I For You (Sasunaru Version)

By MrsTaraFujitatsu

116K 10.4K 768

#TAMAT - Beberapa part di privat Menceritakan bagaimana hubungan Naruto sang Tuan Muda dengan murid beasisw... More

1 - The Heir
2 - Practikum 🌱
3 - Started
4 - Kesalahan Shikamaru
5 - Protective
6 - Incident
7 - Shinrai (Trust)
8 - Sugata o keshimasu (Disappear)
9 - Broken
10 - Your Fault...?
11 - Sayonara
12 - Date
13 - The Biggest Mistake
15 - Good Bye
16 - I FOR YOU [End]

14 - Coma

6.3K 568 24
By MrsTaraFujitatsu

BUAKKK...!!!

Sebelum Sasuke sempat menyelesaikan pertanyaannya, Shikamaru melayangkan tinju yang mendarat di pelipis Sasuke. Tinjuan itu sama sekali tak bertenaga, namun tetap membuat Sasuke jatuh terhempas d lantai dingin Rumah Sakit Konoha. Shikamaru sendiri melayang oleng, tetapi sempat ditangkap oleh Kiba sebelum ia jatuh.

"Senpai kenapa?" tanya Kiba panik, bingung melihat dua anak laki-laki itu.

"Aku pernah berkata padamu jika kau tidak akan bisa menjaga Naruto." Perhatian Shikamaru saat ini hanya ada pada Sasuke. "Susah payah selama ini aku menjaga Naruto agar Naruto tidak terluka sesenti apa pun... tapi semuanya rusak setelah Naruto bertemu denganmu....!!!"

Sasuke meneguk ludah. "G..gomen"

"Kenapa.... Kenapa kau memintanya kembali kesekolah itu lagi...!!! Jika kau tidak meminta hal itu pasti Naruto akan baik-baik saja" Ucap Shikamaru frustasi

"Ternyata, aku sama sepertimu." Shikamaru mulai menjambak rambut coklatnya penuh penyesalan. "Aku tidak berguna...!!"

"Itu tidak benar," tandas Sasuke, matanya menerawang.

Shikamaru menggeleng.

"Darahmu bisa menyelamatkan dia, kan?" Sasuke menatap Shikamaru dengan mata memerah. "Sedangkan aku bisa apa?"

Shikamaru balas menatap Sasuke, lantas tenggelam dalam air matanya. Hanya tinggal Kiba yang menatap bingung dua anak laki-laki yang sekarang sudah sama-sama menangis itu.

"Kalian kenapa?" tanya Kiba lagi, hatinya sakit melihat dua orang terpenting dalam hidupnya kacau seperti ini. "Naruto senpai kenapa?"

Pintu ruang operasi di depan mereka terbuka. Dokter Tsunade keluar dari sana dengan senyum lemah.

"Kita berhasil. Kondisi Naruto sudah stabil."

I FOR YOU

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Warn: BL. Shounen,Typo ,Masih Author baru

SasuNaru, ShikaNaru, ShikaKiba

FF Remake

Original By Orizuka dengan judul yang sama ;)

Sudah 2 minggu, Naruto terbaring koma di rumah sakit. Walaupun lukanya sudah menutup dan pendarahannya sudah berhenti, namun kesadarannya belum kembali. Seantero sekolah sudah mendengar tentang hal itu, dan sekarang semua orang mulai merasa bersalah pernah menyangka yang tidak-tidak tentang Naruto.

Penyakit Naruto yang jarang didengar pun menjadi bahan pembicaraan. Tak seorang pun pernah mendengar nama von Willebrand sebelumnya. Setelah melakukan pencarian di internet, barulah orang-orang mengetahui bahwa von Willebrand Disease merupakan penyakit kelainan platelet darah saat luka tak bisa lekas menutup seperti kebanyakan orang normal. Kekurangan faktor von Willebrand dalam darah Naruto membuat darahnya sukar membeku. Gejalanya mirip dengan hemofilia,.

Semua orang pun mulai memahami, bahwa penyakitnya-lah yang selama ini membuat Naruto tampak kelewat manja. Keberadaan Shikamaru di sampingnya pun masuk akal. Selain memiliki golongan darah yang sama, Shikamaru juga menjaga Naruto dari hal-hal yang bisa membahayakannya. Karena jika ia mengalami pendarahan, lukanya akan susah menutup. Jika ia menggunakan sendinya untuk hal-hal yang terlalu berat, darah bisa menggumpal dan ia bisa saja cacat selamanya.

Orochimaru sekarang sedang mengisi kelas. Suasana mencekam yang ditimbulkan dari 2 bangku kosong di antara mereka membuat kelasnya tidak nyaman selama dua minggu ini. Ia masih ingat bagaimana kelas ini dihebohkan dengan kejadian Naruto yang terjatuh tepat dihadapan mereka. Kecelakaan itu pula yang membuatnya koma. Tak seorang pun di kelas ini yang tidak menyesal karena telah begitu buruk memperlakukan Naruto. Tidak seorangpun...

"Sebentar lagi, kalian akan menghadapi Ujian Nasional." Orochimaru membuat perhatian kelas kembali padanya. "Sensei yakin kalian pasti bisa."

Semua anak sekarang menatapnya nyalang. Hanya Sasuke yang tampak tertunduk, berpura-pura membaca buku cetak. Seluruh sekolah juga sudah tahu bahwa Sasuke ada di samping Naruto, mulai ketika Sasuke membawa Naruto ke UKS hingga membawa Naruto kerumah sakit, dan ia sudah sebisa mungkin menolong Naruto. Namun, Sasuke tak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri.

Orochimaru menatap anak-anak muridnya. Selama ini, ia tidak pernah menyangka bahwa Naruto memiliki penyakit itu. Naruto dan orangtuanya hanya memberi tahu kepala sekolah dan guru olahraga, sementara guru-guru lain hanya diinstruksikan untuk tidak memisahkan Naruto dan Shikamaru dalam kelompok
macam apa pun. Ia pikir, itu sekadar permintaan egois dari donatur, ternyata ia salah.

"Kalian harus tahu bahwa-"

"SENSEI!!" Neji tahu-tahu bangkit dari bangkunya, menunjukkan smarthphone nya yang tampak menyala.

"Neji, jangan bermain handph-"

"Naruto sudah sadar!!" serunya, membuat semua orang serentak menoleh padanya, termasuk Sasuke. "Tadi saya mengirim pesan pada Shikamaru, dan baru saja dia membalas jika Naruto sudah sadar!"

"SYUKURLAH...!!!" seru Ino, tangisnya segera pecah. Dan seperti efek domino, semua anak perempuan sekarang sudah ikut menangis.

Sasuke sendiri sudah menghempaskan punggung ke sandaran bangku. Kabar itu membuatnya kembali bisa bernapas normal setelah dua minggu yang berat. Ia merasa lega, tetapi di saat yang sama, seluruh tubuhnya terasa lemas.

"Ayo kita menjenguk Naruto!" ajak Gaara yang disambut dengan anggukan mantap oleh teman-temannya. Sasuke menatap pemandangan itu, lalu teringat pada latar ponsel Naruto.

Anak Laki-laki itu pasti akan sangat gembira.

**Mrs.Tara Fujitatsu**

Koridor rumah sakit dipenuhi oleh suara berisik teman-teman Naruto di Konoha High School. Orochimaru menggiring mereka semua ke dalam satu barisan dan meminta untuk tidak ribut, namun percuma. Mereka sudah begitu bersemangat untuk bisa melihat Naruto lagi.

Sasuke menatap mereka semua dari belakang sambil tersenyum simpul. Anak-anak ini pasti merupakan kado yang indah untuk Naruto yang baru saja membuka mata setelah dua minggu tertidur.

Dari arah berlawanan, Shikamaru berjalan dengan minuman ringan di tangannya. Langkahnya terhenti saat melihat rombongan itu. Matanya terbelalak, tak percaya pada apa yang dilihatnya.

"Hai, Shikamaru!" Ino segera melambai dan menghampiri Shikamaru yang masih bengong. "Apa kabar?"

"Baik," jawab Shikamaru ragu, lalu menatap semua anak yang nyengir senang. Detik berikutnya, Shikamaru tersenyum. "Naruto pasti senang sekali bisa melihat kalian lagi."

Sekilas, pandangan Shikamaru menangkap Sasuke yang berusaha untuk tidak terlihat di belakang Orochimaru sensei. Semua perhatian segera teralih padanya.

"Ah, harusnya Sasuke duluan yang bertemu Naruto!" seru Ino, disambut meriah oleh anak-anak. Semua mendorong Sasuke hingga anak laki-laki itu sekarang berhadapan dengan Shikamaru.

Shikamaru tersenyum kaku, lalu mengangguk. "Ayo."

Harusnya, Sasuke bersyukur karena Shikamaru masih memperbolehkannya bertemu Naruto. Shikamaru benar-benar anak yang baik. Tidak seharusnya Sasuke berpikir aneh-aneh tentangnya dulu.

Dengan hati berdebar kencang, Sasuke melangkah masuk ke ruangan berpendingin udara itu. Naruto tampak sedang menonton televisi, kepalanya dibalut perban cokelat. Mendadak, dada Sasuke terasa sesak. Ia tak pernah merasa sebahagia ini melihat Naruto. Bayangan Naruto tergolek berlumur darah di pangkuannya masih memenuhi otaknya.

"Naruto, lihat siapa yang datang."

Naruto menoleh saat mendengar suara Shikamaru. Ia menatap Shikamaru, lalu terbelalak saat melihat kerumunan orang di belakangnya.

"Hai,.." sapa Sasuke, setengah mati berusaha supaya tak terdengar gugup. Namun, mata Naruto sudah menghipnotisnya seperti dulu.

Mata Shapphire itu menatapnya lama sebelum akhirnya kembali beralih kepada Shikamaru.

"Siapa, Shika?" tanyanya, lalu kembali menatap Sasuke polos.

"Apa kita kenal?" Jika ada lelucon yang sama sekali tidak lucu, maka inilah tepatnya. Mendadak, Sasuke merasa seperti sedang syuting sinetron. Sebentar lagi pasti ada sutradara yang berteriak 'cut' dan memarahinya karena akting terkejutnya kurang maksimal.

Sasuke menatap Shikamaru yang seperti sama terkejutnya. Mulut anak laki-laki itu membuka dan menutup, seolah mencari momen yang tepat untuk mengatakan 'jangan bercanda'. Namun, Naruto tidak seperti sedang bercanda. Anak Laki-laki itu tampak benar-benar bingung.

"Naruto, mereka... teman sekelas kita." Shikamaru tersadar dari kekagetannya. "Kau tidak ingat?"

"Teman sekelas?" Naruto kembali menatap Sasuke, lalu menelengkan kepala.

"Memangnya kita pernah sekolah formal bukannya kita selalu homeschooling Shika?"

Seketika, semua orang saling tatap ngeri. Sasuke sendiri hanya bisa menatap Naruto nanar, berkali-kali meyakinkan diri bahwa amnesia hanyalah penyakit yang ada di sinetron saat mereka butuh memanjangkan episode. Penyakit yang tidak terjadi di kehidupan nyata.

Namun, ini terjadi. Ini terjadi pada orang yang sangat disayanginya.

Pada orang yang dicintainya

Pada Narutonya...

**Mrs.Tara Fujitatsu**

Menurut dokter Tsunade, otak Naruto mengalami trauma. Ia mengalami amnesia sebagian, ingatannya terhenti pada tiga tahun lalu. Itu sebabnya ia bisa mengenali Shikamaru, tetapi tidak pada teman-temannya.

Ini sungguh ironis. Di saat semua temannya mendekatinya, ia malah menjauh. Shikamaru benar-benar tidak pernah berpikir ini yang akan terjadi. Ia sudah begitu senang Naruto bisa sadar, rupanya anak Laki-laki itu masih harus mengalami musibah lain. Kadang, Shikamaru merasa, hidup ini benar-benar tidak adil padanya, terutama pada Naruto.

Ponsel di sakunya tahu-tahu bergetar. Shikamaru mengeluarkannya, lalu membaca pesan singkat yang muncul di sana.

' We're on our way there.'

Shikamaru mendesah membaca pesan dari ayahnya. Kedua orangtuanya akhirnya sampai di Jepang. Mereka sudah mendengar semuanya dari Minato. Shikamaru harusnya bersyukur mereka tidak menyalahkannya, malah menganggapnya sudah melakukan yang terbaik untuk melindungi Naruto. Namun, Shikamaru tidak merasa demikian. Ia merasa seperti seorang laki-laki yang gagal menepati janjinya sendiri.

Sebuah botol air mineral tahu-tahu masuk ke pandangan Shikamaru. Shikamaru menatap botol itu, lalu mendongak. Kiba ada di hadapannya, masih mengenakan seragam sekolah.

"Sepertinya senpai tidak sempat minum." Kiba memperhatikan wajah Shikamaru yang kusam dan bibirnya yang pecah-pecah.

Shikamaru menerima botol itu, lalu tersenyum lemah. "Arigato."

Masih sambil menatap Shikamaru, Kiba duduk di sampingnya. Saat ini, mereka berada di taman rumah sakit. Tadi, saat Kiba hendak menjenguk Naruto, ia melihat Shikamaru di sini, sedang termenung menatap air mancur di tengah taman.

"Senpai baik-baik saja?" tanya Kiba khawatir.

Shikamaru menatap Kiba, lalu tersenyum. "Tidak apa-apa. Jangan khawatir."

Setelah mengatakannya, Shikamaru kembali menatap kosong air mancur yang menari-nari. Hati Kiba terasa sakit saat melihatnya. Semua kejadian ini membuatnya sadar, kalau selama ini anak laki-laki itu menanggung beban yang teramat berat seorang diri. Sekarang setelah Kiba tahu, ia ingin Shikamaru membagi beban itu padanya. Namun, Kiba tak tahu harus mulai dari mana.

"Naruto dan aku sama-sama lahir di rumah sakit ini." Shikamaru tahu-tahu bicara, seolah paham isi hati Kiba. "Dia lahir lebih dulu. Waktu itu, dokter menyadari keanehan dalam diri Naruto dan menemukan penyakitnya."

Kiba mendengarkan cerita Shikamaru dengan seksama.

"Orangtuaku dan orangtua Naruto bersahabat sejak lama. Saat kelahiran Naruto, Orangtuaku ikut berada disana termasuk saat Dokter Tsunade memvonis Naruto terkena penyakit itu"

"Beberapa minggu setelahnya, aku lahir dengan golongan darah yang sama langkanya. Semenjak itu, orangtua kami menyiapkan masa depan kami. Kami akan dibesarkan bersama, Agar dapat berakhir bersama. Naruto adalah penggambaran seorang 'Hime', dan aku adalah pangerannya. Aku akan selalu ada untuk Naruto," lanjut Shikamaru.

Mata Kiba melebar, hampir tak memercayai cerita Shikamaru. "Orangtua Senpai kan bisa juga mendonorkan darahnya untuk Naruto Senpai. Kenapa harus Senpai?"

Shikamaru menggeleng. "Sayangnya, golongan darah orangtuaku A dan B negatif. Mereka sama sekali tidak menyangka jika golongan darahku akan AB negatif, Oleh karena itu mereka merasa jika aku dan Naruto... berjodoh."

Kiba ikut menatap kosong air mancur, bingung dengan segala informasi baru itu. "Tapi... bukannya AB itu bisa didonorkan pada semua golongan darah?"

"Itu memang teorinya, tapi sekarang sudah tidak relevan," jelas Shikamaru, membuat Kiba mengangguk-angguk pelan.

"Ternyata... rumit sekali ya," gumamnya, sama sekali tidak menyangka ini alasan di balik semuanya.

"Sebenarnya... aku tidak ada masalah dengan semua ini. Aku menyayangi Naruto, Sangat menyayanginya malah. Dia sudah seperti adik yang tidak pernah aku punya. Dia pun begitu. Sampai akhirnya... kami masuk sekolah itu, Konoha High School." Shikamaru tersenyum pahit. "Sampai akhirnya kami menemukan kebahagiaan kami masing-masing."

"Kenapa..." Kiba mengambil jeda sejenak. "Kenapa kalian tidak terus terang dari awal?"

Shikamaru mendesah. "Seumur hidupnya, Naruto cuma tahu jika dia itu spesial. Dia cuma lihat apa yang namanya teman dari film. Saat dia mencoba mencari teman dengan masuk sekolah formal, dia jadi tahu, kalau satu-satunya cara untuk punya teman adalah dengan menjadi normal. Kata 'spesial' berbalik menyerang dia. Gara-gara tidak ikut ospek dan tidak pernah olahraga, dia jadi dianggap seperti 'Hime' dan tidak seorang pun berani mendekati dia dari awal sekolah."

Shikamaru mengambil jeda sejenak. "Naruto terlanjur mempunyai image itu, dan dia takut kalau orang tahu kondisinya, mereka malah akan menganggapnya aneh. Makanya Naruto tidak berusaha mencari teman lagi dan lupa soal itu, sampai dia bertemu dengan Niisanmu. Setelah kenal dengan Sasuke, sedikit demi sedikit Naruto jadi ingat lagi tujuan utamanya masuk sekolah itu. Dia jadi kembali ingin terlihat normal, tetapi kau tahu apa yang terjadi selanjutnya."

Kiba mengangguk-angguk pelan, teringat saat Naruto menjadi bulan-bulanan saat tidak masuk sekolah selama beberapa hari setelah mencoba berolahraga.

"Tidak ada yang mau berteman dengan orang lemah yang selalu butuh bantuan. Pada akhirnya, Naruto cuma akan terus-menerus ingat kalau dia punya penyakit," kata Shikamaru lagi.

"Tapi... Setidaknya kalian bisa berterus terang padaku dan Sasuke Niisan? Kami tidak akan pernah menganggap Naruto Senpai aneh kalau tahu yang sebenarnya!"

"Kau pernah melihat seseorang menangis darah? 'Literally' ?" tanya Shikamaru, membuat Kiba terdiam. "Exactly. Naruto terlalu takut Sasuke akan merasa jijik dan mundur kalau tahu kondisinya. Selain itu, Naruto juga takut dia malah menjadi beban untuk Sasuke yang sedang belajar." Kiba menatap Shikamaru lama. "Kalau Senpai? Kenapa tidak memberitahuku?"

"Gomen Kiba" sesal Shikamaru. "Aku sebenarnya ingin memberitahumu dari awal, akan tetapi aku tidak bisa melakukannya tanpa persetujuan Naruto dan kedua orangtuanya."

Kiba menunduk. Ia sama sekali tidak tahu masalahnya sepelik ini. Yang ia tahu, Shikamaru dan Naruto adalah pasangan bangsawan di sekolahnya, yang tidak mau bergaul dengan siapa pun. Ia tidak pernah menyangka ada alasan semenyedihkan di baliknya. Orang kaya memang sombong, harusnya itu sudah cukup menjadi alasan.

"Seharusnya memang kami tidak pernah masuk ke sekolah itu." Shikamaru mulai menjambak rambut. "Seharusnya kami tetap pada takdir kami. Hanya mengenal satu sama lain."

"Begitu?" Kiba mendengar suaranya sendiri yang bergetar. "Senpai menyesal?"

Shikamaru menatap Kiba lama, lalu menggeleng. "Aku tidak tahu lagi."

Saat ini, isi kepala Shikamaru seperti terbagi menjadi dua. Ia menyesal masuk sekolah itu karena membahayakan Naruto, namun di sisi lain, ia tidak menyesal karena masuk sekolah itu mempertemukannya dengan Kiba.

"Senpai bisa mengambil pelajaran dari musibah ini," kata Kiba, membuat Shikamaru kembali menatapnya.

"Kalau Naruto meninggal, hikmah apa yang bisa aku ambil?" tanya Shikamaru tajam.

"Senpai bisa mulai dengan bersyukur." Kiba tersenyum lembut. Naruto senpai masih hidup, Dan dia sekarang punya teman-teman yang mau menerimanya."

Shikamaru menatap Kiba lama, lalu kembali menerawang pada air mancur. Kemarin, teman-temannya dengan sabar memperkenalkan diri kepada Naruto. Tak satu pun di antara mereka yang tampak tidak ikhlas. Semuanya tersenyum ceria walaupun Naruto sama sekali tak mengingat mereka. Mungkin, apa yang selama ini Shikamaru dan Naruto percayai tentang teman-temannya salah. Mungkin, Shikamaru dan Naruto telah meremehkan teman-temannya.

Shikamaru menyandarkan punggung, lalu menengadah. Langit sore ini tampak cerah. Hujan tidak akan turun dalam waktu dekat. Ia tidak bisa menangis.

"Senpai benar-benar baik." Kiba menatap Shikamaru. "Kenapa bisa ada orang sebaik Senpai?"

Air mata Shikamaru mengalir juga. Kiba salah. Ia bukan orang baik. Ia hanya anak laki-laki bodoh yang mengacaukan segalanya. Dan di antara segala kekacauan ini, ia masih mengharapkan hal-hal egois.

Ia bukan orang baik.

**Mrs Tara Fujitatsu**

Sasuke melangkah ke arah kamar Naruto dengan perasaan senang. Seikat bunga matahari segar tergenggam di tangannya. Tadi siang, ia mendapatkan kabar baik dari Kurenai sensei. Para donatur sepakat untuk memberikan beasiswa bagi kedua siswa yang membutuhkan. Itu artinya, Sasuke mendapatkan kesempatan kedua.

Walaupun Naruto tak akan ingat soal hari ini, namun Sasuke akan membantunya. Hari ini, Sasuke akan membantu anak Laki-laki itu mengingat dirinya dan apa yang pernah mereka jalani bersama.

Dada Sasuke terasa berdebar saat ia tiba di depan pintu kamar Naruto. Rasanya seperti memulai semuanya dari awal. Namun, Sasuke tidak akan keberatan. Sasuke akan melakukan apa pun supaya anak Laki-laki itu bisa mengingatnya.

Tangan Sasuke sudah terangkat, bermaksud mendorong pintu itu, saat pintunya terbuka. Begitu melihat siapa yang keluar dari ruangan itu, Sasuke melangkah mundur.

Minato menatap Sasuke bingung, lalu detik berikutnya, ia paham. Shikamaru sudah menceritakan semua tentang Sasuke. "Saya..." Sasuke tergagap. "Saya minta maaf, Minato-san. Karena saya, Naruto..."

"Kamu tidak bersalah. Kamu tidak tahu apa-apa," kata Minato, membuat Sasuke menatapnya. "Kamu tidak tahu apa-apa soal Naruto. Ini semua kesalahan kami sebagai orang tua terutama saya. Sebagai ayah, saya tidak becus menjaganya. Kamu jangan pernah merasa bersalah."

Sasuke menatap Minato lama, lalu menurut saat pria itu menarik lengannya dan membuatnya duduk di bangku tunggu rumah sakit.

Minato duduk di sampingnya, lalu mendesah. "Dulu, saya sudah melakukan kesalahan dengan menimpakan tanggung jawab besar ke pundak anak laki-laki kecil. Saya begitu yakin anak laki-laki itu bisa menjaga Naruto, hingga saya memercayakan Naruto sepenuhnya padanya. Saya sangat berdosa."

Mata Sasuke melebar, tahu Minato sedang membicarakan Shikamaru. Kiba sudah menceritakan semuanya semalam.

"Sekarang, saya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Kami akan menjaganya" kata Minato lagi, lalu menatap Sasuke dengan mata teduhnya. "Saya yakin kamu sudah tahu tentang keadaan Naruto saat ini?"

"Ha'i Minato-san" jawab Sasuke, tidak berani menatap Minato. "Kalau begitu, biarkan semua tetap seperti ini."

Sasuke segera mengangkat kepala, menatap Minato yang telah menatapnya serius. "Maksud Minato-san?"

"Biarkan dia mengingat hal-hal yang seperlunya saja." Minato berucap lagi, membuat Sasuke menganga. "Kamu paham maksud saya, kan?"

Mendadak, Sasuke merasa lemas. Otaknya bisa mencerna perkataan Minato, namun hatinya menolak untuk mempercayainya.

"Saat ini, otak Naruto tidak bisa mengingat hal-hal yang berat. Dia tidak bisa lagi mengalami stress." Minato melanjutkan. "Jika dia dipaksa mengingatmu, dia akan kembali bersedih."

Sasuke menatap bunga matahari di tangannya kosong.

"Ini bukan soal kaya atau miskin. Ini soal kesehatannya." Minato menepuk bahu Sasuke. "Dan, saya dengar kau juga sedang mengejar cita-citamu. Itu yang penting untuk kalian sekarang. Masa depan."

Cengkeraman Sasuke pada batang bunga matahari semakin erat. Minato memang benar. Yang paling penting sekarang adalah masa depannya.

Namun, ia tidak tahu, apa ia menginginkan masa depan tanpa ada Naruto didalamnya.

To Be Continue

Tara punya FF baruuu.. 🙌

Nama. : Namikaze Naruto
Gender : Laki-Laki
Usia. : 29 tahun
Status. : Die - Car Accident

Seorang pemuda yang dikirim ke 10 tahun yang lalu untuk mengubah masa lalu dan untuk menyelamatkan masa depannya.

Apakah dia sanggup menahan pesona seorang UCHIHA SASUKE dan menyelamatkan kehidupan masa depannya..? Atau apakah dia akan jatuh Cinta pada orang yang sama dan membahayakan nyawa nya...?

Continue Reading

You'll Also Like

8.2K 804 16
Seorang ketua mafia yang dingin dan tidak tertarik memiliki pasangan, tiba-tiba jatuh cinta dengan siswa jurusan musik yang sedang makan sosis bakar...
152K 15.3K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
72.3K 6.6K 17
Hilangnya Calon Pangeran pengantin Putri Sakura membuat Sasuke gelisah hingga mengkhawatiran hidupnya sendiri. Ia berusaha menguak misteri tersebut...
227K 16.1K 24
menaklukan seseorang yang 'tsundere' itu susah. Baca juga NaruSasu On Sosmed yang book 2 nya ya :) kelanjutan cerita ini :D Kembali dengan story Naru...