Early wedding

By lestarie88

1.3M 21.7K 1.2K

More

Early wedding
Chapter 1a
Chapter 1b
Chapter 1c
Chapter 1d
Chapter 1e
Chapter 1f
Chapter 1g
Chapter 1h
Chapter 1i
Chapter 1j
Chapter 1k
Chapter 1l
Chapter 1m
Chapter 1n
Chapter 1o
Chapter 1p
Chapter 1q
Chapter 1r
Chapter 1s
Chapter 1t
Chapter 1u
Chapter 1v
Chapter 1w
Chapter 1x
Chapter 1y
Chapter 1z
Chapter 2b
Chapter 2c
Chapter 2d
Chapter 2e
Chapter 2f
Chapter 2g
Chapter 2h
Chapter 2i
Chapter 2j
Chapter 2k
Chapter 2m
Chapter 2n
Chapter 2 o
Chapter 2 o
Chapter 2p
Chapter 2Q
Chapter 2R
Chapter 2S
Chapter 2T
Chapter 2U
Chapter 2V
Chapter 2W
Chapter 2X
Chapter 2Y
Chapter 2 Z
Volume 3
Vol 3 halaman 2
Vol 3 halaman 3
Vol 3 halaman 4
Vol 3 halaman 5
Vol 3 halaman 6
Vol 3 halaman 7
Vol 3 halaman 8
Vol 3 halaman 9
Vol 3 halaman 10
Vol 3 halaman 11
Vol 3 halaman 12
Vol 3 halaman 13
Vol 3 halaman 14
Vol 3 halaman 15
Vol 3 halaman 16
Vol 3 halaman 17
Vol 3 halaman 18
Vol 3 halaman 19
Vol 3 halaman 20
Vol 3 halaman 21
Vol 3 halaman 22
Vol 3 halaman 23
Vol 3 halaman 24
Vol 3 halaman 25
Vol 3 halaman 26
Vol 3 halaman 27
Vol 3 halaman 28
Vol 3 halaman 29
Vol 3 halaman 30
Vol 3 halaman 31
Vol 3 halaman 32
Vol 3 halaman 33
Vol 3 halaman 34
Vol 3 halaman 35
Vol 3 end

Chapter 2a

15K 252 10
By lestarie88

-->

"Tidak ada orang, tidak ada taksi. Bagaimana ini?" lututnya lemas.

Yuri terduduk di pinggir jalan.

"Bagaimana aku bisa keluar dari sini?" katanya putus asa.

"Ah, handphone."

Yuri teringat hpnya kemudian mencari-carinya di dalam tas gendong yang berwarna kuning.

"Tidak ada, kenapa tidak ada? Bagaimana ini?"

Yuri kembali duduk dengan lemas, airmata kembali membasahi pipinya.

Langit sudah hampir gelap, Yuri menutupi wajahnya dan kembali larut dalam kesedihan.

"Kemana Ryu? Kenapa dia tidak mengejarku? Aku benci, benci..." katanya kesal.

Beberapa saat kemudian, samar-samar Yuri mendengar suara motor mendekat ke arahnya.

Jantungnya jadi berdebar kencang karena ketakutan. Yuri memasang telinga lebar-lebar, suara motor itu semakin mendekat. Ia tidak berani menurunkan tangan dari wajahnya karena ketakutan. Berbagai bayangan buruk memenuhi kepalanya.

Motor itu berhenti tepat di hadapan Yuri.

"Pergi kau orang jahat, jangan ganggu aku!!" teriaknya tanpa melihat sekitarnya.

"Kau pasti penculik, atau gangster!! Pergilah, ku mohon jangan ganggu aku!!" teriak Yuri sekali lagi.

Mesin motor itu tiba-tiba dimatikan, kesunyian kembali berlomba dengan napas Yuri yang terdengar naik turun.

Sudah beberapa menit berlalu, Yuri merasa pegal dengan posisinya itu.

Sunyi, hanya suara angin yang menerpa dedaunan yang di dengarnya.

Yuri mulai ragu atas suara kendaraan yang di dengarnya tadi, nyata atau hanya khayalan? Pikirnya.

"Jangan-jangan itu suara hantu kampus, tidak-tidak maksudnya hantu motor" Yuri bergidik mengingat sepinya tempat yang ia pijak saat ini.

Dengan rasa penuh penasaran perlahan Yuri menurunkan kedua tangannya.

Ia terkejut, hal pertama yang dilihatnya adalah seseorang berhelm hitam yang dengan santai menopang dagu, tangannya bertumpu pada sebuah helm lain di depannya.

Ya, Yuri kenal pemilik motor sport berwarna merah itu.

"Kobe..." lirihnya.

Matanya yang sedikit bengkak memerhatikan sekitarnya, berharap melihat sebuah mobil lamborgin putih milik Ryu akan tetapi tidak ada.

Dadanya kembali sesak, hatinya sangat kecewa karena suaminya ternyata tidak mengejarnya.

Airmata sudah siap keluar lagi namun ditahannya sekuat tenaga.

Yuri mencoba berdiri kemudian memakai helm yang di sodorkan kepadanya.

Yang ada dipikirannya adalah ingin cepat-cepat keluar dari tempat yang sepi ini.

Tanpa menunggu lama Yuri naik keatas motor itu sambil kembali menangis bersamaan dengan melajunya kendaraan roda dua yang membawanya keluar dari wilayah universitas ini.

Hatinya benar-benar sakit, kekecewaan memenuhi setiap rongga dadanya. Ternyata seperti ini sikap suaminya padanya, sungguh keterlaluan pikirnya. Yuri benar-benar tidak habis pikir, entah seperti apa jalan pikiran suaminya itu.

Matahari telah tenggelam seluruhnya, jalanan di Distrik Shinjuku semakin ramai. Lampu-lampu berkelap-kelip di sepanjang jalan. Rertoran, hotel, mall dan tempat hiburan malam padat dikunjungi orang-orang.

Motor sport yang membawa Yuri masuk kesalahsatu gedung tinggi bercat putih.

Yuri baru menyadari keadaannya setelah motor yang membawanya terus melewati jalan menanjak di dalam gedung yang kemudian berhenti tepat diatas atapnya.

Yuri membuka helmnya kemudian memandang hamparan pemandangan yang unik dimatanya.

Langit cerah terbentang luas, bintang-bintang bertaburan. Terlihat jelas pemandangan kota di malam hari yang nampak lebih ramai dari pada siang hari. Samar-samar yuri mendengar suara musik-musik yang terbawa oleh angin.

Tiba-tiba tangan Yuri ditarik kedepan sehingga melingkari pinggang seseorang yang berusaha membuka helmnya.

Yuri berusaha melepaskan diri namun kedua tangannya dipegang erat oleh orang itu.

"Hei, bocah tengik. Jangan kurang ajar, aku ini kakak...."

Kata-kata Yuri terhenti saat melihat siapa orang yang dari tadi memboncengnya itu.

"Ryu..." lirihnya.

Mata yuri mulai berkaca-kaca, airmatanya tidak tertahankan lagi.

Ryu memalingkan wajah memandang bintang-bintang dilangit. Tangannya terus menggengam erat tangan istrinya yang melingkar dipinggangnya sehingga mau tidak mau Yuri menangis sambil bersandar di punggungnya yang lebar.

Yuri dapat mendengar cepat dan kerasnya detak jantung Ryu. Entah mengapa Yuri menjadi gugup mendengarnya.

"Maafkan aku karena telah membuatmu menangis" kata Ryu pelan.

Yuri tidak menjawab tangisnya malah semakin menjadi.

Setelah tangis Yuri agak mereda, Ryu turun dari motor kemudian menghapus sisa-sisa air mata Yuri dengan ibu jarinya. Mereka beradu pandang, matanya yang sehitam langit malam berusaha menembus kedalam hati Yuri.

"Kau tahu, aku baru merasakannya, saat bertemu pertama kali denganmu. Jadi...tolong ajari aku untuk memahami hatimu, sungguh aku belum pernah merasakannya pada gadis lain. Jadi tolong ajari aku"

Ryu membungkuk sedikit untuk mencium Yuri sekilas.

Bagai patung yang kaku Yuri tidak bergerak, hanya airmatanya saja yang terus keluar semakin deras dan wajahnya yang jadi bersemu merah.

Ryu tersenyum menggoda melihatnya, kemudian menghapus airmata Yuri dengan sapu tangannya.

"Jangan buang ingus di bajuku lagi."

Ryu memberikan sapu tangan itu kemudian memeluk Yuri erat-erat.

Yuri memejamkan matanya untuk merasakan kehangatan yang menenangkan hatinya.

Sampai detik ini pun ia masih tidak mengerti dengan apa yang dirasakan oleh hatinya.

"Apa yang harus aku lakukan? Hatiku berontak bila melihat ada gadis lain yang mendekatimu. Aku tidak mengerti apa yang terjadi pada diriku," jerit Yuri dihati.

"Percayalah padaku, pernikahan bukan sebuah permainan. Kau harus percaya padaku" bisik Ryu.

-->

Continue Reading

You'll Also Like

127K 4.4K 20
"SMA itu masa terindah didalam hidup lo!" Gitu sih kata orang... Tapi, gak buat Nina, siswi kelas 11 SMA Harum Bangsa. Ya gimana tidak?! Kebayang gak...
19.7K 1.4K 5
"9 tahun kita sama-sama, apakah nggak ada kesempatan buat aku jadiin 9 tahun itu selamanya?" Tentang Ares dan Gia, serta 9 tahun persahabatan mereka.
280K 31.6K 22
Bagi Inggita, Tuhan pasti mengambil tulang rusuk Vikram ketika Sang Maha Pencipta itu menciptakan dirinya. Tetapi, siapa bisa menduga bagaimana alam...
2.5M 123K 55
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞