The Killers [ MarkBam ]

By Chumybam

20K 1.2K 195

Ini duniaku. Melihat darah berceceran dimana-mana, dengan tanganku yang memegang pisaunya. Mendengar suara te... More

Prolog
[ 1 ] Kill them!
[ 2 ] Dead! Hahaha
[ 3 ] What??? Who???
[ 4 ] Dying

[ 5 ] How can?

1.3K 181 13
By Chumybam

31 Desember 2015

~~~~~:*~~~~~

Happy Reading ^^

~~~~~:*~~~~~

"Kau sudah bangun?"

Mark merasakan tubuh nya kaku tidak bisa di gerakkan. Ia membuka mata nya perlahan. Sedikit memejamkan nya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam. Ia ingin duduk, namun rasa sakit di perut nya menggagalkan niat nya.

"Ow."

Lelaki yang menyelamatkan Mark menahan tubuh si pria tampan itu agar tidak banyak bergerak. "Jangan di gerakkan dulu. Luka mu belum sembuh benar." Mark ingat betul suara itu. Suara pria berkaca mata. Dengan susah payah, Mark membuka mata nya. Dan benar saja. Melihat si lelaki berambut merah sedang memandang nya lekat membuat Mark terkejut dan membulatkan mata nya tidak percaya. Ia berpikir, kenapa takdir sangat suka mempermainkan nya.

"Siapa kau?" Hanya itu yang keluar dari mulut si pria tampan. Lelaki manis yang duduk di dekat tempat tidur Mark itu pun tersenyum kaku pada nya. "Istirahat lah dulu." Ia beranjak dan berniat meninggalkan Mark. Namun langsung di tahan begitu saja oleh nya. "Jawab aku." Laki-laki berambut merah itu melepas genggaman Mark perlahan. "Aku ambil kan minum," kata nya seraya berjalan ke arah dapur rumah nya. Ia mengambil segelas air dan menyodorkan nya pada Mark.

Dengan susah payah, Mark mengangkat bagian atas tubuh nya. Pemuda berkaca mata membantu Mark meminumkan air ke dalam mulut nya. Mark mengusap pelan bibir nya dengan punggung tangan nya. "Cukup. Siapa kau?" Menaruh gelas di atas nakas, lelaki manis itu kembali duduk di samping Mark. "Aku?" Sontak kata yang keluar dari mulut laki-laki berambut merah itu membuat Mark kesal dan naik darah. Kalu saja perut nya tidak terluka, ia akan memukul pria manis itu habis-habisan.

"Ah, seperti nya kita belum kenalan, iya kan?"

Mark hanya menatap tajam lelaki manis di depan nya. "Kau menyeramkan." Ini keterlaluan. Mark mengengam erat selimut di samping nya membuat benda itu kusut dan berantakan. "Siapa kau?" Teriak Mark kesal. Lelaki berkaca mata itu bahkan hanya tersenyum tidak peduli. "Apa kita pernah kenal sebelum nya?"

"Aku tanya. Siapa kau? Sialan! Brengsek!"

"Kau memang tidak tahu berterimakasih, ya. Sudah bagus kau ku tolong. Kalau tahu kau akan tidak sopan pada ku seperti ini. Aku tidak akan mau menolongmu. Kan ku biarkan kau mati di tempat gelap itu."

"Kau siapa??! Aaaaaa."

Perut nya terasa sangat sakit seiring teriakan yang ia lontarkan pada si pria manis. "Sudah ku bilang. kau belum sembuh benar. Istirahatlah."

***

Di lain tempat. Mr. Tuan mendapatkan panggilan dari nomor tidak di kenal. Entah kenapa perasaan nya terasa tidak enak untuk saat ini. Ia pun mengangkat telepon tersebut. "Hallo." Sapa nya pertama kali.

"Hahaha." Bukan jawaban yang ia terima. Namun suara tawa seseorang di seberang sana. Mr. Tuan mengerutkan dahi merasa bingung. "Bagaimana kabar mu, Ray?" Detik itu juga Mr. Tuan tahu siapa orang yang berbicara dengan nya itu. Siapa lagi kalau bukan musuh nya 'Fran Carter'. "Luar biasa baik lebih dari yang kau kira, Fran." Pria paruh baya itu berdiri dan berjalan ke arah jendela. Ia melihat pemandangan kota dari lantai tiga tempat nya berdiri.

"Senang sekali mendengar nya."

"Bagaimana dengan mu Mr. Carter?"

"Oh, ini adalah keadaan terbaik di sepanjang hidupku."

"I see."

"How about your son, Ray? What's his name? Oh iya, Mark. Bagaimana dengan nya, hmm?"

"Tentu saja dia baik."

"Are you sure?"

"Apa maksud mu, Fran?"

"Aku hanya menanyakan kabar anakmu."

"Perlu apa kau menghubungi ku, huh?"

"Hahaha. Darah anakmu masih tertempel di pisau milikku. Masih sangat segar."

"Sialan kau. Dimana anakku. Brengsek!"

"Santai, jangan emosi, tenangkan dirimu, Ray."

Tanpa menjawab apa-apa lagi, Mr. Tuan segera menutup telpon nya. Ia berjalan keluar ruangan dengan langkah cepat. Pria paruh baya itu memanggil anak buah nya berkumpul di ruang utama.

"Dimana Mark?" tanya nya dingin. Aura hitam menyelubungi seluruh tubuh nya membuat para anggota The Killers di buat takut begitu saja. "Jawab! Dimana Mark?!" Seseorang mengangkat tangan nya ke udara. Dia Youngjae. "Saya melihat nya pergi bersama Jackson, Tuan." Pria tua menghela nafas dan menatap anggota nya tajam. "Andrew, siapkan semuanya." Tanpa berpikir lama, Andrew sudah mengetahui perintah atasan nya itu. Ia mengirimkan beberapa orang ikut dengan nya, untuk mencari Mark dan Jackson.

Mr. Tuan berjalan keluar markas nya. ia masuk ke dalam mobil dengan duduk di kursi penumpang. Di belakang, Andrew bersama anggota lainnya mengekor mengikuti nya. Mereka bergegas mencari keberadaan Mark dan Jackson.

***

Sementara di tempat lain, seorang pemuda tertawa seraya memegang segelas minuman beralkohol di tangan nya. "Bagiamana?" tanya si pemuda kepada pria paruh baya di depan nya. "Hahaha. Anaknya pasti sudah mati." Jawab lelaki tua seraya menghisap tembakau sejenak. "Well, setidaknya ini memudahkan kita untuk balas dendam pada mereka." Pemuda tampan kembali tertawa sambil menuangkan minuman keras ke dalam gelas. "Tentu." Mereka pun kembali tertawa merasa misi kali ini berhasil dengan mudah nya.

***

"Tuan, kami menemukan sesuatu." Teriak salah satu anggota Mr. Tuan membuat nya menoleh dan mendekat pada suara tadi. "Apa?" tanya lelaki tua saat dia sudah dekat. "Darah." Sontak si pria paruh baya menghampiri lokasi tersebut dan berjongkok disana. "Masih segar," gumam nya. "Kalian semua menyebar. Mark masih hidup. Tidak jauh dari sini." Titah sang ketua membuat anggota nya patuh dan menjalankan perintah nya.

Mereka berpencar dan mencari petunjuk berharap Mark akan segera di temukan. Andrew dan Nayeon ikut dalam misi pencarian. Mereka berada pada arah yang sama. Mengikuti darah yang tertempel di dinding sepanjang lorong berada. "Andrew." Nayeon memecah keheningan membuat si lelaki kekar nan tampan itu menoleh. "Hmm." Balas Andrew. Mata nya masih mencari-cari jejak petunjuk apapun tentang sahabat nya, Mark. "Dimana Jackson?" Sejenak Andrew berhenti dan menatap Nayeon bingung. "Aku tidak tahu," jawab nya. Mereka pun meneruskan langkah. "Bukankah dia bersama Mark?" Mereka terdiam dalam pikiran masing-masing. "Aku khawatir terjadi apa-apa dengan Jackson," tambah Nayeon. "Kita akan cari mereka, oke." Nayeon pun mengangguk, lalu mereka kembali melanjutkan pencarian.

Sudah sampai di ujung lorong. Namun tidak ada sama sekali petunjuk dimana si pria tampan itu. Andrew dan Nayeon menghela nafas kasar. "Darah masih tertempel jelas disini," kata Andrew seraya memegang bekas darah di dinding lorong. Mereka kehilangan jejak. "Apa mungkin Mark di tolong oleh penduduk?" tanya Nayeon menatap Andrew lekat. Andrew berpikir hal itu bisa saja terjadi. Lalu, apa yang harus ia lakukan. "Bisa jadi," balasnya pelan. "Kita ke pemukiman penduduk saja kalau begitu," saran Nayeon bersemangat. Mata nya seakan meminta persetujuan pada si lelaki. Tapi Andrew tidak ingin gegabah. Ia memikirkan sebab akibat yang nanti akan mereka peroleh. "Kita tanyakan pada Mr. Tuan." Nayeon berdecak sebal. Ia sudah tidak tahan dengan pencarian bodoh ini. Ia ingin segera menemukan sahabat nya itu. "Berhentilah meminta persetujuannya. Kita tidak akan bisa menemukan Mark kalau kau terus seperti itu, "kata Nayeon sebal.

"Baiklah, ayo kita cari."

***

Mark merasakan punggung nya sangat pegal. Ia bangun, mencoba membuka mata nya perlahan. Masih di tempat yang sama. Sudah berapa lama ia tertidur, Mark tidak tahu. Mata indah si lelaki tampan menyapu seluruh ruangan. Kosong. Tidak ada apa-apa. Yang ada hanya segelas air putih di atas nakas, serta gelas berisikan air berwarna hijau yang Mark tidak tahu itu apa.

Rumah ini tidak terlalu buruk. Cukup luas dengan desain minimalis membuat nya nyaman. Ia berniat bangun dari tempat tidur nya. sedikit merintih karena sakit di perut nya masih terasa. Saat ia berhasil berdiri. Tangannya meraih apa saja sebagai pegangan. Ia berjalan menyusurri ruangan tersebut. Sepi. Mark tidak tahu kemana pergi nya si lelaki manis itu.

Tangan nya membuka tirai dan mata itu membulat begitu saja saat mengetahui di luar sana sudah gelap. Ia tidak mau bermalam lagi di tempat ini. Mark pun berniat membuka pintu untuk keluar, namun suara seseorang menghentikannya. "Mau kemana?" Mark menolah mendapati pria berambut merah menatap nya bingung. Kaca mata masih setia bertengger di tempat nya. Ia mendekat pada Mark membuat Mark menjauh dan punggung nya menabrak pintu. Mark berpikir kenapa ia merasa tidak bisa berkutik saat pemuda manis itu berdekatan dengan nya.

"Aku akan keluar dari sini."

Sang lelaki berkaca mata memandang nya tanpa ekspresi. "Bermalam lah untuk kali ini." Mark menggelengkan kepala nya. "Tidak. Cukup. Aku tidak mau menetap dengan orang yang tidak aku kenal." Jawab Mark sedikit teriak. Pria manis itu berdecih sebal. "Dimana rasa terima kasih mu, hah?" kata nya tak kalah teriak. "Oleh sebab itu aku harus pergi. Itu lah ucapan terima kasih ku untuk tidak merepotkan mu." Si pemuda mencoba meraih tangan Mark namun segera di tepis oleh nya. "Kau. Bahkan kau belum menjawab pertanyaanku, " kata Mark kesal. Jari telunjuk nya mengarah pada si pemuda manis membuat nya sedikit menjauh dari Mark.

"Duduklah dulu," titah si pria berambut merah membuat emosi Mark meningkat tajam. "Jawab pertanyaanku, sialan!" Suara Mark naik beberapa oktaf, wajah nya memerah, nafas nya berhembus tidak beraturan. "Aku mencoba baik padamu. Tidak ingin luka mu bertambah parah." Pemuda manis berdecak dan memalingkan tubuh nya pada Mark. Kemudian, ia berniat pergi. Namun, kata-kata yang keluar dari mulut nya membuat Mark berdiri mematung.

"Aku Bambam."

***

~~~~~:*~~~~~

THE KILLER

~~~~~:*~~~~~

***

Penasaran ya???

P

E

N

A

S

A

R

A

N

Duh, saya nya gaje alias gak jelas.. *bow

Sengaja aja gitu, supaya penasaran XD hihi [anggep aja iklan *apasih]

Mari kita kembali ke cerita ^^ Capcus yuk ke chapter berikutnya. Tapi nanti yaaa, hahaha. Ehhhh tapi jangan lupa di Vote dan Comment. Saya usahakan, kalo Vote nya udah 20, di waktu itu juga saya akan apdet chap selanjutnya.

See ya ^^

Lope lope chu chuu :*

Continue Reading

You'll Also Like

188K 18.6K 70
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
45.9K 4.4K 28
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
65.3K 9.7K 22
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
412K 33.3K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.