Author Pov..
Di ruang kelas yang cukup hening karena sedang dalam kegiatan belajar. Di bangku ke 3 barisan kiri,Deandra yang biasa di panggil Dea sedikit mengantuk karena mata pelajaran sejarah yang di ajarkan oleh Pak Hendar membuat dia ngantuk.
"Dea, mending kamu cuci muka aja." Perintah gadis cantik berkacamata bernama Efelyn yang duduk sebangku dengan Dea.
"Nanti aja Eifel aku malas ke toilet." Jawab Dea yang menyandarkan kepala nya ke tembok. Ini manfaat kalau bangku dekat tembok bisa sandaran itulah kira-kira pendapat Dea.
"Kalau pak Hendar liat kamu mengantuk bahaya." Felyn kembali berbisik. Tapi pak Hendar terlanjur memperhatikan Dea yang tertidur sambil bersandar di dinding.
Mata Felyn seketika sedikit melotot dia kaget karena pak Hendar menghampiri bangku nya.
Pak Hendar mengetuk kepala Dea dengan penggaris segitiga berbahan kayu.
"Eifel aku ngantuk pliss" Dea menyingkirkan penggaris tanpa membuka mata nya.
"Deandra Fashahah Syazwan." Ucap Pak Hendar dengan sedikit lantang, membuat orang yang di panggil seketika membuka mata nya.
"Ekh, ba-bapak." Dea langsung nyengir kuda dan rasa kantuk yang di derita nya musnah sudah.
"Kamu tidur?" Tanya pak Hendar sambil mengetuk-ngetuk ujung penggaris ke meja.
"Eng-enggak kok pak. Sa-saya cuma memejamkan mata sebentar saja." Dea mencari alasan meski dengan gagap.
"Itu sama saja, cepat keluar cuci muka. Dan sebagai hukuman karena kamu tidur di jam pelajaran saya kamu harus merangkum materi di bab ini besok kumpulkan." Pak Hendar langsung kembali ke meja nya sambil menatap tajam Dea.
Dea hanya diam bahkan mungkin nyawa nya belum seutuh nya masuk kedalam raga nya. "Aku bantuin deh nanti, kekekekek" bisik Felyn sambil terkekeh dan Dea manyun dan menyandarkan badan nya ke tembok.
🍁🍁🍁
Deandra Pov
"Fiuuuh, bete-bete gue." aku langsung menghentak-hentakan kaki dan kepala di simpan di meja.
"Jangan ngambek gitu, salah kamu pake gadang segala." Eifel langsung menyimpan cappucino cincau di pipiku sehingga pipi yang tadinya panas jadi dingin.
Iya nama nya Efelyn Aulia dia adalah sahabatku sejak kelas 10, aku lebih suka memanggil dia dengan sebutan nama Eifel karena itu unik meski kadang dia terlihat engga suka tapi lama-lama dia menerima.
"Abis, aku penasaran jadi di lanjut aja sampe tamat." Jawabku sambil menyeruput Cappucino Cincau yang Eifel bawa.
"Tapi engga gini juga kali? Bab 3 lumayan panjang loh Dea" ucap Eifel sambil meminum jus melon nya.
"Fiuuuh!!!! Au akh gelap. Eifel mana bakso malang ku?" Tanyau karena lapeeeer juga lama-lama.
"Sebentar Dea cantik kan baru di pesenin" jawab Eifel, Eifel memang orang nya ramah dan sopan jadi kalo ngobrol bareng dia otomatis cara bicaraku juga ke bawa. Hehehe
"Aduuuh, kata nya ada yang di hukum gara-gara ketiduran." Tiba-tiba makhluk gaib yang paling menyebalkan di sekolah ini nongol kaya jelangkung aja.
"Manfaat buat elo apa?" Tanyaku ketus sama cewek sok cantik padahal iuuuw.😡
"Ada dong, jadi gue bisa nyebarin keburukan elo karena tidur saat jam pelajaran." Jawab nya membuatku kesal aduh ingin rasa nya aku sobek-sobek itu mulut nya.
"Heuh, kenapa sih Yeyen elo kepo sama urusan gue? Elo ngefans sama gue?" Ucap gue sambil sedikit tersenyum tipis.
"Nama gue Yenata bukan Yeyen. Amit-amit gue ngafans sama elo yang ada gue haters elo." Jawabnya sambil berkacak pinggang
"Haha hahaha, Yeyen-Yeyen, kalo elo engga ngfans kenapa elo kirim mata-mata buat ngintilin kehidupan gue, bukan nya fans juga kaya gitu??" Kini aku berdiri sambil menantang dia.
Tanpa menjawab, Yena langsung melengos pergi dari kantin. Iya nama nya Yenata Putri Purwadi dia putri tunggal Purwadi Inc. Merupakan saingan perusahan Papah. Adeuh bukan perusahaan nya saja sampe anak nya juga musuhan, yoi aku sama dia engga pernah akur.
Dia merasa hebat karena anak IPA, tapi aku suka IPS orang tua aku saja engga masalah toh aku sering masuk 3 besar jadi lumayanlah.
Berbeda dengan Felyn dia pintar luar biasa, banyak guru yang menyayangkan dia masuk jurusan IPS karena kemampuannya yang bagus.
Tapi bukan Dea nama nya kalo engga maksa Felyn buat ikut satu jurusan sama aku, hehehe tapi dia tetep number Wahid loh.
"Dea, kamu engga takut nanti dia jelek-jelekin kamu lagi?" Tanya Felyn khawatir. "Bodo, selama ini dia ngerasa saingan sama aku, aku sih santai aja." Ucapku cuek sambil kembali meminum Cappucino Cincau.
***
Rama Pov..
Ini pertama kalinya setelah 12 tahun meninggalkan Indonesia, karena keluarga beremigrasi ke Hongkong. Lebih tepat nya setelah pertunangan sialan ini. Bagaimana aku tidak kesal? Ketika usia ku 14 tahun. Orang tuaku menjodohkanku, malah cincin tunangan yang aku jadikan liontin di kalung ini yang dulu nya besar kini hanya muat di jari kelingking.
Aku kembali ke Indonesia karena pak Danujaya Syazwan lebih tepat nya calon mertuaku yang meminta untuk kembali ke Indonesia. Padahal aku tau mereka hanya ingin mempertemukanku dengan gadis kecil itu. Ngomong-ngomong dia pasti sudah dewasa. Aku masih ingat waktu dia dengan polosnya menerima kalung yang berliontin Cincin dengan senyuman manis padahal dia engga tau maksud diberikan nya kalung itu untuk nya.
Apa? Aku menerima tunangan ini? Hey, apa yang bisa di lakukan oleh bocah 14 tahun selain menurut. Menyesal? Tentu aku menyesal karena dulu aku engga punya keberanian untuk menolak. 😒
"Hallo, mas Gibran?"
"[...]"
"Iya mas aku baru aja turun dari pesawat."
"[...]"
"Oh, iya mas tunggu aja."
Dengan segera aku berjalan menuju tempat dimana mas Gibran maksudnya calon kaka ipar yang menunggu ku.
***
Author Pov
Setelah pulang sekolah Dea dengan Felyn pergi ke salah satu supermarket.
"Aduh Dea, kamu bawa makanan banyak banget?" Tanya Felyn sambil mengangkat kacamata nya yang sempat melorot.
"Eifel sayang, ini buat adik-adikmu. Aku kangen, apalagi sama Fero aaaa gemes aku." Jawab Dea sambil mengambil beberapa makanan untuk adik-adik nya Felyn.
"Dua minggu yang lalu kamu udah beliin mereka mainan sekarang ma"
"Sssttttt ,Eifel diam. Kamu taukan aku engga punya adik. Punya kakak 1 tapi sibuk." Mendengar perkataan sahabat nya Felyn hanya pasrah.
🍁🍁🍁
"Yuhuuu, kita lets go." Dengan semangat 45 Dea menstarter mobil Jazz warna merah milik nya. Sebelum Dea menggas mobil nya tiba-tiba ponselnya berbunyi dan dia melihat kontak yang menelpon.
Kak Gibran is calling..
"Telpon dari siapa Dea?" Tanya Felyn sambil menyimpan belanjaan ke jok belakang.
"Dari kak Gibran, bentar yah?" Lalu Dea menggeser tombol warna hijau di hape nya.
"Iya kak apa?"
"[...]"
"Langsung pulang?? Akh kakak baru aja mau main kerumah eifel."
Seketika bibir Dea manyun dan terlihat kesal.
"Ya sudah, nanti aku pulang cepet." Dea langsung menutup kasar layar ponsel nya.
"Kenapa?" Tanya Felyn aneh melihat perubahan ekspresi Dea.
"Kak Gibran nelpon, katanya sekarang harus pulang cepet ada sesuatu yang harus di bicarakan." Jawab Dea yang secara refleks dia memegang cincin yang dia jadikan liontin di kalung nya.
"Yaudah, kapan-kapan aja maen nya." Felyn tau pasti ada sesuatu yang dipikirkan Dea.
"Engga, aku mau ketemu dulu sama si ganteng Fero dan si cantik Fiona." Seketika wajah Dea langsung berubah terlihat garis di bibir nya dia tersenyum jika mengingat adik kembar Felyn.
"Aku engga tau Dea, urusan atau masalah apa yang jelas aku dukung kamu" ucap Felyn dalam hati, Dea menginjak gas dan mobil pun melaju.
Hmmm, aku tau postingan pertama engga laku 😔
Yang ini??? Semangatlah mungkin aku engga seberuntung yang lain, posting pertama langsung laku.
(Nangis di pojokan)
😭😭😭😭