The Way I Love You [COMPLETED]

Av Zeemilktea

144K 6.4K 58

CERITA DI PRIVATE sebelum membaca, follow author terlebih dahulu... [Bella Lincoln] Penyesalan itu terus meli... Mer

00: Prolog
01: Keep Trying
02: Dia Tristan
03: First meet
04: "Lo lagi ?!"
05: Takdir mungkin ?
06: Another Girl
07: Can Get Closer ?
08: Together
09: In Love
10: Why ?!
11: Complicated
12: Know Each Other
13: Awkward
14: Kebetulan ?
15: Déjà vu
16: Truth or Truth ?
17: Fall In Love
19: Believe In Me
20: Always With You
21: My World
22: About Our Dream
23: Hurt
24: Prom Night ?
25: The Last Time
26: Hello London
27: Pertemuan kami
28: Remember That Promise ?
29: Him.
30: Okay.
31: Almost done.
32: The End
Epilog
Informasi
INFORMASI UNTUK KALIAN

18: Will You Be Mine ?

3.5K 166 0
Av Zeemilktea

Hari mendung. Begitu juga yang dirasakan oleh Bella. Ia duduk dalam diam dan tidak memperhatikan Alex yang sedang bercerita panjang lebar tentang sesuatu yang dianggapnya penting. Seharusnya, Bella dapat pulang sekolah menggunakan bus umum sendiri. Tapi, nyatanya Alex membatasi akses Bella untuk bebas. Lelaki itu mengatas namakan cinta pada setiap peraturan konyol yang harus Bella turuti.

"Bell, lo gak denger gue ngomong ya ?," kata Alex membuyarkan lamunan Bella.

Bella menggeleng pelan, "aku denger Lex."

Alex menarik nafas kasar dengan ekspresi kesal. Ia kesal dengan Bella yang terkesan tidak tertarik dengan pembicaraan. "Lo magang hari ini ?"

"Ya, anterin gue ya Lex."

"Pulang jam berapa ? gue ada meeting sekitar jam lima," kata Alex sambil melirik jamnya yang sudah menunjukan pukul empat kurang.

"Gue pulang sendiri aja Lex, lo sibuk," jawab Bella sambil menepuk pelan bahu Alex.

Alex menggeleng dengan tegas. Sampai kapanpun ia tidak akan pernah mengizinkan Bella pulang sendiri.

Bella hanya menarik nafas pelan sambil melirik jam tangannya sendiri. "Yaudah, jemput gue jam tujuh aja ya ?," kata Bella mengalah.

Alex setuju. Ia mengangguk diiringi dengan senyuman tipis. Ia menepikan mobilnya, mereka sudah sampai butik penyamaran Bella.

Bella tersenyum pada Alex, "thank you Lex ! hati-hati ya," kata Bella sebelum menutup pintu mobil.

Alex hanya tersenyum sambil melambaikan tangan sebelum melesat pergi. Bella menarik nafas lega. Ia mulai berjalan menelusuri terotoar. Ia merapatkan jaketnya, udara mendung memang sangat dingin. Ini waktu yang ia tunggu-tunggu. Tristan bilang ada yang ingin disampaikan hari ini padanya. Bella tidak mampu menahan rasa penasaran besarnya. Entahlah, jantungnya saja berdegup dua kali lebih kencang, apa ini pertanda...lupakan.

   Bella sampai didepan rumah yang dituju. Seperti biasa, Bella disambut dengan sangat ramah. Bella melirik garasi sesaat setelah ia masuk gerbang putih. Disana, mobil Tristan sudah terparkir dengan rapih, apa itu tandanya Tristan sudah pulang sekolah ?

   "Pa, Tristan sudah pulang ?," tanya Bella pada satpam yang sedang mengantarnya masuk kedalam rumah.

    "Sudah, tuan muda pulang lebih cepat hari ini, tidak seperti biasanya," jawab satpam tersebut dengan nada yang terlihat antusias.

   Bella hanya menanggapi jawaban tersebut dengan anggukan kecil. "Tristan dimana ?"

   "Mungkin diatas, perlu saya antar ?," tanya satpam itu sopan.

   Bella menggeleng pelan sambil tersenyum, "Tidak perlu, saya bisa sendiri."

   Setelah itu Bella mulai menaiki tangga satu per satu menuju kamar Renata. Dalam hitungan detik, Bella sudah berada tepat didepan kamar berpintu putih milik Renata. Bella mengetuk pintu pelan, dan tidak ada reaksi dari Renata didalam. Bella hanya bingung, biasanya Renata akan menjawab dan meminta Bella untuk masuk. Bella penasaran, akhirnya ia membuka pintu tersebut perlahan.

Tristan's POV

   Aku pulang sekolah lebih awal. Aku selesaikan semua tugas pelajaran yang diberikan. Bella akan datang hari ini, aku ingin ada dirumah sebelum Bella datang.

   "Tris, cepet-cepet banget, mau kemana sih ?," tanya Lucas sambil menepuk bahuku kencang.

   "Pulang," jawabku dengan datar dan singkat.

   "Bukannya hari ini ada basket ya ?," tanya Lucas dengan alis berkerut.

   "Ya ada, tapi hari ini gue absen dulu."

   "Kenapa ?"

   "Bawel ah, banyak tanya," jawabku sambil tersenyum. "Gue pulang duluan ya," Kataku sambil menepuk bahu Lucas kencang dan berjalan kearah pintu keluar kelas. Aku berlari kecil menuju mobilku yang terparkir di lapangan depan sekolah.

   Aku mengendarai mobil dengan hati-hati dan beberapa menit kemudian aku sampai depan gerbang rumahku. Satpam kepercayaan keluargaku melihat mobilku dengan ekspresi bingung. Aku memang jarang sekali pulang lebih awal seperti ini, biasanya aku pulang sore atau bahkan malam.

   Setelah memarkir mobil, aku menyapa beberapa pelayan dan satpam dengan singkat. Aku merasa suana hatiku sangat baik hari ini. Tidak biasanya, aku menyapa orang-orang yang aku temui.

Aku membuka pintu utama rumahku dan berjalan sambil bersenandung menuju tangga lantai dua. Aku membuka pintu kamar dan menyimpan tas ransel serta barang-barang di tempat yang seharusnya. Aku berganti pakaian dengan t-shirt nyaman dan juga celana hitam selutut.

Aku berencana untuk mengunjungi Renata. Bukannya aku perduli atau apalah itu, aku hanya ingin membuat Bella bangga dan senang dengan apa yang aku lakukan. Kalau memang memberi perhatian pada Renata dan dad adalah keinginannya, aku akan lakukan. Kebahagiaannya adalah kebahagiaanku juga.

   Aku berdiri didepan pintu kamar Renata dengan gugup. Mungkin, ini akan menjadi yang pertama kalinya setelah lebih dari lima tahun aku tidak menyapa atau menganggap keberadaannya. Aku sebenarnya sangat tidak percaya dengan apa yang Bella katakan kemarin. Tidak mungkin Renata merindukanku, ia seharusnya membenci dan tidak menginginkanku.

   Aku menguatkan hati dan pendirianku. Aku harus mengunjungi dan memberikan perhatian pada Renata demi Bella. Bella harus tahu sebesar apa pengorbananku. Dengan segala tekad, aku membuka pintu perlahan.

   Kamar itu masih sama seperti dulu. Aku hanya pernah satu kali masuk kedalam kamar Renata dan dad, itu sudah lama sekali, waktu aku kecil. Nuansa dan dominasi warna kamar masih sama. Putih. Warna kesukaan dad dan mom dulu. Dad selalu membuat tempat tinggalnya dan peralatannya berdominasi dengan warna hitam, putih dan warna lembut lainnya.

   Renata terlihat sedang memejamkan mata diatas tempat tidur putih bersih. Cahaya matahari menyinari wajah yang menurutku cantik.

   Pertama kali aku bertemu dengan Renata, aku mengiranya adalah kakak perempuanku. Dulu aku bangga punya seorang kakak perempuan yang cantik dan terlihat anggun. Nyatanya ? dia ibu baruku, ibu tiriku. Tentu aku tidak terima. Aku menyayangi mom dan ingin hidup bersamanya. Mom adalah orang pertama yang mengajariku banyak hal, ia malaikat dalam hidupku. Aku hanya tidak terima dengan dad yang mencari seseorang untuk menggantikan mom dalam hidupku. Itu tidak akan pernah, aku menyayangi mom seburuk apapun yang mereka katakan.

   Sampai sekarang aku merasa tertekan karena tidak diperbolehkan mengunjungi mom di Inggris. Aku rasa aku sudah dewasa untuk itu. Hal tersebut merupakan salah satu alasan mengapa aku sangat tidak menyukai Renata maupun dad.

   Aku coba melupakan semua itu untuk sementara. Aku masuk kedalam kamar dan menutup pintu dibelakangku dengan perlahan. Renata terlihat sudah bangun dari tidurnya. Ia mengedipkan matanya berkali-kali ketika melihatku. Aku tahu, ia pasti sangat kaget dan bingung.

    Aku mendekat dan duduk di bangku sebelah tempat tidurnya. Renata menatap setiap pergerakanku dengan seksama. Masih dengan ekspresi bingungnya ia tersenyum manis. Sedangkan aku ? hanya tersenyum kecil dan menghembuskan nafas pelan, menutupi kegugupanku.

   "Ini pertama kali kau kesini kan ?," tanya Renata dengan mata berbinar dan senyuman lebar.

   Aku mengangguk ragu. Aku bingung harus bicara apa. "Kau sudah makan ?"

   "Sudah, tapi tidak habis. Aku mual dan tidak ingin makan lagi. Terimakasih karena kau mau menjengukku," katanya dengan nada yang masih terdengar semangat.

   "Oh ? kau harus makan banyak. Biar aku yang menyuapimu makan," kataku sambil mengambil mangkuk yang masih setengah habis diatas meja.

   Kulihat Renata hanya memperhatikaku dan tersenyum. "Apa kau sedang sakit Tristan ?," tanya Renata dengan nada lembut. Itu sebenarnya menyinggung perasaanku, tapi aku tidak boleh secepat itu marah atau kesal padanya. 

   Aku hanya menggeleng sambil tersenyum, "tidak, aku baik-baik saja Ree."

   "Ayolah, jangan pangil aku Renata lagi. Aku ibumu, panggil mom," pinta Renata dengan penuh harap.

   Aku hanya tersenyum sedangkan otakku berpikir keras bagaimana cara menolaknya. Aku rasa, aku belum siap memanggilnya mom. Itu panggilan milik ibu kandungku, dan tidak akan pernah tergantikan. 

  "Jangan dipaksa kalau kau belum bisa, aku akan menunggu," kata Renata sambil meraih tangan bebasku kedalam genggamannya.

   "Tidak apa, Mo-m-mom," jawabku pada akhirnya. lidahku terasa kelu, namun ternyata kata itu mampu keluar juga. Ada sedikit kehangatan yang mengelitiki hatiku, ada rasa nyaman dan lega setelah aku mengucapkannya.

   Renata tersenyum lebar dan terlihat meneteskan air mata. Aku rasa itu air mata haru dan bahagia, entahlah. Aku membalas senyumanya dan balas menggenggam tanganya.

   "Makan dulu ya ?," tanyaku berusaha meghindari susana cangung yang sebentar lagi akan tercipta.

   Renata mengangguk antusias. Aku rasa nafsu makannya sudah kembali lagi.

   Aku menyuapinya sedikit demi sedikit. Sesekali ia tertawa kecil, ia terlihat sangat bahagia. Sedikit kebahagian itu menular padaku, tapi aku juga tidak mengerti dengan rasa tenang yang baru saja aku rasakan.

   "Tris ?," panggil Renata lirih.

   "Ya ?"

   "Apa aku sedang bermimpi ? atau ini hanya khayalan semata ?," tanyanya disela-sela makannya. Terpancar kepanikan pada matanya, hal tersebut membuatku sedikit tersayat, ia tidak percaya padaku.

   "Tidak, ini nyata," jawabku ringan. Aku kembali menyuapinya sendok demi sendok hingga mangkuk itu kosong.

   Aku sedang mengambil segelas air putih diatas meja saat kudengar suara pintu kamar dibuka. Itu Bella. Ia berdiri kaku ketika matanya melihatku. Ia menatapku dalam dan kemudian tersenyum begitu cantik. Ia juga melirik Renata dan tersenyum sama cantiknya.

  Tidak bisakah ia berhenti menunjukan senyum itu pada orang lain ?! Oh. Kecuali aku tentunya.

   Bella menutup pintu dibelakangnya dan berjalan mendekat. Ia duduk tepat disampingku dan kemudian secara tiba-tiba ia meraih tanganku dalam genggamannya. "Hai Ree, bagaimana kabarmu ?," tanya Bella lembut.

   "Aku baik-baik saja, Tristan memberiku semangat tersendiri," jawab Renata sambil tertawa kecil.

   Aku melihat Bella kembali menatapku. Ia kembali memberikan senyuman paling indah yang pernah aku lihat. Aku rasa genggaman tangannya makin erat, ia terlihat bahagia dan aku ikut bahagia karenanya.

   "Pergilah untuk berbicara, aku baik-baik saja," kata Renata sambil tersenyum. Sontak kami meliriknya secara serentak.

   "Tapi, aku baru saja datang untuk melihat keadaamu Ree," kata Bella.

   "Aku ingin istirahat, mungkin nanti kau bisa kekamarku lagi," jawab Renata sambil mengedipkan sbelah mata padaku. Apa ia baru saja memberiku kode ? untuk apa ?

   Bella mengangguk mengerti dan beranjak berdiri diikuti olehku, "Kalau begitu kami keluar dulu. Kalau ada yang kau inginkan, panggil kami saja ya."

   "Ya, Bella."

   Setelah itu kami beranjak keluar kamar masih dengan tangan yang saling menggenggam.

Tristan's PoV end

    Mereka berjalan beriringan menuju kamar Tristan yang tidak jauh dari kamar Renata. Mereka masih dalam keadaan hening yang menenangkan. Tristan masih tersenyum dan Bella masih dengan mata berbinar bahagia.

   Tristan membuka pintu kamarnya dan mengajak Bella untuk duduk di sofa yang kemarin mereka duduki. Seperti biasa, mereka duduk berhadapan dalam diam untuk sementara.

    Beberapa menit berlalu sebelum Bella mendekat dan memeluk Tristan perlahan. Tristan tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya diam membeku. Perlahan ia membalas pelukan Bella dan mengelus rambut cokelat tua yang sudah menjadi kesukaannya.

   "Thank you Tris," kata Bella pada akhirnya.

   "Untuk ?," tanya Tristan dengan alis berkerut.

   Bella melepas pelukannya perlahan dan menatap Tristan dalam, "untuk segalanya."

   "Segalanya ?"

   "Lo orang pertama yang bikin gue ngerasa hidup ini berarti."

   "Lo ngomong apa sih, hidup lo emang berarti kali," jawab Tristan dengan serius.

   "Gak, sebelum lo dateng," jawab Bella tidak kalah serius.

   "Oh ya ! ada yang mau gue mgomongin sama lo, Bell," kata Tristam terkesan mengalihakn pembicaraan.

   "Apa ?," tanya Bella berpura-pura tidak ingat dan tidak penasaran. Padahal sedari tadi, ini yang ia tunggu-tunggu.

   "Hhmm.. gue tau, kalau gue bukan orang yang paling romantis. Gue juga tau, kalau gue baru aja hadir dalam dunia lo. Gue tau semua itu, tapi ada satu hal yang gue ingin lo juga tau," kata Tristan berhenti sejenak.

   "Mungkin lo itu cinta pertama gue, terserah lo mau percaya atau gak Bell. Lo ubah hidup gue dalam hitungan bulan, lo satu-satunya orang yang bikin gue ngerasa bahagia di saat dunia sekitar gue hancur. Gue sendiri gak tau cinta itu seperti apa, yang gue tau jantung gue selalu berdetak dua kali lebih cepat ketika lo senyum dan ada disebelah gue. Hhmm... I may not be your first date, your first kiss, or your first love and that's fine, because i just want to be your last. Will you be mine ?," kata Tristan sambil meraih tangan Bella dan menatapnya dalam.

Bella diam dan menatap Tristan dengan segala keterkejutannya. Bella menatap mata Tristan dalam, mencari kebohongan. Namun apa yang ditemukannya ? hanya cinta dan ketulusan. Mata itu sudah jadi penyeimbang bagi keseharian Bella, entah sejak kapan.

Tristan menunggu jawaban Bella penuh harap. Ia ingin Bella menjadi miliknya, sepenuhnya. Tristan ingin melindungi, memperhatikan dan memberikan cinta pada gadis luar biasa dihadapannya itu.

Bella menunduk sambil tersenyum malu. Lidahnya kelu untuk menjawab, ia begitu bahagia. Lelaki dihadapannya mampu membuatnya bahagia dengan cara yang tak terduga. "Lo tau jawaban gue Tris."

"Apa ? gue hanya mau denger jawaban itu dari mulut lo seorang."

"Ya, gak ada yang bisa nolak lo kan ?," gurau Bella sambil tertawa kecil.

Tristan yang dilingkupi kebahgiaan hanya diam sambil tersenyum tidak percaya. Bella miliknya dan ia tidak ingin melepasnya. Tristan saat itu bertekad untuk membahagiakan gadisnya itu, ia tidak akan membuat Bella terluka atau bahkan menangis.

Bella bersandar di pundak Tristan, menikmati kenyaman yang hanya ada ketika bersama lelaki tersebut.

Tubuh Tristan menengang. Ia kaget dengan sentuhan yang rasanya berbeda dari biasanya. Rasanya detik itu juga, Tristan ingin mendekapnya. Dan entah sudah menit ke berapa, pandangan Tristan masih tidak ingin melepaskan Bella. Gadis itu seperti magnet dengan daya tarik terkuat dan Tristan adalah konduktor yang rela ditarik oleh pesona magisnya. Tristan bersumpah, siapapun yang menyakiti gadisnya akan menyesal.

"Tris ?," panggil Bella tiba-tiba. Ia masih bersandar dibahu Tristan.

"Ya ?," jawab Tristan sambil membelai rambut Bella.

"Gue gak janji bisa sama lo sepanjang waktu," katanya ragu-ragu. "Alex udah ikat gue dalam hubungan sepihak, suatu saat nanti gue bakal ninggalin lo dan nyakitin hati lo."

Tristan memperlihatkan ekspresi bingungnya, " denger gue Bell, Gue bakal ada selalu di sisi lo. Gue bakal pertahanin lo, sesulit apapun itu. Janji sama gue kalau lo gak akan menyerah dan akan selalu ada disamping gue."

Bella mengangguk ragu dan air mata perlahan membasahi pipinya. Hal tersebut membuat Tristan panik dan dengan segera mendekap Bella erat. Hal paling menyakitkan adalah melihat gadisnya menangis. "Percaya, gue akan selalu ada buat lo Bell."

Hari itu mungkin akan menjadi kenangan paling indah dalam ingatan mereka. Rasa ragu dan takut yang ada ternyata tidak mengalahkan cinta yang mereka rasakan. Apa akan terus seperti ini ? apa yang Tristan lakukan kalau aja gue pulang ke Inggris dan niggalin dia sendiri ? Apa dia akan tetap perjuangin gue ?, batin Bella bimbang.

Vote and Comment ya guys !
Ditunggu updatetan selanjutnya ;)

20 Februari 2016

Fortsett å les

You'll Also Like

2.1K 514 8
Dahyun seorang polisi wanita dan Jungkook seorang dokter ahli syaraf itu sedang berada di sebuah hotel untuk menjalani kencan buta yang diperintahkan...
2.8M 158K 40
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
5.5M 234K 55
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
3.7M 294K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...