Almost Is Never Enough [Re-ma...

By Keziaa22

3.2K 284 447

(PG) Kukira hidupku "sempurna", bahkan setelah Daniel ada di sisiku. Ternyata "dia" datang lagi... More

Almost Is Never Enough
P.r.o.l.o.g : Dear Diary,
Chapter 1 : Bertemu Lagi!
Chapter 2 : Reuni
Chapter 3 : Espresso Con Panna
Chapter 4 : Dia
Chapter 5 : Diary?

Chapter 6 : Kontrak Film

210 32 44
By Keziaa22

🎵[A Day Before Us OST, web-mini drama]
Yeon Ju- Maybe 🎶
Now I know,
long wait is probably joy
Maybe not yet,
But today I can't hide anymore
Lyrics - English Translation
----

Hari yang melelahkan! Aku merebahkan tubuhku di sofa ruang tamu yang empuk. Akhirnya, aku bisa bernapas lega setelah hukuman Bu Rosa yang membuat tanganku pegal dan berkeringat. Belum lagi, mengingat aku tergaja semalam karna masalah sepeleku dengan Daniel dan guru-guru tentunya menegurku karna tertangkap menguap, bahkan nyaris tertidur beberapa kali.

"Niel kenapa sih masih ngambek nggak jelas gitu? Gaje amat! Oh yaa, aku belum ngecek tasku lagi nih."

Aku bergegas bangkit dan duduk membongkar tas ransel di sampingku. Di sekolah tadi aku menyadari kecerobohanku. Saat berusaha mencari agenda, aku kelupaan mengunci lokerku lagi. Tapi, kurasa barang-barangku masih tetap sama, hanya terlihat lebih berantakan. Mungkin karna, aku asal menggeletak barangku saat mencari agenda tadi.

"Eh, tunggu! Diary SMPku mana? Kok nggak ada?"

Asal kalian tahu, belum lama ini aku menemukan diary SMPku yang telah lama hilang entah kemana. Lebih tepatnya, tadi saat aku mencari agendaku di loker. Diary yang kukira hilang, ternyata terselip di antara tumpukan kertas-kertas rangkuman materi map berwarna biru pastel.

Aku mendengus kesal dan melempar tas ranselku. Diary yang baru saja akan kubaca setelah lama tak menyentuhnya malah hilang begitu saja. Emang diary punya kaki yaa? Bisa jalan sendiri? Padahal baru saja aku akan membacanya!

"Jangan-jangan ada yang sengaja bongkar lokerku terus nyuri? Tapi masa kurang kerjaan banget sih. Aduuh, gimana nih? CCTV lorong loker kan lagi rusak."

Aku mengacak-acak rambutku frustasi. Kurasa ini juga hari sialku. Bagaimana jika nantinya bermunculan gosip di sekolahku tentang Ryan, orang yang dulu pernah mengisi hatiku semasa SMP? Gawat! Mungkin saja, aku jadi bahan ejekan di kelas! Aku memejamkan mataku sejenak dan tak menghiraukan seragam OSIS yang masih melekat di badanku. Tiba-tiba saja, listrik apartemenku mati!

"Great! Ini beneran hari sialku!"

Aku meraba-raba ponselku dan menyalakan flashlight. Salah satu hal yang aku benci adalah kegelapan seperti ini. Ruangan pun jadi jauh lebih panas, terlebih lagi aku jadi lebih was-was karna aku tinggal sendirian. Aku takut kegelapan, segala yang berbau horror, dan ketinggian! Kebiasaan tidurku adalah menyalakan lampu tidur di setiap sudut kamar tidurku, tidak juga lupa dengan kakiku yang selalu aku selimuti. Aku selalu saja membayangkan adegan horror yang paling menyebalkan adalah ketika kaki korban ditarik saat tidur, seperti dalam film The Conjuring! Hiih!

Aku segera berjalan ke arah pintu keluar-masuk apartemenku dengan perlahan-lahan sambil memeluk bantal sofa di tangan kananku dan mengarahkan flashlight ke depan dengan tangan kiriku. Setelah berdiri tepat di depan pintu, aku menghela napas lega dan membuka gagang pintu perlahan. "Lingsir wengiiii..."

"Aaaa!!!" Terdengar lagu yang paling kubenci karna, memang berbau horror dan katanya sih, mengundang setan.

Spontan aku berteriak keras dan memejamkan mataku, serta memeluk bantalku erat-erat. Lagu itu pun berhenti, tergantikan oleh suara tertawa tengil yang sepertinya kukenali! Aku memberanikan diri membuka mataku dan langsung memeluk orang di depanku itu.

"NIEEEL!!!" Ternyata lagu itu berasal dari ponsel milik Daniel.

"Dari kecil kamu nggak pernah berubah yaa, gitu aja langsung takut!"

"Aghhh, kamu emang nyebelin amat sih!! Liat nih, sampe mau nangis tau nggak!" ujarku sambil melepas pelukanku dan mengusap mataku perlahan.

"Aku kesini cuma mau minta maaf kok, kalo di chat takut nggak gentle. Sorry yaa, Cath. Mungkin kemaren aku emosi sesaat. Aku kesini juga bawain es krim sih," Daniel sedikit menunduk dan menepuk kepalaku perlahan. "Nih magnumnya!"

"Nggak ada maaf buat kamu! Salah sendiri, kok aku dikacangin! Emangnya kamu kira aku bisa segampang itu maafin kamu pake magnum?"

"Yakin nggak mau? Entar nyesel looh kalo aku makan!" sahut Daniel seraya membuka bungkus es krimnya di depanku sambil menjulurkan lidahnya. "Siniii kalo kamu maksa!" Aku mendengus kesal dan merebut es krimnya itu.

"Dasar cewe kebanyakan gengsi!"

"Emang kamu yang sok narsis!" Aku tersenyum lega. Kurasa dia akan baik-baik saja, aku tak perlu mengkhawatirkannya lagi.

----

Author's POV

-Bandung, Indonesia-

Seorang gadis berwajah mirip boneka. Perpaduan antara cantik, imut, elegan dengan mata besar yang terlihat mempesona dengan bulu mata lentik alaminya, senyuman killer yang bisa membuat siapapun tergila-gila, rambut berombak yang panjang bak seorang model iklan shampoo, dan tubuhnya yang sangat proporsional ideal. Gadis itu menatap dirinya ke cermin. Namun, paras cantik itu tidak sesempurna kehidupannya.

Hidupnya memang jauh dari kata mulus dan penuh dengan sandiwara palsu yang dibuatnya. Kehidupan jauh dari lubuk hatinya begitu kelam, kejam, dan perih seperti menorehkan luka yang dipoles dengan air cuka atau lemon. Begitu menyakitkan!

"Kamu hanyalah pengecuuut!! Mama bekerja keras untuk menempatkanmu di agensi, Tiffany!!! Lalu kamu masih menentang Mama untuk sekolah fashion designer? Apa kamu bercanda dan main-main terhadap masa depanmu itu? Mau jadi apa kamu nantinya, hah? Menggambar dan menjahit seumur hidupmu? Pekerjaan macam apa itu!! Kau pasti bercanda, kan?"

Tiffany menatap beberapa dokumen skenario yang berada di meja riasnya. Tiba-tiba dia kembali teringat dengan kata-kata Miss Maya, managernya.

"Ini film percintaan remaja, Tiff. Lawan mainmu adalah Ren, seorang aktor drama musikal yang sukses. Apalagi, dia juga seumuran denganmu. Ini kesempatan langka, Tiff! Dia punya banyak sekali fans, dari Indonesia dan Australia. Blasteran pula! Ibunya adalah orang Indonesia, yang masih keturunan chinese. Ayahnya berdarah Australia asli. Kamu yakin tidak menerima tawaran ini? Bukankah, kamu ingin lebih terkenal lagi dan menunjukkan semua hasil yang kamu peroleh ini ke Mamamu? Lebih baik kamu memikirkan hal ini baik-baik sebelum benar-benar menolaknya."

Dia mengambil ponsel berwarna gold yang tergeletak di meja rias dan langsung mencari biodata lawan mainnya itu lewat google. Seperti kata Miss Maya, penghargaannya cukup banyak untuk seorang aktor drama musikal muda seumuran dengannya. Apalagi, dia cukup tampan.

"Peluang besar, huh?"

Tiffany mengetuk-etuk jarinya di atas meja rias dan tanpa berpikir panjang lagi, dia mencari kontak Miss Maya. "Ah! Halo, Miss."

"Halo, Tiff. Kenapa? Mau tanya jadwalmu besok?"

"Bukan, Miss. Keliatannya, aku terima tawaran main film itu."

"Oh ya? Astagaaa, ini kabar baik! Bagaimana skenarionya? Udah baca semua dokumen termasuk isi kontrak film di map itu, Tiff?"

"Sure!"

"Bagus, Tiff! Oke, aku akan mengabarimu lebih lanjut besok. Ah ya, jangan lupa pemotretanmu! Aku jemput jam sepuluh, oke?"

----

-Sydney, Australia-

"WHAT? Dude, film percintaan? Really? Yang benar saja! Ini bukan style 'Ren' aktor muda berbakat yang aku kenal. Kau yakin dengan tawaran mereka itu?" ujar Jason sahabat Ren, seorang aktor yang mulai naik daun dengan banyak film, terutama untuk yang bertemakan musikal dan drama teaternya.

Jason memiliki perawakan yang cukup proposional. Wajahnya mungkin biasa saja untuk ukuran seorang bule berdarah Amerika-Australia, mungkin satu-satunya yang menarik perhatian adalah matanya yang berwarna biru keabu-abuan atau rahangnya yang sangat tegas. Dia adalah tetangga sekaligus sahabat yang menemani kesendirian Ren selama dia pindah ke Sydney dan gazebo di halaman belakang rumahnya selalu menjadi markas utama mereka.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Jason dekat dengan Ren, selain karna kecintaannya dengan masakan Indonesia buatan Ren, saudara sepupunya pun juga sering mengunjungi Pantai Kuta di Bali beberapa bulan sekali. Hal ini yang membuat Jason cukup memahami beberapa kalimat sederhana dalam Bahasa Indonesia, walaupun memang sulit melafalkannya dengan aksen Australia.

"Listen to me! Bro, film percintaan itu biasanya selalu melibatkan gosip, skandal, media dimana-mana yang bisa memakai namamu sebagai aktor utama 'pacaran' or cinlok dengan aktris lawan mainmu. Sebagai sahabat dekatmu ini, definitely NO! Aku mengenalmu selama kamu pindah ke sini and for the first time, kamu mau balik ke Indonesia cuma karna tawaran main film yang tidak seberapa dibandingkan dengan honormu yang sekarang?"

Jason menatap Ren dengan muka antusias. Ren hanya terdiam dan menatapnya dengan pandangan kosong. Dia langsung mengalihkan pandangannya, melihat pemandangan bintang dari gazebo yang terlihat cerah dan gemerlap malam itu.

"Oh come on! Mamamu juga sakit! Kamu yakin dengan tawaran itu? Atau alasan lain?" ujar Jason yang tak sabaran mendengar jawaban sahabatnya itu.

"Sebenarnya, ini tentang teman kecilku. I miss her so much."

"Woah, cinta itu buta yaa. Saking butanya, sahabatku yang satu ini malah kehilangan akal sehatnya. Oh God!" Jason menggelengkan kepala dan memijat pelipisnya. Ren hanya terkekeh melihat ekspresinya itu. "Who is the lucky girl? I knew it! Ini pasti karna cewe! Apalagi kalo bukan."

"It's a secret. Honestly, dia biasa aja. Tapi, dia beda, selalu buatku kagum dengan caranya sendiri."

"Naif! Bahkan mungkin nona itu udah punya pacar duluan setelah kepergianmu. Asal kamu tau, aku ini lebih profesional dalam hal percintaan." ujar Jason sambil menyombongan diri dengan memainkan alisnya. "Pro apanya? Punya banyak gebetan dengan status pacaranmu dengan Audrey?"

"Hei, siapa yang mengajarimu untuk bicara savage seperti itu, huh? Aku hanya menikmati hidup, tentu saja Audrey tetaplah yang pertama dan terakhir di hidupku. Tapi, bayangkan hidupku saat bersama Audrey nanti dan dia tak akan membiarkanku melirik gadis-gadis cantik seperti ini lagi! Dude, percayalah! Seharusnya kamu yang beruntung selalu berpasangan dengan aktris yang selalu mempesona, so gorgeous, man! Ternyata, baru kali ini aku tau alasanmu yang selalu menghindari mereka. I know, i'm such a jerk. Beda denganmu yang i hate to say this but, you're such a gentleman."

Ren hanya tersenyum melihat sahabatnya yang satu ini. Sekalipun dia bisa dibilang seorang playboy, tapi Jason tidak pernah mempengaruhi Ren dengan gaya berpacaran atau budayanya yang kebarat-baratan. Justru malah Jason sangat menghormati prinsip dan budaya Ren, bahkan dia selalu menasehatinya. Persahabatan mereka memang unik, sangat berbeda tapi saling menopang dan menghormati keputusan masing-masing.

"Ah yaa, bagaimana jika nona manismu tau soal pekerjaanmu? Dasar! Kamu memang terlalu banyak rahasia yaa, bahkan untuk sahabatmu ini! Apa Adora tau soal kepergianmu ke Indonesia?" sahut Jason yang kembali angkat bicara.

"I'll give it a try. Dia pasti mengenaliku, aku tetaplah aku, aku tetaplah diriku yang dia kenali dulu. Hubunganku dengan Adora masih belum membaik, Mamaku pun juga nggak tau keadaannya yang sebenernya. Tapi, aku pasti akan memberitahunya, cepat atau lambat. Hachiii..." Ren menggosokan hidungnya yang tiba-tiba gatal.

"Sakit? Woah, kukira kamu ini seorang vampir yang nggak bisa sakit." sahut Jason sambil mengangkat salah satu alisnya.

"Nggak tau nih? Apa karna angin dingin yaa? Mungkin, bisa jadi malah ada yang ngomongin aku nih?"

"Orang Indonesia memang unik yaa, percaya mitos gitu." ujar Jason yang tertawa kecil sambil menepuk punggung Ren.

----

Catherine's POV

"Cath, emang apa sih yang kamu sukai dari Ryan?" tanya Daniel tiba-tiba yang membuatku tersedak saat memakan es krim pemberiannya. Kita masih duduk di luar sambil menunggu listriknya kembali menyala dan aku juga masih menghabiskan es krimku agar tidak berceceran di dalam.

"Ummm... Apa yaa? Nggak tau, aku memang nggak ada alasan khusus sih kenapa bisa suka. Tumben, nanya gitu?" jawabku ragu-ragu dengan sedikit keringat yang mengalir di sekujur tubuhku. Kurasa membahas Ryan adalah topik yang buruk, mengingat tatapan dingin Daniel yang membuatku khawatir. Aku hanya takut membahasnya malah mengorbankan persahabatanku dengan Daniel yang malahan mengulangi kesalahanku, seperti kemarin kita nyaris bertengkar.

"Nggak papa kok, kemaren emang aku lagi emosi sesaat aja. Ryan ngilang juga nggak pernah ngontak aku lagi," Daniel menatapku seolah mengerti apa yang aku pikirkan tadi. "Udah nggak mati lampu loh. Mau masuk sekarang? Bau nih, mau magrib gini malah kamu belom mandi." ujarnya lagi sambil berdiri.

"El, emang kamu nggak ada niatan pacaran selama ini yaa?" Aku pun melempar pertanyaan yang masih membuatku bertanya-tanya hingga saat ini. "Kamu ikut tim basket, banyak yang nge-fans juga, belum lagi dulu juga aku liat banyak adik kelas yang nanyain kontakmu kan?"

Daniel tersenyum manis dan memperlihatkan lesung pipinya, "Gimana mau pacaran kalo hati aja udah kekunci buat seorang cewe, Cath." Aku hanya menatapnya kebingungan dan berusaha memikirkan sederetan nama gadis-gadis cheerleader yang pernah kukenali dekat dengan Daniel.

"Emangnya siapa sih?"

"Penasaran siapa?" sahutnya yang langsung menyadarkan lamunanku. Aku mengangguk dan menunggu jawabannya. "Gini aja deh, kamu mau tau berita baik apa buruknya?"

"Baiknya dulu laah. Emang buruknya apa? Cewe yang kamu suka itu udah punya pacar?" sahutku menebak-nebak.

"Okee! Cewe yang aku suka ituuu... Tuh, yang lagi makan es krim sampe gelepotan."

"HAH a-aku?" Aku terbelalak kaget sampai-sampai es krim yang aku genggam malah menetes di rok OSISku dan aku hanya speechless, tidak bisa berkata-kata. Sekejab, pikiranku kosong dalam lamunanku. Apa ini confession cinta dan aku harus menjawabnya? Apa Daniel serius? Dia bisa jadi bercanda, kan?

"Mau tau berita buruknya?" Daniel mendekatkan wajahnya tepat ke wajahku dan itu tentu saja membuatku gugup dengan jantungku yang tiba-tiba berdetak dengan kencang. "Itu boong! Yaa ampun, coba kamu liat sih ekspresimu tadi." ujarnya terkekeh dan menjulurkan lidahnya. Aku mendengus kesal dan mencolek es krimku yang tersisa ke pipinya.

"NIEEEL!!!"

A.l.m.o.s.t I.s N.e.v.e.r E.n.o.u.g.h

"Maaf, Cath. Kurasa aku hanyalah pengecut yang menyembunyikan rasa dibalik status persahabatan kita, bukankah itu cukup? Kamu jahat, Cath. Kenapa dia yang harus dahuluin hatimu sebelum aku?"

-To Be Continued-

"Chapter 7 : Bad Day!"

Author's Note : Jangan lupa voment, kalo kalian suka

Re-make ini bakal update sesering mungkin

Continue Reading

You'll Also Like

4.8M 258K 58
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
2M 101K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
4.8M 366K 51
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
2.4M 129K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...