The Author #Wattys2016

By LutfiaIhwaniUmar

36K 7.7K 1.7K

(Horror-Romance) Pernahkan kau terbangun disuatu pagi dan merasa bukan dirimu yang sebenarnya ? - Lutfia Ihwa... More

Prolog
What Did I Get Myself Into?
Sorry
It Comes To Me
Take Me Home !
Help !!!
Am I Safe Now?
Home
It Follow
The Dream
When It Will Happen?
Silent Readers
Forbidden For Silent Readers !!!
Don't Come In !
When?
The Bathroom
He Can't Figure It Out
On The Way
The Parking Lot
The Rumor
The Class
The Attack
It Wants Me?
Hell No !!
What Is It ?
It Comes to me ?
How Can I Awake ?
Safe? I Hope
The Gothic Girl
She Think So
The Construction Area
The Jerks
The Stranger
This Is My Ending
Safe Love
Q & A The Author
The Death
Chasing Us
Four Months Pregnant
Runaway
Peter Wylan
Ride Home
Home Sweet Home
The Dinner
Nooo !!!
After Dinner
Outside
The Driveway
Why?
Bedroom
FYI
You Tell Me
Getting Worse
Unbelieveable
Nothing Normal
Tells You
My Fault
Sick
Shower
Somebody Help Me!
Need Help
I'm (Not) Okay
My Body
Gross
Flashback
Nobody
Just A Nobody
Don't you remember?
Fell Asleep
Not Him
Next Book
Something New

Can I?

1.5K 243 77
By LutfiaIhwaniUmar

Ini sudah terlalu jauh.
Aku sudah terlalu jauh untuk berhenti.

Meski aku ingin sekali berhenti,
Aku tahu bahwa aku sama sekali tidak bisa berhenti.

- Lutfia Ihwani Umar






















"Menurutmu apa hubungannya dengan cerita yang ku tulis? Maksudku itu hanya cerita asal asalan."

"Kau yang membuat cerita itu dan kau tidak sadar kau mengalami keanehan yang persis di alami oleh karakter utama dalam ceritamu? "

Aku sadar.
Semua keanehan itu.
Hal - hal yang seharusnya tidak ku lihat,
Hal - hal yang seharusnya tidak ku dengar terjadi padaku.
Aku benar - benar tidak tahu apa yang terjadi. Aku selalu merasa seperti di awasi.
Selalu merasa ada bisikan di telingaku yang berbisik tanpa henti.
Aku mengalami kejadian aneh yang sulit dicerna dengan akal manusia.
Ada saat ketika aku bahkan mulai berpikir aku gila.
Tapi setelah mendengar laporan Maria bahwa dia dan semua orang juga mengalami keganjilan, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa aku memang tidak gila.

"Menurutmu aku tidak gila, iya kan ?"

Maria mengiyakan.

"Dan jika aku menceritakan semuanya, pendapatmu bahwa aku tidak gila masih tetap?"

"Yeah,"

Aku baru mau buka mulut saat pembantuku yang berseragam rapi dengan rambut disanggul tiba - tiba tanpa izin masuk ke percakapan.

"Young Lady," Panggilnya sedikit berbisik dengan kepala yang di tundukkan.

"Kau tidak memakai matamu? Tidak lihat aku sedang bicara?" Aku bersikap menyebalkan lagi.

Maria mencolekku dan memberiku tatapan Sopan sedikit atau ku lapor ke orang tuamu.

Aku membalasnya dengan tatapan You sucks!

Kemudian aku menaruh perhatianku pada si pembantu dan menunggunya buka mulut. "Austin and Greyson's here, " Beritahunya.

Aku menghela napas dan menatap Maria.

Aku ingin memberitahu Maria semuanya hingga ke detail yang terperinci. Tentang bagaimana semua ini di mulai, teror pertama, dan apa yang itu inginkan dariku.

Tapi aku tidak punya waktu untuk itu, Austin dan Greyson ada disini.

"Bisa tolong kau beritahu mereka aku tidak ada di rumah?" Perintahku.

Dia masih menatap ke bawah. (Mungkin mengagumi sepatunya). "Saya ragu melakukan itu, Nona."

Sebelum aku bisa bertanya apa maksudmu, dia lanjut bicara. "Anda menggunakan alasan itu terakhir kali. Saya ragu mereka akan mempercayainya."

"Pergi temui Greyson, Lutfia." Maria memberiku perintah.

"Enak sekali kau memberiku perintah," singgungku.

"Sudah lama sekali sejak terakhir kali kau bertemu dengan Greyson."

Dianya kan sibuk.

"Kau juga tidak mengangkat telpon dan membalas pesannya. Ada apa? Kalian bertengkar?" tanya Maria peduli.

Bisa jadi.

"Kepo! Itu bukan urusan seorang kepala pengasuh untuk tahu kenapa,"

Maria menghela napas melihat sikapku.

"Aku akan menemui mereka. Bicara lagi nanti, ok?"

Maria mengangguk dan meninggalkanku.

Aku berjalan menuju ruang tamu mengedarkan pandangan di setiap sudut. Dimana mereka?

Aku berbalik menatap pembantu dan sebelum aku sempat bertanya mereka ada dimana, si pembantu menunjuk ke arah pintu. "Anda pernah bilang jika Greyson yang datang, hanya anda yang boleh membukakan pintu."

Aku mendesah jengkel dan sedikit mengumpat.

Semua yang ada di rumah ini selain Maria benar - benar kaku dan tidak mengenal kondisi. Mereka seperti robot.

Mereka menuruti perintah orang tuaku seolah itu wajib. Sementara ketika aku yang memberi perintah, aku beruntung jika mereka melaksanakannya.

Diiing..

Bel rumah berbunyi. Aku melesat ke pintu dan memegang gagang pintu yang dingin. Aku berhenti sejenak mengambil napas.

Senyum! Jangan biarkan mereka tahu.

Jangan biarkan mereka tahu ada hal aneh yang terjadi padamu.

Aku memperingati diri sendiri.

Tepat sebelum aku memutar gagang pintu, pembantuku buka mulut lagi. "Nona, mungkin anda ingin menutupinya." katanya yang sudah memegang cardigan.

Aku menatapnya bingung meminta penjelasan. Kemudian dia menunjuk luka lebam di beberapa bagian tubuhku dengan dagunya.

Aku berbalik kesamping menatap pantulan diri di cermin melihat tubuh yang hampir penuh dengan lebam biru yang begitu terlihat karena aku hanya menggunakan celana pendek dan baju bertali.

Aku menghela napas putus asa. Aku baru menyadari seberapa parahnya diriku sekarang.

Kemudian aku mengangguk dan memberi izin kepada pembantuku untuk memakaikanku cardigan.

"Ada peringatan lain lagi?" tanyaku saat cardigan sudah ku pakai.

Pembantuku menunjuk ke arah pintu dengan dagunya. "Greyson dan Austin masih menunggu di luar,"

Sial!
Aku lupa mereka masih menungguku membuka pintu.

Pembantuku pergi melanjutkan tugasnya dan tanpa basa - basi lagi aku membuka pintu.

Cowok brunette dan cowok berkulit cokelat dengan mata hazel- Greyson dan Austin sedang berdiri dan sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.

"Kalian sedang sibuk dengan pacar baru si ponsel. Ku tutup lagi saja ya," kututup pintu jengah.

Mereka refleks mengalihkan mata dari ponsel masing - masing dan menahan pintu agar tidak ku tutup.

Austin sedikit kejepit menahan pintu. Dan jika saja ekspresinya tidak begitu konyol hingga membuatku ingin tertawa, aku bisa saja sudah menutup pintu itu rapat.

Greyson kalah cepat dari Austin. Saat aku mendorong pintu keras untuk menutupkan mereka, Austin mendorong pintu lebih dulu dan jujur saja cukup keras. Sejak teror mimpi buruk yang datang dan melukaiku setiap malam, aku tidak punya cukup tenaga untuk menahan dorongan pintu hingga akhirnya aku terjatuh ke belakang dengan Austin di atas tubuhku.

Bbuk!

Lantai marmer dingin mendinginkan belakangku dan aku bersumpah baru saja mendengar tulang ekorku berbunyi crack.

Semuanya tidak bisa lebih buruk lagi ketika menyadari Austin jatuh menindihku di lantai dan aku mengumpat tentang kenapa harus tubuhku yang kena lantai?

Austin-nya enak jatuh empuk sementara aku jatuh langsung kena lantai. I mean, c'mon..

Rambut dark brown Austin menggelitik wajahku. Aku mendesah kesakitan. "Ugh Austin kau berat!"

Kudorong tubuhya dan Austin bangun dari tubuhku menahan tawa.

Greyson menghampiriku dan membantuku duduk.

Tolong jangan katakan dia cemburu.

Kutatap Austin yang senyum-senyum tidak jelas. Ew! "Ketawa sepuasmu, tapi jangan salahkan aku jika aku menendangmu."

Mulutnya masih tersenyum dan tertutup rapat. "Itu sebabnya aku tidak ketawa-"

Dan ketawanya pun meledak.

Greyson memperhatikan cardiganku. "Kau mau pergi?" dia membantuku berdiri.

"Tadinya," jawabku dingin.

Austin meletakkan telapak tangannya di dahiku. "Kau sakit?" tanyanya. "Sikapmu dingin sekali,"

Aku mengusir tangannya dari dahiku dan menatap Greyson yang juga sedang menatapku.

Aku menggeleng pada Austin memberitahunya bahwa aku sedang tidak sakit.

"Kalian bertengkar?" Austin mencermatiku.

"Umm.." aku kehilangan kata - kata. Jujur saja, hubungan kami renggang.

"Kami baik - baik saja," Greyson beritahu Austin.

"Yo, let's out then."

Aku menatap wajah flat Austin. "Austin Carter Miles, kau mau mengajakku kemana? Kau tahu aku sedang dilarang keluar malam,"

"Dilarang meski Greyson yang mengajakmu?"

Greyson menyenggol Austin "Yo bro," (Greyson berusaha keras menahan diri untuk mencekik Austin).

Austin cengengessan. "Katakan 'kau tidak mau pergi' dan kau akan mematahkan hatinya," Austin menahan tawa. "Kau tidak akan percaya jika sepanjang jalan Greyson terus menerus berbicara tentang tempat-"

Greyson melingkari leher Austin dan menutup rapat mulutnya hingga yang bisa kudengar hanya desahan hmph hmph hmph!

"Kau katakan, dan kau mati, sobat. " Greyson berbisik dan Austin tertawa mengangguk mengerti.

Greyson berpaling padaku. "So.. you go with us?" tanyanya.

Dibelakang Greyson, Austin menggoyangkan tangannya memberi kode jangan mau.

Greyson berbalik dan mendapati tindakan Austin. (Di titik ini, Greyson siap memasukkan Austin ke dalam karung bekas daging dan melemparnya ke kawanan serigala). "Austin, kau sudah bosan hidup, kawan? "

"Aku pergi." potongku cepat sebelum mereka mulai bertengkar lagi." Tapi pulang sebelum malam," peringatku.

"Kepala pengasuh yang baru?" tebak Austin.

Aku mengangguk. "Percaya padaku. Yang satu ini hard to handle."

Austin tersenyum jail. "Cepat atau lambat, kau akan membuat orang baru itu stress hingga nanti dia sendiri yang minta berhenti."

Greyson melihat arlojinya. "Ini masih sore. Masih beberapa jam lagi hingga-"

"Kau sudah tidak sabar, Greyson? " Austin mulai menggoda.

Greyson menatap jengah Austin. "Aku tidak akan mengajakmu lagi,"

Austin berpaling padaku seolah tidak mendengar Greyson. "Itu benar? Greyson bilang kau begitu mudah di pengaruhi jadi-" kata - kata Austin terputus saat Greyson melingkari lehernya.

"Mau kusiapkan kuburan untuk kalian berdua?"

"Pesankan satu untuk Greyson," tawa Austin berusaha membalas Greyson dengan mengunci tangannya.

Aku memutar mata. "Aku akan minta izin sama si orang baru jadi usahakan untuk tidak saling membunuh." Dan aku berjalan meninggalkan mereka mencari Maria.

Aku hampir putus asa karena tidak menemukannya dimanapun. Aku berjalan ke kamar, dan aku menemukannya disana. "Young lady," ucapnya saat melihatku memasuki kamar.

"Aku mau pergi. Kami akan pulang sebelum malam," jelasku sementara Maria sibuk memperhatikan tembok kamar.

Maria tidak menjawab seolah dia tidak dengar.

"Apa yang kau lihat?" Tanyaku mendekat.

Maria menunjuk tembok tanpa sedikitpun melirikku. "Apa kau sendiri yang mencakar ini?"

Aku melihat tembok yang ditunjuknya.

Empat 'cakaran' yang panjang di tembok.

Aku menelan ludah, jantungku berpacu lebih cepat.

"Aku mau bilang itu mungkin aku yang melakukannya tanpa sadar saat sedang sleepwalking tapi-" Aku mengangkat kedua tangan dan menunjukkannya pada Maria. "Aku tidak mungkin punya kuku sepanjang dan setajam itu,"

Maria menatapku. Ada kegusaran di balik matanya. "Kusarankan kau jangan pergi dulu."

Aku memotong. "Tapi- "

"Yang kuperhatikan Entitas ini semakin parah ketika malam tiba," Maria panik menatap tembok.

*Entitas maksudnya sesuatu yang tidak kasat mata, roh, makhluk halus, arwah, dll.*

"Tapi kau tahu aku dan Greyson benar - benar jarang bertemu. Kau tahu dia sibuk dengan-"

"Jika dia mencintaimu dan tidak ingin kau terluka, dia akan mengerti. "

"Dia pasti bertanya kenapa aku menolak pergi dengannya. Apa yang harus ku jawab? 'Ada sesuatu yang aneh terjadi padaku dan aku tidak bisa pergi meninggalkan rumah', begitu? " Tanyaku. "Aku tidak mungkin menceritakan semua kegilaan ini padanya, "

Maria menggenggam tanganku. "Mungkin kau harus menceritakan semuanya padanya."

Aku menggeleng. "Dia akan menganggapku gila,"

"Tidak akan. Dia mencintaimu,"

"Itupun kalau memang dia masih mencintaiku."

Maria senyum penuh arti. "Aku mencium aroma kecemburuan," godanya. "What is it? Kau cemburu? Sama siapa?"

Mataku melebar. Apa?
Cemburu? Ew! Tidak akan.

"Kau boleh pergi tapi kau harus janji," Maria menunjukku memperingati. "Kau harus pulang sebelum matahari terbenam. "

Aku terkekeh. "Kau mengatakannya persis seperti di film horror kebanyakan."

Maria membuka lengannya, menginginkanku dalam pelukannya dan aku masuk.
Maria mengelus rambutku. "Good girl" Bisa kurasakan senyuman di bibirnya.

Maria benar.
Aku sudah banyak berubah.
Sikapku menjadi dingin, kasar, dan penyendiri- menjauh dari semua orang.
Menjauh dari kehidupan.

Aku sebenarnya bukan gadis seperti ini. Aku periang, senyum setiap saat (tapi bukan gila), social person dll. Semuanya berubah saat aku mulai menulis cerita itu.

Aku punya pertanyaan yang tidak terjawab. Masih bisakah aku hidup lebih lama?








WARNING : Tentang yang Maria bilang *Entitas*, itu maksudnya sesuatu yang tidak kasat mata, roh, makhluk halus, arwah, dll.
Kalau ada bagian inggris yang kalian nggak ngerti, tanyain aja. (Maklum)

That's it, guys!
Burnin' up burnin' up
Show me what you got?

Turn it up turn it up
Let me know what's up, don't just look around but VOTE and COMMENT.

Guys, I gotta know that you were here.

Kalian pernah kesini? Pernah baca cerita ini? VOTE dan COMMENT biar aku tahu kalian pernah kesini :-* <3 <3 <3

Pesan : * Chapter selanjutnya bakal masuk ke inti dengan adegan horor-romance !!! *

- Lutfia Ihwani Umar









Follow :

Twitter : @Lutfia_Umar

Instagram : lutfia_ihwani_umar

Continue Reading

You'll Also Like

7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
32.1M 2M 103
1# Mavros Series | COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerit...
30.8M 1.8M 67
DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 3 SUDAH TAYANG di VIDIO! https://www.vidio.com/watch/7553656-ep-01-namaku-rea *** Rea men...
15.7M 990K 35
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...