In a Dream

By Hanabisite

11.9K 1.1K 70

[Complete] Bagaimana kalau aku mengatakan Im Yoona bisa mengetahui kapan seseorang akan mati lewat mimpi? Apa... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Epilog

Lima

738 80 4
By Hanabisite



Sudah hampir dua minggu Yoona tidak masuk sekolah. Ia tidak bisa berjalan dan tidak diperbolehkan berjalan. Namun hari ini, gadis itu datang ke sekolah dengan keadaan kaki yang telah sembuh total. Ia bisa kembali berjalan bahkan jika mau ia bisa berlari kencang seperti dua minggu yang lalu.

Tapi bukan fakta itu lah yang membuat gadis berwajah datar ini mengembangkan senyumnya–orang-orang bahkan dibuat kaget disepanjang lorong koridor lantai dua–gadis itu tidak pernah tersenyum dan hal itu terlihat sangat langkah. Melainkan tentang, untuk pertama kali dalam hidupnya–setelah ia menyadari kemampuannya–Yoona menyelamatkan korban dalam mimpinya. Ia menyelamatkan Jessica, walau harus bertaruh dengan nyawanya sendiri.

Yoona sangat senang.

Hari ini gadis itu terlihat berbeda. Ia terlihat normal seperti anak remaja pada umumnya. Lingkaran hitam di bawah matanya perlahan memudar, wajahnya terlihat lebih segar dan cerah, ia cukup tidur dua minggu kebelakangan ini. Sepatunya telah disikat bersih sampai mengkilap, seragamnya di gosok rapi, ia memakai tas baru yang dibelikan Ayahnya dua hari yang lalu, rambutnya diikat satu tinggi ke belakang dengan poni depan ala member girlband. Cukup membuat orang lain berpikir pada dasarnya Im Yoona sangat cantik.

Belum sampai diambang pintu, Yoona telah di sambut oleh banyak pasang mata. Mereka berdiri di depan kelas dengan wajah terkejut. Penampilannya memang berbeda hari ini. Jessica menghampiri Yoona yang hanya berdiri beberapa meter dari pintu kelas. Yoona baru sadar pintu kelas masih tertutup rapat.

"Yoona-ya, kau membawa kunci kelas?" tanya Jessica dan diikuti semua murid yang menatapnya penuh harap.

Yoona mengangguk. "Ya," Gadis itu memang salah satu anggota kebersihan kelas dan dia selalu membawa kunci cadangan kalau-kalau kunci kelas di ruang guru hilang. "Ada apa? Memangnya kunci di ruang guru hilang?"

"Iya, kuncinya hilang. Untungnya kau masuk hari ini."

Yoona merogo tasnya. "Bagaimana dengan Kim Songsaenim? Bukankah dia juga mempunyai kunci cadangan?" Ia menyerahkan kunci dengan gantungan Rillakuma kepada Jessica.

Jessica mengangkat bahu tanda tidak tahu. "Entah. Kudengar dari hari jum'at sore dia belum pulang ke rumahnya sampai hari ini dan tidak ada kabarnya."

Yoona terdiam. Jum'at sore? Hari ini adalah hari senin, berarti lebih dari 48 jam Kim Songsaenim menghilang. Tiba-tiba perasaan Yoona menjadi tidak enak. Pikirannya telah melayang kemana-mana. Tapi ia menggeleng, jika Kim Songsaeni mati, bisa saja guru itu ada dimimpi Yoona.

Tiffany mendekatkan dirinya ke pintu untuk memutar kunci, namun gadis itu diam sesaat lalu menoleh kebelakang. "Pendingin udaranya menyala," tangannya tertempel pada cela pintu. "Apa ada orang di dalam?"

Tao melongok pada kaca jendela buram di samping pintu. Dia memang tidak bisa melihat apapun selain cahaya lampu yang menyorot ke lantai koridor. "Bukankah ini aneh? Hari ini masih pagi dan cuacanya cerah. Kenapa lampunya menyala?"

Semua murid terdiam, pikiran mereka yang melayang, menduga-duga hal yang mungkin terjadi. Termasuk Yoona yang berdiri tak jauh dari pintu. Ia berpikir keras untuk kasus ini. Bisa dibilang dari semua murid yang tengah berpikir, ia lah yang menduga hal kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

"Tiffany-ssi," Yoona mulai bersuara. "Kurasa sebaiknya, kau cepat membuka pintu kelasnya."

Tiffany mengangguk. Dia memutar kunci, ada suara clak! yang terdengar nyaring. Lalu menggeser pintu kayu itu kesamping dan semua orang langsung terdiam dengan pamandangan pagi yang disuguhkan di depan mereka.

Kim Songsaenim berbaring di atas undakan di depan kelas dengan darah yang mengotori lantai disekitarnya dan sebuah pisau dapur yang tertancap di dada kirinya.

Kim Songsaenim mati. Dugaan sementara bunuh diri.

.

.

.

Kris duduk di bawah pohon di halaman belakang sekolah bersama Yoona dan Jessica. Keduanya bungkam, terlalu terkejut dengan kejadian yang terjadi satu jam yang lalu. Wali kelas mereka tewas dengan pisau yang tertusuk di dada, dugaan sementara bunuh diri.

Memang, kemarin seorang wanita tua yang diketahui bernama Kim Seol Yoon–isteri korban–melapor kepolisi karena suaminya telah menghilang selama 48 jam. Kris baru saja mau memulai penyelidikannya tentang kasus itu pagi ini, namun dia malah mendapatkan kabar kalau korban ditemuka di sebuah ruang kelas. Hal ini menjadi banyak perbincangan diantara murid-murid.

Sekolah dibubarkan sembilan belas menit yang lalu. Tetapi Kris tidak bisa memulangkan Yoona dan Jessica begitu saja, begitu pula dengan dua saksi lainnya Huang Zitao dan Tiffany Hwang. Mereka berempatlah yang jaraknya sangat dekat dengan tubuh korban. Kepolisian membutuhkan kesaksian mereka sebagai kunci dari kasus ini.

Kris sangat ingin memulangkan Jessica, sebelumnya gadis itu menangis histeris seperti murid perempuan lainnya, walau sekarang Jessica sudah lebih tenang. Yoona, sungguh Kris tidak mengerti dengan gadis itu. Dia sama sekali tidak menangis, namun wajahnya terlihat shock berat. Yoona duduk sambil memeluk kakinya, pandangannya tertuju keujung sepatu dengan mata melotot dan tubuh bergetar. Hanya Yoona yang menampilkan ekspresi seperti itu, seolah dirinyalah penyebab meninggalnya Kim Joon So.

"Aku akan memulai penyelidikan," Kris mulai angkat bicara. "Kalian harus bekerja sama denganku agar penyelidikan ini berjalan lancar."

Tidak ada jawaban. Tapi keduanya mengangguk. Kris bangkit, dia tidak mungkin melakukan penyelidikan disini. Mereka harus pergi ke lokasi kejadian. "Ayo kembali ke kelas kalian."

.

.

.

Tubuh Kim Joon So sudah tidak ada ketika mereka berdiri di ambang pintu kelas. Namun bercak darah dan barang-barangnya masih tertinggal disana sebagai bukti. Kris menatap kedua murid SMA itu, sedikit khawatir. "Baiklah, ayo kita mulai," Kris mendesah pelan. "Yoona-ssi, bisa kah kau menunggu di luar? Penyelidikan akan dilakukan secara bergantian."

Yoona mengangguk lalu mundur ke belakang. Merapatkan punggungnya ke dinding lalu pintu kelas ditutup rapat. Saat itu juga tubuh Yoona merosot ke bawah. Ia kembali memeluk kakinya. Bagaimana ini bisa terjadi? Ia baru saja menyelamatkan Jessica, tapi dua minggu kemudian Kim Songsaenim malah bunuh diri. Yoona merasa kemampuannya sangat tidak berguna, harusnya ia bisa menolong Kim Songsaenim, seperti ia menolong Yoona.

Lebih dari lima belas menit Yoona duduk di depan kelas sambil mengerutuki dirinya sendiri lalu suara pintu yang digeser membuatnya mengangkat kepala. Jessica keluar kelas dengan wajah yang basah karena air mata, kontan Yoona langsung bangkit. Jessica sedikit membungkuk ke arah Kris kemudian pergi tanpa mengucapkan sepatah kata. Menatap punggung Jessica yang mulai menjauh membuat Yoona berpikir, gadis itu harus menenangkan dirinya dulu.

"Yoona-ssi," Yoona menoleh. Kris berdiri di sana di atas undakan dekat bekas darah yang mengering. "Kini giliranmu."

Bukan pertama kalinya Yoona melihat darah, ia agak sedikit terbiasa. Melangkah masuk, menutup pintu, dan berdiri di samping Kris.

"Seperti yang kau lihat," Kris menunjuk lantai tempat Kim Joon So ditemukan. Garis putih yang membentuk tubuhnya terlihat sangat kontras dengan lantai kayu berwarna coklat gelap. "Disinilah tubuh Kim Joon So ditemukan."

"Yoona-ssi, bisa kah kau menjelaskan awal mula ditemukannya tubuh korban?"

Yoona mengangguk. Kris juga mempersilahkan Yoona duduk di kursi kayu yang diletakkan di dekat lokasi. Sedangkan pria itu berdiri di samping Yoona.

"Aku berangkat seperti hari biasanya. Sesampainya di depan kelas Jessica menanyai kunci kelas yang memang di pegang olehku. Aku memberikan kunci itu kepadanya dan Jessica memberikannya ke Tiffany Hwang dan dia membuka pintu kelas," Yoona diam sejenak. "Dan kami menemukan Kim Songsaenim telas tewas."

Kris mengangguk. "Semua saksi berkata persis seperti apa yang kau katakan," Kris duduk di atas meja guru. "Yoona-ssi, kuharap kau menjawab jujur semua pertanyaanku."

"Tentu saja."

"Dimana kau berada pada hari jum'at sekitar pukul tujuh sampai sembilan malam?"

Alis Yoona terangkat tinggi-tinggi. Ia merasa sedang diintrogasi. "Dirumah."

"Apa ada orang yang bisa membuktikan alibimu?"

"Apa maksudnya ini? Kenapa kau mengintogasiku? Kau menuduhku membunuh Kim Songsaenim? Bukankah dia bunuh diri?"

Kris menggeleng. "Bukan itu. Aku tidak menuduhmu, tapi aku butuh kesaksianmu. Dan satu hal lagi Kim Joon So tidak bunuh diri tapi dia tewas dibunuh."

"Apa?" Yoona tidak dapat berkata apa-apa. Jadi mereka berbohong kepada semua murid untuk membuat mereka tidak panik. "Tapi, kenapa kau memberi tahu hal ini kepadaku?"

"Karena kau termasuk ke dalam salah satu tersangka."

"Apa maksudmu? Aku tidak mungkin membunuh Kim Songsaenim dan kenapa aku harus membunuh dia? Aku tidak mempunyai motif untuk membunuhnya?"

"Aku tahu, kau tidak akan menerima semua ini. Tapi, semua anggota kepolisian mencurigaimu dan kau juga memegang kunci kelas."

Kris turun dari undakan mendekati Yoona. "Hari jum'at, tanggal 23 Oktober 2015, pukul 19:00 sampai 21:00 adalah perkiraan waktu kematian Kim Joon So. Hari minggu, tanggal 25 Oktober 2015, pukul 20:09 adalah waktu dimana Kim Seol Yoon–isteri korban–melapor ke kantor polisi. Hari senin, tanggal 26 Oktober 2015, pukul 07:58 adalah waktu dimana korban ditemukan."

"Lalu? Apa hubungannya denganku?"

Kris tidak menjawab, dia kembali ke penjelasan. "Kim Joon So ditemukan tewas di Aobe High School di dalam kelas 2-A. Tubuhnya hampir membusuk, tetapi pendingin udara di dalam kelas yang terus menyala menunda pembusukan tubuhnya. Ada dua luka tusuk ditubuhnya, tusukan pertama di perut bagian belakang. Jika dia bunuh diri, bagaimana bisa dia menusuk perut bagian belakangnya? Awalnya korban ditikam dari belakang kemudian pelaku menusuk dada kiri korban dan hal itu membuat korban tewas seketika."

Kris kembali mendesah pelan. "Yoona-ssi, mau kah kau bekerja sama denganku? Tolong jawab semua pertanyaanku dengan jujur."

Sedikit ragu, tetapi Yoona mengangguk.

"Dimana kau berada pada hari jum'at tanggal 23 Oktober 2015 sekitar pukul 19:00 sampai 21:00?"

"Di rumah."

"Apa kah ada seseorang yang bisa membuktikan alibimu?"

Yoona menggeleng. "Tidak. Hari itu kedua orang tuaku pergi menghadiri pernikahan anak teman lamanya."

Kris terlihat frustasi. Dia tidak ingin menuduh Yoona, sama sekali. "Benarkah kau memegang kunci kelas?"

"Ya."

"Siapa saja yang memegang kunci kelas?"

"Aku dan Kim Songsaenim memegang kunci cadangannya, sedangkan kunci aslinya tergantung di ruang guru."

Tunggu sebentar. Otak Kris seperti menemukan lampu hijau, dia mencium sesuatu yang mencurigakan. Ada tiga kunci kelas ini. Kris melirik ke bawah, di samping tubuh Kim Joon So juga ditemukan sebuah kunci kelas yang memiliki gantungan yang bertuliskan kelas 2-A. Menurut kesaksian Jessica tadi, kunci yang berada di dekat tubuh korban adalah kunci kelas yang digantung di ruang guru. Yoona memegang salah satu kunci cadangan. Lalu, kemana kunci cadangan yang satunya lagi? Kunci yang dipegang oleh Kim Joon So?

"Yoona-ssi," Kris menatap Yoona lekat-lekat. "Aku akan membuktikan kalau kau tidak bersalah."

.

.

.

Kris duduk di kursinya dengan mata terpejam. Dia memikirkan banyak hal yang terjadi hari ini. Kira-kira siapa pembunuh yang sebenarnya? Walau semua bukti mengerah ke Yoona, tetapi Kris tidak mungkin menuduh gadis itu. Untuk apa Yoona membunuh Kim Joon So? Memangnya apa ada hubungan guru dan murid? Rasanya otak Kris sudah buntu. Astaga! Dia baru sadar! Hubungan! Memangnya di sekolah itu hanya ada satu murid perempuan?

Kris membuka matanya, melirik ke samping kemudian menurunkan kakinya dari atas meja. "Sunbae," panggil Kris. Seorang pria berjenggot pendek di sampingnya menoleh. "Bukankah kau yang mengintrogasi Kim Seol Yoon, Huang Zitao, dan Tiffany Hwang?"

Orang itu–Cho Kyuhyun–senior Kris yang juga detektif kepolisian mengangguk. Dia memutar kursi menghadap Kris. "Ya, kenapa? Kau menemukan pelakunya?" Tanyanya harap-harap cemas.

Kris menggeleng. "Belum. Tapi, aku ingin kau menjelaskan semua kesaksian mereka."

"Baiklah. Kim Seol Yoon pada hari jum'at tanggal 23 Oktober 2015, pukul 19:00 sampai 21:00, berada diacara pernikahan keponakkannya yang memang sudah dibuktikan oleh kamera cctv dan beberapa saksi lainnya. Dia tidak meninggalkan gedung sampai acara selesai. Setelah acara selesai dia tidak pulang ke rumah, melainkan menginap di rumah kakaknya dan pulang ke rumah esok harinya pukul 07:00. Tapi sebelum pembunuhan berlangsung Kim Seol Yoon pergi ke sekolah menemui suaminya pukul 15:00 dan pergi pukul 15:15."

"Apa yang dia lakukan?"

"Kim Seol Yoon tahu suaminya akan bekerja lembur hari itu. Dia menyiapkan makanan dan mengantarkannya ke sekolah. Bukankah kau lihat sendiri ada enambarang bukti di lokasi kejadian pisau, kunci kelas, kotak makan, kantung belanja, tas kerjanya dan lembaran kertas ulangan?"

"Apa ada racun di dalam makanannya?"

"Tidak. Tim forensik mengatakan tidak adanya racun di dalam makanan atau kotak makan korban."

"Apa dia memiliki penyakit? Maksudku, apa Kim Joon So mengidap penyakit?"

"Ya," Kyuhyun mengangguk. "Dia mengidap gula darah yang cukup parah."

"Kalau tidak salah, kau pernah mengatakan Kim Seol Yoon adalah seorang apoteker di salah satu rumah sakit besar di Seoul?"

"Ya memang. Kenapa? Ada apa? Kau menemukan sesuatu?"

"Tidak," Kris memamerkan giginya membuat Kyuhyun jengkel. "Ayo lanjutkan lagi, sunbae."

Kyuhyun mendesah pelan dan terpaksa harus melanjutkan kembali penjelasannya. "Huang Zitao. Kurasa dia tidak bersalah. Hari itu dia sedang dalam perjalanan bersama keluarga besarnya menuju Busan. Alibinya di perkuat oleh keluarganya yang memang berada di sampingnya saat itu."

"Kau tahu, kesaksian keluarga tidak pernah diperhitungkan. Bisa saja mereka berbohong."

Kyuhyun semakin jengkel dengan ucapan Kris. "Ya! Kau pikir orang tua mana yang membiarkan anaknya membunuh gurunya sendiri? Hey, bagaimana dengan Jessica Jung dan Im Yoona?"

Kris tersenyum miring. "Mereka berdua tidak bersalah."

"Kau yakin sekali."

"Tentu saja. Pada waktu kejadian perkara Jessica dan aku sedang bermain game dan Jessica tidak meninggalkan kamarku sedetikpun. Aku juga sudah melihat kamera cctv yang berada di depan rumah Yoona-ssi, setelah gadis itu pulang sekolah. Yoona-ssi tidak meninggalkan rumahnya sampai pagi dan bagaimana bisa dia membunuh orang jika berjalan saja sulit?"

Kali ini Kyuhyun yang tersenyum miring. "Kau tahu sendiri kan? Kesaksian keluarga itu tidak diperhitungkan. Bisa saja kau berbohong demi Jessica-ya. Dan Yoona-ssi, bisa saja dia berbohong dan mengatakan kakinya masih sakit padahal sudah sembuh total. Dia juga bisa pergi ke luar untuk membunuh melalui pintu belakang rumahnya."

"Kau menuduh Jessica?"

"Tidak," Kyuhyun menggeleng seperti anak kecil. "Aku hanya mengembalikan ucapanmu."

"Ah!" Kris kembali menidurkan punggungnya di kursi. "Kenapa kita jadi bertengkar? Ah, kau juga belum menjelaskan kesaksian Tiffany Hwang."

"Ini semua gara-gara kau yang mengajak ribut duluan," Kyuhyun mendengus dan Kris diam menerima ocehan seniornya. "Ya baiklah, kita akan melanjutkan pembicaraan kasus ini. Hm... aku juga tidak mencurigai Tiffany Hwang. Pada saat itu Tiffany-ssi berada di apartementnya yang letaknya hanya satu kilometer dari sekolah. Memang tidak ada yang bisa membuktikan alibinya, karena dia tinggal sendiri."

"Tinggal sendiri? Seorang anak SMA tinggal sendiri di sebuah apartement?"

"Ya. Kudengar orang tua Tiffany-ssi sangat kaya, mereka membelikan sebuah apartement mewah, sedangkan orang tuanya sendiri sangat sibuk dengan urusan bisnis mereka. Tapi, dia tertangkap kamera cctv pukul 19:30 Tiffany-ssi pergi ke minimarket dekat apartementnya dan kembali dua puluh menit kemudian."

"Kau sudah memeriksa cctv di minimarketnya? Apa benar dia kesana?"

"Ya dan menurutku waktu dua puluh menit tidak cukup untuk pergi ke sekolahnya dan membunuh guru yang tubuhnya dua kali lipat lebih besar darinya dan kembali lagi ke apartement. Bahkan jika dia menaiki kendaraan."

Kris terdiam. Dari ke lima orang yang telah memberikan kesaksian, tidak ada dari mereka yang terlihat mencurigakan. Semuanya memiliki alibi yang kuat. Atau mungkin bukan mereka yang membunuh Kim Joo So? Ada satu puzzel yang hilang disini.

"Sunbae, bolehkah aku melihat video kamera cctv Tiffany Hwang?"

"Kenapa? Kau mencurigainya?"

Kris menggeleng. "Aku hanya ingin memastikannya dengan mataku sendiri."

"Ah! Kau ini!" Kyuhyun mengobrak-abrik laci mejanya dan menyerahkan sebuah kepingan cd. "Ada tiga video di sana. Video pertama yang berada di lobby gedung apartement ketika Tiffany-ah pergi, video kedua yang berada di depan kasir minimarket, dan yang ketiga berada di lobby ketika Tiffany-ah kembali."

Kris memasukan cd ke laptopnya dan memutarnya. Di video yang pertama memang terlihat Tiffany Hwang yang keluar dari gedung apartemennya pukul 19:30. Di video yang ke dua juga menampilkan dia sedang memilih-milih makanan, menuju ke kasir, dan keluar minimarket pukul 19:45. Dia menghabiskan waktu sepuluh menit di minimarket. Dan video terakhir menampilkan dia sedang memasuki gedung apartementnya pukul 19:50.

Jadi, gadis itu menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit untuk pergi dan kembali dari minimarket. Kenapa selama itu?

"Kyuhyun sunbae, berapa jarak gedung apartementnya menuju minimarket?"

"Sekitar dua ratus meter dari sisi kanan gedung."

"Kenapa jauh sekali? Apa tidak ada minimarket yang lebih dekat dari sana?"

"Hm... kurasa ada. Aku melihatnya tadi ketika mendatangi apartementnya, jaraknya sekitar lima puluh meter dari sisi kiri gedung."

"Kenapa dia lebih memilih minimarket yang lebih jauh, jika ada minimarket yang lebih dekat?"

"Kurasa hm... mungkin disana jauh lebih lengkap."

"Tapi, dari video ini terlihat. Barang-barang yang Tiffany-ssi beli adalah barang-barang umum yang banyak di jual di minimarket. Jadi, kenapa?"

"Yak! Kau ini!" Kyuhyun berteriak dan memutar kurisnya menghadap Kris. "Mana aku tahu. Mungkin dia lebih suka belanja disana. Kalau kau penasaran tanya saja sendiri pada orangnya."

"Ih... kau galak sekali. Aku kan hanya bertanya."

Shinji kembali memutar video dimana Tiffany Hwang kembali dari minimarket berulang kali. Kemudian dia menggedip-ngedipkan matanyanya beberapa kali. Memutar video itu terus menerus sampai kepalanya pening lalu kembali menatap Kyuhyun yang sedang asik dengan ponselnya.

"Sunbae."

"Apa lagi?"

"Apa videonya rusak?"

"Tidak."

"Kau mengedit videonya?"

"Tidak."

"Kau memotong beberapa bagian video ini."

"Tidak. Hey! Dan untuk apa aku melakukan itu?"

"Kurasa video ini rusak."

"Tidak mungkin. Aku telah menonton berulang kali video itu dari tadi siang dan aku tidak menemukan kecacatan sedikitpun."

"Benarkah? Apa jangan-jangan mataku yang sudah rusak?"

"Benar! Matamu sudah rusak!"

Kris kembali memutar video itu berkali-kali sampai ia tersadar dan benar-benar yakin. Anjing pemburu mencium kebusukan.

-

Mian, keluar dari tema. Karena adegan Kris sangat dikit padahal dia peran utama cowok. Mangkanya aku buat adegan dimana Kris menyelidiki sebuah kasus. Semoga kalian masih suka ^^

Continue Reading

You'll Also Like

6.3K 1.1K 13
[END] ft. Sunghoon x Yujin lokal au Cuma gara-gara photo, Yujin jadi babu Cover by : @universnai♡ @m0z4rell0, 2020♡
246K 21.2K 33
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
52K 3.5K 23
Baca aja^^, gosah deskripsi-deskripsi an... banyak typo~ jari gw ke gedean, eh? bukan? tombolnya yg kekecilan.. *paansih #StrayKids #Hyunjin #Jeongin...
6K 544 6
bagaimana jika exo k dan apink berpacaran, tetapi exo k selingkuh dibelakang apink. apink tidak pernah mengetahui jika exo k berselingkuh sampai akhi...