Look Like Her

By cheese-velvet

821K 11.2K 111

[COMPLETED] Baik Thomas maupun ayahnya dikagetkan akan kehadiran Cecilia, sahabat kecilnya. Terlebih ayah Tho... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 10
Penting!
LOOK LIKE HER

Bab 9

18.4K 855 13
By cheese-velvet

Ceci Pov

Ting... tongg...

Suara bel yang berbunyi membuatku bangkit dari sofa untuk membuka pintu.

"Selamat Pagi! Apa benar ini kediaman Ny. Anderson?" Tanya seorang pria yang memakai seragam pos.

Aku menganggukkan kepalaku, "Pagi, iya benar." Jawabku ramah.

"Ada paket, silahkan tanda tangan disini." Ujarnya sambil memberiku kotak yang di bungkus kertas padi.

"Terima kasih." Kataku setelah menanda tangan.

Aku melihat alamat pengirim yang tertempel di bawah kotaknya. Dari Indonesia. Siapa yang ngirim? Apa Oma sama Opa ya? Aku menaiki anak-anak tangga satu per satu. Berjalan penuh penasaran melihat kotak yang sedang ku pegang. Kuangkat kotaknya, lalu kugoyang di depan telingaku. Tidak ada bunyinya?

Aku langsung membuka pintu kamar orangtuaku tanpa mengetuk, seperti biasa.

"Bun... ini ada pak... ASTAGFIRULLAH!! AYAH!!! BUNDA!!!" Pekikku dan langsung kembali menutup pintu dengan keras.

Sial! Ughhh... pemandangan macam apa tadi itu? Bisa-bisanya mereka melakukan itu tanpa mengunci pintu?! Astaga...

Pipiku langsung memanas, disgusting. Saat aku masuk, Ayah dengan bertelanjang dada, sedang menindih Bunda? Ya Allah. Aku pikir mereka sudah berhenti melakukan begitu. Aku bersandar pada dinding di samping kamar orang tuaku. Mungkin saja mereka akan menghentikan permainannya.

Ceklek

Aku berdiri tegak saat pintu terbuka. Memasang senyum menjijikkan pada Bunda yang baru saja keluar dengan pipinya yang merona. Tentu saja, dia baru saja kepergok oleh putrinya sendiri.

"Ka-kamu... ngapain ke kamar Bunda? Ganggu aja." Ujar bunda dengan malu-malu.

Aku terkekeh melihat Bunda yang sudah berumur tapi masih saja salah tingkah kayak anak ABG, ckckck.

"Emangnya Ceci gak boleh ke kamar Bunda, ya?" Ujarku sambil menahan tawa.

"Bo-boleh. Tapi, nak. Bunda kan sudah bilang, kalau mau masuk ke kamar Orangtua atau siapapun itu harus ketuk pintu dulu." Omel Bunda.

Aku mendengus, "Biar gak kepergok lagi, hmm? Lagian, kalau Bunda mau begituan sama Ayah, Ceci gak masalah. Itu kan hak kalian. Tapiiii... seharusnya pintunya di kunci, Bunda." Balasku.

"Ah sudahlah... ada apa memangnya kamu mau ke kamar Bunda?"

"Ohh ini. Tadi ada paket untuk Bunda. Dari Indonesia. Gak ada nama pengirim. Cuma di kasih nomor telephonenya aja." Ujarku menyerahkan kotak besar itu.

Bunda terkekeh sambil mengambil kotak itu. Bunda menatap nomor telephonenya, dan senyuman di bibir Bunda langsung memudar. Aku mengernyit saat melihat Bunda dengan mata berkaca.

"Bun? Bunda kenapa?" Kataku pelan sambil menyentuh bahunya, "Siapa yang ngirim, Bun?" Bunda langsung masuk begitu saja dalam kamarnya yang membuatku semakin bingung. Bunda kenapa?

Kugelengkan kepalaku, dan kembali turun untuk menonton televisi. Clara sedang fitting baju pengantin dengan Calonnya. Sementara 2 bocah tengil itu, ntah kemana dia melala. Biarkan lah, kalau ada mereka bertiga, pasti remot susah nanti untuk di pegang.
"Sarahh??!!!" Panggilku sambil meluruskan kaki di sofa panjang.

"Ya, Non?" Ujarnya dengan tergesa-gesa.

"Jangan tergesa-gesa, Sar. Ntar jatuh. Satu lagi, panggil saya Ceci aja. Kita kan sebaya." Kataku.

"Iya, non, eh Ci. Ada apa ya?"

"Ada buah naga gak? Tolong bikinin jus buah naga dong. Haus nih."

"Oke, Ci. Sebentar ya."

Aku kembali menonton film jadul kesukaan Bunda. Meski jadul, tapi seru. Divergent. Four-nya ganteng duhhh.

"Ini Ci. Jusnya." Katanya setelah aku menunggu beberapa menit.

"Makasih, Sar. Eh, kamu banyak kerjaan gak dibelakang?" Tanyaku.

Dia terlihat berpikir, "Gak. Emang kenapa, Ci?"

Aku menarik tangannya untuk duduk di sofa bersamaku, "Temani aku ngobrol yuk? Bosan nih?" Ujarku.

Dia terlihat berpikir kembali, "Boleh. Mau ngobrol tentang apa?"

"Ummm..." gumamku. Ada satu yang ingin kutanyakan. Yaaa, siapa tau dia tau?

"Gini, aku pingin nanya... sebenarnya bukan aku sih. Temanku. Karena aku gak tau, dan gak ngerti, aku mau nanya kamu. Siapa tau kamu ngerti dengan hal-hal seperti itu." Kilahku.

"Nanya apa?"

Aku ragu, tapi mau bagaimana lagi. "Temanku, dia... dia berhubungan intim dengan kekasihnya. Tapi karena khilaf, jadi mereka gak pakai pengaman. Menurut kamu, meski sekali, itu bisa menyebabkan kehamilan atau tidak?" Tanyaku dengan keringat dingin. Hanya itu yang kutakuti. Hamil di luar nikah.

Keesokannya aku masih tetap bekerja seperti biasa. Meskipun ada rasa takut walau sedikit saja untuk menemui Kak Thomas. Pintu terbuka saat kuketuk. Kak Thomas berdiri masih mengenakan piyama sambil mengucek matanya. Wajahnya lucu, rasanya aku ingin tertawa melihatnya. Tapi aku harus sok jual mahal padanya. Agar ia tidak memperlakukanku seperti kemarin.

"Ceci?" Dia memberikan jalan untuk masuk. Dan aku terus melangkah dengannya yang mengikutiku dari belakang.

"Ci... soal kemarin..." ujarnya di belakangku. Aku langsung menghentikan pekerjaanku untuk membuatkannya sarapan.

Aku mendengus pelan. "Please, jangan bahas soal kemarin. Aku sedang berusaha untuk melupakannya." Ujarku masih membelakanginya.

Dia hanya diam, dan aku melanjutkan membuat sarapan. Suara pintu tertutup membuatku yakin kalau dia sudah masuk ke kamar pribadinya. Seusai menyiapkan nasi goreng dan susu. Aku segera merapikan meja-mejanya.

Kak Thomas keluar dari kamar pribadinya. Dia tidak langsung duduk untuk sarapan, tapi dia mendekatiku. Raut penyesalan masih terlihat dari sorot matanya.

Dia berdiri pas di hadapanku. "Kalau, terjadi 'sesuatu. Apapun itu, aku..."

"Hai Babe." Suara melengking terdengar dari arah pintu.

Aku menatap wanita centil yang sedang bergelayut manja di lengannya Kak Thomas.

"Heh, orang miskin!" Ujarnya. Aku mengangkat kedua alisku. Dia manggil aku apa? Miskin?

"Lo gak liat? Kalau calon istri Bos lo dateng? Bikinin minum kek." Katanya dengan sinis.

Aku tidak menjawab tapi langsung ke dapur untuk membuat minum. Aku tidak akan memasukkan garam padanya. Aku gak mau pipiku ditampar sama Kak Thomas gara-gara seorang wanita yang gak punya sopan santun.

"Shit!" Umpatku saat sendok gula terlepas dari tangan dan masuk ke tempat sampah.

Bau. Sudah 2 hari tak kubuang. Sambil menutup hidung, jari-jariku mengorek-ngorek tempat sampah itu. Ceci bodoh. Sebenarnya kamu bisa pakai sendok yang lain!

Segera kutarik tanganku yang telah memegang sendok. Aku mengernyit saat ada sebuah bungkusan obat yang juga terambil. Setahuku, Kak Thomas tidak sakit atau mengonsumsi obat. Obat tidur? Bukan, aku tau merek obat. Karena kadang Bunda masukin obat tidur ke minuman ayah kalau malam. Hihi... soalnya ayah workholic banget. Jadi, jarang tidur.

Seusai mengantar minum. Aku kembali mengamati obat tadi. Ntah kenapa aku penasaran dengan obat ini. Aku segera merogoh tas slempangku mengambil hp yang berdigit apel. Mengetik di mbah google tentang merek yang terpampang di bungkusan obat.

Ada banyak link yang keluar. Aku membuka link yang pertama kulihat. Men-scroll ke bawah. Aku membulatkan kedua mataku saat melihat tulisan disana.

Obat perangsang?

Ini obat perangsang? Apa Kak Thomas minum obat perangsang? Atau... jangan-jangan...

Jangan-jangan... pagi itu... Kak Thomas perkosa aku karena dia minum obat perangsang?

Tapi kenapa dia minum obat itu?

***

Aku melakukan rutinitasku seperti biasa. Kak Thomas juga terlihat biasa padaku setelah seminggu. Seolah kejadian pagi itu hilang. Dan malam ini, kami akan dinner dengan Kak Thomas dan Om Randy. Dan Bunda menyuruhku untuk dandan yang cantik.

"Bun... Ceci sakit perut." Kataku sambil memegang perutku. Bukan pura-pura. Setelah makan rujak yang di beli Clara tadi siang. Ntah kenapa perutku mules. Well, mungkin karena aku belum mengisi perut dengan nasi.

"Gak usah pura-pura. Bunda tau kamu sengaja kan?" Ujar bunda.

"Bun... serius sakit bangettttt..." melasku.

Bunda tetap bersolek, aku mendengus sebal sambil mengusap perutku.

"Ayahhhh..." rengekku pada ayah yang sedang memakai parfumenya.

"Ikuti saja kata Bundamu. Dandan lah yang cantik."

Aelahhh...

Kuhentakkan kakiku. Dan naik keatas. Emangnya harus gitu dandan yang cantik?

Perutkuuuuu...

"Bun... Ceci pusing nih." Kataku sambil mengurut keningku.

"Gak usah bohong sama Bunda."

"Ceci gak bohong, bun. Ini pusing beneran." Melasku.

Tapi orangtuaku hanya diam. Bagus. Anaknya sakit malah dibiarin. Kepalaku makin sakit saat mendengar adik"ku yang sudah besar itu sedang bergulat di belakang.

"Kamu sakit beneran?" Kata Clara. Aku hanya mengangguk. Kayaknya dia ngerasa kalau aku memang benar-benar sakit.

Aku duduk bersebrangan dengan Kak Thomas. Layaknya keluarga yang jarang bertemu. Orangtuaku dan ayah Thomas berbicara banyak hal. Clara dari tadi sibuk dengan hpnya. Si kembar sibuk memainkan pisau stiknya, seolah-olah itu adalah senjata. Bocah, padahal mereka sudah mau SMA. Tapi masih saja kelakuan layaknya anak tk. Dasar.

"Ehm... jadi, sebenarnya...."ujar suara yang kuyakini adalah suara ayah.

Kepalaku sangat berat ditambah perutku yang sakit. Sedetik kemudian, penglihatanku menggelap. Dan aku limbung.

Tbc.

Jangan lupa vote dan comment.

Continue Reading

You'll Also Like

733K 9.6K 31
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
272K 26.6K 30
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
5M 271K 54
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
606K 96.5K 38
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...