This is for the second time

By kyra110393

25.3K 152 23

apakah yang akan kamu lakukan apabila kamu dihadapkan oleh dua buah pilihan, cinta pertamamu? ataukah seseora... More

chapter 1
Chapter 2
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 10
chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17
chapter 18

chapter 3

1.5K 9 0
By kyra110393

Thata's view:

Suasana cafe tersebut memang tidak terlalu ramai, tetapi cafe yang berinterior ala Eropa itu sangatlah menyejukkan hati. Sebelumnya Thata tidak sendiri di cafe ini, tetapi Chaca yang mendadak ditelfon oleh ibunya pulang meninggalkan Thata seorang diri. Sambil menyeruput hot chocolatenya –dan masih berseragam sekolah- Thata mengedarkan pandangan kesekeliling cafe. Pandangannya terpusat oleh salah satu orang yang berada tak jauh dari mejanya. Tanpa Thata sadari seberkas senyum menghiasi bibirnya. Tanpa ragu, Thata berjalan menuju meja tersebut.

“Andre!” seru Thata.

Andre yang memang tidak menyangka akan bertemu dengan Thata, tersenyum ketika bertemu dengan gadis itu. “Thata, nggak nyangka bakal ketemu disini”.

“Iya nggak nyangka juga. Sendirian?” tanya Thata sambil mengedarkan pandangan kesekeliling cafe.

“Iya sendirian,” kata Andre yang tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya, “tapi kalau kamu mau duduk menemani aku disini, boleh aja”.

Tersipu malu oleh kata-kata Andre, Thata duduk di depannya Andre. Thata tidak tahu apa yang harus pertama kali Thata katakan, karena Thata sendiri bingung apa yang harus dibicarakan.

“Sendirian?” tanya Andre yang memecah keheningan yang terjadi selama beberapa saat.

“Iya seperti yang kamu lihat. Tapi tadi ada Chaca, dan Chacanya pulang”

“Dan sepertinya kamu seneng ketika bertemu denganku” Andre tersenyum ketika mengatakan kata-kata tersebut.

Thata merasa tubuhnya berubah menjadi lebih panas, terutama daerah wajahnya. “Apaan sih? Geer banget deh”. Thata memalingkan wajahnya agar Andre tidak bisa membaca wajahnya. Malu sekali dirinya.

“Tha”

Thata menengok kearah Andre. “ya?”

“Sepertinya tebakan kamu benar” Andre menghembuskan nafas panjang dan berpaling kearah luar cafe.

Thata mengerutkan dahinya. Tebakan? Thata tidak pernah merasa menebak sesuatu dari kehidupan Andre. “Tebakan? Tebakan apa?” tanya Thata bingung.

“Aku pindah karena mau melupakan sesuatu, dan itu benar”

Thata teringat akan seminggu yang lalu ketika Andre baru saja pindah ke sekolahnya. Thata memang mengatakan hal tersebut, dan memang ternyata dugaannya benar. Ingin rasanya Thata bertanya mengenai penyebabnya, tetapi Thata menahan diri dan menganggap ini adalah masalah pribadi Andre.

Tidak ada tanda-tanda Andre akan menjelaskan apa yang akan ia lupakan, tetapi Andre terus melanjutkannya. “Tapi itu belum berhasil”.

Tidak tahu apa yang harus dikatakan oleh Thata, Thata hanya diam dan menunggu Andre menceritakan yang selanjutnya. Tetapi tampaknya Andre tidak akan berkata apa-apa lagi, Thatapun berinisiatif untuk menanggapi. “Seminggu bukan waktu yang tepat untuk melupakan suatu masalah”. Thata menghembuskan nafas panjang dan melanjutkan, “Dan tidak akan terlupakan apabila kita terus memikirkannya”.

“Ya, tetapi orangtuaku memintaku untuk pindah”

Kening Thata berkerut heran. Heran akan pernyataan Andre dan jalan pikiran Andre. Melihat hal tersebut Andre tersenyum dan menjawab rasa heran Thata. “Karena ada masalah di keluarga yang ingin aku lupakan”

“Tidak kah bisa masalah keluarga diselesaikan secara baik-baik? Kamu tidak perlu melupakan masalah dengan melarikan diri dari masalah tersebut. Kalau orangtua kamu meminta kamu kembali ke Amerika ya kembalilah” kata Thata.

“Tetapi aku disini tidak sendirian, masih ada ibu kandungku yang memperhatikanku. Tetapi kenapa bapakku nggak percaya bahwa ibu bisa mendidik aku?” kata Andre dengan emosi. Menyadari kata-katanya yang terlalu beremosi, Andre meminta maaf kepada Thata.

Thata hanya bisa diam dan tidak dapat menanggapi apapun. Sepertinya Andre juga tidak meminta jawaban dari Thata. Thata memang tidak menyukai keheningan, tetapi akhir-akhir ini Thata sanggat membutuhkan yang namanya keheningan.

“Aku akan menuruti kata-kata bokapku. Aku akan pindah tetapi bukan ke Amerika”.

“Bukan ke Amerika? Lalu mau pindah kemana?” tanya Thata heran.

“Seoul, mungkin jika jauh dari orangtua, itu merupakan keputusan yang tepat”

“Kenapa harus Seoul?”

Andre tersenyum. “Tidak kah kamu ingat ketika aku pernah bercerita mengenai aku pernah bersekolah di Seoul? Lebih baik ke Seoul dan mencoba hidup dengan mandiri”.

Seoul. Hal tersebut membangkitkan kenangan Thata mengenai masa lalunya di Seoul. “Kakek dan nenek aku juga berada di Seoul”

“Jadi ada keturunan Korea ya? Soalnya pas aku melihat kamu, kamu pasti bukan seratus persen orang Indonesia” Andre tertawa. Sejenak Andre melupakan masalahnya dan ingin mengganti topik pembicaraan. Melupakan masalahnya walau hanya sebentar.

Andre's View:

Entah mengapa ketika Andre berbicara dengan gadis itu, Andre dapat berbicara mengenai masalah pribadinya. Tak dapat dipungkiri ketika Andre bertemu dengan gadis itu di cafe ini, perasaan senang dan kaget melanda jiwanya. Berbicara dengan gadis itu dapat membuat Andre melupakan untuk sementara masalah itu. Masalah yang tidak mau ia ingat.

Thata tampak melirik ke layar handphonenya berulang kali dengan gelisah. Melihat hal ini membuat Andre penasaran dan apa yang sedang gadis ini nantikan. “Kenapa Tha? Kok kayanya ngelirik layar handphone terus”.

“Iya, kakak aku rencananya mau jemput aku, tapi gatau sampai jam segini dia belum datang. Maaf ya Andre kamu nggak pulang-pulang karena nemenin aku” jawab Thata dengan nada cemas. “Duh Nikki kemana ya?”.

“Mau aku anterin pulang?” tanya Andre. Memang Andre tampak kasian melihat gadis ini terlihat gelisah menunggu kakaknya, dan ingin mengantarkan pulang, tetapi hati kecilnya berkata ia ingin menghabiskan waktu yang lebih lama dengan Thata.

“N-nggak usah. Aku bisa cari taksi aja kalo abangku belum dateng-dateng. Mendian kamu pulang aja. Kasian mama kamu sendirian”

“Tapi ini udah malem, sebentar lagi cafe tutup. Lebih baik aku mengantarkan kamu pulang. Tidak baik wanita sendirian dimalam hari”

Gadis itu tampak menimbang penawaran Andre. “Ya sudah” jawabnya pasrah.

Andre tersenyum lebar. “Mau pulang sekarang?”

Thata tampak masih gelisah dan memandangi kembali layar handphonenya. Kemudian ia mengangguk. Andre bangkit dari kursinya dan disusul oleh Thata yang menyusul dibelakangnya menuju ke mobilnya.

“Maaf ya ngerepotin banget, kakakku emang suka gitu” kata Thata setelah masuk kedalam mobil Andre.

Tidak tahu mengapa Andre senang ketika ia bisa mengantarkan pulang gadis ini dengan selamat kerumahnya. Memang mungkin ini adalah hal yang sederhana, tetapi hal sederhana ini dapat membuatnya merasa bahagia.

“Soal yang tadi kamu bilang, kamu mau pindah ke Seoul itu jadi?”

Andre menghembuskan nafas dengan berat. Mengapa gadis ini mengungkit masalah yang baru sejenak ia lupakan?. “Belum ada rencana, mungkin saja sebulan lagi. Lagipula ini belum dibicarakan kepada ibuku”jawab Andre datar.

Hening. Tidak ada yang mencoba memulai topik pembicaraan atau apapun. Keheningan ini berhenti ketika Andre telah sampai didepan rumah Thata. “Sudah sampai, Tha,” bisik Andre.

“Oh iya, terimakasih ya ndre, maaf banget ngerepotin kamu. Nikki emang suka begini, lupa ngabain aku kalo dia nggak bisa jemput aku” kata Thata sambil mengambil tasnya.

Ketika thata hendak mebuka pintu mobil, Andre menahannya, “Tha”. Thata yang nampak kebingungan, menengok kearah Andre. “Kenapa Ndre?”.

“Terimakasih ya Tha, udah menjadi mood booster ku selama aku di Indonesia ini. Setidaknya kamu membantu aku melupakan sejenak masalah yang sedang aku alami”.

“hei, itulah gunanya teman!” jawab Thata sambil menyunggingkan senyum termanis yang Thata punya. Sejenak Andre terpana dengan senyuman itu. Ada hasrat didalam diri Andre untuk memiliki gadis itu dan menjaganya. “Yauda sana kamu masuk, nanti dicariin sama abang kamu. Good night ya Tha”

“Haha Night” Thata tertawa kecil.

Thata membuka pintu mobil Andre dan keluar dari mobil Andre. Setelah melihat Thata masuk kedalam rumah, Andre-pun memacu mobilnya meninggalkan rumah Thata menuju rumahnya.

                                                            *****

Continue Reading