Hollow In My Heart

By tanfairy

5.9K 274 45

"Aku sudah lelah, Sakura." ucapnya dari kejauhan, maniknya sendu menatap dua manusia yang tengah bersama itu... More

.¥.Prolog
.¥. Pertemuan
.¥. Itachi-nii
.¥. Saat bersamamu
.¥. Dia
¥. Benci?

¥.Dia(2)

588 36 7
By tanfairy

An: Hmm, author cuman butuh pengertiannya aj kok :- makin kesini kok makin banyak sider nya.... Cobalah hargain dikit karyaku, bagi kalian para author juga pasti sedih kalo karyanya gk dihargain kan?""" jadi, jan pelit ngasih VOTE yah ^^

Sakura pov~

Huh berbincang dengan pamanku sedikit membuatku jenuh, kuingatkan disini banyak sekali orang. Para kolega-kolega besar
teman ayahku dan juga klien paman, intinya aku bosan dan aku tidak kenal mereka semua.

Mungkin kalau ada sensei aku tidak akan terlalu bosan, eh tunggu... untuk apa aku menyebut dirinya. Tch.. sebenarnya ehmm dia agak tampan sih, umurnya juga lumayan, dewasa, ahk apa yang kupikirkan.

Bisa-bisanya ditempat seperti ini dia muncul difikiranku, awas saja kau sensei kalau bertemu nanti. Hushhh sudah stop! Jangan memikirkan dia terus, bisa-bisa aku suka padanya nanti.

Aku mulai menjauhi mereka, paman dan ayah maksudku. Tadinya aku berniat untuk mencari udara segar setelah berbincang dengan pamanku, aku mulai melangkahkan kedua kakiku hingga sebuah balkon membuatku tertarik.

Ya mungkin saja ada sesuatu yang menarik disana, tanpa keraguan sedikitpun aku mulai mendekatkan diri padanya. Namun sebelum diriku benar-benar ada diluar sesuatu membuatku terkejut, ada seseorang disana... sepertinya dia sedang menikmati udara malam-menurutku.

Bukan-bukan itu yang membuatku terkejut, tapi orang itu ya orang itu yang membuatku terkejut. Rambut,.. aku kenal, Kami-sama bukannya kenal lagi, aku aku memang mengenalnya.
Rambut yang sama dengan rambutku!! Sasori-kun!!!

Bukannya dia sedang ada di luar negri? Oh aku butuh penjelasan tentang ini... tak usah berlama-lama aku langsung menghampirinya. Namun, sebelum aku benar-benar sampai dihadapannya seseorang terlebih dahulu menghentikan langkahku.

Lebih tepatnya dia memegang pergelangan tanganku, otomatis itu membuatku langsung menoleh padanya. Huh... kuharap aku dirumah saja tadi, tebak siapa yang ada dihadapanku sekarang.

"Sakura? Sedang apa kau disini?" ucapnya dan dengan dahi yang berkerut aku kembalikan pertanyaan itu padanya.

"Sensei apa yang kau lakukan disini juga?" Ya! orang yang sedang berbicara denganku Kakashi-sensei, akhh demi bulu idung spongebob... kenapa aku bisa bertemu dengannya disini?!

Sudahlah abaikan yang itu, kulihat matanya menajam saat melihatku mungkin ia tidak suka.

"Itu tidak menjawab pertanyaanku Saku, lagi pula aku bukan senseimu jika diluar universitas." baiklah itu memang salahku, ah aku akan mengalah kali ini.

"Lepaskan tanganku dulu sensei." jangan lupa, tangannya masih bertengger manis dipergelangan tanganku.

"Baiklah sudah kulepaskan, jadi sedang apa kau disini Sa.ku.ra?" ish lihatlah dia...

"Tadinya aku kesini bersama Tou-san ku, tapi karena bosan jadi.. aku memutuskan untuk berjalan-jalan. Puas? Aku sudah mengatakannya." Huh dia benar-benar membuatku sebal.

"Sakura? kau Sakura kan?"

pandangan kami teralihkan oleh seseorang yang memanggil namaku, oh tentu saja aku melupakan tujuan awalku untuk menegur Sasori.

Saat pandanganku bertemu dengannya/dengan Sasori maksudku, ia langsung melebarkan senyumnya begitu juga denganku. Sudah lama aku tidak bertemu dengan Sasori, karena terakhir kali kudengar ia ada di Inggris.

"Iya ini aku Saso-kun." ucapku dengan nada bahagia karena bertemu dengannya, aku jujur~ aku memang merasa senang tapi ingat aku juga kesal padanya.

Tanpa babibu~ Sasori langsung memelukku dan dengan senang hati aku juga memeluknya, tapi aku tidak berlama-lama memluknya. Setelah memeluknya aku langsung melayangkan pukulanku padanya.

"Aw~ apa yang kau lakukan? Sakit baka~" aduhnya padaku, dengan sengit kutatap balik.

"Ish kenapa kau tidak beritahu aku kalau kau ada di Jepang? Kau! Kau membuatku kesal Sasori, apa kau tau!" omelku padanya, sumpah aku benar-benar kesal, Sasori itu seenaknya datang diam-diam pergi juga diam-diam.

"Hehehe aku kan niatnya ingin memberimu kejutan Saku-chan," ucap Sasori sambil merangkulku, tapi aku melipat kedua tanganku didada dan mengerucutkan bibirku.

"Hei sudahlah jangan merajuk padaku Sakura, melihatmu merajuk membuatku ingin memakanmu tau."

Aku langsung mendelik pada Sasori yang sedang menyeringai, bisa-bisanya dia berbicara seperti itu padaku... melihatnya saja sudah membuatku kesal.

"Hanya dalam mimpimu tuan Akasuna." ucapku sambil menyingkirkan tangannya yang ada dibahuku, lihatlah dia terus terusan saja menepel padaku.

Percakapan aku dan Sasori terhenti karena suara berdehem seseorang, aku dan Sasori yang tersadar langsung mengalihkan pandangan kami.

Oh ya ampun! Aku melupakan keberadaan Senseiku disini karena terlalu asik dengan Sasori, kulihat mereka berdua bertatapan sengit.

Mungkin kalau ini ada difilm akan terlihat sebuah percikan diantara mata mereka hahahha abaikan yang itu, ya dan akhirnya aku memperkenalkan mereka.

"Ehm maaf Sensei aku lupa, perkenalkan ini Sasori. Sasori ini Senseiku." kulihat mereka bersalaman dan menyebutkan namanya masing-masing.

Sedikit kulihat Kakashi merenggut padaku mungkin dia kesal kupanggil sensei, tapi.. aku kan tidak bersalah dia memang senseiku.

"Sasori, Akasuna Sasori." ucap Sasori sambil menyeringai.

"Kakashi, Hatake Kakashi." ucap Kakashi tak kalah sengit.

"Oh jadi kau senseinya Saku-chan, lumayan..."

Kulihat Kakashi mengerutkan dahinya setelah mendengar ucapan Sasori, aku juga heran kenapa Sasori berbicara seperti itu tapi aku tidak peduli.

"Ya aku sensei Sakura." entah kenapa aku merasa gerah disini, setelah cukup lama berdiam diri sambil bertatapan. Oke aku mulai bingung dengan situasi ini.

"Eng~ sepertinya aku butuh udara segar, aku akan keluar duluan." ucapku sambil meninggalkan mereka, sudahlah aku tidak kuat berlama-lama dengan mereka itu membuatku gerah.

Hahhh balkon ini sangat indah, sebenarnya tidak juga bisa dikatakan balkon karena yang kulihat adalah halaman yang indah. Jadi intinya ini bukan seperti balkon yang ada dikamar, lihatlah banyak bunga disini.

Ah! Lihatlah ada sebuah bangku taman juga disana, kebetulan kakiku sudah pegal. Aku langsung menghampiri bangku itu dan mendudukan diriku disana, huft~ tempat ini terasa begitu tenang.

Oh iya karena ini ada dilantai 10 jadi otomatis aku dapat melihat kota cantik yang ada dibawah, lampu yang menyala membuat mereka tampak indah.

Sejenak aku memejamkan mataku, semilir angin yang menghempas diriku membuatku~ ah aku tidak bisa menjelaskannya, ini benar-benar terasa damai.

Sejenak kurasakan seseorang duduk tepat disampingku, dengan perlahan kubuka mata indahku. Sontak manik emeradlku melihat Kakashi yang berada disampingku... kenapa dia? lalu dimana Sasori? Ughh kenapa Saso meninggalkanku bersamanya.

"Dia siapa?" aku menatap Kakashi, begitupula dirinya dia menatapku tajam.

"Siapa?" ucapku jujur aku memang tidak tahu siapa yg dibicarakannya.

"Ck, kau tau siapa yang ku maksud Sakura," sepintas aku melihat wajahnya memerah, Kakashi tidak menatapku ia membuang muka saat menanyakannya.

Ada apa ini? Apa seorang seperti dirinya selalu saja kepo pada orang lain?, lagi pula memang apa urusannya kalau dia tau Sasori itu siapa? Tidak ada untungnya juga kan.

"Dia bukan siapa-siapa, lagi pula apa yg sedang kau lakukan disini Sensei?" ucapku padanya, entah kenapa jika ada sensei disekitarku aku selalu merasa kesal padanya.

"Tapi kau terlihat begitu dekat dengannya tadi..."

Ughhh Kami-sama, oke aku mulai kembali kesal padanya. Aku memutar mataku dan mengalihkan pandanganku darinya.

"Memangnya kenapa? Apa salah?" ucapku kesal.

"Aku kan hanya bertanya Sakura, tidak usah semarah itu."

Malam ini aku benar benar kesal, angin yang berhembus ketubuhku pun terasa panas.

"Lagipula memang apa urusannya dengan mu Sensei?" kali ini aku menatapnya, ya kami sedang beratapan. Lebih tepat aku menatapnya dengan sinis.

Sebentar kulihat dirinya bingung dengan diriku yang marah ini, tapi tak lama kemudian ia melunakkan pandangannya padaku.

"Tidak apa, lupakan saja." setelah mengucapkan itu Sensei meninggalkan ku disini, kulihat punggung lebarnya yg menghilang dibalik pintu.

Kenapa? Apa aku salah? Kenapa aku merasa seperti menyesal padanya? Memangnya apa aku berbuat salah? Melihat wajahnya yang seperti itu, itu membuatku...

Apa aku terlalu kasar padanya? Tidak-tidak aku biasa saja, ishhh dia memang menyebalkan awas saja kau Sensei.

Fyuhhhh ~ kenapa aku masih memikirkannya, aku benar-benar merasa tidak enak pada Sensei.

Karena terlalu fokus memikirkan Sensei hingga aku tidak sadar jika Sasori sudah ada di sampingku.

"Apa yang sedang kau lamunkan Saku? memikirkan Sensei mu yang tampan itu heh?" oloknya padaku.

Golok mana golok? Ingatkan aku kalau saudaraku yang satu ini sangat menyebalkan.

" Ck, apa yg kau katakan Saso-nii... Aku tidak sedang memikirkan apapun, kau terlalu berlebihan." bohongku pada Sasori.

"Tapi menurutku dia lumayan, sudahlah lupakan dia. Dia itu hanya cowo brengsek yang pengecut Sakura," aku cukup terkejut Sasori mengatakan itu padaku.

Mata jernih Sasori memandang jauh kedepan, aku hanya diam tanpa memgatakan apapun.

"Dia tidak pantas untukmu Sakura, kau pantas mendapatkan yang lebih baik darinya." lanjut Sasori sambil menatapku dalam.

"Sudahlah Sasori lagipula itu hanya masa lalu, aku sudah tidak mengharapkannya hadir dalam hidupku." sakit, jujur rasanya sakit ketika mengatakan itu. Aku tidak mau munafik, jujur memang aku masih mengharapkannya.

Ayolah dia cinta pertamaku dan juga orang pertama yang membuatku sakit hati. Dan Sasori juga pasti mengetahuinya kalau aku sedang berbohong padanya., aku hanya menundukkan kepalaku enggan menatap Sasori.

Taklama aku merasakan punddaku dipegang seseorang, aku menolehkan wajahku pada Sasori yang sedang tersenyum.

"Sudahlah lebih baik kita masuk udara malam tidak baik untukmu Saku, lagipula dimana Ji-san? Aku kangen padanya."

Sasori berdiri dihapanku sambil mengulurkan tangannya, dengan tersenyum aku membalas uluran tangannya. Sasori menggandeng tanganku saat kami mulai masuk kedalam, lalu aku mulai menjelajahi mataku untuk mencari ayah.

Setelah menemukan keberadaan ayah, aku langsung menarik tangan Sasori. Tanpa kusangka paman Sakumo juga masih bersama ayah, jadi aku juga memperkenalkan Sasori padanya.

" Ji-san perkenalkan ini Sasori." ucapku pada paman Sakumo, lalu mereka berkenalan.

"Oh Sasori Ji-san kira kau sedang ada di paris, apa yang kau lakukan disini?" tanya ayahku setelah mereka berpelukan.

"Iya Ji-san baru tadi sore aku pulang, tadi aku bersama Tou-san tapi dia ada urusan mendadak jadi akulah yang menggantikannya."

Ayahku merangkul Sasori dan mereka berbincang-bincang, lihatlah jika ayah sudah bertemu dengan Sasori anak kandung langsung terlupakan.

"Sakura bisa kau kesini sebentar." aku mendengar paman memanggilku, langsung saja aku menghampirinya yang sedang berbicara dengan seseorang tamu.

Kulihat paman sedikit berbicara dengannya dan setelah itu dia pergi meninggalkan aku dan paman.

"Ada apa Ji-san memanggilku?" tanyaku padanya.

"Ji-san ingin memperkenalkan kau dengan anak Ji-san." jelasnya padaku.

"Anak?" bingung, jelas aku sedang bingung. Tadi paman menyebut kata anak, memangnya ia punya anak? Kenapa aku tidak tahu itu.

"Iya anak Ji-san, kau belum pernah bertemu dengannya kan? Selama ini dia ada diluar negri, tapi sekarang dia ada disini. Jadi Ji-san ingin memperkenalkannya denganmu."

"Ehm baiklah Ji-san, yang mana orangnya?" tanya ku bingung dan tak lama paman memanggil seseorang untuk menghampirinya.

Apa?! Katakan aku sedang bermimpi.

"Ini anak Ji-san Sakura." ucap pamanku.

"Kurasa kau sudah tahu namaku kan Sakura." Sensei, ya dia kan senseiku.

Tunggu aku masih mencerna ini semua, Sensei dengan paman? Ayah anak? Apa? Berarti marga paman itu Hatake?! Kami-sama.... dunia begitu sempit.

"Sensei?" sedangkan paman juga sedang bingung melihat interaksi kami berdua.

"Jadi kalian sudah saling kenal Kakashi? Sensei?" tanya paman.

"Iya, aku dan Sakura sudah beberapa kali bertemu di Universitas yang dimiliki temanku." jelas Sensei pada kami.

"Universitas? Kau jadi pengajar? Kakashi," kali ini paman lah yang merasa bingung.

"Tidak, aku beberapa kali membantu temanku yang seorang dosen disana, jadi mereka memanggilku Sensei."

Apa? Membantu? Oh aku mulai mengerti jadi Sensei mengajar disana tanpa sepengetahuan paman. Cih... Dasar bodoh.

"Oh jadi begitu, baiklah karena kalian sudah saling kenal Ji-san pergi ya Sakura."

Aku hanya menganggukan kepalaku pada paman yang pergi meninggalkanku kembali berdua dengannya, tapi kami hanya berdiam diri larut dalam keheningan masing-masing.

Cukup lama kami berdiam diri dengan kesibukan masing-masing, hingga Kakashi memecah keheningan ini.

"Ehm Sakura... " dan panggilan itu membuatku menoleh padanya.

"Ehm, besok kau tidak ada jadwal kuliah kan Sakura?" tanya nya padaku.

"Iya besok tidak ada jadwal, memangnya kenapa Sensei?" aku melihatnya sedikit bingung dengan yang akan dikatakannya.

"Ikutlah dengan ku, aku ingin menunjukan sesuatu padamu. Bukan sekarang, maksudku besok ikutlah denganku. Apa kau bisa?"

Aku tertawa dalam hati, lucu rasanya melihat Sensei yang sedikit kebingungan dengan kata-katanya sendiri. Aku hanya menganggukan kepalaku dalam, kemudian dia tersenyum.

.
.
.
.
Tbc~

Yuk vote nya, jan cuma sider aja, aku capek tau nulis. ^^

Dan yang udah ngasih vote makasih banyak ya ~

Continue Reading

You'll Also Like

618K 27K 42
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
377K 21K 29
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
561K 3.2K 24
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.
1.5M 136K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...