Look Like Her

Da cheese-velvet

821K 11.2K 111

[COMPLETED] Baik Thomas maupun ayahnya dikagetkan akan kehadiran Cecilia, sahabat kecilnya. Terlebih ayah Tho... Altro

Prolog
Bab 1
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Penting!
LOOK LIKE HER

Bab 2

24.2K 1.1K 8
Da cheese-velvet

Ayah masih menatapku dengan kaget sampai akhirnya Bunda angkat bicara.

"Dia Ceci, yah." Kata Bunda.

Sontak ayah langsung berdiri. Memelukku. Clara juga melakukan hal yang sama. Tapi ia lebih erat memelukku. Sambil menikmati makan malam, kami bercengkrama satu sama lain. Tentang harian kami masing-masing.

"Ci? Kamu mau nyari kerja ya?" Ujar Clara. Aku mengangguk. "Di kantor aja. Bisa kan, Yah? Jadi, Sekretaris Ayah? Soalnya kan Tante Dian mau resign karna bentar lagi mau melahirkan?" Tanyanya.

Aku menatap ayah ragu-ragu, "Tentu saja-"

"Boleh!" Ujar Bunda yang memotong ucapan Ayah. Aku terkekeh melihat Bunda yang menatap Ayah dengan senyuman aneh khas Bunda.

Ayah meletakkan gelasnya, berdehem. Berasa di sidang sumpah, "Tidak Boleh!"

"Lho kok gitu?" Sahut Clara protes. Aku hanya bisa masang wajah mesem. Aku tau Ayah itu keki sama aku. Huh... maybe Ayah mau balas dendam sama aku karena aku selalu ngusilin dia? Hmmm....

"Iss... sama anak sendiri perhitungan." Sindir Bunda.

"Bukan perhitungan, sayang..."

"Iuhhhh..." ujar Si kembar Kells bebarengan saat Ayah menyentuh tangan Bunda.

"Ayah bakal naro kamu di Perusahaan Om Randy. Masih ingat Om Randy'kan?"

Aku terdiam sejenak. Om Randy? Ayahnya Thomas? Mereka udah balik ya? Atau Om Randy aja?

"Masih."

"Nanti ayah bicarakan sama Om Randy. Lalu kamu kerja disana, oke?" Ujar Ayah.

"Oke."

Gapapa lah ga di kantor Ayah. Yang penting dapat kerja. Dan siapa tau bisa ketemu Thomas egen? Aseeekk...

***

Aku menerobos orang-orang. Tangan kiriku memegang secangkir Cappucino yang telah ku beli di Kedai kopi terkenal di seluruh dunia. Aku terus memandang secarik kertas yang di berikan Ayah setelah sarapan tadi pagi. Sebuah alamat kantor Om Randy. Aku sudah minta ayah untuk mengantarku saja. Tapi, you know lah, ayah agak lain padaku. Huhh... jadi aku memutuskan untuk naik kereta saja. Soalnya, tabunganku menipis, dan Ayah tidak memperbolehkan Bunda memberiku sepeser uang pun. Jahat dan pilih kasih. Menyebalkan.

Kakiku pegal, sudah 4 jam mungkin aku mengelilingi daerah ini. Tapi tak ada satu pun alamat perusahaan yang cocok. Aku sudab bertanya pada orang-orang yang berlalu lalang di jalan, tapi mereka bilang alamatnya mungkin salah. Huh... apa benar yah salah?

Aku mengeluarkan ponselku dari saku. Mengetik nomor yang telah ku hapal di luar kepala sejak kecil.

"Halo." Sapa disebrang sana.

"Ayah, alamatnya tidak ketemu. Ceci sudah bertanya pada orang-orang. Tapi mereka bilang mungkin alamatnya salah." kataku

"Oh ya? Memang di alamat ayah tulis apa?" aku menyebutkan alamat yang tertulis di kertas. Dan aku mendengar ayah mendecak.

"Maaf ya, sayang. Sepertinya ayah salah tulis." Aku mendecak. Dan terduduk di tengah-tengah trotoar. Meluruskan kakiku. Kenapa pake salah nyatat sih?

Orang-orang menatapku yang sedang duduk di trotoar ini. Bodo amat. Ayah ini... bikin capek anaknya saja. Jangan-jangan ayah gak sayang sama aku lagi? Huaaa Bunda...

"Heh. Kalau mau ngemis, jangan disini!"

Aku mendongak menatap seorang Wanita berpakaian minim di depanku. Style nya lumayan oke.

"Tuli ya? Minggir, Ngalangin jalan orang aja! Dasar pengemis." Aku mendapat tendangan di kakiku olehnya.

Berani sekali dia?! Kurang ajar!

Dengan cepat aku berdiri, tidak terima. Wanita abal-abal itu berjalan dengan mentel. Gelas kopi yang tinggal setengah, kulempar kearahnya. Dan YA! KENA SASARAN! Aku tertawa terpingkal-pingkal melihat rambut ikal wanita itu telah basah oleh Cappucino-ku.

"HAHA! MAMPUS LO! DASAR CEWEK ABAL!" Teriakku. Wanita itu berbalik menatapku garang. Tangannya terkepal di sisi tubuhnya. Senyuman di wajahku langsung berubah, saat wanita itu mulai berjalan cepat ke arahku sambil komat kamit. Aku langsung mengambil langkah seribu melihat dia yang berlari.

Aku terus berlari dan aku berhenti saat kurasa dia sudah cukup ketinggalan jauh di belakangku. Ehm, gini-gini, pas Sma aku pernah juara satu lomba lari lho. Makanya cepat. Aku duduk di sebuah cafe. Memesan minuman karena aku butuh air setelah berlari cukup lama. Sebuah pesan dari ayah masuk. Ayah mengirim alamat kantor itu. Baiklah, aku akan kesana setelah penatku hilang.

***

Kutatap sebuah gedung pencakar langit dihadapanku. Aku merapikan rok pensil dan blazzerku. Baju punya Bunda, aku malas pergi ke Mall untuk membeli pakaian kerja. Lagipula, baju kerja Bunda juga sangat banyak dan sudah tak terpakai lagi. Jadi dari pada cuma di pajang di lemari mending kupakai?

Aku melangkah masuk, berjalan menuju resepsionis. "Permisi, saya mau bertemu dengan Bapak Randy. Ada?" Tanyaku pada 2 orang perempuan yang berdiri dalam meja resepsionis. Mereka tersenyum ramah.

"Apa sudah buat janji?" Tanya salah satunya yang bernama Lola, terlihat jelas pada bet namanya.

"Emmm... ayah saya sudah menghubungi Pak Randy. Coba anda konfirmasikan padanya dahulu." Kataku. Wanita bernama Lola itu tersenyum dan mengambil gagang telephone.

"Siang, pak. Maaf mengganggu. Ada seorang gadis ingin menemui bapak. Katanya, ayah gadis ini teh menghubungi bapak?" Ujarnya sopan.

Perempuan tadi menatapku dengan kedua alis terangkat. "Emmm... Ceci. Nama saya Ceci." Sahutku setelah menangkap maksudnya.

Tak lama, resepsionis itu kembali meletakkan gagang telephone itu.
"Baiklah, Ruangan Pak Randy ada di lantai 19. Anda bisa tanyakan pada pegawai di lantai itu dimana tepatnya ruangan Pak Randy."

Aku mengangguk. "Terima Kasih."

"Sama-sama."

Aku masuk ke dalam lift yang kebetulan kosong. Ku tekan lantai 19. Pintu mulai tertutup.

"TOLONGG TAHAN LIFTNYA!" teriakan itu langsung mengejutkanku dan segera menekan kembali tombol terbuka. Seorang pria berlari dengan pakaian berantakan. Dasi yang belum terpasang. Kemeja putih yang keluar, dan Jaz yang di genggamnya. Laki-laki itu berdiri di sampingku dengan ngos-ngosan. Pintu kembali tertutup.

Aku menatapnya yang sedang mengatur nafas sambil menyandar di belakang. Mungkin laki-laki ini habis lari. Perjalanan naik ke atas berjalan mulus. Tanpa ada karyawan-karyawan lain yang menghentikan untuk masuk. Pria tadi turun di lantai 18 dengan berjalan gontai, layaknya orang mabuk. Aku menggidikkan bahuku.

Lift berhenti pada lantai 19. Aku melangkah keluar sambil memegang tas selempangku. Kudekati salah satu pegawai yang sedang duduk di kursinya sambil memain game di komputernya, dan mengunyah Roti. Karena sudah jam makan siang.

"Maaf, Ruangan Bapak Randy di mana ya? Pria itu terlonjak kaget saat ku sentuh bahunya. Dia menatapku, dan langsung berdiri. Aku terkekeh melihat cara ia bergerak. Dia hampir menumpahkan secangkir kopi hitam saat akan berdiri. Ceroboh.

"Apa tadi?" Katanya. Aku tersenyum.

"Ruangan Bapak Randy dimana ya?" Tanyaku sekali lagi. Pria ini tampan, sangat tampan.

"Oh... itu disana. Sudah tertera kok tulisannya di pintu. Direktur." Jawabnya. Aku menoleh ke arah yang ia tunjuk.

"Terima kasih, ya." Aku tersenyum dan beranjak pergi mendekati ruangan itu.

Meja sekretarisnya kosong, mungkin sedang di bawah, makan siang. Aku beranjak ingin mengetuk pintu. Tapi, pintu terbuka tiba-tiba. Seorang Pria paruh baya yang masih terlihat kekar keluar. Om Randy masih tetap tampan. Sama seperti ayah. Meski tak lagi muda.

Aku tersenyum sambil mengangguk sekali memberi hormat. Tapi dia menatap kaget dengan mata memerah. Aku baru saja akan menyalimi tangannya, tapi dia sudah ambruk ke lantai. Pingsan. Aku kebingungan. Orang-orang mulai mengangkat Om Randy ke dalam Kantornya kembali. Meletakkan Om ku itu di atas sofa panjang berwarna putih.

Kenapa om Randy kaget terus pingsan ngeliat aku? Ada yang salah ya? Ayah dan bunda juga kaget melihatku. Heran.

TBC.

Jangan lupa vote dan commentnya. Karena itu akan bangkitin semangatnya thor buat ngelanjutin cerita ini.

Continua a leggere

Ti piacerΓ  anche

4.4M 32.3K 29
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
Love Hate Da C I C I

Storie d'amore

1.3M 115K 27
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
717K 96.3K 35
Sebagai putra sulung, Harun diberi warisan politik yang membingungkan. Alih-alih bahagia, ia justru menderita sakit kepala tiada habisnya. Partai ya...
1.9M 88.7K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞