Marriage With Benefits (Terbi...

By lalalatte85

4.5M 103K 2.4K

Pertemuan tidak terduga antara Arland dan Seanna membawa mereka kepada sebuah hubungan yang sulit terdefinisi... More

Prolog
Unwanted Guy
Wedding is A Competition
New Relationship?
Something About the Invitation
Beginning
Responsibility
A Question?
Life After Marriage
Short Message Service (1)
Short Message Service (2)
Bukan Update
What If We Hate Each Other?
Why Didn't You Come?
The Call
Hey, You!
You, Yes You (1)
Kenapa Dihapus? (Bukan Update)
Selingan
ASK AUTHOR
Just random thing
CANDY 🍭🍭🍭
GIVEAWAY MARRIAGE WITH BENEFITS
VOTE COVER
YOU'RE INVITED
Countdown PO H-8
H-5 Preorder
PRE ORDER
SUDAH PUNYA NOVEL MWB?
SEKUEL?

Untitled

79.7K 4.7K 276
By lalalatte85


Maap ya, baru nongol lagi :)

Happy Reading!

Kalo mood lancar, lanjutannya malam nanti atau besok :)

Maapin juga chapter hula-hulanya kepending terus :D

__________________________________________________________________________

Arland melongok jam tangannya.

Jam lima kurang tiga menit.

Siang menjelang sore tadi dia baru saja menghadiri meeting di sebuah gerai Starbucks. Ada pembaharuan kerjasama dengan perusahaan web designer yang selama ini menjadi mitra mereka melakukan promosi via website. Berhubung pemilik web designer itu sebayanya, dan untuk urusan web memang tidak harus dibicarakan di kantor, maka mereka sepakat meeting di luar.

Dan sekarang dia bisa pulang lebih awal.

Berarti kalau pulang lebih awal, dia bisa menjemput Seanna. Siapa tahu saja Seanna masih di kantor.

Tanpa buang waktu, telunjuknya disentuhkan ke layar ponsel. Menunggu sampai sambungan terhubung ke nomer Seanna.

Tidak perlu menunggu terlalu lama, suara yang selalu betah didengarkan, sudah siap menjawab di seberang.

"Iya, Ar."

"Na, aku jemput."

"Aku udah di jalan, Ar."

Arland melihat jam tangannya lagi. "Biasanya pulang jam segini?"

"Iya, tapi aku pulang cepat. Baru abis ngecek bunga buat dekor di florist. Bareng Alyssa, sih." Seanna berhenti sejenak.

"Nggak lama kan? Yakin, nggak mau aku jemput?"

"Nggak usah,Ar. Ini nggak lama lagi nyampe rumah. Doain aja nggak macet."

"Iya, didoain dong. Kasian isteriku kejebak macet. Tau gitu, kamu langsung mikir kenapa nggak naik ojek. Iya kan?"

Seanna memperdengarkan gelak tawa khasnya. Singkat dan pelan. "Iya, langsung deh kangen naik ojek."

Arland tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Enak di tukang ojeknya dong, bisa dipeluk-peluk sama Seanna. Dipeluk di pinggang lagi. Huh.

"Kangen boleh, naiknya yang nggak boleh. Eh, nggak boleh kangen. Masak aku saingan sama tukang ojek?"

"Kamu tuh ya. Sama ojek aja cemburu." Seanna masih tertawa. "Ya udah, lagi nyetir ya?"

"Ini lagi di parkiran," jawab Arland singkat. Langkahnya melambat saat sudah berada dekat dengan mobilnya. "Ya udah, Na. Titip hatiku bentar ya. Nanti pulangnya baru kamu balikin lagi ke aku."

"Gombal!"

"Sayang kamu, Na."

"Hmm, ya. Sayang kamu juga. Jangan ngebut. Hati-hati."

"Pasti, Sayang."

Arland menutup percakapan dengan perasaan puas.

Ternyata bahagia itu memang sederhana. Cukup mendengar suara si dia yang dicintai, indahnya nggak abis-abis.

***

Seanna tiba di rumah lima menit sebelum pukul setengah enam sore. Berarti memang tidak begitu macet. Begitu masuk rumah, Seanna langsung meletakkan tas kecilnya begitu saja di sofa ruang TV, langsung tancap gas menuju dapur. Arland yang saat itu berada di dapur, langsung tersenyum bahagia melihat Seanna sudah datang. Isterinya itu langsung mengambil celemek dan memakainya.

"Ar, kok di dapur?"

"Tadi mau ngambil gelas buat minum."

"Tunggu di luar, gih."

"Yaah, malah ngusir." Arland mengambil gelas. "Takut nggak fokus yaa?"

"Ih, nggak. Udah buruaan. Udah telat nih."

"Tapi sayang dulu."

Seanna membulatkan mata. "Nanti ada Surti."

"Nggak pa-pa." Arland cuek-cuek saja, mencium pipi Seanna. Dan tanpa diduga, seusai cium pipi, bibir Arland parkir lagi di bibirnya.

Kalau kayak begini kan...

Kan...

"Mmh...Ar, udah dong."

Tapi ucapan Seanna kontras dengan tindakannya. Seanna malah membalas ciuman Arland, dan jadilah mereka diam-diaman di dapur karena saling membekap mulut satu sama lain.

"Aku ke kamar dulu ya, Sayang." Arland pun pamit setelah bayangan Surti muncul dari pintu dapur. Lengkap dengan senyum riang.

"Hmm." Seanna menjawab malas-malasan sebelum kembali memfokuskan diri untuk memasak.

Dasar, Arland! Untung nggak kepergok!

***

Arland tersenyum-senyum. Ini sudah hari ke-5 sejak Seanna mengatakan sedang datang tamu bulanan. Dia hanya perlu menunggu sekitar beberapa hari lagi untuk...

Ya, untuk itu.

Di sebelahnya, Mytha sedang bermain-main dengan Fressia, sementara Frank masih dibiarkan berkeliaran di dalam kamar khusus untuk kedua kucing kesayangan Mytha itu.

"Kok, kak Seanna nggak ikut ke sini?"

"Biasalah, lagi kangen sama papa mamanya," jawab Arland sambil tetap memandang layar ponsel. Seanna baru saja membalas SMS-nya saat dia menanyakan Seanna sedang sibuk apa sekarang.

Lagi bantu Mama masak opor

"Ih, ya ampun. Baca SMS aja udah senyam-senyum gitu, Kak." Ternyata Mytha sempat melihat ke arah ponsel Arland.

"Heh, anak kecil nggak boleh tau urusan orang dewasa." Arland protes, dan langsung menjauhkan posisi duduknya.

"Dasar! Baru pisah sejam doang, rindunya udah kayak nggak ketemu berabad-abad."

Arland hanya melemparkan tatapan tak acuh, dan mengetikkan SMS baru lagi untuk Seanna.

Ternyata Mytha menghitung juga ya?

"Huuu...emang enak dikacangin!" Mytha bersungut-sungut saat bertanya apakah Arland mau menitip es krim karena Mytha mau mengambil cemilan sebagai pengisi waktu sekaligus untuk menambah lemak. Hihihi...

"Eh, eh. Titip deh, Mytha cantik. Cola dingin."

"Hem. Iya. Tunggu bentar." Mytha senyum-senyum digombali kakaknya sendiri. Fressia dibawanya serta masuk ke pantry.

Sesaat setelah Mytha tidak lagi berada di sekitar situ, Arland berhenti sejenak. Seanna tidak akan menjawab SMS dan teleponnya beberapa jam ke depan karena akan sangat sibuk. Belum lagi mama yang sudah menegur kalau Seanna dari tadi terlalu sibuk dengan ponsel.

Ya, kalo sudah begitu, Arland hanya bisa mengiyakan. Kalau dipikir-pikir, akhir-akhir ini pikirannya selalu tercuri untuk memikirkan Seanna.

Alangkah beruntungnya, karena Seanna juga jadi lebih memperhatikannya.

"Nih, Kak. Cola dinginnya, spesial pake banyak es batu." Mytha kembali dengan nampan berisi segelas cola dan es krim cokelat ukuran satu liter. Fressia sudah masuk kandang lagi, katanya.

"Makasih, Myt." Arland langsung meneguk cola sebelum kembali bersandar nyaman.

Mytha hanya menjawab dengan gumam. Dibukanya tutup es krim dan menyendok ke dalam wadah lonjong tersebut. "Eh, Kak. Nggak jenguk kak Kyra di rumahnya tante Melati? Aku belum pernah jenguk sih, pas di rumahsakit. Kakak sih, pergi jenguk nggak ngajak Mytha."

"Besok deh," jawab Arland.

"Bener ya, besok?"

Arland mengangguk. "Iya, besok."

***

Kali ini, pada saat menjenguk Kyra di rumah tante Melati, Seanna tidak bisa ikut. Bertepatan dengan keperluannya menemani mamanya ke acara arisan di rumah salah satu tetangga dekat rumah.

"Gimana, Ra?"

"Udah mendingan. Tinggal pemulihan aja."

Tadinya Mytha sudah selesai menjenguk Kyra. Jadi sekarang Mytha memilih menunggu saja di luar sementara Arland menemaninya mengobrol sejenak.

Arland memang tidak datang di hari ketika Kyra keluar dari rumahsakit. Tapi Kyra memaklumi karena pada saat itu Arland sedang banyak pekerjaan. Waktu Kyra keluar dari rumahsakit juga bukan pada saat weekend, jadi Arland memang tidak bisa menemani.

"Seanna nggak bisa ikut jenguk. Ada urusan keluarga." Arland hanya sekedar memberitahu sebelum Kyra bertanya.

"Hm." Reaksi Kyra hanya itu.

"Kalo kamu ingin makan sesuatu, telepon aja. Kalau aku ada kesempatan, aku cariin." Arland menawarkan.

"Masih nggak nafsu makan. Nyebelin banget." Kyra mengeluh. Tatapan matanya yang sendu terarah pada Arland. "Kalo kamu yang nyuapin, atau nemenin makan, pasti kasusnya bakal beda."

Arland hanya mengangguk ringan. "Ya udah. Mau disuapin sekarang?"

"Hmm." Kyra menunjuk nampan berisi bubur, sayuran kukus serta telur rebus. "Tuh."

Sekali ini, Arland hanya ingin menyenangkan hati Kyra. Dalam proses pemulihan, yang dibutuhkan seorang pasien adalah perhatian. Paling tidak hanya ini yang bisa diberikannya.

Satu suapan diarahkan Arland ke mulut Kyra. Hm, Seanna saja belum pernah disuapinya.

"Kurangin buburnya. Kebanyakan." Komentar Kyra setelah Arland menyuapkan sesendok penuh bubur yang hanya masuk seperempat bagian ke dalam mulutnya.

"Sayurnya."

"Bisa nggak pake sayur?"

Arland menaikkan alis. "Udah disediakan ya dimakan dong, Ra."

"Ya nggak bisa. Lihatnya aja udah males."

"Nggak usah dilihat. Dibayangin aja rasanya yang enak luar biasa, ngalahin makanan restoran bintang sepuluh."

Kyra tertawa. "Bisaaa aja."

Arland tidak menggubris. "Apa mau aku pake teknik nyuapin anak kecil. Pesawat masuk hanggar dan semacamnya, hm?"

Kyra lagi-lagi tertawa. "So old. Anak jaman sekarang kalo mau disuapin, dikasih gadget dulu."

Kali ini Arland balik tertawa. "Langsung bayangin bisa nyuapin anak sendiri."

Kyra langsung cemberut. "Ya, ya. Terserahmu deh, Land."

Arland menyendokkan bubur kali ini bercampur potongan telur. "Kamu langsung bayangin juga? Makanya abis sembuh ini, kamu langsung nyari calon bapaknya anak-anak."

"Kenapa harus nyari? Kan udah ada di depan mata?"

______________________________________________________________________________



Naaah gimana????

Continue Reading

You'll Also Like

298K 12.2K 32
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
5M 272K 54
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
943K 46.4K 47
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
6.1M 317K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...