KUPU KUPU JANTAN

By azmarko22

106K 2K 141

Kisah ini menceritakan pemuda 27 tahun Sofiyan Prawira. Anak lelaki satu satunya dari tiga bersaudara. Kedua... More

Az Marko Present's
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Coming Soon
Coming Soon
Coming Soon

Part 8

7.2K 207 49
By azmarko22

"Proses itu apa pak?" Bapak masih diam. Ketika dari tadi aku memaksa bapak untuk menjawab pertanyaan yang dulu belum pernah bapak jawab. Rasanya aku terlalu lama menunggu untuk bapak menjawab pertanyaanku itu, tubuh kecilku saja saat ini sudah membesar. Berarti aku memang sudah sangat lama menantikan jawaban bapak mengenai pertanyannku yang pernah aku lontarkan padanya disuatu sore ditaman dulu.

Perlahan bapak mengusap rambutku, wajahnya bersinar. Awalnya aku merasa silau karena pancaran sinar dari wajah bapak. Namun perlahan sinar itu redup dan hanya menyisakan sebuah senyuman dari wajah bapak.

"Fiyan.. Bapak gak perlu jawab pertanyaanmu itu. Mengenai proses. Ya lebih tepatnya proses kehidupan. Karena kamu pasti mengalaminya sendiri, dan jika kamu sudah melewati proses itu. Bapak yakin, jawaban bapak sudah tak dibutuhkan. Karena kamu sudah cukup mengerti dengan menjalaninya sendiri. Dan lihatlah sekarang? Bukankah kupu-kupu jantan milik bapak kini sudah melewati proses itu? Sebuah proses dalam kehidupan yang setiap manusia pasti mengalaminya. Bukan hanya itu, Kupu-kupu jantan bapak kini terus bermetamorfosis didunia ini. Dan akan terus seperti itu sampai menemui titik keabadian.."

Aku diam mendengar penjelasan bapak. Rambutku kembali di usapnya dengan jari-jarinya. Tapi baru saja aku ingin memeluk bapak. Bapak malah bangkit dan pergi meninggalkanku lagi seorang diri. Kali ini aku tak berteriak memanggil bapak. Aku hanya diam melihatnya pergi meninggalkanku dengan senyuman. Tak lama, terdengar suara adzan subuh berkumandang yang akhirnya membuka kedua kelopak mataku dan mengembalikan alam sadarku.

**

Cut Aisyah...

Pagi-pagi sekali Aisyah sudah mengunjungi rumah Kyai Fatwana. Meskipun kedatanganya adalah untuk bertemu dengan putri bungsu kyai itu, Nurfatma Khoirunissa. Fatma sedang merajut sebuah pakaian bayi ketika aisyah mengetuk pintu rumah. Perlahan ditaruhnya alat-alat rajutnya lalu ia bangkit untuk membukakan pintu rumah yang dari tadi terus diketuk. Dalam hatinya terus bertanya, siapa pagi-pagi begini sudah bertamu. Sampai dihadapan pintu fatma tak langsung membuka pintu, dilihatnya arah luar dari lubang kecil yang dipagari sebuah kaca. Nampak seorang wanita berjilbab sudah berdiri disana. Fatma tau, wanita itu Aisyah, sahabat karibku. Perlahan dia mulai membuka pintu rumah. Kedua wanita itu saling memandang ketika pintu sudah terbuka lebar. Aisyah langsung inisiatif untuk mengulang salam yang ia sudah ucapkan beberapa waktu tadi. Fatma menjawab salam wanita dihadapanya. Mereka saling cium pipi kanan dan kiri, lalu fatma membawa aisyah kedalam rumahnya. Aisyah sudah tak mau basa-basi, dia langsung menyampaikan maksud kedatanganya karena ia yakin fatma juga sudah faham maksud kedatangan dirinya.

"Fatma.. aku ini sahabatnya. Aku cukup kenal dengan sofiyan. Aku bisa tau dari dua matanya ketia ia bicara jujur atau tidak. Semalam dia mencurahkan isi hatinya padaku, dan aku yakin seyakin yakinya suami-mu itu tidak bersalah. Dia tidak melakukan tindakan keji itu fatma. Walaupun sofiyan dahulu pernah berbuat dosa dimasa lalunya, tapi aku yakin kali ini suamimu tidak salah fatma" Aisyah bicara dari hatinya dengan penuh kesungguhan. Sementara fatma sebagai istriku, dihatinya paling dalam ia merasakan iri dan cemburu. Ya.. Aisyah sepertinya sangat mengenal diriku, Sofiyan Prawira, yang tak lain adalah suaminya. Bahkan aisyah bisa tau ketika diriku sedang berdusta atau tidak. Sedangkan dia sendiri?

"Apa sofiyan yang menyuruhmu datang kemari?"

"Jujur memang dia yang memerintahku untuk mengunjungimu. Dia khawatir keadaanmu fatma. Dia mencemaskamu dan dia sangat mencintaimu. Semalam aku bilang sama sofiyan harusnya yang dia yakinkan bukan aku, aku hanyalah sahabat kecilnya. Tapi ada seseorang yang harusnya dia yakinkan. Dan itu adalah kamu fatma, istirnya. Tapi fiyan bilang bagaimana dia menjelaskanya padamu. Sementara kamu saja tak mau melihatnya lagi, tak percaya akan ucapanya. Jadi dia kehilangan kepercayaan dirinya sendiri untuk menemuimu fatma. Fatma, saat ini sofiyan butuh dukungan kita, terlebih kamu istrinya. Sofiyan itu hanya korban fitnah, dia hanya korban atas kejahatan Anwar"

"Apa kamu kenal dengan lelaki itu, anwar?" tanya Fatma dengan terus memandang aisyah.

"Ia.. dia teman kelas kami dulu semasa kuliah, kenapa fatma?"

"Setelah anak lelaki itu dan dan ibunya datang, meminta pertanggung jawaban padaku. Lelaki itu, Anwar. dia datang mengunjungiku. Dengan santai dia menceritakan semuanya, dia menceritakan kisah cintanya bersama suamiku dulu. Diakhir percakapan dia menunjukan foto foto itu. Hatiku sakit Aisyah.. Istri mana yang bisa menerima melihat suaminya melakukan tindakan yang sangat dibenci oleh Allah. Tapi anwar bilang, semua ini bisa lebih mudah dan aku tak perlu membayar uang tebusan sesuai keinginanya, dengan syarat aku harus berpisah dengan sofiyan."

"Astagfirullah.. jangan kamu dengarkan dia fatma. Anwar itu sekarang sudah berubah jadi iblis. Itu yang dia inginkan. Harusnya kamu dan sofiyan sekarang bersatu untuk melewati ujian ini"

"Tapi semua itu akan meringankan penderitaan sofiyan?"

"Kamu salah ma. Kamu salah kalau kamu berfikir seperti itu. Justru sebaliknya, Sofiyan akan semakin menderita. Sofiyan itu sangat mencintai kamu fatma. Kamu jangan turuti emosi, kamu harus ingat, sekarang kamu sedang mengandung buah cinta kalian. Ujian ini harusnya tidak membuat kalian renggang, tapi membuat kalian bersatu dan saling percaya"

Air mata fatma semakin mengalir. Hatinya seperti dicambuk cambuk oleh ucapan Aisyah. Fatma langsung memeluk aisyah. Kedua air mata wanita itu berderai membasahi pipi mereka.

**

Elma Nurazizah..

"Hey Elma.. kamu kesini itu untuk temani bapak belanja buah, dan bantu bawakan belanjaan. Kenapa malah kembali menyerahkan kantong pelastik sama bapak?" Tanya pak imran heran melihat elma yang dari tadi seperti tengah melihat sesuatu untuk ia buru.

"Pak.. bapak tunggu disini jangan kemana mana. Elma akan segera kembali"

"Tapi ada apa?"

"Elma tadi melihat fajar.. dia masuk kedalam toserba itu?"

Pak imran memerhatikan sebuah toserba yang ditunjuk elma. Seketika emosinya terbakar apalagi begitu mendengar nama itu, "fajar".

"Bapak ikut.. bapak mau cekik anak itu. Kecil kecil tapi sudah kriminal. Ayok kita cari anak itu" Pak imran sudah siap. Kedua tanduknya merahnya sepertinya sudah keluar dan siap melakukan sesuatu pada fajar. Elma langsung menenangkan ayahnya yang emosinya mudah terbakar. Untunglah kali ini Pak Imran bisa meredam amarahnya lalu ia kembali memilih beberapa buah buahan yanga akan ia beli untuk bahan sop buahnya. Elma mulai masuk kedalam toserba yang segala ornamenya serba bewarna biru, Elma sudah yakin anak lelaki yang ia lihat tadi adalah fajar, ia tak mungkin salah lihat.

Sesampai didalam elma mengelilingi segala sudut, tapi anak itu belum terlihat. Pantang bagi elma keluar sebelum bertemu dengan anak itu. Gadis berhijab cokelat itu melangkahkan kakinya kearah toilet, lalu beberapa meter dari posisinya berdiri, dengan jelas kedua bola matanya menangkap anak itu. Ya Fajar, dia tengah berdiri seorang diri dengan posisi bersandar ketembok tak jauh dari toilet. Fajar sadar saat ini ada seseorang yang sedang memerhatikanya, wajahnya yang seakan sudah biasa tertunduk kali ini diangkatnya dengan cepat. Dan betapa terkejutnya anak lelaki itu ketika melihat elma, tetangganya saat ini tengah memandangnya seperti elang melihat anak ayam. Fajar berlari menjauhi elma, namun elma tak kalah cepat dibandingkan anak itu. Dengan cepat elma sudah berhasil menahan kedua tangan anak lelaki itu.

"Lepaskan saya....." Fajar berteriak

"Lepaskan? Dasar anak tidak tahu terima kasih kamu. Selama ini mas sofiyan kurang baik apa sama kamu? Tapi kamu malah membalasnya dengan perlakuan seperti ini"

"Kamu tidak tahu apa-apa? Sekarang mau apa? Mau bawa saya kepolisi? Atau mau bawa saya kehadapan sofiyan agar dia bisa memukuliku dengan puas? Silahkan. Tapi semua itu tidak akan berdampak apa apa elma. Semua itu bisa jadi hanya akan memperparah keadaan"

"Apa maksud kamu?"

"Fajar..."

Terdengar suara seorang wanita, Elma langsung membalikan tubuhnya sehingga ia tak sadar ia sudah melepaskan tangan fajar.

"Bu Mey?" Suara Elma nyaris tak terdengar karena pelan dan kagetnya melihat wanita yang ada dihadapanya saat ini. Wanita itu baru saja keluar dari toilet, sesekali ia masih merapihkan bajunya.

"Sedang apa kau disini? Anak aku kau apakan?" Wanita keturunan china itu berbicara dengan nada sinis dan penuh keangkuhan. Fajar masih diam dibelakang elma, tak ada niatpun sedikit dihatinya untuk lari.

"Harusnya saya yang tanya pada anda Ibu Mey Liem yang terhormat. Apa yang anda lakukan pada Mas sofiyan? Anda memeresanya kan dengan menjadikan anak anda sebagai umpan"

"Wah hebat yah.. Masih muda tapi sudah bicara seperti itu pada orang tua. Itu bukan urusan kau. Lagipula aku heran, dari dulu semenjak kami pindah kau selalu berusaha ingin tahu kehidupanku dan keluargaku. Apa maumu wanita muslimah? Apakah ini yang diajarkan agamamu?"

"Apa saya perlu menghormati orang seperti anda yang tidak punya hati sama sekali? Saya hanya ingin menyambung silaturahim dengan anda, tidak lebih. Dan jangan bawa bawa agama saya dalam pembicaraan ini. Islam selalu mengajarkan kebaikan tidak seperti keyakinan anda?"

"Apa maksudmu? Walau begini, aku seorang yahudi yang taat"

"Apakah ajaran yahudi mengajarkan untuk menyakiti orang lain? Memeras, dan berbuat kejahatan?"

Mey liem diam dan tak bisa menjawab pertanyaan elma. Sementara fajar masih mematung melihat percakapan elma dengan ibunya.

"Dengar saya bu mey.. Anda tidak sadar orang yang saat ini kalian sakiti dan fitnah itu adalah orang yang sangat baik pada semua orang. Bukan hanya itu sebenarnya dia yang menyuruhku setiap malam mengantarkan makanan untuk anda, dia berikan uang pada saya secukupnya dan uang itu untuk menolong keluarga anda. Ingat waktu anjing anda tertabrak mobil? Dan tentu ingat bukan dengan dokter yang memberikan pengobatan gratis untuk anjing anda? Dokter itu sudah mas sofiyan bayar untuk menangani anjing anda yang nyaris hampir mati. Bayangkan bu mey? Pada seekor anjing saja dia sampai berbuat seperti ini padahal dalam agama kami anjing termasuk salah satu hewan yang mengandung najis dan bisa menyebabkan dosa? Tapi kenapa ia menolongnya? Karena ia tahu, ia akan semakin berdosa jika ia tak menolongnya sedangkan ia tahu anjing anda hampir mati. Bukan pada anjing anda saja, Fajar.. anak anda, Mas fiyan perlakukan seperti saudaranya sendiri? Ketika fajar dipukuli banyak orang karena mencuri buah buahan, mas sofiyan menolongnya? Lalu sekarang setelah semua kebaikan yang dia lakukan pada anda dan keluarga anda. Anda membalasnya dengan perlakukan seperti ini?"

Air mata mey liem menetes. Untuk pertama kalinya seumur hidup fajar menyakisikan dengan jelas bagiamana air mata seorang wanita yang melahirkanya mengalir dengan begitu deras. Hujan yang turun sore ini seakan menjadi salah satu perwakilan atas air mata lainya yang belum tertumpahkan.

**

Hujan disore ini baru saja reda, tapi rintik rintik gerimis sesekali masih turun dari langit yang mulai nampak berwarna gelap. Aku masih memerhatikan gemercik gerimis itu dibalik jendela. Tak lama, ibu memanggil-manggil dibalik pintu sana sambil terus menggedor keras pintu kamarku. Aku bangkit untuk membuka pintu kamar.

"Ada apa sih bu?"

"Itu loh ada temanmu yang datang"

"Teman? Siapa?"

"Sudah, lihat saja dulu. Ibu mau buatkan minum dulu kebelakang"

Sesaat kemudian, ibu sudah menghilang dari pandanganku. Tak mau dibakar rasa penasaran lebih dalam aku langsung menuju keruang tamu. Dan seorang pria sudah duduk dengan santainya disana.

"Hey.. Gimana kabarmu sehat yan?" Pria itu bangkit, sikapnya terlalu amat ramah dan dia sekarang berusaha menjabat tanganku.

"Ada perlu apa kau kemari? Kau menginginkan uang itu?"

"Ssst Jangan bicara keras-keras, kita lupakan dulu masalah itu. Saat ini aku hanya ingin melihat keadaan kupu-kupu jantanku, ternyata kau sehat dan tetap berkharisma"

Anwar kembali duduk dikursi, sementara aku masih berdiri dan terus memandangnya sengit. Urat malu orang ini sepertinya sudah dimakan oleh belatung, setelah apa yang dia lakukan padaku, sekarang dengan santainya dia mengunjungiku? Dan ibu, kenapa ibu sepertinya terlihat senang anwar berkunjung sore ini. Ya Ibu tak tau jika pria yang ada dirumah saat ini adalah anwar, orang yang menjebaku. Tak bisa kubayangkan jika seandainya ibu tau.

Ibu menaruh dua cangkir teh panas dimeja. Kemudian duduk bersama kami.

"Diminum nak indra.." kata ibu dengan penuh kelembutan pada anwar. INDRA? Pantas saja, jadi dia mengaku bernama indra pada ibu? Benar benar licik orang ini.

"Yan dulu semasa kuliah kenapa kamu gak pernah ajak nak indra ini kerumah?"

Aku diam memikirkan apa jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan ibu barusan tapi dengan cepat anwar menjawabnya. "Sering kok bu, tapi setiap saya kesini ibu lagi dimajlis ta'lim atau tidak mengantarkan jahitan".

Ibu tersenyum mendengar kata-kata anwar. Mereka sangat terlihat akrab.

"Yan.. kamu kan dulu pernah nanya sama ibu, soal nama pemberi jilbab itu. Ya ini dia orangnya. Nak indra, makasih banyak loh nak indra"

"Sama sama bu, saya senang kalau ibu juga senang dengan jilbab itu"

"Yasudah, kalo begitu ibu tinggal dulu kebelakang ya..."

Ibu bangkit dari tempat duduknya, dengan membawa nampan ibu lalu menghilang dibalik gorden dapur.

"Hebat... Sepertinya rencanamu untuk menghancurkan aku berjalan lancar. Hebat hebat..." kataku pada manusia iblis ini. Anehnya dia malah tertawa mendengar kata-kataku barusan.

"Yan.. terkadang hidup itu seperti lingkaran, kita perlu mengelilingi lingkarang itu. Dan kamu tahu? Kamu adalah lingkaranku. Jadi, kemanapun kamu aku akan mengelilinginya"

"Dasar lelaki iblis. Apa yang kau inginkan dariku?"

"Sebetulnya kau tak perlu mempertanyakan apa kenginanku yan, karena aku yakin kau pasti sudah tau apa keinginanku. Yan ayolah.. kita mulai lagi dari nol. Kita lupakan kesalahan dan cerita masa lalu, aku sangat mencintaimu yan"

"Gila kau anwar, kau sudah benar benar gila?"

"Ya.. aku sangat menggilaimu sofiyan.!"

"Sampai kau menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginanmu itu? Dan sampai-sampai kau mengirimkan seorang anak kecil kepondoku untuk menghancurkan keluargaku? Ingat anwar, aku sudah menikah. Aku suah punya istri sekarang. Kenapa kau belum bisa juga menerima kenyataan"

"Tidak yan.. sampai kapanpun kau tetap miliku"

Anwar bangkit lalu keluar dari rumahku dan dengan cepat ia meninggalkan rumahku dengan mobil berwarna silvernya. Sepertinya ucapan anwar tadi tak main-main. Ya Allah aku memang pernah melakukan dosa dimasa lalu denganya, tapi jangan kau hukum aku dengan cara seperti ini. Aku yakin, andai saja bang safir sore ini ada dirumah pasti dia sudah ditonjok habis habisan oleh kakak iparku itu, karena bang safir tau Anwar, dalang dibalik semua ini. Sayang bang safir sore ini harus mengantarkan mbak sofi kebogor karena orang tua bang safir sudah menyuruh mereka untuk pulang karena ingin melihat sang cucu. Tapi bang safir janji lusa ia akan segera kemari lagi untuk menyelesaikan masalah yang sedang menimpaku ini.

**

Malamnya Aisyah datang kerumahku, ia datang berdua. Tapi bukan dengan Mas Ridwan, suaminya. Melainkan dengan fatma, istriku. Fatma masih ragu untuk masuk kedalam rumah, mata kami saling bertemu dalam sebuah tatapan. Aku mulai melangkahkan kakiku kearahnya, tapi seiring langkahku mendekatinya, tetesan air mata dari matanya terus berjatuhan. Aku langsung memeluknya, fatma mendekatku dengan erat. Suara isak tangisnya terdengar dengan sayu.

"Jangan menangis sayang.. Aku mohon jangan menangis. Kau tau suamimu ini paling tak bisa mendengar dan melihat kau menangis. Karena itu jangan menangis"

"Maafkan aku mas, harusnya aku bisa bersikap lebih tenang dan dewasa sedikit, tidak mengikuti emosiku. Aku berdosa padamu mas.."

"Sudahlah istriku, jika bicara dosa mungkin suamimu ini jumlahnya lebih banyak. Sekarang aku senang kau datang kemari"

"Ia mas.. aku datang untuk mendampingimu, melewati ujian ini. Harusnya Ujian Allah itu menjadikan kita lebih tawadhu menjalaninya, bukan malah renggang. Maafkan aku mas"

Fatma melepas pelukanya, lalu kulihat kearah ibu dan aisyah yang sudah duduk dikursi. Pipi mereka sama sama basah karena lelehan air mata. Fatma menghampiri ibu dan kembali menangis dipelukan ibuku.

**

"Apa yang kamu inginkan hah? Uang? Aku bisa memberinya lebih dari keinginanmu. Suamiku selama ini baik pada anakmu, tapi kau balas dengan perlakuan seperti ini?"

Fatma terus mencaci Mey liem yang pagi ini datang bersama fajar dan elma, Perempuan china itu hanya menunduk sama seperti anaknya.

"Mbak.. sabar. Jangan kebawa emosi. Biar ibu mey bicara dulu" Sahut elma mencoba menenangkan istriku. Terlihat ibu juga nampaknya geram ketika melihat anak itu datang bersama ibunya hanya saja ibu mampu menahan amarahnya.

"Sekarang silahkan bicara pada mereka bu.." lanjut elma menyuruh wanita china itu bicara. Perlahan mey liem mengangkat kepalanya, matanya menyoroti Fatma kemudian dialihkan kearahku dan ibu. Dan ia mulai bicara...

"Maafkan aku..." Ya hanya dua kata yang mey liem katakan, kemudian air matanya menetes.

"Maaf? Setelah kau menfitnah suamiku lalu dengan entengya kau mengucap maaf?" Fatma masih belum bisa meredam emosinya. Aku langsung mengenggam tangan istriku itu, fatma melihat kearah mataku. Lalu ia diam setelah mengerti dengan isyarat dari kedua bola mataku ini.

"Aku butuh uang.. Setelah suamiku menceraikanku, aku terlibat banyak hutang. Aku hampir menghalalkan segala cara. Lalu suatu hari lelaki itu datang padaku dan berjanji akan memberikan upah yang cukup besar dan melunasi hutang hutangku asalkan aku mau membantunya, yaitu menjebakmu seolah olah kau telah mencabuli anaku. Akhirnya.. perlahan aku suruh anaku mendekatimu, yaitu dengan cara dia bergabung di pondok menulismu dan terakhir memberikan obat tidur lewat minuman yang kau minum beberapa waktu sebelum kejadian itu. Maafkan aku sofiyan.. aku benar benar menyesal. Sekarang jika kau mau melaporkanku, aku siap. Tapi anaku tak tau apa apa. Dia hanya mengikuti perintahku..."

Aku tersentak mendengar pengakuan Mey Liem, entah bagaimana tadinya elma bisa membawanya kemari dan menyadarkan akan perbuatanya.

"Lalu kamu, kenapa mau maunya mengikuti kemauan ibumu yang seperti itu?" sentak fatma pada fajar. Anak lelaki itu sudah mengangkat kepalanya, wajahnya nampak terlihat pucat.

"Kenapa diam?" sambung fatma ketika fajar masih tak mau bicara. Aku bangkit, lalu duduk disamping fajar berusaha merangkul anak itu. Lalu ada satu tetes air mata yang menetes dimata sipit-nya.

"Kamu kenapa? Gak usah takut. Saya gaka marah kamu. Saya gak akan bawa kamu kepolisi. Serius? Saya Cuma mau dengar cerita kamu"

"Se.. sebenarnya, aku gak mau ikut perintah mama. Mama udah sering ngekang hidup aku, apalagi perintahnya kali ini aneh. Tapi ketika aku tahu kau seorang muslim, akhirnya aku mengiyakan. Karena mungkin ini adalah saat yang tepat untuk balas dendam. Karena difikiranku, penyebab keluargaku berantakan, dedy dan mama cerai itu karena umat muslim. Dan kau salah satu umat muslim yang cukup mengerti agama. Sama seperti ustad itu. Jadi menurutku kau adalah orang yang tepat. Tapi melihatmu memperlakukanku itu menyadarkanku bahwa orang islam itu baik tidak selalu dengan yang kufikirkan. Aku menyesal menyakitimu sofiyan.. aku menyesal......"

Mendengar pengakuan anaknya, mey liem langsung memeluk fajar. Lalu tangis anak dan ibu itu pecah. Suasana haru benar benar terasa. Aku bisa merasakan betapa menyesalnya anak dan ibu itu atas apa yang mereka lakukan padaku.

**

Dua hari setelah pengakuan Mey liem dan anaknya, fajar. Anwar masih belum mengetahui jika mereka sudah mengakui dan menyesal atas perbuatnya, dan sebentar lagi anwar akan masuk perangkapnya sendiri. Tadi malam aku sudah membuat kesepakatan denganya, bahwa aku akan memberikan uang sesuai keinginanya tapi setelah itu ia harus menjauhiku dan tidak menyebarkan foto-foto itu, tapi aku tak percaya begitu saja padanya. Aku tahu dia orangnya licik. Karena itulah tadi malam aku menyuruhnya merekam ucapnya sesuai kesepakatan lalu ia kirimkan record yang berisi suara dirinya sendiri via email. Aku sudah menformatnya dalam bentuk CD. Dan ini sebenarnya bisa aku jadikan perangkap untuknya.

Bang safir sudah kembali, ia tak sendiri. Ia datang bersama Mas Adrian yang tak lain adalah sepupunya, Mas Adrian adalah salah satu anggota kepolisian, aku sudah menceritakan dengan details padanya. Mas adrian juga sudah mendengar record suara anwar yang sudah aku simpan dalam sebuah CD. Katanya sebenarnya aku tak perlu mengikuti permainan anwar lebih lanjut, anwar langsung bisa ditangkap dengan CD ini sebagai buktinya.

Siang ini disebuah sudut jalan menuju hutan yang sangat sepi. Aku sudah keluar dari dalam mobil, elma dan fatma sengaja aku suruh mereka tetap berada didalam. Ditempat lain, sebuah honda jazz yang berisikan Bang Safir, Mas Adrian, Aisyah serta suaminya diam diam menguntaiku dari belakang. Sengaja posisi mobil tersebut berada ditengah semak semak dan tertutupi oleh ilalang yang panjang agar anwar tak melihatnya.

Tak lama, Anwar datang dengan mobil silvernya ia keluar dengan mey liem dan fajar. Sungguh anwar tak tau jika ia sebenarnya malah menjadi boneka dari permainanya sendiri. Aku melangkahkan kaki kearah mereka dengan menenteng sebuah koper yang berisikan uang. Tentu saja uang ini tak sampai milyaran sesuai keinginanya, aku hanya asal saja memasukanya kedalam koper tersebut.

"Sofiyan.. sofiyan. Sepertinya kau memang sangat takut reputasimu sebagai penulis itu hancur. Tapi kamu jangan khawatir, setelah uang itu aku terima aku janji aku tak akan menganggumu lagi. Ia kan mey.." Kata Anwar dengan suara lantang dan penuh bangganya. Aku hanya tersenyum mendengar ucapanya, sementara mey liem dan fajar hanya diam disampingnya.

"Tunggu apalagi? Serahkan uang itu sekarang? Sesuai perjanjian. Dua milyar untuku, dan dua milyar untuk mey liem dan anaknya ini"

"Apa ucapanmu bisa dipercaya? Bisa saja kau ingkar setelah kau mendapatkan apa yang kau mau?"

"Loh bukanya semalam aku sudah mercord suarku? Itu bisa dijadikan jaminan bukan?

"Maksudnya ini?" suara mey liem membuat suasana semakin mencekam, Anwar langsung menatap mey liem dengan sangat murka. Bagimana tidak, saat ini mey liem sedang memutar suara anwar yang semalam ia kirimkan padaku, lewat ponsel miliknya. Anwar tak tau jika aku sudah mengirimkanya pada mey liem dan tak kusangka mey liem akan senekat ini. Fajar langsung berlari kearahku, namun baru saja mey liem akan melangkahkan kakinya kearahku, anwar sudah menahan tangan mey liem. Dan sebuah tamparan melayang dipipi wanita china itu. Fajar berteriak memanggil ibunya. Tapi Anwar terlalu cepat bergerak dan langsung menyeret mey liem kedalam mobilnya.

Melihat situasi seperti ini mobil mas adrian yang berada disemak semak langsung melaju dengan cepat dan mengikuti mobil anwar yang sudah melaju dengan kecepatan maksimal. Aku dan fajar masuk kedalam mobil, Fatma dan elma sudah panik mengkhawatirkan keadaan mey liem. Sementara fajar tak henti hentinya menyuruhku agar secepat mungkin mengejar mobilnya anwar....

**

Ketika ulat yang telah bermetamorfosis menjadi Kupu-kupu. Ia masih terus melewati banyak proses. Semua tak lain demi mencapai satu titik, yaitu keabadian. Jangan disangka, kupu-kupu akan selalu terbang mengelilingi bumi. Sayapnya bisa saja rapuh sehingga tak bisa membawa dirinya mengawang di awang - awang. Namun kupu-kupu itu bisa berhanti untuk memperbaiki sayapnya agar dapat kembali terbang..

Kisahku ini bukan sebuah kisah dongeng, yang misalnya seorang pangeran akan bertemu dengan putri cantik jalmaan dari siluman kupu-kupu. Tidak begitu. Kisahku ini hanya bercermin pada metamorfosis kupu-kupu. Bukankah seperti itulah hidup. Kisahku ini adalah kisah yang banyak dialami oleh banyak manusia dimuka bumi ini, tapi hanya sedikit mereka yang menyadari mereka tengah melewati sebuah proses.

Hitam dan putih adalah salah satu dimensi dalam sebuah proses, seseorang yang menganggap dirinya suci-pun pasti akan melewati dimensi tersebut. Tinggal bagaimana kita melewatinya dengan keteguhan. Dan Tuhan telah meneguhkan semua teorinya dalam sebuah unsur keyakinan, Itulah kenapa di dunia ini tercipta sebuah agama. Selain mendekatkan kita pada Tuhan, tak lain untuk meneguhkan hati kita menjadi manusia terbaik sampai menuju titik keabadian tersebut.

**

Aku dan istriku memperhatikan dari jauh bagimana fajar kecil yang tengah serius membaca Al'Quran pada Kyai Fatwana, mertuaku. Ya.. sudah satu bulan berlalu semenjak kejadian dijalan menuju ujung hutan tersebut. Kini fajar menjadi mu'alaf. Ia tengah giat-giatnya belajar mengajaji bersama Pak kyai. Sementara aku yakin jika Mey liem saat ini melihat anaknya, pasti ia akan tersenyum bangga karena tahu anaknya kini berada dalam satu agama terbaik dimata Allah. Mey Liem meninggal dalam ketika perjalanan kerumah sakit, sementara anwar meninggal ditempat. Ya Mobil yang dikemudikan awar sepertinya hilang kendali. Sampai terjatuh kedalam jurang. Masih teringat suara tangis fajar saat mengetahui ibunya terjun kejurang bersama anwar yang berada didalam mobil. Bukan hanya fajar, hampir sebagian yang melihatnya menitikan air mata. Namun begitu bangkai mobil di evakuasi, kami sedikit ada harapan karena mendapati kondisi mey liem yang masih bernyawa. Tapi sayang Tuhan sepertinya punya rencana lain untuk mey liem. Mey liem meninggal dengan posisi tangan yang mengenggam erat tanganya ketika berada di mobil ambulance. Semoga Anwar dan Mey liem ditempatkan ditempat paling indah disisi yang maha kuasa.

Kadang, aku terharu mendengar ucapan fajar yang sangat ingin cepat bisa mengaji. "Fajar.. ingin mendoakan mama bi" . Ya ucapanya beberapa saat lalu masih terngiang dibenaku. Fajar kini memanggilku abi dan memanggil fatma dengan panggilan ummi. Aku dan Istriku memang sudah sepakat untuk mengangkat fajar menjadi anak angkat kami. Aku bangga, dengan doa yang ia sudah hafal semampunya kadang seusai sholat diam diam dia juga mendoakan aku dan fatma.

Angin malam terus berhembus.. dinginya begitu terasa. Suara jangkrik ditengah keheningan seolah tak mau kalah dengan suara fajar yang sedang belajar mengaji.

"Dingin ya mas..." bisik fatma ditelingaku..

"Ayok masuk.. aku rindu dibuatkan lemon tea panas olehmu"

"Kenapa kita tak langsung kekamar?" Fatma mengusap pipiku kemudian bangkit. Aku langsung membuntutinya dari belakang. Ya.. sudah lama kami tak bertasbih dalam ibadah cinta yang paling dirindukan oleh suami istri di dunia ini..




SELESAI

Continue Reading

You'll Also Like

5.8M 304K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
4.3K 538 24
Jika kalian menemukan cerita ini ini adalah bagian ke 5 dari seri eternity karena kita bersama agar semua lebih mudah ....tapi maaf ...aku memang or...
1.1M 110K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
1.7K 55 4
Kumpulan cerpen bertemakan BL dan Gay Romance.