LATENT

By Zzyafra_Iomaski

11K 728 80

Namaku adalah Arch-108. IQ-ku 159. Aku menguasai 7 bahasa daerah, 3 bahasa asing dan Bahasa Indonesia. Aku hi... More

Welcome.
L.A.T.E.N.T
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
ATTENTION

Bagian 5

447 35 4
By Zzyafra_Iomaski

   "Hmm, benar kan dugaanku! Robot ini ada di sini! Hahaha!" Ujar seorang laki-laki berperawakan tinggi yang tiba-tiba masuk tanpa permisi. Ia mengagetkanku dengan teriakan gigantisnya itu.

   "Hah, robot?! Robot apa? Tidak ada robot disini!"

   "Ya kamu itu robotnya, nona. Hahahahah.. Ya ampun.."

   "Hah kamu apa-apa an sih? Pergi sana!" Ujarku ketus.

   "Apa? Kamu ngusir aku? Eh kamu murid baru ya? Aduh udah deh, kelamaan kalau harus adu mulut gini. Kamu bawa topi kan? Ayo ikut aku keluar, cepetan!"

   Sial. Laki-laki itu mengeluarkan jurus ampuhnya. 'Anak baru'. Oke, nampaknya aku harus mengikuti keinginannya.

   "Topi apa?"

   "Topi petani," Katanya sambil memutar kedua bola matanya. "Ya topi sekolah lah, kamu bawa kan? Ayo cepetan!" Ujarnya sambil berjalan keluar kelas.

   Aku mengambil topiku yang sudah disiapkan Fahri di dalam tas. Lalu aku menghampiri laki-laki yang belum ku ketahui namanya itu dan pergi keluar kelas mengikutinya.

   "Kita mau kemana?"

   Dia tak menghiraukanku dan tetap berjalan dengan cepat di depanku. Aku sedikit kewalahan mengikuti langkahnya.

   "Hei! Kita mau kemana??" Kali ini aku sedikit berteriak hingga Ia pun berhenti, berbalik arah padaku dan mendekat tepat di depan badanku dengan jarak sekitar lima puluh senti meter. Dengan matanya yang tajam dan alis yang dikerutkan itu, Ia menatapku penuh arti. Wajah laki-laki ini juga seperti tak asing bagiku. Rasanya aku pernah menemuinya, tapi entah di mana. Ia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum bebicara, sepertinya menahan amarah padaku. Shit. Manusia ini sulit ditebak.

   "Kamu.. Kamu ingat tidak ini hari apa?"

   "Ini hari Senin, memangnya kenapa?" Balasku.

   "Hari Senin itu waktunya apa?" Ia menjawab tak kalah ketusnya denganku.

   "Waktunya.. waktunya.. ya waktunya sekolah lah! Apaan sih kamu? Kamu mau ngejebak aku ya?"

   "Kamu pernah sekolah kan sebelumnya? Hari Senin itu waktunya upacara!"

   Dheg!

   Lututku melemas saat itu juga. Bisa-bisanya aku lupa bahwa hari Senin itu ada upacara bendera di sekolah negeri seperti ini.

   "A.. a.. aku..."

   "Udah ayo cepetan, kita udah telat ini. Kamu mau dihukum membentuk barisan sendiri?" Kali ini Ia berlari, akupun sontak mengikutinya.

***

   Aku kaget bukan kepalang ketika mendapati ratusan siswa berseragam putih abu-abu telah berbaris rapi di lapangan. Bagaimana bisa aku amat bodoh hingga melewatkan upacara ini?

   Memang penyesalan selalu datang terlambat. Seorang guru yang menyadari kehadiran kami berdua telah mengisyaratkan kami untuk membentuk barisan sendiri di samping tiang bendera.

   Tak ayal ratusan pasang mata tertuju kepada kami, terutama padaku, si mahluk baru di sekolah ini yang datang terlambat di hari pertama sekolahnya.

   Ternyata upacara baru saja dimulai, mungkin aku hanya lima menit terlambat. Ketika upacara sudah berjalan sepuluh menit, manusia aneh yang berdiri di sampingku ini mulai berbicara dengan berbisik.

   "Hei nona robot, kamu capek nggak?"

   "Nggak." Aku menjawab singkat. 

   "Panas ya? Kalau panas, sini agak mepet ke aku dikit, siapa tau kamu bisa kena teduh." Lucu sekali, dia berucap seperti itu namun dengan kepala tetap menghadap ke depan. Sepertiya Ia berusaha agar tidak dimarahi guru karena terlalu banyak bicara.

   "Hah? Nggak deh makasih."

   "Emang benar kata supir lin tadi.."

   "Apa kamu bilang? Supir lin?"

   "Iya, supir lin yang nge-rem mendadak tadi.."

   "Kok..?" Aku kaget hingga kehabisan kata-kata rasanya. Bagaimana bisa ia tahu bahwa aku naik lin?

   "Hahahaha ya ampun, tuh kan, aku yang sebesar ini duduk di depanmu aja, kamu nggak nyadar. Emang sifat robot kan gitu. Give ignorance to other people."

   Aku hanya diam berusaha mengabaikannya dan memperhatikan derap langkah paskibra yang lewat didepanku. Namun tetap saja, si aneh itu terus mengomel, lebih tepatnya berbisik tanpa henti. Aku tak bisa untuk mengabaikannya.

   "Aku tadi itu satu lin sama kamu, aku merhatiin kamu yang lagi ndegerin musik sambil melamun ke arah jendela, tapi kamu tetap aja gak peduli sama sekitarmu.. Dasar robot"

   "Heh! Jangan seenaknya ya kamu manggil aku robot! Aku punya nama!" Aku mendesis menahan amarahku.

   "Bukan aku loh yang pertama julukin kamu robot. Pak supir tadi itu yang bilang kamu kayak robot. Hahahah." Ia lantas menahan tawanya, karena ada seorang guru yang mengisyaratkan kami untuk diam dan mengikuti upacara.

   "Kamu!" Aku sangat gusar sekarang, ingin rasanya kutendang dengan keras tumit makhluk aneh di sampingku. Sepertinya pagi ini adalah pagi sialku, bagaimana tidak, runtutan kejadian aneh terus terjadi sepagi ini. Ah, mimpi apa aku semalam.

***

    "Ayo miss Robot, agak cepet dikit dong nyapunya.." Si aneh itu terus saja mengusikku. Sepertinya dia tak bisa untuk sekedar membiarkanku bernafas.

    "Hey! Aku itu punya nama! Sekali lagi kamu manggil aku robot, akan kupatahkan tangan kurusmu itu!" Ucapku dengan nada marah, berusaha agar dia takut dan pergi lantas membiarkanku menjalani hukumanku sendiri. Ya, sekarang kami sedang dihukum karena terlambat ketika upacara. Kesialanku tetap berlanjut hari ini. Ingin rasanya aku mandi di kolam es untuk mendinginkan badanku dan meluruhkan kesialanku. Namun, itu semua hanya khayalan, sekarang aku harus terus berkutat dengan sapu di lorong sekolah bersama makhluk aneh ini.

    "Astaga, kamu jahat banget sih, walaupun kurus gini, tanganku itu kuat loh." Dia berkata seperti itu sambil mengepalkan tangannya menirukan pose model-model berotot di majalah. Menjijikkan sekali, ingin kulempar saja sapu ini tepat di mukanya.

    "Kamu kok melotot gitu sih, entar tambah cantik loh, Miss Robot.."

    Aku hanya diam kali ini berpura-pura tak mendengarkan dan aku melanjutkan kegiatan menyapuku.

    Tiba-tiba, makhluk aneh ini mengulurkan tangannya di depanku, entah apa maksudnya.

   "Kenalin, aku Medio Arraka, panggil aja aku Raka. Aku salah satu dari deretan cowok terganteng di angkatan kelas satu. Ketika MOS kemarin, aku menang juara dua waktu voting adik kelas terganteng. Yang ikut voting itu 40 kakak OSIS, aku dapet 17 suara. Yang juara satu 19 suara. Cuman selisih dua sih, dan aku heran juga, mungkin dua orang yang memilih Dika sebagai juara satu itu lagi pusing, jadi nggak bisa melihat kegantenganku dengan jelas." Dia mengakhiri kalimatnya itu dengan mengangkat sebelah alisnya. Aku makin ingin muntah.

    "OH." Aku menjawabnya dengan singkat, amat singkat.

    "Kok singkat banget sih ngejawabnya? Kamu jangan sia-siakan kesempatan ini, Miss Robot. Jarang-jarang loh, bisa berkenalan dengan orang seganteng diriku. Siapa namamu?"

    Sungguh heran aku dibuatnya. Ganteng??? Apa dia pikir dia pikir aku tak pernah melihat orang ganteng sebelumnya? Di Bali, hampir setiap hari aku melihat bule ganteng. Bahkan di tempat pelatihan intelijensi-ku dulu, instrukturku seratus persen lebih tampan daripada makhluk di depanku ini.

    "Namaku Ara. Kusuma Ara Rinjani" Aku berharap, dengan menyebutkan namaku, akan membuat dia berhenti berbicara.

    "Oh, Ara. Ehm kamu pasti penasarankan tentang kejadian tadi pagi? Kamu mau aku cerita gak?" Shit. Ternyata Raka tak mau berhenti bicara.

    "Kok kamu diem aja? Ah, aku tau kok, pasti di dalem hatimu kamu penasaran kan, Ara?" Dia terus bicara.

    Akupun terus menyapu dan berjalan menuju tempat sampah yang berada sekitar 50 meter di depanku. Aku berusaha menjauh dari Raka, karena saat ini sepertinya dia semakin menggila.

    "Ey! Kok kamu pergi sih?" Aku terus melangkah pergi.

    "Ara, dengerin aku. Asal kamu tahu ya, kamu itu punya hutang loh ke aku!"

    Hutang? Yang benar saja, belum genap satu jam setelah berkenalan tadi, dan dia sudah bilang kalau aku punya hutang padanya?? Fixed. Raka benar-benar gila. Aku terus melangkah pergi.

    "Ara, kamu inget gak waktu naik lin tadi? Ongkos bayarmu itu kurang 3000 tau! Dan aku yang bayar sisanya ke pak supir!"

    Aku langsung berhenti berjalan begitu mendengar kalimat itu. Supir lin? Ongkos? Tiga ribu? Hutang? Argh!! Terpaksa aku berbalik badan dan menoleh kepadanya.

    "Apa sih maksud kamu Raka?" Ucapku dengan nada sedikit membentak. Emosiku terasa sudah di ubun-ubun, aku tak bisa lagi menahan frekuensi suaraku saat itu.

    "Yey, akhirnya miss robot menjawab juga," Kata Raka dengan seringai yang sepertinya berniat untuk mengintimidasiku. "Jadi gini miss," Ia lalu duduk di sebelah pot bunga yang terbuat dari semen, sambil terus menatapku. Akupun mengikutinya dan berdiri di depannya.

    "Tadi pagi aku itu naik lin yang sama denganmu, aku bahkan duduk di depanmu. Tapi kamu nggak menyadari kehadiranku karena kamu sedang asyik mendengarkan musik. Setelah kuperhatikan, sepertinya kamu itu berasal dari sekolah yang sama denganku." Penjelasannya sungguh panjang lebar.

   "Terus?" Ucapku memotong kalimat sang Medio Arraka.

    "Yaa terus Kamu turun dari lin kan, nah pas turun itu kamu bayarnya cuman 2000, padahal kan harusnya 5000, nah yaudah aku bayarin deh. Baik kan aku?"

    "Lalu, kalau kamu satu lin denganku, kenapa tadi kamu nggak turun bareng aku?" Tanyaku penasaran.

    "Cie kamu pengen banget ya bareng sama aku? Aku tau kok Ara, apa yang ada di dalam hatimu itu." Katanya sambil mengedipkan sebelah matanya. Sungguh menjinjikkan. Aku sudah tak tahan lagi. Lebih baik aku menyapu seluruh lorong kelas daripada harus berdua dengan makhluk ajaib ini.

   Tanpa berpikir panjang, akupun pergi berbalik dan berjalan meninggalkannya. Tapi tiba-tiba, tangan Raka memegang erat lenganku agar aku tidak pergi. Hal ini sungguh mengagetkanku dan ingin langsung saja kutonjok pipi tirusnya itu.

    "Kamu apa-apaan sih?!" Ujarku sambil mengelakkan lenganku dari tangannya.

    "Aku kan belum selesai menjelaskan semuanya, Miss.."

    "Hrrr yaudah, yaudah! Cepet lanjutin omonganmu itu! Hukuman kita belum selesai, Raka!" Kali ini aku mulai marah.

    "Oke-oke, Ara. Jadi tadi itu, aku nggak turun bareng sama kamu soalnya aku kira gerbangnya sudah ditutup. Jadi aku lewat gerbang belakang deh biar kalau aku telat, gak ketahuan sama pak satpam hehehe." Lanjutnya dengan dengan diiringi seringai lebar seperti vampir.  

    "Gerbang belakang?" Balasku singkat.

    "Iya missy, kamu belum tahu ya? Yaudah, nanti kapan-kapan aku anterin kesana deh." Kali ini dia mengakhiri kalimatnya dengan senyuman. Senyuman yang sungguh manis dan tulus, lain dari biasanya. Oke, kali ini, Raka terlihat sungguh manis. Namun tetap saja, senyum manis itu tak bisa menghapus rasa benciku kepadanya.

   "Eh teman-teman? Kalian masih dihukum ya? Aku gabung dong, aku terlambat juga nih!"

    Teriakan yang sepertinya berasal dari seorang perempuan ini mengagetkan lamunanku. Oh God, siapa lagi mahkluk ini? Ku kira, berkenalan dengan Medio Arraka sudah cukup menguji kesabaranku hari ini.

    "Euhm.. Raka! Ambilin sapu dong!"

    "Enak aja, ambil sendiri dong Alfa! Dasar pemalas!"

Cukup, aku tak ingin melihat dua makhluk ini bertengkar di depanku.

    "Eh, ini ambil saja sapu yang kupakai. Aku mau menyiram bunga dulu."

    "Makasih ya! Eh, kamu anak baru itu ya? Namamu siapa?" Ucapnya ramah sambil tersenyum. Berbeda dengan Raka, aku merasakan aura positif ketika berkenalan dengan manusia ini.

    "Aku Ara. Kusuma Ara Rinjani." Aku membalasnya juga dengan senyuman.

    "Aku Alfa. Alfa Sentari."

***

Continue Reading

You'll Also Like

19 0 10
(First draft now complete!) When Admiral Varhe crash lands on an old mining planet, he is thrust into the local conflict.
1 0 1
⭐서울&경기⭐O❶⓪-2133-7544❤️용강동출장안마❤️후불⭐#풍덕천러시아백마출장,#수서역멕시코여자출장안마추천,#중앙역러시아걸출장안마번호⭐서울&경기⭐O➀O-2133-7544❤️오금러시아출장업소추천❤️후불⭐#중곡역브라질여성출장마사지가격,#부림동러시아출장업소번호,#아현외...
0 0 1
A familiar time in a far away era
1 0 1
In the year 2100, the far side of the Moon, an uncharted territory shrouded in mystery, becomes the focal point of a groundbreaking expedition led by...