dosa

By allesha11

440K 2.6K 79

Rena yang berubah menjadi hypersex setelah keperawanannya direnggut oleh kekasihnya sendiri yang lalu mencamp... More

dosa
malam itu
addict
last night
ujung jalan
my baby girl

pain

33.1K 288 12
By allesha11

Semenjak kepulanganku dari rumahsakit, aku tidak pernah  bertemu choki lagi, dia menghilang lagi, dia memang hantu buatku, datang semaunya dan pergi seenaknya. Apalagi dewa, entah dimana dia sekarang, dia sudah tidak pernah menghubungiku lagi saat dia tau bahwa aku sedang hamil. Mungkin mereka takut aku akan minta pertanggung jawabannya. Aku tidak sudi menikah dengan orang yang hanya mempermainkanku. Hidupku kini terasa kosong, aku sering melamun dan merenung apa yang harus kulakukan sekarang. Kegiatanku kuhabiskan hanya dengan memandangi jendela kamarku, aku sudah tidak lagi bekerja karena malu dan bos ku terpaksa memberhentikanku karena di tempat kerja pun aku hanya diam mematung.

Siang ini aku bertemu rega disebuah cafe, selama ini rega sering meneleponku dan sms denganku, aku ceritakan semua kejadian yang telah menimpaku, dan ternyata rega adalah seorang perwira tentara, dia juga membantuku mencari siapa yang telah memperkosaku malam itu, sebenarnya aku tidak berani mengatakan ini semua, tapi aku tidak tahu harus berbuat apa selain mencari bantuan rega yang selama ini sudah menemaniku. Dan akhirnya aku memutuskan untuk menggugurkan kandunganku. Rega yang seorang aparat memiliki banyak informasi mengenai tempat aborsi, awalnya dia tidak mau membantuku, dia sempat memarahiku tapi aku sudah bertekad untuk membuang janin ini. Lalu rega memberikan sebuah alamat padaku, dan sebuah amplop coklat berisikan uang. Dia bercerita bahwa temannya pernah menggugurkan kandungannya di alamat tersebut, maka dari itu dia yakin memberikan alamat itu padaku, dengan syarat rega yang akan menemaniku ke alamat itu.

***

Aku pergi menuju ke sebuah kampung di pinggiran kota di jawabarat. Ku cari alamat yang aku dapat dari rega, bis yang kunaiki berjalan menuju perbukitan dan diturunkannya aku di sebuah pertigaan jalan yang terlihat ada beberapa tukang ojek di pinggir jalan itu.

“mang, kalo kampung ciasih dimana?” tanyaku ke pada salah seorang tukang ojek tersebut.

“masih jauh neng, ke atas sana.” Tukang ojek tersebut menunjuk ke arah jalan yang menanjak di depan kami.

“oh, bisa anter saya mang kesana?”tanyaku dengan pasti.

“boleh neng, sok naik neng, mang anter kesana.”

Aku mulai menyusuri jalan yang menanjak dengan ojek tadi, kiri dan kanan jalan berjejer hamparan sawah dan mulai menyusuri bukit dengan sedikit rumah.

“emang mau ke siapa neng?”tanya tukang ojek.

“mau ke tempatnya mak irah, mang tau tempatnya?” jawabku.

“oh mak irah? Ya tau atuh neng, saya sering nganter orang ke mak irah, kebanyakan ya kaya neng ini, tapi kok neng sendirian? Pacarnya mana?” tanya tukang ojek tersebut, seperti sudah tau tujuan ku kemari untuk apa. Tapi aku hanya diam tak menjawabnya.

Jalanan mulai sepi menuju kampung yang terlihat masih asri dan hijau. Udaranya sejuk sekali, dan terlihat sebuah rumah dengan bangunan mewah berada di ujung jalan. Sangat kontras dengan keadaan rumah yang lain hanya dibangun dengan bangunan setengah permanen.

“itu rumah mak irah.” Tunjuk tukang ojek tadi

“oh yang gede itu mang? Mang bisa nungguin saya gak, takutnya nanti saya pulang ga ada kendaraan yang lewat sini.” Jawabku.

“oh oke siap neng, saya tunggu disini aja neng, udah biasa saya mah.”

Aku menuju rumah yang ditunjukkan tadi, rumahnya terlihat mewah dengan bangunan tinggi 2 lantai, menurutku ini jauh dari mewah mengingat warga sekitar yang rumahnya hanya dari kayu.

“assalamualaikum..permisi.” aku mengetuk pintu rumah itu.

“walaikumsalam, cari siapa ya neng.” Seorang wanita paruh baya keluar

“bener ini rumah mak irah?saya mau ada perlu bu.”

“oh, tau darimana alamat ini neng?”

“saya tau dari teman saya namannya rega.”

“oh mas rega, sini neng masuk ke dalam.” Wanita itu mengajakku kedalam

“saya mak irah, kemarin mas rega udah telepon sama saya katanya ada temennya yang mau kesini, saya kira mas rega nya ikut neng.”

Aku masih heran dengan perkenalan mak irah, ternyata mak irah ini masih muda, belum pantas disebut emak, dalam pikiranku mak irah ini pasti sudah sangat tua renta, tapi ternyata dia seperti tante- tante pada umumnya terlihat glamour dan masih modis.

“eh iya mak, mas rega nya gak ikut, saya berangkat sendiri aja.”

“yuk masuk ke dalem, biar saya periksa dulu.”

Kami masuk ke dalam kamar yang sepertinya tempat praktek mak irah untuk memeriksa pasiennya. Aku berbaring di kasur lantai dan kaki ku di arahkan ke atas sandaran yang sudah disiapkan, mungkin memang begini cara mak irah memeriksanya. Perutku diusap nya dan di tekan- tekan seperti seorang bidan yang sedang memeriksa ibu hamil.

“ini mah neng udah 3 bulanan, mak kasih tau, semua ini Tuhan yang berkuasa, mak Cuma perantara saja, bener neng mau buang aja?” tanya mak irah sambil masih memegang perutku.

“iya mak, saya udah yakin, saya bingung soalnya, gak tau bapaknya siapa.” Jawabku pasti.

“neng, segimana kamu berusaha dan saya berusaha menghilangkannya tapi kalo bayi nya pengen hidup tetep aja hidup, jadi jangan terlalu berharap banyak yah, pasrahkan sama Tuhan. Dan setau saya bapaknya bayi ini orangnya baik kok neng, sebenernya dia mau tanggung jawab.”

Perkataan mak irah seakan menusuk jantungku, siapa ayah dari bayi ini? Apakah benar choki? Tapi aku sudah bertekad ingin membuangnya saja, aku tidak mau menanggung beban ini sendiri, bagaimana bila ini bukan anak choki? Mungkin ini jalan terbaik buatku. Maafkan ibu nak.

Mak irah memulai prakteknya, mulutnya tak berhenti mengucapkan mantra atau doa, aku tak tau apa yang dia ucapkan seraya tangannya masih di perutku, setelah dia berkomat-kamit tadi tangannya mulai menekan perutku, dipijatnya perutku dengan keras. Kurasakan linu yang amat sangat menjalar di tulang belakangku. Aku berteriak dan seolah-olah ada yang keluar dari rahimku.

“udah neng, sok ke kamar mandi dulu pakai pembalut yah.” Kata mak irah padaku

“udah mak? Gak terlalu sakit ya mak? Nanti sakit lagi gak mak? Saya harus gimana nanti.”

“itu nanti darah keluar terus neng, kalo ada yang keluar seperti daging berarti dia udah keluar.” Jawab mak irah.

Mendengar semua itu aku menangis, aku merasa bersalah, janin yang ada di kandunganku sekarang telah pergi, makhluk mungil yang ada di perutku sekarang menjadi darah. Maafkan ibu sayang, ibu tidak bermaksud seperti ini, tapi keadaan yang membuat ibu harus seperti ini.

Aku terisak pergi dari rumah mak irah sambil aku berikan sebuah amplop coklat yang berisi uang sekitar 5 juta kepada mak irah. Saat aku akan melangkah keluar, ada seorang pria dengan mobil merah terlihat buru- buru, dia rega, dia datang menjemputku.

“rena! Ngapain kamu kesini sendiri sih?aku kan mau anter kamu, aku udah nunggu di kos kamu tapi kamu gak ada, sekarang kamu gimana? Gak apa-apa?” tanya rega.

“gak pa pa ga, udah selesai kok. Kamu kesini mau jemput aku? Ya udah yuk pulang.”

Aku berjalan menuju ujung jalan tak lupa memberikan ongkos kepada tukang ojek yang sudah menungguku tadi. Kuberi dia beberapa ratus ribu. Lalu aku kembali ke mobil rega.

“buruan ga, aku pengen cepetan pulang.” Aku berteriak memanggil rega.

Rega masuk ke dalam mobil dan langsung melenggang pergi meninggalkan kampung itu.

“ren, muka kamu pucet banget. Kamu gak papa? Seharusnya aku ga kasih tau tempat ini. Sial!”

Rega memukul setirnya. Aku mulai merasakan panas di perutku, rasanya linu dan sakit, hampir mirip dengan rasa sakit saat datang bulan tapi ini 10x lipat rasanya atau bahkan 100xlipat, aku tidak bisa membayangkan sakitnya perut dan pinggangku ini, aku hanya berpegangan pada jok mobil sambil mengerang menahan sakit.

“ya tuhan, rena, darahnya banyak banget ren, aku harus gimana ini? Kita ke rumah sakit ya?” tanya rega cemas sambil terus melaju cepat karena bingung harus bagaimana.

“jangan ga, aku pengen pulang aja, emang gini kok kata mak irah tadi.”

“gak ren, dulu temenku gak sampe kaya gini, muka kamu pucet banget ren!kita harus ke rumahsakit.”

Aku hampir tak sadarkan diri, sakitnya luarbiasa sampai aku tidak bisa merasakan kaki ku berada di tanah atau tidak, kulihat rega membawaku ke rumahsakit, aku hanya bisa melihatnya samar, mungkin aku akan mati sekarang, kalau memang benar tak apa, biar aku berada di alam baka bersama bayi mungilku yang tak berdosa ini. Aku masuk ke ruang UGD, oksigen dan infus dipasang ke tubuhku. Dan sejak saat itu aku tidak ingat apa- apa lagi, tampaknya aku sudah pingsan.

Beberapa jam kemudian...

“bapak suaminya?” tanya seorang suster pada rega.
“eh...hmmm...iya mba saya suaminya.” Jawab rega, dia mengaku menjadi suamiku karena dia takut terjadi apa-apa denganku.

“pak, istri anda pendarahan hebat, dokter sedang menangani, tapi yang luar biasanya, anak anda selamat, janin yang ada di perut istri anda masih melekat kuat, darah ini berasal dari rahim yang terluka, keadaan istri anda nanti saya kabari lagi pak.” Suster itu menerangkan pada rega.

Rega terlihat masih cemas karena aku belum ada kabar bagaimana keadaannya. Tak lama berselang rega diperbolehkan masuk ke ruanganku. Aku sudah mulai sadar tapi infus dan oksigen masih berada di tubuhku.kondisi ku lemah, perutku masih sakit.

“rena, syukurlah kamu gak apa-apa.” Rega tersenyum melihatku.

“ga, baby aku udah ga ada yah?”

“baby kamu baik- baik aja ren, nanti kita tanya ke dokternya gimana.” Jawab rega

“ya ampun, bayi ini masih baik-baik aja?” aku mengeryitkan dahi,

ternyata Tuhan memilih aku menjadi seorang ibu, apa yang sudah aku lakukan tadi? Hampir saja nyawaku dan anakku hilang karenaku. Apakah ini takdir yang Kau pilihkan untukku?

Badanku masih terbaring lemas, oksigen sudah mulai dicopot tapi infusan darah masih melekat dilenganku. Datang seorang dokter menemuiku.

“ibu, mulut rahim ibu mengalami pendarahan, untung saja tidak sampai mengenai janin yang ada dikandungan ibu, sebenarnya apa yang sudah terjadi antara anda dan suami? Maaf, karena saya lihat sebelumnya mulut rahim ibu sudah terjadi luka seperti ada indikasi kekerasan. Walaupun janin anda baik-baik saja tapi tidak menutup kemungkinan adanya cacat bawaan saat lahir nanti.”

Tutur seorang dokter tersebut padaku.

Apa? Cacat? Ya Tuhan..apa lagi ini?aku tercekat mendengar penjelasan dokter tadi. Bayi yang tidak berdosa ini akan terlahir cacat karena perbuatan ibunya?lebih baik aku mati daripada melihat anakku tidak dapat tumbuh seperti anak lain. Hatiku remuk, pikiranku gelap tak karuan. Aku berteriak dalam hati meminta ampunan Tuhan, tapi ini semua sudah terjadi. Ini hidup yang harus aku jalani sendirian. Aku akan bertekad untuk menebus dosaku, aku akan memelihara anak ini, bagaimanapun dia adalah darah dagingku. Aku akan menjaga mu nak.

***

“sayang aku hamil.” Sarah menemui pacarnya di sebuah cafe.

“beneran yang??kalau gitu kapan kita nikah?aku nter ke dokter yah?” jawab kekasihnya.

“aku gak mau nikah sama kamu, aku udah punya pilihan siapa calon suamiku.”

“apa?jadi kamu selama ini selingkuh dari aku?itu bukan bayi aku?” jawab si pria marah.

“ini anak kamu kok, Cuma aku gak mau aja nikah sama kamu! Kamu tuh kasar, childish, dan yg pasti kamu kalah tajir sama cowok yang bakal jadi suamiku!”

Sarah pergi meninggalkan kekasihnya di cafe itu, terlihat si pria sangat kesal, wajahnya memerah dan membanting tangannya ke meja hingga seluruh isi cafe tertuju padanya.

“Liat aja gue bakal cari tau siapa yang udah ngrebut cewek gue, dan gue gak akan bikin hidup lo bahagia.” Dewa menahan amarahnya saat dia tau wanita yang paling dicintainya lebih memilih menghabiskan waktu hidupnya dengan orang lain.

Semenjak kejadian itu dia mencari tau tentang kehidupan sarah. Dan lelaki mana yang pernah dekat dengan sarah, dan hingga akhirnya dewa menemukan informasi bahwa sarah akan dijodohkan dengan seorang pria kaya. Dia adalah Choki.

Dewa mencari tau tentang siapa choki dan kehidupan choki, mulai dari keluarganya dan siapa saja wanita yang pernah menjadi kekasih choki. Rena yang ternyata pernah dikenalinya saat masih kos dulu, dia pernah berkenalan di kos yang dulu sempat dewa tempati. Rena yang ternyata seorang kekasih choki.

Akhirnya sarah menikah dengan choki karena sarah mengaku sudah dihamili oleh choki kepada ayahnya. Choki tidak bisa berbuat apa-apa karena saat itu choki mengakui pernah tidur dengan sarah walaupun dia tidak pernah merasa sempat berhubungan intim dengan sarah. Choki tunduk dihadapan ayahnya yang seorang pengusaha terkenal, bila dia tidak mau menikahi sarah tentunya perusahaanya akan disorot media, apalagi keluarga sarah juga keluarga yang cukup berkuasa di negara ini. Saat itu choki ingin sekali menemui rena, wanita yang paling dicintainya. Tapi sarah selalu mengikuti kemana choki pergi, bahkan ayahnya mengirimkan beberapa orang untuk selalu mengintai gerak gerik choki.

“sial, hidup gue kenapa jadi stuck sama cewek ga jelas model sarah sih? Apa-apa ngadu sama bokapnya.” Umpat choki.

“kenapa kamu yang? Jadi nyesel nikah sama aku? Gak apa-apa sih, kita bisa aja bercerai tapi hidup kamu ada ditangan aku.” Sarah datang dari arah belakang choki.

“gue tuh gak pernah cinta ama lu!dasar cewek murahan!gue gak pernah ml sama lu!gue gak tau tuh anak siapa yang di perut lu!” teriak choki ada sarah.

“lu mikir dong, lu bangun sama cewek sambil telanjang, itu apa artinya kalo lu gak make gue??bokap lo bisa bangun perusahaan gede itu karena siapa?karena bokap gue yang ngasih modal gede buat keluarga lo!lo hidup dari enak, serba mewah juga dari siapa?!”

“kalau gitu gue pergi dari ini semua, gue gak butuh duit lo, mobil lo dan semuanya, inget, gue suami lo, sekarang juga SAYA CERAIKAN KAMU walaupun status kita masih suami istri tapi gue gakpernah ngerasa punya istri macam lu.” Choki meninggalkan sarah dan membanting pintu dengan keras.

Tak lama choki pergi  ada 2 lelaki yang menghadangnya, dipeganginya ia dan dibawa keluar lalu dihajarnya choki hingga terjatuh dan babak belur. Mereka adalah antek-antek sarah, dia yang menyuruh pria-pria itu menghajar choki, sarah hanya berambisi oleh choki, dia hanya ingin memiliki choki tapi tidak mengerti seperti apa dicintai dan mencintai.

Setiap kali choki dan sarah bertengkar pastilah choki dihabisi oleh para preman sarah, hingga suatu saat choki menemui rena, benar saja sarah mengancam choki bila ia menemui rena maka kehidupan rena dalam bahaya. Semenjak saat itu choki tidak pernah menemui rena, tapi kadang dia tak tahan bila tidak bertemu dengan rena. Walaupun pada akhirnya dia akan dihajar oleh preman- preman itu, yang penting dia bisa menemui wajah manis rena.

“andai kau tahu rena, aku masih mencintaimu.”

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 303K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
17M 755K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
809K 52.1K 33
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...