawatir. Aneh, rasanya tadi pagi saat mereka bertemu di halaman belakang Aobe High School, Yoona terlihat baik-baik saja.

"Ada apa? Kencanmu batal?" tanya Kyuhyun penasaran.

"Begitulah." Jawabnya sambil melirik malas.

Kyuhyun mengangguk. Benar perkiraannya tadi, Kris ingin berkencan mangkanya pria itu buru-buru mengerjakan semua laporannya. Eh, tunggu dulu. Bukannya tadi Kris berkata dia ingin pergi bersama Jessica. Jangan bilang kalau teman kencan Jessica adalah adik sepupunya sendiri.

"Jadi, teman kencanmu Jessica?" Kris masih menatap malas ke arah Kyuhyun. Pria ini, sudah sok tahu, pakai berkomentar segala lagi. "Berkencan dengan sepupumu sendiri bukanlah hal yang baik, itu terlarang. Kalian masih satu darah."

Kris hanya mendengus membalas ceramahan panjang lebar yang tidak penting itu. "Aku tidak berkencan, kami memang mengajak Jessica, tetapi gadis itu malah membatalkan janjinya karena sakit," Jelas Kris lalu bangkit. "Astaga! Kenapa tiba-tiba perutku sangat lapar?"

"Tentu saja bodoh, kau belum makan dari tadi siang. Tapi tunggu, jika kalian mengajak Jessica. Oh astaga! Aku tahu Jessica tidak suka jalan bersama orang yang dia tidak kenal, jangan bilang teman kencanmu adalah teman Jessica?"

"Bukan kencan, hanya jalan bersama."

"Sama saja bodoh. Kau tidak mengelak, teman Jessica? Anak SMA? Im Yoona?"

Kris melotot. Sekarang semua anggota kepolisian tengah menatap mereka berdua. Ya ampun! Senior-nya ini, tidak bisa mengunci mulutnya walau hanya sebentar. Kyuhyun ingin berkomentar lagi, tetapi salah satu bawahannya mendatanginya bersama seorang wanita tua. Huh! Kris harus berterima kasih kepada orang itu.

Takut ditanyai macam-macam lagi. Kris melangkah menuju pantry yang letaknya di dalam kantor polisi. Dia baru sadar perutnya sangat lapar. Kenapa dia bisa lupa makan? Ada dua hal di dalam hidup Kris yang tidak pernah pria itu lupakan. Pertama, dia tidak akan melupakan sebuah kasus yang dia tangani. Dan yang kedua, dia tidak akan pernah lupa makan. Jadi bisa dibilang, rencana 'kencannya' dengan Yoona membuat Kris melupakan hal penting dalam hidupnya yang selama ini tidak pernah dia lupakan.

Jangan-jangan Kris? Astaga! Tidak mungkin! Mana mungkin dia menyukai gadis berwajah datar itu! Hahahahaha!!! Ini memalukan.

Setelah mengambil secangkir kopi dan sebungkus roti, Kris kembali menuju meja kerjanya. Melihat Kyuhyun yang serius menatap layar monitornya membuat Kris penasaran. Dia mendekati seorang anggota kepolisian yang tadi memanggil senior-nya itu.

"Hey, ada apa? Kenapa dia terlihat serius sekali?"

"Ah! Detektif Wu. Wanita yang duduk disana," Polisi itu menunjuk ke arah wanita tua yang duduk di depan Kyuhyun. "Dia bertanya tentang kasus kecelakaan yang terjadi di persimpangan jalan di depan dua minggu yang lalu."

"Oh, kasus kecelakaan mobil yang menyebabkan Jessica dan Yoona luka-luka. Lalu? Kenapa? Memangnya dia siapa? Dia keluarga korban yang berada di dalam mobil? Bukankah kedua orang itu selamat."

"Bukan. Dia adalah Ibu dari seorang anak laki-laki yang pada hari itu berada di dekat lokasi kejadian."

"Hm?" Kris tidak mengerti. "Lalu? Apa masalahnya? Kenapa dia tiba-tiba mengungkit kasus itu."

"Karena anaknya mati. Anaknya mati secara misterius, diduga terkena serangan jantung mendadak. Padahal, tidak ada riwayat penyakit jantung. Anaknya tertangkap kamera CCTV dan terlihat baik-baik saja."

Kris masih bergulat dengan pikirannya dan menerka-nerka kejadian yang sesungguhnya ketika Kyuhyun membungkukkan badan dan wanita tua itu pergi meninggalkannya.

"Sunbae, boleh aku melihat rekaman CCTV nya?"

"Ah, Kris. Aku baru saja ingin menunjukkannya padamu," Kyuhyun menekal tombol play. "Ini terlihat sangat aneh."

Dilayar monitor terlihat Jessica dan Yoona sedang berdiri di bibir trotor sambil menunggu lampu merah menyala. Kemudian Jessica berlari menyeberangi jalan dan meninggalkan Yoona yang masih berdiri di trotoar di depan kedai ice cream. Awalnya semua tidak terlihat aneh sebelum akhirnya gadis itu terlihat sangat ketakutan sambil menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. Dari arah kanan terlihat sebuah mobil hitam yang melaju kencang ke arah Jeesica dan Yoona berlari dan menabrakkan tubuhnya dan tubuh Jessica ke seberang jalan.

Tunggu! Yoona begitu lagi. Gadis itu melakukannya lagi. Sama seperti lima minggu lalu ketika gadis itu mencoba mengejar korban bunuh diri. Terlihat aneh, dia terlihat seperti mengetahui kapan kecelakaan itu terjadi. Dia telihat seperti Jessica akan mengalami kecelakaan. Dia terlihat seperti mengetahui mobil hitam itu tidak akan berhenti di depan Jessica. Dia begitu ketakukan, karena dia tahu Jessica akan tertabrak mobil itu.

"Bagaimana menurutmu?"

"Apa?"

"Tentang anak laki-laki itu."

"Ah! Bisa kau ulang lagi rekamannya."

"Jangan bilang kau memperhatikan Yoona dan Jessica."

Kris hanya tersenyum, kemudian kembali memutar rekaman. Sekarang dia memperhatikan anak laki-laki, seperti murid SMP. Anak laki-laki itu terlihat sedang berdiri bersama Jessica dan Yoona di awal rekaman sambil bermain ponsel. Ketika Jessica menyeberang jalan, anak laki-laki itu sepertinya tidak sadar jika lampu lalu lintas sudah berwarna merah. Dia masih berdiri di sana bersama Yoona yang terlihat ketakutan.

Lalu, Yoona berlari menabrakan tubuhnya dan tubuh Jessica ke seberang jalan menghindari mobil hitam yang melaju kencang hampir menabraknya. Dan kejadian aneh berlangsung, anak laki-laki itu tiba-tiba terjatuh ke tanah. Tidak ada yang mendorongnya. Terlihat seperti jantungnya berhenti secara tiba-tiba.

.

.

.

Yoona duduk di pinggir ranjang sambil menatap layar ponselnya yang gelap. Ia bimbang dan sedikit ketakutan. Malam ini cuaca tidak seperti yang diperkirakaan. Cuacanya sangat cerah dan pastinya festival musim gugur malam ini sedang berlangsung. Yoona sangat berharap kalau Jessica dan Kris tidak datang ke acara itu. Tapi, bagaimana dengan kematiannya? Apa bisa dihindari?

Yoona menekan nomor Jessica dan menempelkan ponselnya di telinga. "Halo, Jessica. Kau datang ke acara itu?"

Jessica tidak menjawab, tapi ia bisa mendengar suara bising di seberang sana. "Kau datang?"

"Maaf Yoong, aku sangat ingin datang."

Kaki Eru terasa kesemutan, ia bangkit lalu menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. "Bersama Detektif Wu?"

"Iya."

Yoona mendesah panjang, tubuhnya merosot ke bawah. Ia berjongkok di lantai di dekat pintu kamarnya yang tertutup rapat. Apa yang harus ia lakukan sekarang? "Apa Detektif Wu bersamamu sekarang?"

"Tidak. Dia belum datang."

"Baguslah. Oke dengarkan ini Jessica, kau dan Detektif Wu harus menjauhi sungai, jembatan, atau apapun yang berkaitan dengan air yang banyak."

"Kenapa?"

"Jangan bertanya kenapa. Aku hanya ingin menyelamatkan hidup kakak sepupumu."

"Aku tidak mengerti, tapi baiklah. Aku akan mengikuti semua ucapanmu barusa. Tapi..."

"Tapi kenapa?"

"Malam ini aku berjanji akan menunggu Kris Oppa di dekat jembatan. Aku akan memberitahunya peringatan dari mu. Dari tadi aku menghubungi ponselnya, tapi tidak aktif. Lalu? Aku harus bagaimana?"

.

.

.

"Baguslah. Oke dengarkan ini Jessica, kau dan Detektif Wu harus menjauhi sungai, jembatan, atau apapun yang berkaitan dengan air yang banyak."

Jessica menjauhi jembatan ketika Yoona menyelesaikan kalimatnya di seberang sana. Suasana yang ramai membuatnya harus mendengar dengan teliti setiap kata yang gadis itu ucapkan. Apa katanya tadi? Menjauhi air yang banyak?

"Kenapa?"

"Jangan bertanya kenapa. Aku hanya ingin menyelamatkan hidup kakak sepupumu."

Dia berdiri di belakang pohon mapel yang letaknya hanya beberapa meter dari jembatan. Tiba-tiba saja mendengar kalimat itu membuat Jessica kebingungan dan agak sedikit takut, kontan saja dia melangkah lebih jauh. Seolah Yoona mengetahui sesuatu yang seharusnya dia tidak tahu.

Tadi sore temannya itu bertanya "Apa Detektif Wu bisa berenang?" Pertanyaan Yoona memang tidak terlalu aneh. Tetapi, Jessica merasa pertanyaan Yoona tadi sore dan ucapannya yang sekarang ada kaitannya.

"Aku tidak mengerti, tapi baiklah. Aku akan mengikuti semua ucapanmu barusan. Tapi..."

"Tapi kenapa?"

Karena dia dan Kris berjanji bertemu di dekat jembatan.

"Malam ini aku berjanji akan menunggu Kris Oppa di dekat jembatan. Aku akan memberitahunya peringatan dari mu. Dari tadi aku menghubungi ponselnya, tapi tidak aktif. Lalu? Aku harus bagaimana?"

Dan seketika sambungan telpon terputus. Jessica menatap ponselnya yang sudah gelap. Dengan perasaan gugup dia melangkahkan kaki kembali mendekati jembatan. Jessica tidak mengerti dan juga dia tidak ingin mengerti. Semua yang Yoona ucapkan tadi masih membuatnya bingung, tapi jika memang benar apa katanya. Dia harus membuat Kris menjauhi jembatan ini.

Berulang kali Jessica mencoba menghubungi Kris. Tetap sama, tidak diangkat. Sepertinya ponsel pria itu sedang mati, lalu bagaimana sekarang. Jessica masih berdiri di dekat jembatan di samping kedai es serut yang ramai, matanya melirik kesana-kemari. Mencari-cari batang hidung kakak sepupunya. Dia sangat berharap Kris tidak melewati jembatan yang sangat ramai ini.

"Jessica!" Seseorang berteriak menyerukan namanya. Walau agak meredam dan samar-samar, tetapi gadis itu yakin. Itu suara kakak sepupunya, itu suara Kris.

Runa menatap lurus ke arah jembatan. Disana di atas jembatan Kris berdiri bersama pejalan kaki lainnya sambil tersenyum dan melambai.

.

.

.

Kris baru saja keluar dari kantor polisi ketika dia menyadari ponselnya mati total. Sepertinya baterai ponselnya habis. Kris bahkan tidak menyadari hal itu. Dari tadi pikirannya terkuras tentang kecelakaan yang Jessica dan Yoona alami. Dan tentu saja, si murid laki-laki yang tiba-tiba mati di tengah jalan seperti itu. Dia kelihatan baik-baik saja, malah Kris awalnya menyangka anak laki-laki itu hanya pingsan, ternyata dia mati.

Tidak perlu berjalan jauh, karena jarak acara festival hanya beberapa ratus meter dari kantor polisi. Suasananya sangat ramai, banyak pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang pinggir jalan. Yah, awal niatnya ingin berkencan dengan Yoona, tetapi gadis itu malah sakit.

"Jessica!" Kris berteriak memanggil nama adik sepupunya. Sekarang dia berdiri di atas jembatan yang ramai sambil tersenyum dan melambai. Tetapi Jessica hanya diam dan agak sedikit gugup.

Aneh! Dan yang semakin anehnya lagi adalah ketika Kris menatap lurus melewati Jessica, ada seorang gadis yang tengah berlari. Berlari kencang ke arahnya sambil meneriaki namanya. Semua suara terasa seperti desisan lebah dan Kris langsung sadar tubuhnya kehilangan keseimbangan dan terdorong ke luar pagar jembatan.

Dimata Kris semuanya terlihat seperti adegan slow motion. Orang-orang yang berteriak dari atas jembatan yang melihatnya terjatuh, bahkan seorang gadis yang kini ikut meloncat sambil meneriaki namanya dan mengulurkan tangan.

Ibunya pernah berkata : jika ada seseorang yang berani mempertaruhkan nyawanya demi orang lain, jangan ragu untuk menggenggam tangannya.

Byur!!

Continue Reading

You'll Also Like

98.7K 290 1
Jadi maba nggak seburuk itu kok, kata Mama Rose. Tapi bohong. Start : 05 September 2017 End : 18 Oktober 2018
122K 12.2K 34
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
559 76 13
(SO JUNGHWAN X HANNI) Selain tinggal di komplek yang sama, Jerald dan Nayara juga sama-sama punya masalah dalam hubungan mereka masing-masing. Kalau...
1.7M 157K 78
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...