I For You (Sasunaru Version)

By MrsTaraFujitatsu

116K 10.4K 768

#TAMAT - Beberapa part di privat Menceritakan bagaimana hubungan Naruto sang Tuan Muda dengan murid beasisw... More

1 - The Heir
2 - Practikum 🌱
3 - Started
4 - Kesalahan Shikamaru
5 - Protective
6 - Incident
7 - Shinrai (Trust)
8 - Sugata o keshimasu (Disappear)
9 - Broken
11 - Sayonara
12 - Date
13 - The Biggest Mistake
14 - Coma
15 - Good Bye
16 - I FOR YOU [End]

10 - Your Fault...?

5K 585 56
By MrsTaraFujitatsu

I FOR YOU
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Warn: BL. Shounen,Typo ,Masih Author baru
SasuNaru, ShikaNaru, ShikaKiba
FF Remake
Original By Orizuka dengan judul yang sama ;)

Chapter 11

RS Konoha

"Kenapa ini bisa terjadi, Shikamaru?"

Tanya Minato pada Shikamaru yang tengah menunduk, tangannya mencengkeram sisi jeans-nya. Saat mendengar kabar Naruto mengalami pendarahan melalui mata dari sang istri, Minato  langsung meninggalkan rapat yang dipimpinnya di China' dan mengambil penerbangan pertama kembali ke sini. Sekarang, mereka sedang berada di ruang tunggu rumah sakit sementara Naruto diperiksa oleh dokter.

Shikamaru membuka mulut. "Gomen... Jiisan"

"Selama ini, Jiisan tidak membiarkan kalian masuk sekolah mana pun karena jii-san ingin kalian cuma mengenal satu sama lain." Minato menerawang. "jiisan tidak ingin kalian bertemu dengan orang lain karena Naruto cuma butuh kau Shikamaru. Kalau bukan kau, Naruto akan terluka. Seperti saat ini."

Shikamaru meneguk ludah. Ia paham benar apa maksud dari perkataan Minato. Membiarkan Naruto masuk sekolah itu adalah kesalahan besar.

"Seharusnya Jii-san tidak membiarkan kalian masuk sekolah itu," kata Minato lagi.

"Seharusnya Jiisan tahu, sekolah terlalu berat untuk kalian lalui. Terutama untuk Naruto"

Mendadak, bayangan Kiba terlintas di benak Shikamaru. Jika ia tak pernah masuk sekolah itu, mereka mungkin tak akan pernah bertemu dengan pemuda mandiri tersebut. Shikamaru mungkin tak akan pernah merasakan seperti apa rasanya jatuh cinta. Namun, sekarang, bukan hal itu yang penting. Naruto-lah yang terpenting, yang terbaring dengan selang infus dan mendapat suntikan faktor adalah Naruto, yang sedang berusaha menelan rasa sakit dari sendi-sendinya yang bengkak juga Naruto.

Jika mereka tidak pernah masuk sekolah itu, Naruto mungkin masih baik-baik saja, berada di rumah yang aman, makan bubur bayi rasa kacang hijau sambil menonton televisi, tertawa-tawa seperti anak kecil yang tidak pernah mengerti arti kata sedih dan kehilangan.

Minato menghela napas. "Atau mungkin memang Jiisan yang terlalu banyak berharap besar padamu Shikamaru. Jiisan memberi kamu tanggung jawab yang terlalu besar."

Kepala Shikamaru tertunduk semakin dalam. Dulu saat orangtuanya menjelaskan keadaan Naruto padanya, ia bersedia untuk membantunya. Saat itu, ia memang masih kecil, namun ia paham kalau Naruto adalah anak Laki-laki yang spesial dan membutuhkannya sebagai pelindung. Shikamaru setuju dengan konsep “Hime’ dan pangeran itu, dan menyandang gelarnya dengan bangga. Sampai kapanpun, ia akan selalu ada untuk Naruto dan bertanggung jawab atas dirinya.

"Kamu masih terlalu muda untuk mendapat tanggung jawab sebesar ini." Minato menepuk bahu Shikamaru. "Jii-sanlah yang seharusnya meminta maaf."

Shikamaru segera menggeleng. "Saya sudah besar, Jii-san. Saya tahu apa yang saya inginkan."

"Apa yang kamu inginkan?"

"Saya ingin terus melindungi Naruto." Shikamaru berkata mantap. "Saya tidak akan mengulangi kesalahan saya. Apa pun yang terjadi, saya tidak akan membiarkan kejadian ini terulang lagi menimpa Naruto."

Selama beberapa saat, Minato menatap Shikamaru lama, seolah menilai. Minato bertemu anak ini saat ia baru lahir. Saat melihat kesamaan yang Shikamaru miliki dengan Naruto apalagi kesamaan akan jenis golongan darah mereka berdua yang langka tersebut, Minato tahu kalau anak ini lahir untuk anaknya. Walaupun demikian, setelah bertahun-tahun membesarkan mereka bersama, Minato pun sadar kalau Shikamaru dan Naruto memiliki ikatan kuat sebagai saudara, bukan kekasih.

Hari ini, akhirnya Minato terpukul oleh keadaan Naruto yang menurun karena seorang anak laki-laki lain bernama Sasuke tapi dia harus lebih kuat untuk menenangkan sang istri Kushina yang masih terbaring pingsan disebelah ranjang rawat putra kesayangannya.

Minato ingin sekali menjaga langsung sang putra dan membebaskan Shikamaru dari rasa tanggung jawab yang diembannya akan tetapi Minato tidak bisa menjaga Naruto setiap waktu karena ia harus bekerja siang dan malam untuk memenuhi segala kebutuhan Naruto yang tidak murah. Kushina juga tidak akan bisa menjaga Naruto jika berada dilingkungan sekolah Oleh karena itu, sekali lagi, Minato akan mencoba untuk memercayai Shikamaru.

"Kalau begitu, kamu harus menjauhkan Naruto dari anak itu." Minato menatap Shikamaru sungguh-sungguh.

"Kamu harus membuatnya jelas bahwa Naruto tidak bisa diganggu."

Shikamaru mengangguk. Ia tahu, hal itulah yang harus ia lakukan. Sekarang, ia akan benar-benar melindungi Naruto, dan tak akan membuat Minato kecewa lagi.

Ia akan membuktikan diri bahwa ia adalah orang yang bisa diandalkan.

**Mrs. Tara Fujitatsu**

Shikamaru melangkah mantap ke sekolah. Setelah bicara dengan Minato tadi pagi, ia seperti mendapat kekuatan baru. Ia akan menjadi pangeran yang kuat, yang bisa diandalkan oleh Naruto, Kushina serta  Minato.

Beberapa anak yang dilewatinya berbisik seru. Sudah tersiar kabar bahwa lagi-lagi Shikamaru membawa Naruto pulang sebelum bel usai sekolah berbunyi. Pihak sekolah yang membiarkannya pun kena imbasnya. Anak-anak mulai menyangka sikap sekolah kepada Shikamaru dan Naruto berlebihan. Sebagai anak-anak dari dua donatur sekolah paling besar, Shikamaru dan Naruto dianggap mendapatkan perlakuan khusus.

Shikamaru bukannya tidak tahu kabar itu. Tetapi dia hanya menutup telinga. Orang-orang itu boleh menyangka apa pun yang mereka mau, Shikamaru tidak peduli. Ia hanya akan bersekolah disini hingga kedua orangtuanya pulang dari Jerman dan menarik segala berkasnya untuk kembali mendapatkan pengajaran di rumah.

Langkah Shikamaru terhenti saat melihat Kiba lewat di depannya, kepayahan menenteng keranjang roti yang masih penuh. Karena tak bisa melihat jalan di depannya, Kiba tersandung oleh undakan di depan koridor kelas dua belas. Kaki Shikamaru refleks melangkah—bermaksud membantu anak Laki-laki itu— namun otaknya dengan segera melarang. Jika ia melakukannya, Hatinya akan goyah lagi.

Shikamaru kembali melangkah, tetapi berusaha untuk tidak mempedulikan Kiba yang sibuk memungut roti. Tak ada seorang pun yang membantu Kiba karena menyangka Shikamaru akan melakukannya.

Saat melihat sepatu Shikamaru, Kiba mendongak. Namun, anak laki-laki itu hanya melewatinya dengan tampang datar, lalu menghilang begitu saja dibelokan koridor kelas dua belas. Walaupun mereka sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi, tetap saja hati Kiba terasa sakit. Sepertinya, Kiba salah karena masih menyimpan perasaan padanya.

"Kiba..?"

Kiba menoleh dan mendapati Sasuke ada di sampingnya, menatapnya bingung.

"Bukannya tadi pagi, Nii-san mengatakan untuk menunggu Nii-san saja" Sasuke berjongkok dan mulai memunguti roti, tak habis pikir pada Kiba yang tidak menunggunya saat ia ke kamar kecil. "Tidak sabaran sekali."

"Sasu-nii" gumam Kiba, membuat Sasuke mengangkat kepala. "Kita akan baik-baik saja, bukan?" Tanya Kiba dengan wajah yang masih melamun. Kejadian tadi begitu membuatnya terpukul.

Tidak dianggap dan tidak dilihat oleh seorang Nara Shikamaru begitu menyakiti hatinya

Selama beberapa saat, Sasuke menatap Kiba tak paham. Ia menatap sebungkus roti di tangannya, lantas teringat beasiswanya yang hangus. Kehidupannya dan Kiba akan jauh lebih sulit di masa depan, namun Sasuke akan berusaha untuk membenahinya.

Sambil tersenyum lelah, Sasuke mengangguk dan memasukkan roti terakhir ke dalam keranjang. Sasuke mengangkatnya, lalu membawanya menuju kantin yang masih sepi.

Melihat roti-roti itu, Sasuke jadi teringat pada perjuangan Kiba. Tidak sekalipun, Sasuke terpikir untuk bekerja. Ia hanya belajar dan belajar, demi masa depannya. dia tak pernah berpikir jika Kiba pun mungkin memiliki cita-cita, namun tak sempat untuk memikirkannya karena terlalu sibuk mengurus rumah. Mungkin seperti kata Shikamaru, Sasuke tidak pantas untuk menjaga siapa pun, termasuk adiknya sendiri.

Saat sedang menghela napas, tanpa sengaja pandangan Sasuke terjatuh pada sebuah tumbler yang tidak biasa di dalam lemari pendingin. Penasaran, Sasuke mendekati lemari itu dan melihat lebih jelas.

Tahu-tahu sebuah tangan membuka pintu lemari itu, membuat Sasuke terdorong ke samping. Shikamaru sudah ada di sampingnya, menarik keluar tumbler tadi. Tidak berminat untuk bertanya, Sasuke melangkah pergi. Namun, Shikamaru menghadangnya.

"Mau apa...?" Sasuke menatap Shikamaru tak suka.

"Aku cuma mau bilang, Kau jangan pernah mendeketi Naruto lagi."

Sasuke mendengus. "Kapan aku mendeketi dia? Selama ini, dia yang mengejar-ngejarku" Ucap Sasuke mencoba menyombongkan dirinya sedikit.

"Walaupun dia melakukan itu, Kau tau harus bagaimana,bukan" tandas Shikamaru.

"Walaupun Naruto bersujud dikakimu, jangan pernah mempedulikan Naruto lagi."

Sasuke menatap Shikamaru tanpa berkedip. "Kau tenang saja. Aku memang sudah tidak peduli. Kau lupa jika dia yang membuat beasiswaku hangus, dia sudah merusak mimpi-mimpiku?"

"Naruto yang membuat beasiswamu hangus? Merusak mimpimu...???" ulang Shikamaru sinis.

"Kau pikir kau sama sekali tidak bersalah, tidak punya andil atas segala hal yang terjadi?"

Sasuke belum juga berkedip. "Ap—"

"Memangnya dulu siapa yang menerima Naruto? Siapa yang membuat dia berharap banyak padamu?" potong Shikamaru.

"Kalau dulu kau tidak plin-plan dan menolak dia dari awal, kau juga tidak akan kehilangan beasiswa itu."

Sasuke meneguk ludah, pandangannya mulai turun ke arah lantai kantin. Jauh sebelum ia menerima Naruto, ia tahu ini akan terjadi. Ia bisa melihatnya, namun ia memilih untuk menutup mata dan membiarkan hatinya mengambil alih.

"Sekarang kau melimpahkan semua kesalahan pada Naruto? You're so much of a gentleman," sindir Shikamaru.

"Tapi, aku harap dengan putusnya hubungan kalian, kau jadi bisa kembali fokus dengan pelajaranmu."

Sasuke kembali menatap Shikamaru. Walaupun sudah beberapa hari ini hubungannya dan Naruto berakhir, ia masih belum bisa berkonsentrasi. Dan ia tidak tahu di mana masalahnya.

Saat Shikamaru mulai melangkah pergi, Sasuke membuka mulut mengutarakan apa yang sedari tadi mengganggu fikirannya.

"Kenapa Naruto tidak masuk lagi? Apa dia... Sakit...?" Tanya Sasuke datar mencoba menyembunyikan nada khawatir di kalimatnya.

Shikamaru menoleh sedikit. "Jangan menanyakan segala hal tentangnya lagi. Jangan pula mempedulikan Naruto lagi. Ini juga demi kebaikanmu."

Setelah mengatakan itu, Shikamaru kembali melangkah dan menghilang di balik tembok kantin. Sepeninggalnya, Sasuke menghela napas. Selama ini, ia menyalahkan Naruto atas apa yang terjadi padanya. Ia bahkan memarahi pemuda itu di perpustakaan, tanpa menyadari apa yang dulu bisa ia lakukan. Seperti kata Shikamaru, Sasuke memiliki kendali penuh atas segala yang terjadi padanya. Tidak seharusnya ia menyalahkan Naruto.

Mendadak, kepala Sasuke terasa sakit. Ia berpikir, menyudahi hubungannya dengan Naruto bisa menyelesaikan segalanya. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Ia semakin hancur, semakin tidak bisa fokus, dan sekarang ia menjadi orang paling egois yang pernah ada.

Sebagai seorang laki-laki, mendadak ia merasa tak berguna.

***Mrs.Tara Fujitatsu***

Rumah Sakit Konoha

“Cklek...”

Pintu kamar VVIP tersebut terbuka perlahan, Kemudian menyembul surai coklat Shikamaru, tampaknya pemuda jangkung tersebut baru pulang sekolah, Dia bahkan belum mengganti seragam sekolahnya.

“Ah.. Shikamaru... Duduklah disini, Jii-san mu baru saja pulang kembali kekantor, Seharian ini Minato menunggu Naruto terus” Ajak Kushina sambil tersenyum hangat pada Shikamaru.

Shikamaru mengangguk sekilas kemudian duduk tepat disamping Kushina yang tengah merangkai bunga lavender sambil memandang wajah Naruto yang masih terlihat pucat.

“Bagaimana keadaan Naruto Baa-san...?”
“Lebih baik Shikamaru... Naruto sempat mengigau tadi mungkin sebentar lagi dia akan sadar” Shikamaru mengangguk-angguk kan kepaanya,mengerti.

“Bagaimana sekolahmu tadi Shikamaru...?” Tanya Kushina lembut.
Shikamaru langsung tersenyum tulus. “Baik Baa-san”
“Baa san tau pasti ada sesuatu tadi... Bagaimana dengan... siapa anak itu...? ehm... Kiba..?”
Shikamaru menggeleng perlahan dengan wajah yang lesu
“Itu tidak penting lagi Baa-san... sekarang yang paling penting adalah kesembuhan Nar—”

“Enggh...”

Kushina langsung berpaling berdiri dengan sigap... Dilihatnya sang putra tengah mengernyitkan dahinya perlahan... Kemudian secara perlahan-lahan kelopak tan Naruto terbuka...

“Naru...? Bagaimana keadaanmu...? Apa ada yang sakit...”

“K..kaa-san” Panggil Naruto lirih....

“Aku tidak ingin kembali ke tempat itu lagi” Setetes air mata dari iris shapphire Naruto ikut jatuh menyertai kalimat yang diucapkannya tadi...

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

9K 2.5K 46
BUKAN RECOMMENDED! NGGAK SERU, TAPI KALO NGEYEL PENGEN BACA SILAHKAN ( ╹▽╹ ) ▪▪▪▪ Pangeran Abimarga Pemuda jangkung berambut tebal orangnya. Si tampa...
4.3K 395 5
"Our life is very difficult, but there are millions of people with a more difficult life out there." Hidup kita memang sangat sulit, namun ada jutaan...
14.8K 1.1K 10
Kumpulan oneshot berisi keseharian Lan Sizhui dan Lan Jingyi, baik itu canon ataupun AU. Tiap chapter bisa tidak berhubungan. Menerima request. Janga...
17.2K 862 10
Seorang laki-laki bernama Uzumaki Naruto yang telah kehilangan kedua orang tuanya menyukai seorang Uchiha Sasuke, tetapi sahabatnya yang bernama Saku...